Anda di halaman 1dari 17

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES ALIFAH
TAHUN AJARAN 2019/2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.......................................................................................................... 2
2.2 Tujuan pemberian oksigenasi............................................................................. 2
2.3 Syarat pemberian oksigenasi.............................................................................. 2
2.4 Indikasi pemberian oksigenasi........................................................................... 2
2.5Anatomi dan Fisiologi sistem pernafasan........................................................... 2
2.5.1 Anatomi ..................................................................................................... 2
2.5.2 Fisiologi ...........................................................................................
2.6 Pengaturan respirasi........................................................................................... 6
2.7 Macam – macam alat oksigenasi dan cara pemakaiannya ......... .6
2.8 Faktor yang mempengaruhi oksigenasi.............................................................. 6
2.9 Masalah oksigenasi............................................................................................ 6

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 9
3.2 Saran ................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Keperawatan
Dasar 1
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin..

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis(Huraki Maslow).
Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses
metabolism tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi apabila kebutuhan dalam
tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak. Dan apabila hal tersebut terjadi
berlangsung lama akan mengakibatkan kematian.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan dasar manusia. Hal
ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan terjadi
kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat berfungsi normsl kembali.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan
dengan pemberian oksigen dengan menggunakan nasal kanul, masker, dan kateter nasal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenasi ?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi ?
3. Apa saja pengaturan oksigenasi ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi ?
5. Masalah apa saja yang ada dalam oksigenasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mahasiswa lebih paham dan mengerti dalam tehnik pemasangan oksigen.
2. Agar mahasiswa dapt memenuhi kebutuhan dasar pasien yang berhubungan dengan
oksigenasi.
3. Agar mahasiswa mempunyai pedoman dalam tindakan selanjutnya.

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan bagi mahsiswa tentang kebutuhan-kebutuhan dasar pada manusia.
2. Memperkaya pengetahuan mahsiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
kebutuhan oksigenasi.

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Oksigen adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1 atmosfir
sehingga kosentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada pasien untuk mengatasi masalah
pernapasan. Misalnya pada penderita asma, bronkopneumonia, pasien tidak sadar, pasien
penyakit jantung, dll.

2.2 Tujuan pemberian oksigenasi


1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan.
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru.
3. Untuk menurunkan kerja jantung.

2.3 Syarat pemberian oksigen


1. Dapat mengontrol kosentrasi oksigen udara inpirasi.
2. Tahanan jalan nafas yang rendah.
3. Tidak terjadi penumpukan CO2.
4. Efisien
5. Nyaman untuk pasien.

2.4 Indikasi pemeberian oksigenasi


1. Klien dengan kadar oksigen arteri dari hasil analisa gas darah.
2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot
tambahan pernafasan.
3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi
gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

2.5 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan


2.5.1 Anatomi
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan
alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara
sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem yang memungkinkan kotoran atau
benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.

1. Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke
dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir
yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan
selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi
memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering
membengkok kesatu sisi.
2. Farinx (tekak)
Farinx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungan-
nya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merupakan gabungan sistem respirasi dan
pencernaan.

3. Laring (tenggorokan)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan
beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.

4. Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini
melekat pada bagian belakang Vertebra cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan
kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas
jalan masuk laring.
5. Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn
vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian
depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang. Plica vocalis palsu adalah dua lipatan.
membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalam produksi
suara.

6. Otot-otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan
kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut di
inervasi oleh nervus cranialis X (vagus).

7. Fonasi
Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan dimodifikasi
oleh gerakan palatum molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara
cranialis.

8. Trakea (batang otak)


Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. Trachea berjalan
dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni,
berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira
ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus
(bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

9. Bronchus
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli.
Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin
tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara
lancar.

10. Alveoli
Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di
kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter. Paru-paru terdapat dalam
rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1) Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula.
2) Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada.
3) Dan basis terletak pada diafragma.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri
dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik
yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri
dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik
yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar dan alveoli.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut
sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada
dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas
tanpa ada gesekan dengan dinding dada. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung
150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini
terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan,
dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot
pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
1) interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
2) Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
3) Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
4) Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
5) Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma
ke atas.
6) Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.

2.5.2 Fisiologi
Proses fisiologis respirasi di mana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-
jaringan, dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara.
1) Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru karena selisih tekanan yang terdapat antara
atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik otot-otot.

2) Difusi
Stadium ke dua proses respirasi mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran antara
alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0.5 um). Kekuatan pendorong untuk
pernindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas.

3) Transportasi dalam darah


Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan melalui dua jalan :
1. Secara fisik larut dalam plasma.
2. Secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2). Ikatan kimia
oksigen dan hemoglobin ini bersifat reversibel.
Transport CO2 dari jaringan keparu-paru melalui tiga cara sebagai berikut:
1. Secara fisk larut dalam plasma (10 %).
2. Berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah (20%).
3. Ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%). Karbon dioksida berikatan dengan air
dengan reaksi seperti dibawah ini:
CO2 + H2O = H2CO3 = H+ +HCO3-

Ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium.

1. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke
luar paru-paru.
2. Stadium ke dua, transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :
1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah
sistemik dan selsel jaringan.
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan distribusi udara
dalam alveolus-alveolus.
3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah.
3. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi.
Selama respirasi ini metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan karbon dioksida
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.

2.6 Pengaturan Respirasi


1. Medulla Oblongata.
2. Pons
Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah
vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer.
2) Menyaring bahan beracun dari sirkulasi.
3) Reservoir darah.
4) Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas

2.7 Macam – macam alat oksigenasi dan cara pemakaiannya


A. Nasal kanula/Binasal kanula
Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6lt/menit dan konsentrasi
oksigen sebesar 24%-44%.
Cara pemasangan :
· Terangkan prosedur pada klien
· Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
· Atur peralatan oksigen dan humidiflier
· Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen yang
rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
· Masukan ujung kanula ke lubang hidung
· Fiksasi selang oksigen
· Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
Keuntungan
· Toleransi klien baik
· Pemasangannya mudah
· Klien bebas untuk makan dan minum
· Harga lebih murah

Kerugian
· Mudah terlepas
· Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
· Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
· Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus

B.Sungkup Muka / Masker


1. Sungkup muka sederhana
Aliran oksigen melalui alat ini sekitar 5-8lt/menit dengan koonsentrasi 40-60%.
Cara pemasangan :
· Terangkan prosedur pada klien
· Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
· Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidiflier.
· Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien
· Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
· Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Keuntungan
· Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
· system humidifikasi dapat di tingkatkan
Kerugian
· Umumnya tidak nyaman bagi klien
· Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
· Aktivitas makan dan berbicara terganggu
· Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi
· Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida

C. Sungkup muka dengan kantung rebreathing


Konsentrrasi ooksigen yang di berikan lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana yaitu 60-
80% dengan aliran oksigen 8-12lt/menit. Indikasi penggunaan adalah pada klien dengan kadar
tekanan karbondioksida yang rendah, udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara
ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi dari pada sungkup sederhana.
Cara pemakaian :
· Terangkan prosedur pada klien
· Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
· Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung dengan
sungkup
· Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu pakai kasa
pada daerah yang tertekan.
· Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan hampir
kuncup waktu inspirasi
Keuntungan
· Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
· Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
· Kantung oksigen bisa terlipat
· Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah

D. Sungkup muka non breathing


Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong
rebreathing. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan ekspirasi. Indikasi
penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi.
Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.
Keuntungan
· Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu arah antara
kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi dan
tidak tercampur dengan udara ekspirasi.
· Tidak mengeringkan selaput lender
Kerugian
· Kantung oksigen bisa terlipat
· Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
· Tidak nyaman bagi klien

2.8 Faktor yang mempengaruhi oksigenasi


1. Faktor Perkembangan : lahir paru-paru berisi udara.
2. Faktor Lingkungan : dataran tinggi PO2 rendah.
3. Status Kesehatan : penyakit kardiovaskuler dan pernafasan trasportasi O2 terganggu.
4. Faktor Perilaku : aktivitas fisik, nutrisi, merokok, penyalahgunaan narkoba.
5. Faktor fisiologis
1) Perubahan pola nafas.
2) Obstruksi jalan nafas.
3) Gangguan fungsi pernafasan.

2.9 Masalah Oksigenasi


1. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeleminasi
CO2 di vena, yang diproduksi mll metabolisme.
Disebabkan oleh :
1) Ansietas
2) Infeksi
3) Obat-obatan
Tanda dan gejala Hiperventlasi :
1. Takikardi
2. Nafas pendek
3. Nyeri dada
4. Baal pada ekstremitas
5. Penglihatan yang kabur

2. Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan O2 tubuh /
mengeliminasi CO2 tidak adekuat. Disebabkan oleh atelektasis yaitu kolaps alveoli yang
mencegah pertukaran O2 dan CO2 sehingga paru yang di ventilasi sedikit.
Tanda dan gejala Hipoventilasi :
1. Pusing
2. Penurunan kemampuan mengikuti instruksi.
3. Ketidakseimbangan elektrolit.
4. Henti jantung.
5. Nyeri kepala di oksipital pada saat terjaga.

3. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan, kondisi ini terjadi
akibat defisiensi penghantar O2 atau penggunaan O2 diselular. Disebabkan oleh :
1) Penurunan kadar hemoglobin & penurunan kapasitas darah yang membawa O2, seperti
Anemia.
2) Penurunan konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti sesak nafas.
3) Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil O2 dari darah, seperti kasus keracunan
sianida.
4) Penurunan difusi O2 dari alveoli ke darah, seperti Pneumonia.
5) Perfusi darah yang mengandung O2 di jaringan yang buruk seperti syok.
6) Kerusakan ventilasi seperti trauma dada, fraktur iga multiple.

4. Obstruksi jalan napas


Obtruksi jalan napas adalah kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan
batuk secara efektif.
Tanda Klinis:
1. Batuk tidak efektif.
2. Sekret tidak mampu keluar.
3. Suara nafas menunjukkan adanya sumbatan.
4. Jumlah, irama dan kedalaman pernapasan tidak normal.

5. Gangguan Pertukaran gas


Gangguan pertukaran gas seperti terjadi karena sekresi yg kental, depresi saraf pusat, penyakit
radang paru.
Tanda Klinis :
1. Napas dengan bibir saat ekspirasi.
2. Menurunnya saturasi Oksigen.
3. Sianosis
4. Dispnea (sesak dan berat saat bernapas).

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau
bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan.

3.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigeni pada rumah sakit
serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan. Diharapkan perawat serta tenaga
kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami kebutuhan fisiologis oksigenasi yang
merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat mendasar.

DAFTAR PUSTAKA

Allen. CarolVestal. 1998. MemahamiProses Keperawatan DenganPendekatan Latihan. Jakarta.


A.Aziz Alimul H. Pengantar Kebutuhan DasarManusia. SalembaMedika. 2006 . Jakarta.
Carpenito, Lynela Juall ; Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi b. Jakarta, EGC ; 2000
Doenges, Marilyn. Dkk ; Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta. EGC 1999
Greven. Ruth. 1999. Fundamental of Nursing: human health and function. Philadelphia:
lippincott. bahasa Cristantie Effendy. Jakarta: EGC

OKSIGENASI

1. Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula nasal dan masker
oksigen. (Suparmi, 2008:66)

2. Tujuan Umum
Meningkatkan ekspansi dada
Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
Membantu kelancaran metabolisme
Mencegah hipoksia
Menurunkan kerja jantung
Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru (Aryani, 2009:53)
3. Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :

1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam
darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak
mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas O2 dan CO2.
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien
asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena
kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih
lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat
dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami
gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat
dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan
mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen
yang cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan
posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
10. (Aryani, 2009:53)

4. Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan
jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini
Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan
maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat menimbulkan tanda
dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker rebreathing dan non-
rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95%
Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.
(Aryani, 2009:53)

5. Hal - hal yang perlu diperhatikan


Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas. Hal ini
penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk mengencerkan
sekret di saluran pernafasan klien
Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien dengan
keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengobservasi lebih sering
terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen
Pada beberapa klien, pemasangan masker akan memberikan tidak nyaman karena merasa
“terperangkat”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat meyakinkan klien akan
pentingnya pemakaian masker tersebut.
Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan perawatan
kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat menyebabkan efek
kekeringan di sekitar area tersebut.
Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal kanul
dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area tempat
penekanan tersebut.
Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan terapi oksigen
Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu dengan contoh
masker.
Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF
Pasanglah tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien, di bagian
kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan kepada klien dan
pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang dapat menyebabkan
kebakaran.
(Aryani, 2009:53)

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA

1. Pengertian
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan
aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat
dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang
dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula
merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan
cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan
efektif dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien
untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009:54)

2. Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
(Aryani, 2009:54)
3. Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi
kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)

4. Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya
2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
(Suparmi, 2008:67)

Cara pemasangan :
· Terangkan prosedur pada klien
· Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
· Atur peralatan oksigen dan humidiflier
· Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen yang
rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
· Masukan ujung kanula ke lubang hidung
· Fiksasi selang oksigen
· Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.

5. Keuntungan
· Toleransi klien baik
· Pemasangannya mudah
· Klien bebas untuk makan dan minum
· Harga lebih murah

6. Kerugian
· Mudah terlepas
· Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
· Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
· Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN

Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan
posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan
mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask
bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
Macam Bentuk Masker :
a.Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran
5-8 liter/menit.
Cara pemasangan :
§ Terangkan prosedur pada klien
§ Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
§ Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidiflier.
§ Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien
§ Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
§ Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.

Keuntungan

§ Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula


§ system humidifikasi dapat di tingkatkan

Kerugian
§ Umumnya tidak nyaman bagi klien
§ Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
§ Aktivitas makan dan berbicara terganggu
§ Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi
§ Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida

b.Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran
8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun
ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan
kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada
kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi
CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)

Cara pemakaian :
§ Terangkan prosedur pada klien
§ Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
§ Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung dengan sungkup
§ Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu pakai kasa pada
daerah yang tertekan.
§ Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup
waktu inspirasi

Keuntungan
§ Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
§ Tidak mengeringkan selaput lendir

Kerugian
§ Kantung oksigen bisa terlipat
§ Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup
saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.


Keuntungan
§ Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu arah antara kantong
dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi dan tidak
tercampur dengan udara ekspirasi.
§ Tidak mengeringkan selaput lender

Kerugian
§ Kantung oksigen bisa terlipat
§ Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
§ Tidak nyaman bagi klien

Anda mungkin juga menyukai