Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Iman, Islam, dan Ihsan
2.1.1. Iman
Menurut bahasa kata iman mempunyai arti pembenaran (at-tashdiq). Sedangkan dalam
pengertian syar’i, iman adalah keyakinan(i’tiqad) dalam hati, pengucapkan dengan lisan serta
mengamalkan dengan perbuatan. Iman yang merupakan aqidah memiliki 6 asas, sebagaimana
yang disebutkan dalam hadist Jibril tatkala menanyakan kepada Nabi tentang iman, dan Nabi pun
menjawab: “Iman yaitu Kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya, Hari Akhir serta beriman kepada takdir baik dan buruk”.
2.1.1.1 Iman kepada Allah
Iman kepada Allah itu mencakup empat hal:
a. Iman kepada kewujudan (adanya) Allah Ta’ala.
Petunjuk fitrah menyatakan kewujudan Allah. Karena segala makhluk telah diciptakan
untuk beriman kepada penciptanya tanpa harus diajari sebelumnya. Petunjuk akal
menyatakan kewujudan Allah, karena seluruh makhluk yang ada ini sudah tentu ada
pencipta yang menciptakannya. Tidak mungkin makhluk itu mengadakan dirinya sendiri
atau ada begitu saja dengan sendirinya. Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah dalam surat
At-Thur ayat 35.
b. Iman kepada Rububiyah-Nya
Artinya bahwa Dia adalah satu-satunya Rabb yang tak mempunyai sekutu maupun
penolong. Rabb adalah Dzat yang berwenang mencipta, memiliki, dan memerintah. Tiada
pencipta selain Allah, tiada yang memiliki kecuali Allah serta tiada yang berhak
memerintah kecuali Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 54.
c. Iman kepada Uluhiyah-Nya
Artinya bahwa Dia adalah satu-satunya ilah yang haq; tiada sekutu bagi-Nya. Kata ilah
disini bermakna ma’luh, yang berarti ma’bud (yang disembah/diibadahi) atas landasan
kecintaan dan pengagungan., sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat
163.
Oleh karena itu, seluruh rasul –alaihimussalam- selalu berkata kepada kaum mereka:
“Ibadahilah Allah; tiada ilah selain-Nya bagi kalian”. Namun ternyata orang-orang
musyrik itu enggan, dan mereka tetap saja mengambil ilah-ilah lain selain Allah yang
mereka sembah disamping Allah serta dimintai pertolongan dan perlindungan.
d. Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya
Artinya menetapkan apa saja yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala bagi diri-Nya yang
tersebut dalam kitabnya atau Sunnah rasulnya tentang nama-nama(asma’) dan sifat-sifat
sesuai dengan yang layak bagi-Nya, tanpa melakukan tahrif, ta’thil, takyif, tamtsil.
Dalam hal ini ada dua golongan yang tersesat:
a. Golongan Mu’athilah
Mereka adalah golongan yang mengingkari seluruh asma’ dan sifat Allah, atau
mengingkari sebagiannya, dengan anggapan bahwa penetapan asma’ dan sifat-sifat
itu berarti menuntut adanya penyerupaan; yaitu penyerupaan Allah Ta’ala dengan
makhluk-Nya.
b. Golongan Musyabihah
Mereka adalah golongan orang yang menetapkan asma’ dan sifat namun mereka
menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk-Nya. Mereka beranggapan bahwa ini
merupakan konsekuensi dan petunjuk nash-nash yang ada, karena Allah Ta’ala
mengatakan kepada para hamba-Nya dengan ungkapan yang dapat mereka pahami.
2.1.1.2 Iman kepada Malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk ghaib yang selalu beribadah kepada Allah Ta’ala. Mereka sama
sekali tidak memiliki karakteristik rububiyah dan uluhiyah. Allah menciptakan mereka dari
cahaya (nur) dan telah memberikan sifat ketundukan yang sempurna kepada mereka serta
memberikan kekuatan untuk menunaikannya. Iman kepada malaikat mencakup empat perkara:
a. Iman dengan adanya mereka.
b. Iman kepada siapa saja dari mereka yang kita ketahui namanya seperti Jibril. Sedangkan
yang tidak kita ketahui namanya, kita imani secara ijmal (global).
c. Iman dengan sifat-sifat mereka yang kita ketahui, seperti sifat jibril, dimana nabi telah
mengabarkan bahwa beliau pernah melihat Jibril dalam sifatnya yang asli yang ternyata
mempunyai 600 sayap yang dapat menutupi cakrawala. Ada kalanya dengan perintah
Allah malaikat dapat berubah (menjelma) dalam bentuk seorang laki-laki, seperti yang
pernah terjadi pada diri Jibril ketika diutus oleh Allah kepada Maryam.
d. Iman dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka yang mereka
tunaikan berdasarkan perintah Allah Ta’ala, seperti mensucikan-Nya (bertasbih) dan
beribadah kepada-Nya siang dan malam tanpa kenal lelah dan tanpa berhenti.
2.1.1.3 Iman kepada Kitab Allah
Kata kitab dalam bahasa Arab memiliki bentuk jamak kutub bermakna maktub (sesuatu
yang ditulis). Kitab yang dimaksud disini adalah kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah Ta’ala
kepada para Rasul-Nya sebagai rahmat dan hidayah bagi makhluk, agar dengan kitab-kitab itu
mereka dapat meraih kebahagiaannya di dunia maupun akhirat. Iman kepada kitab Allah
meliputi empat hal:
a. Iman bahwa turunnya kitab-kitab itu benar-benar dari sisi Allah Ta’ala
b. Iman dengan nama kitab yang kita ketahui seperti Al Qur’an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi
Isa, dan Zabur kepada Nabi Daud. Sedangkan yang kita tidak ketahui namanya kita imani
secara global.
c. Membenarkan berita-berita yang benar, seperti berita-berita mengenai Al Qur’an dan
juga berita-berita lain yang tidak diganti atau dirubah dari kitab-kitab terdahulu.
d. Mengamalkan hukum-hukumnya yang tidak dinasakh, serta dengan rela dan pasrah
menerimanya, entah kita ketahui hikmahnya atau tidak kita ketahui.

Anda mungkin juga menyukai