Bab 6 - Perencanaan Strategi Produk Dan Bersaing, Distribusi Jasa (Bpjs Ketenagakerjaan)
Bab 6 - Perencanaan Strategi Produk Dan Bersaing, Distribusi Jasa (Bpjs Ketenagakerjaan)
(BPJS KETENAGAKERJAAN)
Oleh
PENDAHULUAN
dipengaruhi oleh kemampauan suatu perusahaan dalam merencanakan strategi produk dan
mampu bersaing dalam distribusi jasa. Perusahaan untuk mencapai tujuannya harus maampu
menyusun strategi pemasaran yang komprehensif sehingga upaya pemasaran yang dilakukan
bisa optimal. Untuk itu kita akan mengkaji lebih jauh mengenal pemasaran itu sendiri,
kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan
Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelekaan Kerja, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian.
1. Apa yang dimaksud dengan distribusi jasa? Apa manfaat produk jasa dari BPJS
Ketenagakerjaan?
TINJAUAN TEORI
Definisi dari pemasaran jasa yang dikutip oleh Kotler dan Keller dalam Fandy
Tjiptono (2009;4) adalah setiap tindakan jasa adalah perbuatan yang dapat ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik)
(pelayanan) adalah sebuah bentuk jasa dimana para pelanggan atau konsumen dapat
memperoleh manfaat melalui nilai jasa yang diharapkan. Konsep pemasaran jasa secara
sederhana sebagai usaha untuk mempertemukan produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dengan calon pelanggan yang akan menggunakan jasa tersebut, oleh karena itu
produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu atau perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan
atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain dan merupakan barang
tidak berwujud (intangible) serta tidak berakibat pada kepemilikan akan sesuatu.
Melihat pendapat dari para ahli diatas, peniliti menyimpulkan bahwa pemasaran jasa
adalah proses setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan dan diberikan oleh suatu pihak
Jasa memiliki karakteristik yang luas, yang membedakan dari produk berupa
Jasa tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium, atau menggunakan indra
lainnya sebelum jasa itu dibeli. Hal ini lah yang membedakan jasa dengan hasil produksi
(produk) perusahaan. Penampilan suatu barang jasa diwakili oleh wujud tertentu seperti
perbuatan, penampilan, atau sebuah usaha lainnya yang tidak dapat disimpan, dipakai, atau
ditempatkan di suatu tempat yang kita inginkan. Wujud inilah yang dapat membentuk
pengalaman dan mempengaruhi kepuasan konsumen. Hal inilah yang membuat sulit untuk
mengevaluasi suatu produk layanan. Oleh karena itu, tugas perusahaan adalah untuk
memberikan pelayanan yang nyata pada satu atau lebih cara dan mengirim sinyal yang tepat
Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedia pelayanannya, baik orang-orang maupun
mesin. Jika seorang karyawan memberikan pelayanan, maka karyawan menjadi bagian dari
pelayanan tersebut karena pelanggan juga hadir pada saat jasa dihasilkan. Jasa dihasilkan dan
dikonsumsi secara bersamaan. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam
persediaan, didistribusikan lewat berbagai penjualan, dan baru kemudian dikonsumsi, jasa
biasanya dijual dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan atau tidak
dipisahkan.
Produk jasa dapat berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Maksudnya, ada
produk fisik sebagai persyaratan utama. Dalam jasa yang membutuhkan produk fisik sering
kali tidak lepas dari unsur layanan pelengkap (suplementary services) yang dapat
informasi yang jelas, lengkap, dan akurat dapat menjadi suatu kekuatan dalam sebuah
jasa.
2. Order taking, penerimaan pesanan meliputi aplikasi , pengisian pesanan, dan reversasi
atau cek-in. Reservasi (termasuk pembuatan janji dan cek-in) mewakili jenis penerimaan
pesanan khusus yang mengharuskan pelanggan untuk menuju unit layanan yang spesifik.
3. Billing, penagihan merupakan hal yang sangat umum bagi hampir semua jasa (kecuali
diberikan pelayanan gratis). Pada penagihan yang tidak akurat, tidak terbaca atau tidak
lengkap memiliki risiko mengecewakan pelanggan. Baiknya penagihan bersifat jelas dan
4. Payment, tagihan mengharuskan pada pelanggan untuk melakukan pembayaran atas jasa
yang digunakan pelanggan. Penyedia jasa baiknya mengetahui dengan baik apakah
pemeriksaan sebelum masuk kedalam bioskop ataupun sebelum naik kereta. Layanan
ruang tunggu bagi pelanggan, koran, majalah, diberikan fasilitas tv pada sebuah bengkel
memerlukan bantuan untuk barang bawaan mereka. Penyedia jasa dapat menyediakan
8. Exception, layanan tambahan yang diberikan penyedia jasa diluar kebiasaan atau proses
penghantaran layanan.
2.2 Service Quality
supaya mampu bertahan dan tetap menjadi kepercayaan pelanggan. Pola konsumsi dan gaya
dengan pendekatan service quality yang telah dikembangkan oleh Parasuraman, Berry, dan
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk
Chandra (2011:157), terdapat faktor yang mempengaruhi kualitas sebuah layanan adalah
expected service (layanan yang diharapkan) dan perceived service (layanan yang diterima).
Jika layanan yang diterima sesuai bahkan dapat memenuhi apa yang diharapkan maka jasa
dikatakan baik atau positif. Jika perceived service melebihi expected service, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Sebaliknya apabila perceived service lebih
jelek dibandingkan expected service, maka kualitas pelayanan dipersepsikan negatif atau
buruk. Oleh sebab itu, baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan
perusahaan dan pekerja yang dimiliki dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi keinginan konsumen secara konsisten agar layanan yang
Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai hanya berdasarkan sudut pandang
perusahaan tetapi dari sudut pandang penilaian pelanggan juga. Menurut Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry yang di kutip dalam Tjiptono & Chandra (2011:198), Menyederhanakan
dan efisien kepada pelanggan.Pengukurannya meliputi keinginan dari para staf dan
4. Jaminan ( Assurance) Artinya mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat
dan kemampuan karyawan, ramah tamah dan kesopanan, sifat dapat dipercaya yang
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan dengan
Kualitas jasa yang diberikan sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan dari sebuah
perusahaan.Namun ada beberapa gap atau kesenjangan yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam penyampaian jasa kepada pelanggan. Dalam buku Tjiptono, Fandy (2008)
manajemen terhadap harapan pelanggan. Pihak manajemen perusahaan tidak selalu dapat
2. Gap kedua (standards gap) adalah kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap
harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa. Dalam situasi tertentu manajemen
mungkin dapat memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, namun mereka
3. Gap ketiga (delivery gap) adalah kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan
penyampaian jasa. Gap ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu karyawan kurang terlatih
sehingga belum menguasai tugasnya, beban kerja yang terlampau berlebihan, standar
kerja tidak dapat dipenuhi oleh karyawan, atau bahkan karyawan tidak bersedia
4. Gap keempat (communication gap) adalah kesenjangan antara penyampaian jasa dan
komunikasi eksternal. Sering kali harapan pelanggan dipengaruhi iklan dan pernyataan
atau janji yang dibuat perusahaan sehingga hal ini menyebabkan harapan pelanggan
terlalu besar dan sulit terpenuhi. Jika harapan pelanggan tidak terpenuhi maka akan
menimbulkan persepsi negatif terhadap kualitas jasa yang diberikan oleh perusahaan
yang bersangkutan.
5. Gap kelima (service gap) adalah kesenjangan antara jasa yang dipersepsikan dan jasa
yang diharapkan. Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi
perusahaan dengan cara yang berbeda, atau bisa juga mereka keliru mempersepsikan
1. Produksi dan konsumsi yang terjadi secara simultan Karakter dari jasa itu sendiri adalah
inseparability, artinya jasa tersebut diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang
bersamaan. Sehingga terjadi interaksi antara penyedia jasa dan konsumen yang
2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi Keterlibatan karyawan secara intensif dalam
penyampaian layanan dapat pula menimbulkan dampak negatif pada kualitas, yaitu
berupa tingginya variabilitas layanan yang dihasilkan. Seperti pelatihan kurang memadai
atau pelatihan tidak sesuai dengan kebutuhan, motivasi karyawan kurang diperhatikan,
dan lain-lain.
ujung tombak dalam sistem penyampaian layanan. Karyawan front-line dapat dikatakan
4. Gap komunikasi Komunikasi merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan antara
dapat berupa:
memenuhinya
b. Penyedia layanan tidak selalu memberikan informasi terbaru kepada konsumen
konsumen
5. Memperlakukan semua pelanggan dengan cara yang sama Setiap konsumen memiliki
keunikan dan perbedaan yang ada. Sehingga tidak dapat memperlakukan semua
berdampak baik atau bahkan berdampak negatif mengurangi service quality pada sebuah
lebih baik. Tetapi di sisi lain, apabila layanan baru terlampau banyak, hasil yang didapat
7. Visi bisnis jangka pendek Visi jangka pendek dapat merusak service quality yang sedang
ditujukan untuk jangka panjang. Sebagai contoh, kebijakan sebuah restoran menutup
sebagian cabang akan mengurangi tingkat akses bagi para pelanggan restoran tersebut.
Sehingga pelanggan akan datang ke restoran yang mungkin jaraknya tidak dekat dari
tempat tinggal. Sehingga dapat menimbulkan keluhan akan jarak dan persepsi negatif
adalah sistem yang dipergunakan oleh perusahaan dengan cara melakukan riset data.
pandang konsumen.
2.2.6 Penilaian Service Quality
Schiffman dan Kanuk (2008) mengatakan bahwa da beberapa kriteria yang mengikuti
pelayanan yang benar pada waktu yang tepat, dan juga berarti perusahaan menjunjung
tinggi janjinya.
melayani.
10. Fisik meliputi fasilitas, penampilan karyawan, dan peralatan yang digunakan untuk
melayani konsumen.
Akbar & Parvez (2009) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah konsep
terkenal dan didirikan konsep dalam beberapa area seperti pemasaran, riset konsumen,
psikologi ekonomi, kesejahteraan ekonomi, dan ekonomi. Interpretasi yang paling umum
yang diperoleh dari berbagai penulis mencerminkan gagasan bahwa kepuasan adalah
perasaan yang dihasilkan dari proses mengevaluasi apa yang telah diterima terhadap apa yang
diharapkan, termasuk keputusan pembelian itu sendiri dan kebutuhan, keinginan yang terkait
dengan pembelian.
Menurut Reid & Bojanic (2010:63), kepuasan pelanggan adalah suatu hal yang
muncul ketika jasa perusahaan yang dirasakan konsumen mencapai atau melebihi ekspektasi
konsumen.
tingkat dimana kinerja yang dirasakan dari suatu produk sesuai dengan ekspektasi pelanggan.
Suatu perusahaan akan berusaha membuat pelanggan senang dengan menjanjikan apa yang
mereka dapat berikan dan memberikan apa yang mereka janjikan. Pelanggan yang senang
tidak hanya akan melakukan pembelian ulang tetapi akan membantu menjadi teman yang
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah hal yang
dirasakan oleh pelanggan ketika sudah mencoba suatu produk atau jasa dan mendapatkan
Menurut Kotler & Keller (2009:512) word of mouth marketing adalah aktivitas
pemasaran melalui perantara orang ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun alat
pernyataan (secara personal maupun non personal) yang disampaikan oleh orang lain selain
penyedia layanan kepada pelanggan. Word of mouth bersifat kredibel dan efektif karena
disampaikan oleh orangorang yang dipercayai konsumen (teman, keluarga, tetangga, dan
sebagainya).
Menurut WOMMA (Word of Mouth Marketing Association) dikutip oleh Ratna Dwi
Kartika Sari (2012) Word of Mouth adalah suatu aktifitas yang mana konsumen memberikan
Dari definisi word of mouth diatas dapat disimpulkan bahwa word of mouth
merupakan media promosi baik secara lisan, tulisan dan alat komunikasi elektronik di mana
konsumen memberikan informasi mengenai suatu merek atau produk kepada konsumen lain
BAB 3
PEMBAHASAN
Pemasaran jasa adalah sebuah kegiatan yang menawarkan suatu produk yang tidak
dapat dilihat atau tidak berbentuk yang nantinya tidak menghasilkan suatu kepemilikan
Produk yang tidak dapat dilihat atau tidak berbentuk ini adalah produk jasa. Produk
jasa yang ditawarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan berupa jaminan sosial ketenagakerjaan
yang menggunakan mekanisme yang biasa kita sebut dengan “asuransi”. BPJS
Perlindungan ini dimulai dari perjalanan berangkat hingga pulang kerja dan perjalanan dinas.
Memberikan manfaat berupa uang tunai ketika peserta meninggal bukan karena
Program jangka panjang yang diberikan secara berkala sekaligus sebelum Peserta
memasuki masa pensiun, bisa diterimakan kepada janda/duda, anak atau ahli waris Peserta
Jaminan yang memiliki tujuan mempertahankan kehidupan yang layak untuk peserta
maupun ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia
Memiliki pengertian sebagai produk inti atau generik dari jasa dasar. Hal tersebut
memberikan program perlindungan dasar. Sebagai contoh program yang diikuti oleh
kepesertaan non-upah (seperti ojol dan petani) yang hanya diprogramkan mengikuti Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian. Sedangkan untuk kepesertaan upah (karyawan
perusahaan kantor) mengikuti seluruh program yang terdiri dari Jaminan Kematian, Jaminan
2. Expected Product
Tingkat selanjutnya dalah “produk yang diharapkan” apabila konsumen membeli produk
Banyaknya resiko kecelakaan yang mengancam mereka dari berangkat, saat, dan pulang
kerja membuat para pekerja mendapatkan perlindungan. Sehingga dengan menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan yang menyediakan jaminan perlindungan dengan harga yang sesuai
“kantong” masyarakat.
Merupakan suatu tambahan jasa atau manfaat-manfaat yang tidak terpikirkan oleh
konsumen tapi akan memberi kepuasan bagi mereka. BPJS Ketenagakerjaan memberikan
usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya
tersebut yang meliputi pemberi kerja, pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri,
misalnya petani, tukang ojek, supir angkot, pedagang keliling, dokter, pengacara/advokat,
Karena memiliki potensi biaya yang cukup tinggi, para pekerja konstruksi didaftarkan
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.Hal itu berlaku untuk semua pekerja termasuk tenaga
kerja harian lepas, tenaga borongan atau tenaga kerja yang terikat perjanjian kerja tertentu.
memberikan yang terbaik bagi mitra perusahaan dan peserta BPJS Ketenagakerjaan.
3.3.1 Merk
a) Peran Merk
Peran merk dari BPJS Ketenagakerjaan ini digunakan sebagai identitas bahwa BPJS
Ketenagakerjaan ini merupakan lembaga pemberi jaminan sosial dan perlindungan untuk
tenaga kerja.
b) Jenis Merk
Merupakan jenis private brand karena dimiliki oleh “pedagang” dari produk jasa
Menjadi pembeda dari lembaga jaminan sosial lainnya yang menganut mekanisme yang
sama. Sehingga merk BPJS Ketenagakerjaan dan program-programnya memiliki cirri khas
Sesuai dengan pembagian yang dilakukan oleh Philip Kotler, terbagi menjadi 3 (tiga)
Salah satunya tentang kinerja produk jasa yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan ini
mitra dan anggota kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, diberikannya bimbingan
atau pengarahan dan penjelasan syarat dan kententuan yang berkaitan dengan program-
BPJS Ketenagakerjaan mempunyai nilai budaya yaitu yang disebut sebagai (ETHIKA)
ialah:Iman, Ekselen, Teladan, Harmoni, Integritas, Kepedulian, Antusias. Yang mana nilai
budaya tersebut digunakan sebagai pedoman untuk memberikan pelayanan terbaik untuk
atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang salah satunya adalah program Employee
Volunteering.
1. Kegiatan operasional utamanya adalah menjual jasa yaitu berupa program jaminan sosial
2. Pesaing yang banyak dengan persamaan menggunakan sistem asuransi, seperti Allianz
dan Prudential.
Terdapat tiga partisipan dalam distribusi jasa pada BPJS Ketenagakerjaan, yaitu:
2. Perantara, yaitu adalah pihak dari ekspedisi yang mengantarkan surat-surat, seperti
surat yang bersifat mengajak perusahaan tersebut untuk menjadi anggota kepesertaan,
3. Konsumen, yaitu pihak dari anggota kepesertaan itu sendiri, pekerja non-upah maupun
perusahaan.
1. Aplikasi BPJSTKU yang dapat di install pada smartphone yang telah banyak digunakan
3. Adanya pesawat telepon yang dapat menghubungkan peserta dengan pihak dari BPJS
kepesertaan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
pasti bertujuan dan bermaksud untuk kemaslahatan masyarakat luas, namun yang sering
menjadi masalah dalam program-program pemerintah yang baik itu adalah pelayanannya.
4.2 Saran
Rubah cara pandang melayani behind the desk menjadi infront the desk, ciptakan sales
karyawan mereka untuk mengajak anggota lain dalam keluarga karyawan tersebut menjadi
anggota BPJSTK.