Saat ini, kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1998 terdiri atas delapan
prinsip,yaitu :
Gambar 7.2.
RAPAT
ANGGOTA
IAI - KAP
INTERPRETASI
PENGURUS
ATURAN ETIKA
IAI - KAP
DEWAN
TANYA JAWAB
SPAP
Bila menyimak pengertian yang diberikan pada kedelapan prinsip etika IAI, maka sebenarnya
pengertian dari beberapa prinsip etika tersebut saling tumpang tindih atau saling memperkuat
satu dengan lainnya. Untuk lebih memahami prinsip-prinsip etika tersebut, barangkali dapat
disusun ulang suatu skema berdasarkan landasan filosofis atau proses penalaran sebagaimana
tampak pada Gambar 7.4.
Gambar 7.4.
Penjelasan masing-masing prinsip pada Gambar 7.4. dapat diberikan sebagai berikut:
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan pulik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Prinsip ke-1: Tanggung jawab Profesi diperlukan sebagai konsekuensi logis dari keharusan
akuntan untuk menjaga kepercayaan publik. Prinsip ini menyiratkan arti bahwa:
a. Publik menuntut tanggung jawab profesi akuntan untuk selalu menjaga kualitas
informasi yang disampaikan.
b. Dalam menjalankan profesinya, setiap akuntan akan sering dihadapkan pada berbagai
bentuk benturan kepentingan (conflict of interest), misalnya:
Kepentingan pribadi versus kepentingan publik.
Kepentingan atasan (untuk akuntan manajemen/akuntan pemerintah) versus
kepentingan publik.
kepentingan klien pemberi tugas (untuk akuntan pemeriksa / auditor independen)
dengan kepentingan publik. Untuk itu, akuntan harus selalu lebih
mengedepankan kepentingan yang lebih besar (kepentingan publik).
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
Dengan demikian, kompetensi dapat diartikan sebagai penguasaan dan kemampuan yang
dimiliki dalam menjalankan profesinya sehingga menumbuhkan kepercayaan publik. Dengan
kepercayaan tersebut, publik memberi mandat dan wewenang kepada yang bersangkutan dalam
menjalankan profesinya. Bila publik mulai meragukan kompetensi seorang profesional dalam
menjalankan profesinya, maka bisa berakibat publik tidak lagi memercayai kinerja seorang
profesional tersebut sehingga dengan sendirinya publik tidak lagi memberi mandat/kewenangan
kepada yang bersangkutan dalam menjalankan profesinya. Itulah sebabnya, para akuntan harus
selalu memelihara kepercayaan publik dan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk menjaga kepercayaan publik.
Rasa tanggung jawab yang tinggi hanya dapat diwujudkan melalui pengembangan dan
pemeliharaan kompetensi pada tingkat yang tinggi
IAI telah menetapkan enam prinsip etika yang berhubungan dengan keharusan memiliki
kompetensi tinggi ini, yaitu: