Anda di halaman 1dari 9

PANCASILA SEBAGAI DASAR IDEOLOGI RAKYAT

INDONESIA DITINJAU DARI MAQASHID SYARI’AH


Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah:

Metodologi Penelitian Syari’ah

Dosen Pembimbing:

Ahmad Fannani, M.Pd.

Oleh:

Rosyad Syahidin

37.2016.3127.40

PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

1440 H/2019 M
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
telah diterima secara luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam
Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan
tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara jo Ketetapan MPR No.
I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun
2002. Selain itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan
bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah
“Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai landasan ideologi negara Indonesia memiliki jejak sejarah
yang panjang dalam perumusan sila-silanya di dalam ketatanegaraan Indonesia.
Sejarah tersebut begitu sensitif dan salah-salah bisa mengancam keutuhan Negara
Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya polemik serta kontroversi yang amat
rumit dan berkepanjangan baik mengenai siapa penyusul pertama sampai dengan
pencetus istilah Pancasila.
Perumusan Pancasila tidak terlepas dengan sejarah negara Indonesia.
Pembentukan panitia-panita penyusun Pancasila merupakan salah satu bukti
historis penyusunannya. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) merupakan panitia pertama dalam rangka penyusunan
Pancasila. Dalam menjalankan tugasnya untuk mempelajari, meyelidiki dan
mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi dan
lain-lain. Di masa kepanitian ini, terjadi dua kali sidang yang denganya terlahir
rumusan kalimat “.... dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan, dengan menjalankan
syaria’at Islam bagi pemeluknya-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksaan dan permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Rumusan kalimat (Pancasila) yang belum disahkan mengharuskan
pembentukan panitia lanjutan untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Menyerhanya
Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang diumumkamn sendiri oleh Bangsa Negara Indonesia menimbulkan
situasi darurat yang harus segera diselesaikan. Dari kepanitian ini, terlahir Rumusan
kalimat mengenai sila-sila Pancasila, yaitu “..... dengan berdasarkan kepada: ke-
Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikamt kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Perdebatan mengenai Pancasila sebagai dasar ideologi negara Indonesia berakhir
dengan keluarnya hasil sidang PPKI [ada tanggal 18 Agustus 1945 yang diantara
hasil sidangnya adalah penetapan UUD RI 1945, yang di dalam pengesahaan
tersebut terdapat rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia yang
tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, berikut sistematikanya :
(a) Ketuhanan Yang Maha Esa
(b) Kemanusiaan yang adil dan beradab
(c) Persatuan Indonesia
(d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebjikasanaan dalam
pemusyawaratan perwakilan
(e) Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila-sila yang terkandung di dalam rumusan Pancasila tersebut menunjukan


adanya nilai-nilai luhur dan tujuan yang terkandung di dalamnya. Perumusan
tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa ada nilai Islam di dalamnya, yang
mengartikan para penyusun perumuasan Pancasila tersebut.
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Esa. Di dalam Tap MPR no II/MPR/1978
tentang Ekaprasetia dijelaskan dalam salah satu butir pengamalannya adalah bahwa
setiap warga Negara Indonesia harus percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa (Al-Ahad) sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusian yang adil dan beradab. Hal ini memiliki kemiripan dengan Hifdzu Ad-
diin yang menjadi salah satu tujuan dirumuskannya peraturan atau hukum
(Maqashid Asy-Syari’ah) di dalam Islam.
Sila Kedua, Kemanusian yang adil dan beradab. Salah satu penjelasan dari
Sila Kedua adalah sesama harus saling mencintai, tidak berbuat semena-mena dan
harus saling membela kebenaran dan keadilan. Hal ini juga berkaitan erat dengan
tujuan kedua dalam Maqashid Asy-Syari’ah yaitu Hifdzu Nafs yang berarti menjaga
jiwa manusia.
Sila Ketiga, Persatuan Indonesia. Yakni menempatkan kesatuan, perstuan,
dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan; juga
memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan. Sama halnya dengan Hifdzu
Nasl yang berarti menjaga keberlangsungan tanpa ada perseteruan diantara
manusia.
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Sila ini menerangakan, dalam pengambilan
kesepakatan harus berlandaskan kepada keputusan bersama yang tentunya harus
didasari oleh akal sehat. Hal tersebut sangan erat kaitannya dengan tujuan dari
Maqashid Syari’ah, yaitu Hifdzu ‘Aql yang dimaknai dengan menjaga akal sehat
untuk berfikir.
Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemaslahatan
Rakyat merupakan tujuan bersama seluruh rakyat Indonesia. Dari 36 butiran
pengamalan, menjelaskan bahwa sila ini mengajarkan agar dapat menjaga
keseimbaganan antara hak dan kewajiban, tidak bersifat boros, tidak bergaya hidup
mewah, dll. Hal ini sangat erat kaitannya dengan tujuan terakhir dari Maqashid
Syari’ah yaitu Hifdzu Maal yang diartikan dengan menjaga harta.
Pancasila yang telah menjadi dasar hukum Indonesia ini ternyata disusun
dengan memperhatikan Maqhasid Syaria’ah Al-Khomsah (Tujuan disusunnya
Hukum yang Lima). Namun dewasa ini perhatian terhadap pancasila tampaknya
mengalami kemunduran dari waktu ke waktu. Banyak dari generasi muda yang
melupakan sila-sila yang terdapat di dalam Pancasila. Fenomena semakin jarangnya
muncul nilai Pancasila dari kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sesungguhnya
merupakan sebuah ironi. Kembali ditekankan, Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia. Lebih jauh dari itu, Pancasila adalah dasar dalam penyelenggaraan
negara. Selain itu, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Sebagai pandangan hidup, ia menjadi titik oreintasi seluruh kehidupan masyarakat
luas.
Selain semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak lagi
menghiraukan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, ideologinya harus
berhadapan dengan ideologi-ideologi baru yang muncul dari kelompok Islam
radikal dan kelompok liberal. Kalangan Islam radikal dan kelompok liberal
berupaya untuk menyingkirkan ideologi Pancasila dari sistem ekonomi, politik, dan
budaya. Sebagai contoh, adanya kelompok yang tidak lagi merujuk ke nilai-nilai
Pancasila dalam menyusun peraturan perundang-undangan.
Dari penjelasan di atas, masyarakat Indonesia harus lebih memperhatikan
bahwa dasar pemikiran atau ideologi hukum Negara Kesatuan Rakyat Indonesia
adalah Pancasila dan UUD 1945. Sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalam
keduanya harus dijaga dengan baik. Pancasila seperti yang telah dipaparkan telah
mengalami perjalanan historis yang panjang dan melewati banyak pertimbangan
juga diskusi.
Tulisan ini akan memaparkan tentang bagaimana tinjauan Maqashid
Syari’ah terhadap Pancasila di Negara Indonesia yang menjadi dasar hukum
(Landasan Idiil). Dari sudut pandang tersebut pembaca dapat mengetahui bahwa
Pancasila yang dikenal oleh rakyat Indonesia disusun dengan memperhatikan
tujuan-tujuan dibentuknya sebuah hukum atau peraturan dalam Islam. Berdasarkan
uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penilitian dengan judul
“PANCASILA SEBAGAI DASAR IDEOLOGI NEGARA INDONESIA
DITINJAU DARI MAQASHID SYARI’AH”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permaslah pokok yang
dibahas adalah:
1. Bagaimana kedudukan Pancasila sebagai dasar ideologi di Indonesia?
2. Bagaimana tinjauan maqashid syari’ah terhadap Pancasila?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kedudukan Pancasila sebagai dasar ideologi di
Indonesia
2. Untuk mengetahui tinjauan maqashid syari’ah terhadap Pancasila.

D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang hukum terutama
yang berkaitan dengan Pancasila.
2. Menambah wawasan bagi para akademisi hukum dalam memakanai
nilai yang terkandung di dalam Pancasila.
3. Untuk mengetahui hasil tinjauan maqashid syari’ah terhadap Pancasila.

E. Kajian Pustaka
Guna membahas pokok maslah yang terdapat dalam rumusan di atas, maka
ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pancasila dan Maqashid
Syari’ah yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan acuan dan inspirasi bagi
penulis dalam melaksanakan penelitian ini, diantaranya:
1. Dalam skripsi Rahmat Hidayat mahasiswa Universitas Hasanuddin
Makassar dengan judul “Ideologi Pancasila dalam Implementasi
Pemerintah di Indonsia”. Tulisan tersebut merumuskan masalah
tentang implementasi sistem ekonomi Pancasila dalam kebijakan
pertambagan di Kolaka Utara. Tulisan yang ditulis oleh penulis berbeda
dengan tulisan di atas, sehingga penulis tidak melakukan kecurangan.
2. Dalam skripsi Vika Fitri Amalia, mahasiswi Universitas
Muhammadiyah Ponorogo dengan judul “Analisis Makna Pancasila
Sila Pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ menurut prespektif Islam
dalam mewujudkan NKRI”. Tulisan tersebut merumuskan masalah
tentang peran dan kedudukan Pancasila sila pertama dalam mewujudkan
NKRI. Hal ini berbeda dengan tulisan yang ditulis oleh penulis. Penulis
hendak meneliti dan menulis tinjauan maqashid syari’ah terhadap
Pancasila.
3. Dalam skripsi Ilham Utomo, mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Tinjauan Maqashid Syari’ah
terhadap aturan poligami di Indonesia”. Tulisan tersebut merumuskan
masalah tentang tinjuan maqashid syariah terhadap aturan pologami di
Indonesia. Tulisan tersebut berbeda dengan tulisan yang ditulis oleh
penulis yang membahas tentang tinjauan maqashid syari’ah terhadap
Pancasila.

F. Landasan Teori
Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan hidup manusia adalah mencari,
mendapatkan dan merasakan kebahagiaan atau ketenangan. Untuk mendapatkan
kebahagian dan menghindar dari kerusakan maka dibutuhkan petunjuk untuk
meraihnya. Pertunjuk tersebut tentu harus berasal dari pemberi kebahagiaan yaitu
Tuhan, agar kebahagian yang diharapkan sesuai dengan kehendak-Nya. Karena
Tuhan Maha Adil, maka Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia untuk
meraih kebahagiaan dan menolak kerusakan, yaitu Wahyu yang disampaikan oleh
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Kebahagian hanya dapat diraih dengan mengikuti aturan yang diberikan
Tuhan. Oleh karenya apabila dalam proses pencapaian kebahagian keluar dari
petunjuk yang diberikan Tuhan maka dapat dipastikan kebahagiaan tersebut tidak
akan diperoleh.
Pada petunjuk yang diberikan oleh Tuhan terdapat aturan-aturan yang harus
dilaksanakan dan mesti ditinggalkan, maka aturan tersebut dijadikan sebagai
sumber untuk meraih kebahagian dan menolak kerusakan. Melakasanakan taat
adalah sebab untuk meraih kebahagian, seperti melaksanakan perbuatan yang
diwajibkan, disunahkan dan dibolehkan oleh Allah, sedangkan melaksanakan
maksiat merupakan sebab datangnnya kerusakan seperti melaksanakan perbuatan
yang diharamkan.
Peraturan atau hukum yang disyariatkan oleh Allah Sang Pencipta tidak
serta merta disusun hanya sebagai rutinitas manusia saja tanpa memiliki tujuan
tertentu. Dalam Islam, dikenal dengan Maqashid Syariah sebagai tujuan suatu
hukum/ syariat ditegakan. Inti dari maqashid syariah ini tidak lain adalah untuk
menjaga kemaslahatan bagi seluruh umat manusia, selain itu perhatian terhadap
maqashid syariah ditunjukan untuk menhindari kerusakaan. Kedua hal tersebut
merupakan tujuan hidup manusia yang tidak dapat dipandang sebelah mata.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis bertujuan untuk
menulis karya tulis ilmiah tentang tinjauan maqashid syariah tehadap pancasila
sebagai dasar ideologi rakyat Indonesia.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah studi
pustaka dengan metode analisis. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisa
bagaimana tinjauan maqashid syariah terhadap Pancasila.
2. Sumber Data Penelitian
a. Data Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri
dari:
1) Pancasila
2) Tap MPR no II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia.
b. Data Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, seperti literatur dan buku-buku penunjang yang berhubungan denga
permasalah dalam penulisan skripsi ini seperti jurnal-jurnal hukum tentang
Pancasila dan jurnal-jurnal tentang maqashid syaria’h.
H. Kerangka Penelitian
Tulisan ini menjelaskan tentang tinjauan maqashid syariah yang memiliki
kerangka penelitian sebagai berikut:
Bab Satu: Pendahuluian. Menjelaskan tentang latar belakang masalah yang
diteliti dan dibahas oleh penulis. Kemudian, rumusan masalah tentang tinjauan
maqashid syaria’ah terhadap Pancasila sebagai dasar ideologi rakyat Indonesia.
Kemudian Tujuan dan manfaat dari penelitian ini.
Bab Dua: Metode Penelitian. Berisi tentang pembahasan tentang variabel-
variabel yang terdapat di dalam penilitian ini. Adapun variabel yang tedapat di
dalam penelitian ini diantaranya: (1) Pancasial dan (2) Maqashid Syaria’ah.
Bab Tiga: Pembahasan. Berisi tentang tinjauan maqashid syariah terhadap
Pancasila sebagai dasar ideologi rakyat Indonesia. Bab ini menjelaskan bahwa
Pancasila yang dijadikan dasar hukum ini memiliki tujuan-tujuan yang sama
dengan maqashid syariah dalam setiap silanya.
Bab Empat : Kesimpulan. Berisi tentang kesimpulan yang ditulis sebagai
hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, penulis menuliskan
saran yang ditunjukan untuk pembaca dan seluruh halayak orang.

Anda mungkin juga menyukai