Anda di halaman 1dari 5

Karakterisasi Material Sifat Optik, Listrik, dan Kristal

1. Sifat Optik
Sifat optic utama dari material teknik adalah indeks bias, absorptivity, koefisien
penyerapan, pantulan, dan transmissivity. Indeks bias adalah sifat optic penting dari logam
yang didefinisikan sebagai rasio kecepatan cahaya dalam ruangan hampa udara (vacuum)
terhadap kecepatan material. Indeks bias dapat juga diistilahkan sebagai rasio sin sudut datang
terhadap sin sudut pantul.
Karakterisasi suatu material dapat dilakukan berdasarkan sifat optik, sifat listrik, struktur
kristal, serta topografi dari material tersebut. Spektroskopi merupakan teknik karakterisasi
material yang memanfaatkan interaksi gelombang elektromagnetik dengan materi. Pada
spektroskopi dilakukan pengukuran absorbansi serta transmitansi spektrum gelombang
elektromagnetik terhadap material. Spektroskopi memanfaatkan proses dasar transisi yang
terjadi dengan menggunakan foton, yaitu absorpsi, emisi spontan, dan emisi terstimulasi.
Absorpsi terjadi saat elektron pada keadaan ground state dan ada foton datang dengan
energi (hv) sebesar energi band gap antara dua keadaan kuantum (E2-E1). Maka, elektron
tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi dari foton
datang. Emisi spontan terjadi saat elektron pada keadaan tereksitasi secara spontan atau tanpa
stimulus foton lain bertransisi ke tingkat energi lebih rendah dengan melepaskan energi dalam
bentuk foton dengan energi (hv) sebesar energi band gap antara dua keadaan kuantum (E2-
E1). Hal tersebut dapat terjaid karena adanya vibrasi termal dari atom. Emisi terstimulasi terjadi
saat elektron pada keadaan tereksitasi dan ada foton datang dengan energi (hv) sebesar energi
band gap antara dua keadaan kuantum (E2-E1). Maka, elektron tersebut akan bertransisi ke
tingkat energi yang lebih rendah dengan melepaskan energi dalam bentuk foton.
Spektroskopi berdasarkan panjang gelombang terdiri dari spektroskopi infrared (700 nm -
500 μm), spektroskopi cahaya tampak (400 - 700 nm), dan spektroskopi ultraviolet (200 – 400
nm). Pada spektroskopi infrared, iradiasi material dengan infrared menyebabkan perubahan
energi vibrasi dari molekul. Pada spektroskopi cahaya tampak (Vis) dan spektroskopi
ultraviolet (UV), iradiasi material dengan cahaya tampak maupun ultraviolet mengubah energi
dari elektron terluar pada atom dalam molekul. Berdasarkan struktur atomnya, setiap molekul
menghasilkan spektrum karaketristik yang berbeda. Pengukuran spektrum karakterisitik yang
dihasilkan untuk setiap spektrometer dapat digunakan untuk mengkarakterisasi suatu material.
Komponen penyusun spektrometer UV-Vis, yaitu sumber cahaya, monokromator, sel
sampel, detektor, dan visual display. Sumber cahaya yang digunakan adalah cahaya
polikromatis, yang terdiri dari lampu tungsten untuk daerah visible dan lampu deuteurium
untuk daerah ultraviolet. Monokromator adalah bagian yang mendispersikan cahaya
polikromatis menjadi cahaya monokromatis dengan panjang gelombang tertentu. Sel sampel
adalah tempat untuk meletakkan sampel yang akan dianalisis. Detektor adalah bagian yang
menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi sinyal listrik.
Visual display adalah bagian yang menampilkan besaran sinyal listrik dalam persen
transmitansi dan persen absorbansi.
Pita energi adalah kumpulan tingkat energi elektron dalam suatu materi, yang terdiri dari
pita konduksi dan pita valensi. Pita konduksi adalah pita energi paling atas yang kosong atau
terisi sebagian oleh elektron bebas. Pita valensi adalah pita energi paling bawah yang terisi
penuh oleh elektron serta hole. Pita energi mengatur elektron-elektron dalam kristal yang
mempengaruhi konduktivitas listrik dari suatu material padat. Pita energi dipisahkan oleh
bandgap, yang merupakan hasil interaksi konduktivitas elektron dengan inti ion kristal. Energi
bandgap adalah energi yang diperlukan elektron untuk berpindah dari pita valensi ke pita
konduksi.
Nilai transmitansi berbeda untuk panjang gelombang yang sama. Suhu mempengaruhi
nilai persen transmitansi. Semakin tinggi suhu pemanasan, nilai transmitansi yang dihasilkan
cenderung menurun. Hal itu terjadi karena energi memasuki sampel lebih banyak fraksi energi
yang diserap dibandingkan dengan yang diteruskan, akibatnya fraksi energi yang diteruskan
menjadi lebih kecil. Transmitansi yang besar ukurannya dapat terjadi karena ukuran partikel
yang kecil. Jadi, nilai transmitansi cenderung menurun ketika terjadi peningkatan suhu.

2. Sifat Listrik

Berdasarkan sifat kelistrikannya, suatu bahan dapat digolongkan menjadi empat kelompok
yaitu konduktor, isolator, semikonduktor, dan superkonduktor. Keempat jenis sifat bahan
tersebut dapat dibedakan menggunakan teori pita (band) yang terdiri dari pita konduksi dan
pita valensi yang muncul berdasarkan interaksi antar gelombang elektron dan juga inti atom.
Besarnya antar celah pita dapat dimodifikasi dengan berbagiai cara, diantaranya implantasi
yang menghasilkan donor atau akseptor, memberikan impuritas ataupun dengan mangatur
komposisi pada saat proses preparasi. Ini berarti bahwa besarnya konduktivitas/resisitivitas
bisa dikendalikan dengan mudah.
Untuk konduktor pita valensi dan pita konduksi saling bertumpangan. Untuk
semikonduktor dan isolator, pita konduksi dan pita valensi tidak bertumpangan, dan selang
diantaranya menyatakan energi yang tidak boleh dimiliki elektron. Konduktor merupakan
bahan yang memiliki resistansi listrik kecil yaitu 10-5 Ωcm. Hal ini disebabkan dalam bahan
konduktor terdapat sejumlah besar elektron bebas. Dalam tinjauan pita energi, konduktor
memiliki pita konduksi dan pita valensi yang saling tindih (overlap) dan energi gap yang sangat
kecil. Konduktor memiliki struktur pita energi yang hanya sebagian saja yang berisi elektron.
Pita energi yang terisi sebagian merupakan pita konduksi. Medan listrik eksternal yang
dikenakan pada konduktor akan mempengaruhi elektron, sehingga memperoleh tambahan
energi dan memasuki tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron tersebut elektron bebas yang
lincah dan gerakannya menghasilkan arus listrik.
Isolator adalah bahan yang tidak memungkinkan arus listrik melewatinya atau suatu
penghantar listrik yang buruk, memiliki harga resistivitas antara (1014 – 1022) Ωcm. Isolator
memiliki pita valensi yang penuh berisi elektron, sedangkan pita konduksinya kosong. Energi
gap isolator sangat besar sekitar 6 eV, sehingga energi yang diperoleh dari medan listrik
eksternal terlalu kecil untuk memindahkan elektron melewati energi gap tersebut, sehingga
penghantaran listrik tidak dapat berlangsung. Pada umumnya isolator memiliki dua sifat yaitu:
(1) mempunyai celah energi yang cukup besar antara pita valensi dan (2) pita konduksi dan
tingkat energi fermi terletak pada celah energinya.
Semikonduktor merupakan bahan yang konduktivitas listriknya terletak antara konduktor
dan isolator, atau bahan yang memiliki resistivitas antara konduktor dan isolator (10-2 -
109)Ωm. Contoh bahan semikonduktor adalah germanium, silikon, karbon, dan selenium.
Semikonduktor mempunyai struktur pita energi yang sama dengan isolator, hanya saja celah
energi terlarang atau energi gap (Eg) pada semikonduktor jauh lebih kecil daripada isolator.
Celah energi yang tidak terlalu lebar tersebut menyebabkan semikonduktor mempunyai
perilaku yang berbeda dari bahan isolator. Berdasarkan konsep pita energi, semikonduktor
merupakan bahan yang pita valensinya hampir penuh dan pita konduksinya hampir kosong
dengan lebar pita terlarang Eg sangat kecil (±1 hingga 2 eV). Pada suhu 0 K, bahan
semikonduktor akan berlaku sebagai isolator dengan pita valensinya terisi penuh dan pita
konduksi kosong. Namun pada suhu kamar, bahan semikonduktor akan mempunyai sifat
konduktor. Energi termal diterima oleh elektron-elektron pada pita valensi. Jika energi termal
lebih besar atau sama dengan Eg-nya maka elektron-elektron tersebut mampu melewati celah
energi terlarang dan berpindah ke pita konduksi sebagai elektron hampir bebas. Elektron-
elektron tersebut meninggalkan kekosongan pada pita valensi yang disebut dengan lubang
(hole). Hole pada pita valensi dan elektron hampir bebas pada pita konduksi itulah yang
berperan sebagai penghantar arus pada semikonduktor, dimana elektron merupakan pembawa
muatan negatif dan hole merupakan pembawa muatan positif.
Adapun koefisien suhu hambatan listrik disebabkan karena adanya pengaruh suhu terhadap
susunan atom-atom bahan. Bahan konduktor adalah bahan yang kutub atom-atomnya mudah
teratur sesuai arus listrik yang melaluinya. Semakin teratur susunan atom-atom bahan tersebut
semakin baik sifat konduktornya. Susunan atom-atom ini akan terganggu jika bahan
dipanaskan. Semakin tinggi suhu bahan maka susunan atom-atomnya semakin tidak teratur,
sehingga hambatan bahan semakin besar.

3. Sifat Kristal

Jika atom-atom bergabung membentuk padatan (solid), atom-atom itu mengatur dirinya
sendiri dalam pola tataan tertentu yang disebut kristal. Kristal didefinisikan sebagai komposisi
atom-atom zat padat yang memiliki susunan teratur dan periodik dalam pola tiga dimensi.
Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus memenuhi adanya
ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat. Susunan khas atom-atom dalam kristal
disebut struktur kristal. Struktur kristal terbentuk dari gabungan sel satuan yang merupakan
sekumpulan atom yang tersusun secara khusus dan periodik berulang dalam tiga dimensi dalam
suatu kisi kristal. Kumpulan atom penyusun kristal disebut dengan basis dan kedudukan atom-
atom didalam ruang dinyatakan oleh kisi.
Ditinjau dari strukturnya, zat padat dibagi menjadi tiga yaitu monocrystal (kristal tunggal),
polycrystal, dan amorf. Pada kristal tunggal (monocrystal), atom atau penyusunnya
mempunyai struktur tetap karena atom-atom atau molekul-molekul penyusunnya tersusun
secara teratur dalam pola tiga dimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang
yang panjang tak berhingga. Polycrystal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-
kristal tunggal yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk
benda padat. Berbeda dengan monocrystal dan polycrystal, amorf memiliki pola susunan atom-
atom atau molekul molekul yang acak dan tidak teratur secara berulang. Amorf terbentuk
karena proses pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat
menempati lokasi kisinya.
Kristal yang sempurna merupakan susunan atom secara teratur dalam kisi ruang, susunan
khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal dibangun oleh sel satuan
(unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun secara periodik berulang di dalam
kisi ruang. Pada suatu sel satuan, tiga buah sumbu merupakan sumbu kristal teratur yang
berhubungan dengan atom atau ion yang sama. Dimensi suatu sel satuan ditentukan oleh
perpotongan konstanta sumbu-sumbu a, b, dan c. Geometri kristal dalam ruang dimensi tiga
yang merupakan karakteristik kristal memiliki pola yang berbeda-beda. Suatu kristal yang
terdiri dari jutaan atom dapat dinyatakan dengan ukuran, bentuk, dan susunan sel satuan yang
berulang dengan pola pengulangan yang menjadi ciri khas. Struktur kristal dinyatakan dalam
sumbu-sumbu kristal yang dikaitkan dengan parameter kisi dan sudut referensi.
Suatu kristal mempunyai bidang-bidang atom yang mempengaruhi sifat dan perilaku
bahan. Kelompok bidang tergantung pada sistem kristal. Dua bidang atau lebih dapat tergolong
dalam kelompok bidang yang sama. Bidang tersebut biasa diberi lambang (hkl) atau biasa
disebut indeks miller. Indeks miller adalah kebalikan dari perpotongan suatu bidang dengan
ketiga sumbu, dinyatakan dalam bilangan utuh bukan pecahan atau kelipatan bersama. Indeks
miller (hkl) dapat digunakan untuk menggambarkan semua bidang dalam kristal.
Berdasarkan hasil Penelitian, sampel hidroksiapatit/magnetit telah berhasil disintesis
menggunakan metode pengendapan pada suhu rendah. Analisis struktur kristal menggunakan
metode rietvield diperoleh ukuran kristal hidroksiapatit/magnetit sekitar 10 nm. Hasil ini
didukung dengan analisis menggunakan SEM yang menunjukkan bahwa morfologi
hidroksiapatit/magnetit berada dalam orde nanometer.

Karakterisasi struktrur lapisan tipis diuji dengan uji analisis XRD. Teknik XRD dapat
memberikan informasi seperti struktur kristal, dan orientasi kristal. Analisis struktur dan
orientasi kristal dilakukan dengan membandingkan hasil difraktogram dari difraksi sanar – X
dengan data JCPDS.

Zinc Oxide (ZnO) merupakan semikonduktor II-VI dengan energi bandgap sekitar 3.2 eV.
Struktur kristal ZnO terdiri dari wurtzite, zinc blende, dan cubic rock salt[4]. Bentuk dominan
struktur kristal ZnO adalah wurtzite (heksagonal) karena paling stabil pada suhu kamar dan
tekanan. Bentuk heksagonal memiliki sub kisi Zn2+ dan O2- yang bergantian membentuk
bidang dasar. Susunan atom tetrahedral dalam struktur wurtzite adalah struktur non-
centrosymmetric yang menimbulkan momen dipol serta dapat menghasilkan sifat seperti
piezoelektrik.

Anda mungkin juga menyukai