Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan Kesehatan
Utama (PHC), Indonesia telah mengembangkan berbagai bentuk Puskesmas
di beberapa daerah. Berdasarkan penelitian pada tahun 1976 diketahui bahwa
200 masyarakat kegiatan kesehatan berbasis (CBHA) telah di terapkan dan di
laksanakan dalam masyarakat.
Seiring waktu, Puskesmas telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk
CBHA dan salah satu itu di catat sebagai Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Aktivitas itu meliputi lima program utama, yaitu keluarga perencanaan,
kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, imunisasi dan diare pencegahan.
Selain posyandu, ada rumah sakit bersalin desa (VMH) yang dikelola oleh
bidan desa sebagai cara untuk membuat kesehatan ibu dan anak dekat dengan
masyarakat jasa.
CBHA dapat tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat
kesehatan. Namun, CBHA pergi ke penurunan ketika krisis moneter pada
tahun 2997 meledak yang mengakibatkan multi-dimensi krisis,
krisismenciptakan reformasi total dalam banyak aspek, termasuk di sektor
kesehatan. Meskipun penting, desentralisasi menguasasi aspek yang paling
pembangunan, termasuk sektor kesehatan. Ini telah benar-benar mengubah
model perencanaan, yang sebelumnya adalah sentralisasi menjadi tergantung
pada masing-masing kabupaten. Ini memiliki implikasi pada prioritas
pengaturan masing-masing kabupaten. Banyak perhatian lebih pada
pemerintah daerah aspek kuratif daripada promotf dan tindakan pencegahan.
Setelah euforia demokrasi berakhir, semua sektor termasuk kesehatan mulai
menghidupkan kembali dan merevisi prioritas mereka untuk skala yang lebih
baik. Pada tingkat visi misi pusat dan nilai-nilai DepKes dirumuskan dan
dijelaskan ke empat strategi utama, yaitu:
1. Untuk mengaktifkan dan memberdayakan masyarakat hidup sehat
2. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
berkualitas

1
3. Untuk meningkatkan sistem informasi surveilans, monitoring dan
kesehatan
4. Untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan
Semua strategi di atas terkait dengan Primary Health Care, dua yang
pertama pada nomor 1 dan 2 erat terkait dengan perawatan kesehatan primer.
Hal itu menunjukkan peran pentingnya Primary Health Care dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan kesehatan
essensial yang dibuat dan bisa teeerjangkau secara universal oleh individu
dan keluarga di dalam masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer
luas jangkauannya dan merangkum beerbagai aspek masyarakat dan
kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan
dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut
serta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan negara
bertanggung jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di dunia,
termasuk Indonesia, pelayanan kesehatannya tumbuh menjadi industri yang
tak terkendali dan menjadi tidak manusiawi. Mengalami hal yang oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “the commercialization of health care in
unregulated health systems”. Kondisi ini ditandai dengan maraknya
komersialisasi pelayanan dan pendidikan, yang dipicu oleh pembiayaan
kesehatan yang belum baik. Setelah deklarasi Alma Ata (1978), program
kesehatan menjadi gerakan politik universal. Deklarasi ini telah menjadi
tonggak sejarah peradaban manusia. Kesehatan diakui sebagai hak asasi
manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, ras dan kewaranegaraan,
agama serta gender.
Sebagai hak asasi manusia, kesehatan menjadi sektor yang harus di
perjuangkan, serta meningkatkan bahwa kesehatan berperan sebagai alat
pembangunan sosial dan bukan sekadar hasil dari kemajuan pembangunan
ekonomi semata. Kesadaran ini melahirkan konsep primary health care (PHC)
yang intinya: pertama, menggalang potensi pemerintah – swasta – masyarakat
lintas sektor, mengingat kesehatan adalah tanggung jawab bersama. Kedua,

2
menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif serta menolak dominasi elite
dokter yang cenderungf mengutamakan pelayanan rumah sakit, peralatan
canggih dan mahal. Ketiga memanfaatkan teknologi secara tepat guna pada
setiap tingkat pelayanan. Berbagai negara di belahan dunia, seperti Uni
Eropa, Amerika Latin, serta di beberapa negara Asia, berhasil menata kembali
sistem kesehatannya dengan kembali menerapkan primary health care (PHC)
sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan?
2. Apa saja fasilitas layanan kesehatan yang membantu persalinan?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengerti yang dimaksud dengan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan.
2. Mahasiswa mengerti macam-macam fasilitas kesehatan yang membantu
persalinan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan


1. Pengertian
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter,dan tenaga para medis lainnya)
2. Alasan Setiap Persalinan harus ditolong oleh Tenaga Kesehatan
a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu
persalinanan, sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin.
b. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau
dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan
yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
bahaya kesehatan lainnya.
3. Hal yang harus dilakukan bila ada Salah Satu Tanda Persalinan
a. Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter)
b. Tetap tenang dan tidak bingung
c. Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas melalui
hidung dan mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.
4. Tanda-Tanda Bahaya Persalinan
a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas.
b. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan.
c. Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir.
d. Tidak kuat mengejan.
e. Mengalami kejang-kejang.
f. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas.
g. Air ketuban keruh dan berbau.
h. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar.
i. Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
j. Keluar darah banyak setelah bayi lahir. (Bila ada tanda bahaya, ibu
harus segera dibawa ke bidan atau dokter.)

4
5. Peran Kader Dalam Membina Rumah Tangga Agar Melakukan Persalinan
Oleh Tenaga Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan
a. Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya
dengan memberi tanda seperti menempelkan stiker.
b. Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannyadi
bidan/dokter.
c. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan,misalnya melalui penyuluhan kelompok
di posyandu, arisan,pengajian, dan kunjungan rumah.
d. Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakkan
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu
dan bayi seperti dana sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans
desa, calon donordarah, warga dan suami Siap Antar Jaga, dan
sebagainya.
e. Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke
bidan/dokter selama masa nifas (40 harisetelah melahirkan) sedikitnya
tiga kali pada minggu pertama,ketiga, dan keenam setelah melahirkan.
f. Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
g. Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) sajasampai bayi
berumur 6 bulan (ASI Eksklusif).
6. Ketentuan Persalinan di Indonesia
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan
Kesehatan Ibu Bersalin kepada semua ibu bersalin di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan persalinan sesuai standar adalah
persalinan yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter
Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
Pemerintah maupun Swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR)
baik persalinan normal dan atau persalinan dengan komplikasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes,
Puskesmas, bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik

5
bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun
swasta. Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan
persalinan normal yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual. Adapun untuk persalinan dengan komplikasi mengikuti acuan
dari Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Rujukan.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan
pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar di wilayah kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Capaian kinerja Pemerintah
Daerah Kabupatena atau Kota dalam pelayanan kesehatan ibu bersalin
adalah 100 persen. Rumus penghitungan capaian kinerja :

B. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Persalinan


1. Primary Health Care (PHC)
a. Latar belakang PHC
Pada waktu itu, banyak negara tidak mamu mengatasi dan
menanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare. Pada tahun 1960,
teknologi kuratif dan preventif dalam struktur pelayanan kesehatan
telah mengalami kemajuan sehingga muncul pemikiran untuk
mengembangkan konsep upaya dasar kesehatan. Pada tahun 1972/1973.
WHO mengadakan studi dan mengungkapkan bahwa banyak negara
tidak puas terhadap sistem kesehatan yang dijalankan dan banyak hal
mengenai kuranganya pemerataan pelayanan kesehatan dia daerah
pedesaan. Pada 1977, Sidang Kesehatan Sedunia (World Health

6
Essembly) ke-30 menghasilkan kesepakatan atau “Kesehatan bagi
Semua Tahun 2000” dengan sasaran utamanya adalah tercapainya
derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup produktif,
baik secara sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan perubahan orientasi dalam
pembangunan kesehatan yang meliputi perubahan-perubahan berikut:
1) Pelayanan kuratif ke promotif dan preventif.
2) Daerah perkotaaan ke pedesaan.
3) Golongan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah.
4) Kampanye massal ke upaya kesehatan terpadu.
Selanjutnya, pada Konferensi Internatinal 1978 di Alma Alta (Uni
Soviet) 12 September 1978 ditentukan tujuan agar menemukan titik
temu dengan PHC. Resolusi ini dikenal dengan Health for All by The
Year 2000 (HFA 2000) atau Kesehatan bagi Semua Tahun 2000.
Resolusi ini merupakan target resmi dari bangsa-bangsa yang tergabung
daam WHO. Dalam konferensi tersebut, Indonesia juga ikut
menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global dengan
menyatakan bahwa untuk mencapai HFA 2000 kuncinya adalah PHC.
Bentuk operasional dari PHC di Indonesia adalah Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Pemimpin perawat yang menjadi
kunci dalam mencetuskan usaha perawatan PHC adalah Amelia
Maglacas pada tahun 1986. Setelah diidentifikasi tujuan HFA dan
strategi PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator
global untuk pemantuan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat untuk
semua pada tahun 1986. Indikator tersebut adalah:
1) Perkembangan sosial dan ekonomi.
2) Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan.
3) Kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial
ekonomi.
b. Pengertian PHC
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok berdasarkan metode serta
teknologi praktis dan ilmiah yang dapat diterima secara umum baik

7
oleh individu maupun keluarga dlam masyarakat, melalui partisipasi
mereka sepenuhnya, serta biaya yang dapat dijangkau oleh masayarakat
dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan dalam
semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib
sendiri (self determination).
c. Karakteristik PHC
1) Mengembangkan keadaan sosial, ekonomi, budaya serta politik
masyarakat berdasarkan penerapan hasil penelitian hasil kesehatan
sosial-biomedis dan pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat
dengan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
3) Minimal mencakup penyuluhan tentang masalah kesehatan utama,
cara pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan
peningkatan gizi, penyediaan sanitasi dasar dan air bersih,
pembinaan kesehatan ibu dan anak termasuk KB, imunisasi teradap
penyakit menular utama, pencegahan penyakit endemis, pengobatan
penyakit umum dan cidera serta penyediaan obat esensial.
4) Melibatkan dan meningkatkan kerja sama lintas sektor dan aspek
pembangunan naional dan masyarakat disamping sektor kesehatan,
terutama pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan,
penerangan, agama, perumahan, perhubungan dan perkerjaan umum.
5) Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan dan keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian PHC, serta penggunaan sumber daya yang ada.
6) Ditunjang oleh sistem rujukan upaya kesehatan secara menyeluruh
dengan memprioritaskan golongan masyarakat yang paling
membutuhkan.
7) Didukung oleh tenaga kesehatan profesional dan masyarakat,
termasuk tenaga kesehatan tradisional yang terlatih di bidang teknis
dan sosial untuk bekerja sebagai tim kesehatan yang mampu bekerja
bersama masyarakat dan membangunkan peran serta masyarakat.

8
d. Tujuan PHC
1) Tujuan Umum
Tujuan umum PHC adalah mencoba menemukan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga
tercapai tingkat kepuasan masyarakat yang menerima pelayanan.
2) Tujuan Khusus
a) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani.
b) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani.
c) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani.
d) Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan
sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
e. Unsur dan Prinsip Dasar PHC
Unsur utama PHC adalah :
1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan.
2) Melibatkan peran serta masyarakat.
3) Melibatkan kerja sama lintas sektoral.
Prinsip dasar dari PHC adalah :
1) Pemerataan upaya kesehatan.
2) Penekanan pada upaya preventif.
3) Menggunakan teknologi tepat guna.
4) Melibatkan peran serta masyarakat.
5) Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi.
f. Fungsi dan Ciri-ciri PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi berikut :
1) Pemeliharaan kesehatan.
2) Pencegahan penyakit.
3) Diagnosis dan pengobatan.
4) Pelayanan tindak lanjut.
5) Pemberian sertifikat.
Ciri-ciri PHC adalah :
1) Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat.

9
2) Pelayanan yang menyeluruh.
3) Pelayanan yang terorganisasi.
4) Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun
masyarakat.
5) Pelayanaan yang berkesinambungan.
6) Pelayanaan yang progresif.
7) Pelayanaan berorientasi kepada keluarga.
8) Pelayanaan tidak berorientasi pada salah satu aspek saja.
g. Program PHC
1) Asuransi kesehatan.
2) Pos obat desa (POD).
3) Tanaman obat keluarga (Toga).
4) Pos kesehatan.
5) Pondok bersalin desa (Polindes).
6) Tenaga kesehatan sukarela.
7) Kader kesehatan.
8) Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, dan
industri rumah tangga).
h. Ruang Lingkup PHC
Pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki 8 elemen berikut :
1) Pendidikan mengenai masalah kesehatan, cara pencegahan penyakit,
serta pengendaliannya.
2) Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi.
3) Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
4) Kesehatan ibu dan anak, termasuk KB.
5) Imunisasi tehadap penyakit-penyakit infeksi utama.
6) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemis setempat.
7) Pengobatan penyakit umum dan rudapaksa (perkosaan).
8) Penyediaan obat-obat esensial.
i. Tanggung Jawab Bidan dalam PHC
Tanggung jawab bidan dalam PHC lebih dititikberatkan kepada hal-hal
sebagai berikut :

10
1) Mendorong partisipasi aktif masyarakat.
2) Kerja sama dengan masyarakat, keluarga, dan individu.
3) Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri
pada masyarakat.
4) Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
j. Penerapan PHC di Indonesia
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah bentuk
operasional dari PHC di Indonesia. PKMD mencakup serangkaian
kegiatan swadaya masyarakat berasaskangotong royong dan didukung
oleh pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan atau yang terkait dengan kesehatan,
agar masyarakat dapat hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan
kesejahteraan yang lebih baik.
2. Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED)
a. Pengertian
Pelayanan obstetri neonatus esensial dasar atau PONED adalah
puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas
bersalin. PONED siap 24 jam dalam memberikan pelayanan terhadap
ibu hamil, bersalin, dan nifas, serta bayi baru lahir dengan komplikasi,
baik yang datang sendiri atau karena rujukan kader/masayarakat/bidan
di desa, puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke RS PONEK
pada kasusu yang tidak mampu ditangani. PONED dilakukan
dipuskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang
boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat, tim PONED
beserta penanggung jawab terlatih. PONED dapat diberikan oleh
puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk
penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas
PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan
antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan
puskesmas nonperawatan disiapkan untuk melakukan pertolongan
pertama gawat darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) serta tidak
disiapkan untuk melakukan PONED. Batasan dalam PONED bidan

11
boleh memberikan injeksi antibiotika, injeksi uterotonika, injeksi
sedatif, plasenta manual, ekstrasi vakum, transfusi darah, dan operasi
cesar. Tujuan PONED adalah untuk menghindari rujukan yang lebih
dari dua jam dan untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.
b. Puskesmas PONED
Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas baik
yang datang sendiri atau rujukan kader, masyarakat, bidan desa, dan
puskesmas. Puskesmas PONED dapat melakukan pengelolaan kasus
dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan
kemampuannya atau melakukan rujukan pada rumah sakit PONEK.
Indikator kelangsungan dari puskesmas PONED adalah sebagai berikut.
1. Kebijakan tingkat puskesmas.
2. SOP (sarana obat peralatan).
3. Kerja sama RS PONED.
4. Dukungan dinas kesehatan.
5. Kerja sama spesialis obstetri dan ginekologi.
6. Kerja sama bidan desa.
7. Kerja sama puskesmas non-PONED.
8. Pembinaan amp.
9. Jarak puskesmas PONED dengan RS.
Kriteria rumah sakit PONED adalah sebagai berikut.
1. Ada rawat inap.
2. Ada puskesmas binaan dan rumah sakit tipe c.
c. Alur Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
yang mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan,
efisien, efektif, dan sesuai dengan kemampuan atau kewenangan
fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal yang datang kepuskesmas PONED harus langsung dikelola
sesuai dengan prosedur tetap, sesuai dengan acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi

12
klien, ditentukan apakah klien akan ditangani ditingkat puskesmas
PONED atau dirujuk ke rumah sakit PONEK untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya.
d. Pengembangan puskesmas PONED 24 jam
Pemebentukan sistem rujukan diantara polindes, puskesmas, puskesmas
PONED, dan rumah sakit PONEK 24 jam merupakan rangkaian upaya
percepatan penurunan AKI dan AKB. Langakah utamanya mencakup
hal berikut.
1) Peningkatan deteksi dini dan pengelolaan ibu hamil dengan risiko
tinggi, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta
pengelolaan komplikasi kehamilan dan persalinan berkaitan dengan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal melalui aktivitas, dan
efisiensi, dan efektivitas mata rantai rujukan.
2) Peningkatan cakupan pengelolaan kasus dengan komplikasi obstetri
dan neonatal.
3) Pemantapan kemampuan pengelola program ditingkat kabupaten/
kota dalam perencanaan, penatalaksanaan, pemantauan, dan
penilaian kinerja sebagai upaya penurunan AKI.
4) Peningkatan pembinaan teknis dalam bentuk pelatihan klinik untuk
ketrampilan PONED untuk bidan desa, dokter dan bidan puskesmas
PONED dengan menggunakan buku acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal dan Modul Ketrampilan Klinik
Standar, serta pelatihan terkualifikasi dari Jaringan Pelatihan Klinik
Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
e. Program menjaga mutu PONED 24 jam
Setelah mendapat berbagai masukan perbaikan, ditetapkan bahwa
PONED yang komprehensif harus tersedia hal-hal berikut.
1) Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman.
2) Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang
lengkap.
3) Ruang pulih atau observasi pasca tindakan.

13
4) Tenaga kesehtan yang berkualitas sebagai pelaksana pelayanan
komprehensif.
5) Protokol pelaksana dan uraian tugas pelayanan (termasuk koordinasi
internal).
f. Puskesmas PONED dan puskesmas perawatan
1) Administrasi.
a) Fasilitas kegawatdaruratan harus dikelola dan diselenggarakan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b) Penyelenggaraan unit gawat darurat harus didasarkan pada
panduan pelayanan dan prosedur yang tertulis.
c) Dokter dan bidan sebagai penanggung jawab unit, bekerja sama
secara terpadu dan harus dapat memberikan jaminan pemantauan
serta penilaian secara berkala dari kualitas, keamanan, dan
ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan.
d) Setiap petugas kegawatdaruratan baru yang ditugaskan pada unit
gawat darurat harus menjalani program orientasi secara formal
yang menjelaskan tentang misi unit gawat darurat, standar
prosedur pelayanan gawat darurat, dan tanggung jawab masing-
masing.
e) Setiap unit gawat darurat harus selalu menjaga dan
mengembangkan pengetahuan maupun keterampilannya secara
profesional agar dapat selalu memberikan pelayanan yang optimal
kepada klien.
f) Tugas dan tanggung jawab dokter, bidan, perawat, serta petugas
kesehatan lain harus dijelaksan secara tertulis.
g) Sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar pelayanan yang ada.
Penyaringan untuk setiap klien yang masuk untuk mendapatkan
pelayanan harus dilakukan oleh seorang dokter atau bidan yang
telah mendapatkan pelatihan khusus.
h) Penilaian dan stabilisasi klien dengan kegawatdaruratan sampai
tingkat yang optimal, harus tersedia untuk setiap klien yang
masuk dengan kegawatdaruratan medis.

14
i) Dokter bertanggung jawab pada setiap pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
j) Unit gawat darurat harus menyediakan registrasi terkontrol
(controlled register) atau “log” untuk setiap klien yang
memerlukan perawatan kegawatdaruratan.
k) Catatan medis yang sesuai dan sah harus dibuat untuk setiap klien
yang memerlukan perawatan kegawatdaruratan.
2) Penugasan (staffing)
a) Petugas pelaksana pelayanan kegawatdaruratan yang memiliki
kualifikasi dan terlatih dengan baik secara profesional, termasuk
dokter, bidan, dan perawat merupakan staf unit gawat darurat
selama waktu pengoperasiannya.
b) Dokter puskesmas memimpin secara langsung pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang dilaksanakan dipuskesmas
dan harus memiliki sertifikat PONED, life saving skills (LSS)
atau kualifikasi lain yang sejenis, memperlihatkan kemampuan
dalam pengelolaan dan administrasi pelayanan klinik pada unit
gawat darurat, memiliki pengetahuan tentang operasionalisasi
sistem kegawtan medik dan jaringan kegawatdaruratan medik
rgional, serta memberikan jaminan bahwa staf unit gawat darurat
memiliki kualifikasi dan telah mendapatkan
pendidikan/pelatihanyang sesuai.
c) Staf unuit gawat darurat merupakan bagian dari proses
administrasi umum dalam puskesmas.
d) Dokter dan bidan yang bekerja harus telah mengikuti pelatihan
serta memiliki pengalaman dan kompetensi dalam pengelolaan
serta pengobatan kasus dengan kegawatdaruratan untuk setiap
klien yang memerlukan pelayanan kegawatdaruratan. Pelayanan
yang diberikan sesuai dan tidak bertentangan dengan hak serta
kewenangan masing-masing.
e) Setiap petugas yang melakukan pelayanan di unit gawat darurat
harus membuktikan kemampuan pada unit gawat darurat atau

15
telah mengikuti dan melaksanakan program pendidikan
kegawatdaruratan.
f) Serta mampu mendemonstrasikan/ membuktikan pengetahuan
dan ketrampilan yang diperlukan untuk penyelenggaraan
pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang ada.

Harus ada perencanaan yang jelas untuk penyediaan tambahan


tenaga medis pada saat ada keadaan emergensi atau bencana alam.

Tabel 1.1 Kebutuhan minimal, peran, fungsi tenaga pelayanan


kesehatan maternal dan neonatal dipuskesmas dan puskesmas
dengan perawatan.

No. Jenis tenaga Tugas umum Tugas khusus Jumlah


1. Dokter umum Penyelenggaraan Operator pada 2
pelayanan medis tindakan operatif
obstetri sesuai
kewenangan dokter
jaga
2. Bidan pelaksana Pelayanan asuhan Membantu 2
kebidanan persiapan dan
pelaksanaan
tindakan operasi
dan pemrosesan
alat
3. Perawat Asuhan keperawatan 2
4. Petugas Pelayanan 1
laboratorium pemeriksaan
penunjang
5. Pekarya Membantu 2
kesehatan pelaksanaan
pelayanan kesehatan
6. Petugas Administrasi dan 1

16
administrasi keungan

g. Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar polindes dan pustu


1) Administrasi
a) Penyelenggaraan unit gawat darurat harus didasarkan pada
pandangan pelayanan dan prosedur yang tertulis dan sesuai
dengan tingkat kewenangannya.
b) Bidan harus dapat memberikan jaminan pemantauan dan
penilaian secara berkala dari kulitas, keamanan, dan ketersediaan
pelayanan kegawatdaruratan.
c) Tugas dan tanggung jawab bidan harus dijelaksan secara tertulis.
d) Sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar pelayanan yang ada.
Penyaringan untuk setiap klien yang masuk untuk mendapatkan
pelayanan harus dilakukan oleh seorang bidan atau perawat yang
telah mendapatkan pelatihan khusus.
e) Penilaian dan stabilisasi klien dengan kegawatdaruratan sampai
pada tingkat yang optimal harus tersedia untuk setiap klien
dengan kegawatdaruratan medis.
f) Bidan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang meliputi kegiatan medis untuk melakukan
penilaian, menentukan diagnosis, dari pengobatan yang
dianjurkan serta disposisi klien gawat darurat.
g) Unit gawat darurat harus menyediakan registrasi terkontrol
(controlled register) atau “log” untuk setiap klien yang
memerlukan perawatan kegawatdaruratan.
h) Catatan medis yang sah dan sesuai harus dibuat untuk setiap klien
yang memrlukan perawatan kegawatdaruratan.
2) Penugasan (staffing).
Bidan yang memimpin secara langsung melaksanakan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang dilaksanakan dipos bersalin
desa (polindes) dan pusat kesehatan masyarakat pembantu (pustu)
harus :

17
a) Memiliki sertifikasi pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
dasar (PONED), life saving skills (LSS), atau kualifikasi lain yang
sejenis.
b) Memperlihatkan kemampuan dalam pengelolaan dan administrasi
pelayanan klinik pada unit gawat darurat.
c) Memiliki pengetahuan tentang operasionalisasi sistem
kegawatdaruratan medis dan jaringan kegawatdaruratan medis
regional

Tabel 1.2 kebutuhan minimal, peran, dan fungsi tenaga pelayanan


kesehatan maternal dan neonatal dipuskesmas pembantu.

No. Jenis tenaga Tenaga umum Tugas khusus Jumlah


1. Bidan pelaksana Penanggung a. Persiapan dan 1
jawab pelayanan pelaksanaan
asuhan kebidanan tindakan persalinan
sesuai dengan
kewenangan
b. Pemprosesan alat
c. Catatan medis
2. Petugas laboratorium Pelayanan 1
pemeriksaan
penunjang
3. Pekarya kesehatan Membantu 1
pelaksanaan
pelayanan
kesehatan
4. Petugas administrasi Administrasi dan Catatan medis 1
keuangan

h. Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED


Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED, yaitu :
1) Mutu SDM yang rendah

18
2) Saran prasarana yang kurang
3) Keterampilan yang kurang
4) Koordinasi antar puskesmas PONED dan RS PONEK dengan
puskesmas non-PONED belum maksimal
5) Kebijakan yang kontradiktif (UU praktik kedokteran)
6) Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai
Tugas puskesmas PONED, yaitu :
1) Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, puskesmas
pembantu, dan pondok bersalin desa
2) Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetri neonatal sebatas
wewenang
3) Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan
penanganan prahospital
Syarat puskesmas PONED, yaitu :
1) Pelayanan buka 24 jam
2) Mempunyai dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap
melayani 24 jam
3) Tersedia alat transportasi siap 24 jam
4) Mempunyai hubungan kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan
dokter spesialis obstetri dan ginekologi serta spesialis anak
Petugas pelaksana PONED, yaitu :
1) Dokter umum dua orang
2) Bidan delapan orang
3) Perawat
4) Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED
Pelayanan PONED yang dilaksanakan adalah :
1) Pelayanan KIA atau KB
2) Pelayanan ANC dan PNC
3) Pertolongan persalinan normal
4) Pendeteksian risiko tinggi bumil
5) Penatalaksanaan bumil risiko tinggi
6) Perawatan bumil sakit

19
7) Persalinan sungsang
8) Partus lama
9) KPD
10) Gemeli
11) Preeklamsia
12) Perdarahan postpartum
13) Abortus inkomplitus
14) Distosia bahu
15) Asfiksia
16) BBLR
17) Hipotermia
18) Komponen pelayanan maternal: preeklamsia/eklamsia, tindakan
obstetri pada pertolongan persalinan, perdarahan postpartum, dan
infeksi nifas
19) Komponen pelayanan neonatal: bayi berat lahir rendah, hipotermi,
hipoglikemi, ikterus/heperbilirubinemia, masalah pemberian
nutrisi, asfiksia pada bayi, gangguan napas, kejang pada bayi baru
lahir, infeksi neonatal, dan rujukan dan transportasi bayi baru lahir
Faktor pendukung keberhasilan puskesmas PONED, antara lain:
1) Adanya jaminan pemeliharaan kesehatan (JKRS dan jamkesmas)
2) Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
3) Peran serta aktif bidan desa
4) Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
5) Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral, dan stakeholder yang
harmonis
6) Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan
masyarakat dan sesuai dengan standar pelayanan minimal.

20
Tabel 1.3 fasilitas dan sumber daya pada level pelayanan kesehatan.
Tempat Level SDM Jenis pelayanan
Polindes I Bidan/bidan desa Asuhan bayi baru lahir normal
resusitasi
Puskesmas I Bidan/perawat  Asuhan bayi baru lahir normal
dengan Dokter umum  Resusitasi
Rawat Inap  Gangguan napas ringan
 Hipotermi
 Hiperbilirubinemia
 Kejang
 Masalah pemberian ASI
(konseling)
 BBLR > 1750 gr
 Hipoglikemi
 Infeksi ringan
 Diare dengan dehidrasi ringan
Rumah Sakit I Bidan/perawat  Asuhan bayi baru lahir normal
Rujukan Dokter  Resusitasi
Dokter spesialis  Gangguan napas ringan
 Hipotermi
 Hiperbilirubinemia
 Kejang
 Masalah pemberian ASI
(konseling)
 BBLR > 1750 gr
 Hipoglikemi
 Infeksi sedang-berat
 Diare dengan dehidrasi sedang-
berat
 Syok

21
3. Konsep Pelayanan Obsterti Dan Neonatal Emergensi Komerhensif Di
Rumah Sakit (PONEK)
a. Pengertian
PONEK adalah pelayanan obstertik dan neonatal emeregensi
komperhensif di rumah sakit, meliputi kemampuan melakukan tindakan
berikut : oprasi cesar, histerektomi, reparasi ruputra uteri, cedera
kandung/saluran kemih, perawatan intensif ibu dan neonatal, serta
transfusi darah. RS. PONEK 24 jam adalah RS yang memiliki
kemampuan dan fasilitas PONEK siap 24 jam untuk memberikan
pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, serta bayi baru lahir
dengan komplikasi, baik yang dating sendiri atau atas rujukan
kader/masyarakat, bidan di desi, puskesmas, dan puskesmas PONEK.
b. Peningkatan Saran Dan Prasarana Dan Pengadaan Peralatan Kesehatan
Untuk Rumah Sakit Siap PONEK
Saat ini angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian neonatal
(AKN) di indoesia merupakan angka tertinggi diantara Negara-negara
ASEAN, dengan penurunan sangat lambat. Seperti kita ketahui AKI
sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKN 20 per
100.000 kelahiran hidup (hasil survey 2002-2003). Hal ini berarti setiap
jam ada 2 ibu meninggal dan setiap jam ada 10 kematian neonatal.
Sementara berdasarkan SDKI tahun 2002-2003, kematian 35 bayi per
1000 kelahiran hidup atau brarti setiap jam ada 18 kematian bayi.
Keadaan tersebut diakibatkan oleh penyebab utama kematian yang
sebenarnya dapat dicegah melalui pendekatan deteksi dini dan
penatalaksanaan yang dapat untuk ibu dan bayi di Indonesia, penyebab
kematian ibu adalah pendarahan infeksi dan eklamsia, persalinan macet,
serta komplikasi abortus. Penyebab utama adalah pendarahan yang
sebagaian besar adalah oleh retensi plasenta. Hal ini menunujukan
adanya manajement persalinan kala III yang kurang adek kuat selain
itu, kematian ibu akibat infeksi merupakan indicator kurang baiknya
upaya pencegahan dan manajement infeksi. Disamping itu konferensi
tingkat tinggi PBB ada tahun 2000 menetapkan bahwa dua dari delapan

22
tujuan pembangunan milinium pada tahun 2015 sangat terkait dengan
kesehatan ibu, anak, dan bayi.
1) Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesr 2/3 dari AKB
dari 1990 menjadi 32 ke 23 per 1000 kelahiran hidup 2015.
2) Mengurangi angka kematian ibu sebesar ¾ dari AKI pada 199o
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015.

Rencana strategis dari department kesehatan dari tahun 2005-2009


telah menerapkan tarjet penurunan AKI dari 207 menjadi 226 dari
100.000 kelahiran hidup dan AKB dari 35 menjadi 26 per 1000
kelahiran hidup 2009. Dalam mencapai tarjet tersebut perlu dilakukan
upaya trobosan yang efesien, yaitu melalui program pelayanan obsterti
neonatal emejensi komperhensift (PONEK Di rumah sakit).

Program menurunkan angka keatian ibu dan bayi dan meningkatkan


pelayanan ibu dan bayi yang mempunyai masalah komplikasi
persalinan dan kelahiran kurang bulan sangat diperlukan. Haltersebut
perlu didukung oleh factor keterampilan tenaga kesehatan khusunya
PONEK. Serta pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang berkualitas di
RS. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka prosespersalinan dan perawatan bayi harus
dilakukan sistem terpadu ditingkat nasional dan regional. Pelayanan
perinatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan
bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk kegiatan PONEK Di rumah
sakit dan PONEK ditingkat puskesmas. Program PONEK 24 jam di RS
kabupaten atau kota merupakan program yang sangat berperan dalam
mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencapai
kompetensi tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan perubahan perilaku dalam
pelayanan kepada klien. Sementara untuk mendukung peningkatan
sarana dan prasarana serta perawatan di RS PONEK sesuai standar di
RS. Rumah sakit yang mendapatkan paket sarana prasarana dan
pengadaan peralatan kesehatan untuk rumah sakit siap PONEK dapat

23
memilih paket peningkatan sarana prasarana saja atau pengadaan
peralatan kesehatan saja yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing RS dan ketersediaan dana yang ada.
c. Peningkatan Sarana dan Prasarana
Persyaratan umum RS siap PONEK adalah rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara
komprehensif dan terintegrasi selama 24 jam. Kriteria umum RS siap
PONEK diantaraya meliputi minimal RS kelas C yang menjadi pusat
rujukan regional di wilayah kerjanya, adanya dukungan pemerintah
daerah dan ketersediaan tim PONEK (terdiri atas 1 dokter Sp.OG., 1
dokter Sp.A., 1 dokter, 2 bidan, dan 1 perawat), serta adanya biaya
operasional untuk kesinambungan program.
Persyaratan teknis :
1) RS memiliki minimal 1 dokter Sp.OG., dan 1 dokter Sp.A.
2) Tersedia unit transfuse darah RS (UTDRS) darah RS atau Bank
Darah RS (BDRS), atau unit transfuse darah PMI (UTD).
3) Tersedia ruang maternal (kamar bersalin) yang mampu menyiapkan
operasi dalam waktu < 30 menit.
4) Tersedia kamar operasi yang siap siaga 24 jam dalam melakukan
operasi bila ada kasus emengency obstetri.
5) Tersedia ruang neonatal untuk perawat intensif
d. Luas lahan RS siap PONEK
1) Ruang Maternal = 232𝑚2
2) Ruang Neonatal = 94 𝑚2
Total Luas Lahan yang dibutuhkan = (A) + (B) = 326 𝑚2 . Bila luas
lahan tidak memungkinkan, maka renovasi atau pembangunan
disesuaikan dengan kondisi setempat dengan tetap memperhatikan
kebutuhan minimal pelayanan. Pelayanan PONEK juga perlu
disesuaikan dengan kebutuhan bagi laki-laki dan perempuan. Pertama,
adanya pemisahan visual antara ruang bersalin satu dengan lainnya.
Kedua, adalah penyediaan sarana prasarana dan peralatan yang
mempertimbangkan ergonomis dan keterjangkauan bagi ibu hamil.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Primary Health Care (PHC) merupakan hasil pengkajian, pemikiran,
pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak negara yang diawali
dengan kampanye massal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit
menular, karena pada waktu itu banyak negara tidak mampu mengatasi dan
meenanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare dan sebagainya.
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance)
dan menentukan nasib sendiri (Self determination).
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum
dilaksanakan melalui pusat kesehatan dan di bawahnya (termsuk sub-pusat
kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis kesehatan
masyarakat seperti Rumah BersalinDesa dan Pelayanan Kesehatan Desa
seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara administratif,
indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91 Kotamadya, 5.263
Kecamatan dan 62.806 Desa.
Di Indonesia, PHC memiliki tiga strategi utama, yaitu kerjassama
multisektoral, partisipasi masyarakat dan penerapan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat. Sampai saat ini semua
penerapan itu telah berjalan meskipun ada beberapa hambatan dalam
pelaksanaannya.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa kesehatan lebih berperan serta dalam pelayanan dan
pertolongan ibu persalinan serta bersedia bekerja sama dan berbagi ilmu
dengan tenaga kesehatan lain dalam membantu persalinan yang sehat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Wahid Iqbal. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat KOnsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

https://rsud.banglikab.go.id/index.php/baca-berita/424/Pertolongan-Persalinan-
Oleh-Tenaga-Kesehatan-di-Fasilitas-Keshatan

https://dokterharry.com/2012/07/11/phbs-no-1-persalinan-ditolong-oleh-tenaga-
kesehatan

26

Anda mungkin juga menyukai