Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat
meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Infeksi masih menyumbangkan angka
kematian ibu pada masa nifas jika infeksi tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi
seperti infeksi pada kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir, infeksi ini tidak bisa
dibiarkan karena menyebabkan kematian pada ibu nifas.
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Salah satu infeksi yang terjadi pada masa nifas
adalah infeksi pada luka jahitan, perawatan luka bekas jahitan penting dilakukan karena
luka bekas jahitan jalan lahir ini bila tidak dirawat dapat menjadi pintu masuk kuman dan
menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang
mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina). Karenanya penting dilakukan perawatan
luka perineum agar tidak terjadi infeksi, komplikasi bahkan kematian ibu post partum.

Oleh karena itu kami membuat makalah yang berjudul "Perawatan Perineum pada Ibu
Nifas” agar dapat mengetahui cara perawatan luka perineum sehingga dapat memberikan
asuhan yang tepat pada ibu nifas agar tidak terjadi infeksi, komplikasi bahkan kematian ibu
post partum.
Walaupun terdapat catatan bahwa episiotomi telah dilakukan selama sedikitnya 200
tahun, di Inggris menurut sejarahnya bidan bangga akan kemampuan mereka untuk
mengeluarkan bayi tanpa trauma. Pada sekitar tahun 1950-an hingga 1960-an, episiotomi
ditetapkan sebagai kebutuhan oleh ahli obstetri yang bertanggung jawab bagi semua
primipara dan untuk siapapun yang pernah mengalami episiotomi sebelumnya terutama
bagi semua ibu. Praktik ini meluas hingga mulai dipertanyakan pada tahun 1970-an dan
penelitian khusus yang sebagian besar dilakukan oleh Jennifer Sleep dan rekan,

1
menunjukkan bahwa episiotomi rutin yang dilakukan tidak bermanfaat bagi ibu atau bayi,
dan bahkan menyebabkan banyak komplikasi potensial pada ibu.
Pada tahun 1998 Garcia dan rekan menemukan bahwa banyak episiotomi yang masih
dilakukan untuk “pelahiran yang lebih mudah dan cepat” atau “untuk menghindari
robekan”. Namun, episiotomi sebagian besar digunakan untuk pelahiran dengan alat, untuk
kasus kegawatan janin saat pelahiran harus dipercepat, atau untuk kasus yang lebih
kontroversial, yaitu perineum yang “rigid”, dan tidak lagi direkomendasikan secara rutin.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari perawatan perineum?

2. Apa tujuan dilakukan perawatan perineum?

3. Apa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum?

4. sebutkan tipe- tipe episotonomi?

5. Bagaimana teknik melakukan perawatan luka episiotonomi?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui cara perawatan luka perineum sehingga dapat memberikan asuhan
yang tepat pada ibu nifas agar tidak terjadi infeksi, komplikasi bahkan kematian ibu post
partum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu. Puerpurium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti pra hamil (Rustam Mochtar,
2002).

Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa
latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu
darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan
(Anggraeni, 2010).Masa nifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawirohardjo, 2005).Jadi masa nifas
adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang
telahselesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,lamanya
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitelia baru pulihkembali seperti sebelum
ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala
uri denganmenghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum
daninfeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukanpenjahitan
dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harustetap waspada
sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasikemungkinan terjadinya
perdarahan post partum.

3
2.2 Pengertian Perawatan Luka episiotonomi
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004).
Episiotonomi adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus
(Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan
Episiotonomi adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

2.3 Tujuan Perawatan luka episiotomomi


Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya
infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.Sedangkan menurut Moorhouse et. al.
(2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam
28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
Tujuan perawatan luka perineum menurut APN adalah sebagai berikut:
a. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
b. Menghindari pemberian obat trandisional.
c. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam.
d. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3 – 4 x sehari.

2.4 Bentuk luka episiotonomi

1.Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk
rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
(Hamilton, 2002).
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara
vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A.,
1996).Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang
4
dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek
teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal,
kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di
garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak
banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki
(Jones Derek, 2002).
2.5 tipe tipe episiotonomi
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral

2.6 Waktu Perawatan luka episiotonomi


1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut,
untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu,
untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

2.7 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka episiotonomi


1. Faktor Eksternal
a. Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa mendapatkan
perlindungan dan dukungan serta nasihat – nasihat khususnya orang tua dalam merawat
kebersihan pasca persalinan.

5
b. Tradisi
Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan pasca persalinan
masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat modern. Misalnya untuk
perawatan kebersihan genital, masyarakat tradisional menggunakan daun sirih yang
direbus dengan air kemudian dipakai untuk cebok.
c. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan lama
penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu kurang telebih masalah
kebersihan maka penyembuhan lukapun akan berlangsung lama.
d. Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyebuhan perineum adalah
keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas sehari-hari pasca persalinan. Jika
ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka perineum
berlangsung lama karena timbulnya rasa malas dalam merawat diri.
e. Penanganan petugas
Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh penangan
petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan lama
penyembuhan luka perineum.
f. Kondisi ibu
Kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental, dapat menyebabkan lama
penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat merawat diri dengan baik.
g. Gizi
Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam keadaan sehat
dan segar. Dan akan mempercepat masa penyembuhan luka perineum.
2. Faktor internal
a. Usia
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua. Orang yang
sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stress seperti trauma jaringan atau infeksi.
b. Penanganan jaringan
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat penyembuhan.
c. Hemoragi

6
Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus disingkirkan.
Area menjadi pertumbuhan untuk infeksi.
d. Hipovolemia
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi dan penurunan
oksigen dan nutrient yang tersedia utuk penyembuhan luka.
e. Faktor lokal edema
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan interstisial pada
pembuluh.
f. Defisit nutrisi
Sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat.
Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
g. Personal higiene
Personal higiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat
menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.
2.8 Teknik Melakukan Perawatan Episiotonomi
A. Alat yang harus disiapkan:

1. Siapkan air hangat


2. Sabun dan waslap
3. Handuk kering dan bersih
4. Pembalut ganti yang secukupnya
5. Celana dalam yang bersih
B. Cara melakukan perawatan:

a. Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang.


b. Basahi waslap dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang
sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut
dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan
menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman berkembang biak.
c. Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka
benar–benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
d. Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan
menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan
perendaman dengan air hangat cukup disiram dengan air hangat.

7
e. Mengenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam
yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa
menimbulkan reaksi alergi.
f. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka
jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang
benar setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti
pembalut.
g. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat
sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging,
tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali
bila ada riwayat alergi.
h. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seijin dokter atau
bidan.
C. Fase-fase Penyembuhan Luka

1) Fase inflamasi, berlangsung selama 1-4 hari

2) Fase proliferatif, berlangsung 5-20 hari

3) Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau tahunan.(Ismail, 2012)

D. Penghambat Keberhasilan Penyembuhan Luka

1) Malnutrisi

Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka,


meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dan
parut dengan kualitas yang buruk.

2) Merokok

Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat


merusak penyembuhan luka, dan bahkan merokok yang dibatasi pun dapat
mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C
yang sangat penting untuk penyembuhan.

3) Kurang tidur

8
Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur
meningkatkan anabolisme (sintesis molekul kompleks dari molekul sederhana),
dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme. Jarang kita
temukan wanita baru melahirkan dapat menikmati waktu tidur sepenuhnya setiap
malam. Oleh karena itu semua klien bidan tersebut berisiko mengalami
hambatan penyembuhan luka.

4) Stres

Diduga bahwa ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistim imun


sehingga menghambat penyembuhan luka.

5) Kondisi medis dan terapi

Berbagai kondisi medis dapat mempengaruhi kemampuan penyembuhan


luka pada wanita. Tanggap imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi,
penyakit tertentu seperti AIDS, ginjal, atau penyakit hepatik, atau obat seperti
kortikosteroid dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur
faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliferatif untuk perbaikan luka.

6) Asuhan kurang optimal

Berbagai aktifitas yang dilakukan pemberi asuhan dapat menghambat


penyembuhan luka yang efisien. Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat
mengakibatkan organisme tersebar kembali di sekitar area, kapas, atau serat kasa
yang lepas ke dalam jaringan granulasi, dan mengganggu jaringan yang baru
terbentuk.(Boyle, 2008)

BAB III

PENUTUP
9
3.1 Kesimpulan

Masa pascapersalian adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta Bagi ibu yang
mengalami persalinn pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang
sangat bermakana selama hidupnya. Keadaan ini di tandai dengan perubahan emosional,
perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap
aturan baru. Ini semua mempengaruhi setiap kegiatan yang berhubungan dengan perawatan
luka perineum.
Infeksi masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu pascapersalinan. Maka itu
perawatan luka episiotonomi yang benar perlu di perhatikan. Langkah awal untuk
melakukan pencegahan adalah, melakukan pencegahan dasar dengan cara mencuci tangan
setiap akan melakukan tindakan serta tetap menjaga kebersihan daerah luka. Infeksi yang
terjadi pascapersalinan sering berasal dari lingkungan.Perawatan luka perineum sangatlah
penting untuk menghindari terjadinya infeksi guna menurunkan angka kematian ibu pasca
persalian
3.2 Saran

Sebagai calon perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan manajemen


keperawatan dengan efektif dalam setiap melakukan proses keperawatan, sehingga dalam
memberikan pelayanan bisa dilakukan secara optimal. Manajemen keperawatan dikatakan
baik apabila dalam satu tim bisa berpatisipasi secara aktif.

10

Anda mungkin juga menyukai