Anda di halaman 1dari 106

UNIVERSITAS INDONESIA

VARIASI SUHU DAN KELEMBABAN UDARA


DI TAMAN SUROPATI DAN SEKITARNYA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

IQLIMA IDAYAH TIKA


0606071550

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
JULI 2010

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Iqlima Idayah Tika

NPM : 0606071550

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Juli 2010

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Iqlima Idayah Tika
NPM : 0606071550
Program Studi : Geografi
Judul Skripsi : Variasi Suhu dan Kelembaban Udara di Taman
Suropati dan Sekitarnya

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Program Studi Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Drs. Sobirin, M.Si ( )

Pembimbing : Dr.rer.nat. Eko Kusratmo, MS ( )

Penguji : Dr. Rokhmatuloh, M.Eng ( )

Penguji : Drs. Supriyatna, M.T ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : Juli 2010

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


KATA PENGANTAR

Alhamdullilahirobbil alamin, puji syukur atas segala kasih sayang dan


karunia yang telah Allah SWT berikan, karena hanya dengan kehendak-Nya
penulis diberikan jalan dan kemudahan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Pada
kesempatan kali ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan
dukungan hingga terselesaikannya tulisan ini, yaitu diantaranya:
1. Bpk. Drs. Sobirin, M.Si selaku Pembimbing I dan Bpk. Dr.rer.nat. Eko
Kusratmoko, M.S selaku Pembimbing II . Terima kasih atas segala perhatian
dan bimbingan selama perjalanan panjang tugas akhir ini.
2. Drs. Rokhmatuloh, M.Eng selaku Penguji I dan Bpk. Supriyatna, M.T selaku
Penguji II. Terima kasih atas segala masukan dan saran yang sangat
membantu dalam pembuatan tugas akhir ini.
3. Bpk. Dr. Djoko Harmantyo, MS selaku Ketua Sidang yang juga banyak
memberikan masukan dan saran, Bpk. Dr.Ir. Tarsoen Waryono, MS yang
telah memberikan bantuan dalam tugas akhir ini, serta Bpk. Drs. Taqyuddin,
M.Hum selaku Pembimbing Akademik.
4. Segenap dosen Departemen Geografi FMIPA UI atas segala ilmu pengetahuan
dan pendidikan yang diberikan selama penulis menimba ilmu di Geografi. Dan
juga kepada seluruh karyawan yang ada di Geografi, terima kasih untuk
bantuan dan perhatiannya selama ini.
5. Pihak Geofisika dan Meteorologi IPB yang telah banyak membantu dalam
peminjaman alat dan juga saran dalam tugas akhir ini, khususnya kepada Bpk
Bregas, Kak Wir, dan kakak-kakak lainnya yang ada di Bengkel Instrumentasi
IPB.
6. Keluarga tercinta yaitu Ibu, Bapa, Mas Agung, Mas Ian, Mas Iqbal, dan
adikku Ichsanul atas segenap perhatian, doa, dukungan, dan motivasi untuk
menyelesaikan tugas akhir serta pendidikan di Geografi dengan baik.
7. Teman-teman Geografi angkatan 2006 yang sangat saya sayangi, yang telah
memberikan dukungan dalam perjalanan tugas akhir dan juga memberikan

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


warna pada kehidupan saya di Geografi ini, khususnya kepada: Ajenk, Dian,
Phe2b, Ira, Nyar, Ridha, Rya, Shierly, Tina, dan Wirda. Persahabatan kita
abadi, kawan.
8. Orang-orang yang ada dibelakang layar dimana tanpa kehadiran mereka, tugas
akhir ini belum tentu dapat berjalan dengan baik. Surveyor dengan semangat
juang yang tinggi : Ridha, Priyo, Tina, dan khususnya kepada Idham Saputra
yang memberikan bantuan, doa, dan dukungan yang signifikan. Semoga
impian dan cita-cita kita terwujud.
9. Orang-orang yang berada diluar lingkaran ini, namun memiliki andil yang
besar terhadap penulis, diantaranya Jonas Bjerre dan Kimi Raikkonen, terima
kasih telah menjadi inspirasi terbesar selama ini. Kepada ‘nakama’ yang tiba-
tiba datang dengan segala kerumitan dan keunikan yang indah, magis,
imajinatif, membentuk mozaik yang belum terpenuhi sampai saat ini. Tak ada
keraguan. Yang ada adalah keyakinan.
10. Terima kasih kepada musik - musik electronic, postrock, ambient,
shoegaze,dll yang telah menemani penulis selama mengerjakan tugas akhir ini.
Terima kasih media maya (Facebook, YM, Last.Fm, Kaskus, dll) atas
hiburannya. Terima kasih kehidupan dan semua yang ada didalamnya.

Depok, Juli 2010

Penulis

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Iqlima Idayah Tika


NPM : 0606071550
Program Studi : S1
Departemen : Geografi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Variasi Suhu dan Kelembaban Udara di Taman Suropati dan Sekitarnya

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 12 Juli
Yang menyatakan

( Iqlima Idayah Tika )

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


ABSTRAK

Nama : Iqlima Idayah Tika


Program Studi : Geografi
Judul : Variasi Suhu dan Kelembaban Udara di Taman Suropati dan
Sekitarnya

Vegetasi memiliki peranan penting terhadap lingkungan. Salah satu manfaat yang
dirasakan dari kumpulan vegetasi adalah pengatur iklim mikro yang ditunjukkan
oleh suhu dan kelembaban udara. Penelitian ini untuk melihat bagaimana variasi
suhu dan kelembaban udara di taman kota (Taman Suropati) dan sekitarnya.
Pengukuran suhu dan kelembaban udara menggunakan alat termokopel dan
dilakukan pada tanggal 17 April – 3 Mei 2010 pada jam 06.00-18.00 WIB. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa di dalam taman Suropati memiliki suhu udara
paling rendah dan kelembaban udara paling tinggi daripada di luar taman. Suhu
udara terendah terjadi pada pukul 06.00 WIB dan tertinggi pada pukul 14.00 WIB.
Sebaliknya kelembaban udara terendah terjadi pada pukul 14.00 WIB dan
tertinggi pada pukul 06.00 WIB. Selain itu terdapat kecenderungan yang
menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari taman nilai suhu udara semakin
meningkat dan kelembaban udara semakin rendah. Adapun arus lalu lintas
kendaraan di sekitar taman Suropati tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap variasi suhu dan kelembaban udara.

Kata Kunci : Variasi suhu udara, variasi kelembaban udara, taman kota,
tingkat kenyamanan, arus lalu lintas
xiii+90 halaman ; 16 gambar; 31 tabel
Daftar Pustaka : 30 (1973-2008)

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


ABSTRACT

Name : Iqlima Idayah Tika


Program Study : Geography
Judul : Variation of Air Temperature and Humidity in Suropati Park
and Surrounding

Vegetation have important role for the environment. One of the benefit from
vegetation community are they can arrange the microclimate that shown by air
temperature and humidity. The aim of this research is to see the variation of air
temperature and humidity in the park (Suropati Park) and around it. In this
research, air temperature and humidity was measured using thermocouple and has
been done at 17 April until 3 Mei 2010 at 06.00-18.00 WIB. The result showed
that inside the park has the lowest air temperature and the highest humidity rather
than outside the park. The lowest air temperature occurred at 6.00 am and the
highest occurred at 2.00 pm. On the other hand the lowest humidity occurred at
2.00 pm and the highest humidity occurred at 6.00 am. Beside that there is a trend
which showed that the more far away from the park, air temperature had
preference to get higher and the humidity preference to get lower, so the value of
comfort level become smaller. Traffic vehicle in around Suropati park didn’t give
significant influence to the variation of air temperature and humidity.

Key Words : Variation of air temperature, Variation of humidity, city park,


comfort level, trafic vehicle
xiii+90 pages ; 16 pictures; 31 tabels
Bobliography : 30 (1973-2008)

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……….. iv
ABSTRAK .………………………………………………………….... v
DAFTAR ISI …………………………………………………………. vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… … viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

1. PENDAHULUAN ………………………………………….. …... 1


1.1 Latar Belakang ……………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 4
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………. 4
1.4 Batasan Penelitian ……………………………………………… 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 6


2.1 Kumpulan Vegetasi…………………………………………….. 6
2.2 Iklim Mikro……………………………………………………... 7
2.2.1 Suhu Udara……………………………………………….. 8
2.2.2 Kelembaban Udara……………………………………….. 10
2.3 Peranan Vegetasi Terhadap Suhu dan Kelembaban Udara di
Perkotaan………………………………………………………... 11
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu dan Kelembaban Udara
di Perkotaan…………………………………………………… 13
2.5 Arus Lalu Lintas Kendaraan ……………………………………. 14
2.6 Tingkat Kenyamanan……………………………………………. 15
2.7 Analisis Statistik………………………………………………… 17
2.8 Interpretasi Citra Penginderaan Jauh…………………………….. 17

3. METODE PENELITIAN …………………………………............. 19


3.1 Metode Pendekatan…………………………………………….. 21
3.2 Pengumpulan Data……………………………………………… 21
3.2.1 Pengumpulan Data Sekunder……………………………… 21
3.2.2 Pengumpulan Data Primer………………………………… 22
3.3 Pengolahan Data………………………………………………… 25
3.4 Analisis Data……………………………………………………. 25

4.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ………………..... 26


4.1 Lokasi dan Batas Penelitian……………………………………... 26
4.2 Ruang Terbuka Hijau di kota Jakarta…………………………… 28

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


4.3 Taman Suropati…………………………………………………. 30
4.4 Suhu dan Kelembaban Udara di kota Jakarta…………………… 32
4.5 Penggunaan Lahan di Menteng…………………………………. 34
4.6 Jaringan Jalan dan Arus Lalu Lintas Kendaraan………………… 35

5. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………... 36


5.1 Distribusi Ruang Terbuka Hijau (Vegetasi)…………………….. 36
5.2 Arus Lalu Lintas………………………………………………… 37
5.3 Kondisi Cuaca saat Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara.. 38
5.4 Variasi Suhu Udara……………………………………………... 39
5.4.1 Variasi Suhu Udara Temporal…………………………….. 40
5.4.2 Variasi Suhu Udara Spasial……………………………….. 42
5.5 Variasi kelembaban Udara……………………………………… 43
5.5.1 Variasi Kelembaban Udara Temporal…………………….. 44
5.5.2 Variasi Kelembaban Udara Spasial……………………….. 47
5.6 Tingkat Kenyamanan…………………………………………… 49
5.6.1 Tingkat Kenyamanan Temporal…………………………... 49
5.6.2 Tingkat Kenyamanan Spasial……………………………... 50
5.7 Hubungan Variasi Suhu dan Kelembaban Udara dengan Jarak
dari Taman……………………………………………………… 52
5.8 Hubungan Variasi Suhu dan Kelembaban Udara dengan Arus
Lalu Lintas Kendaraan…………………………………………. 53
5.9 Hubungan Tingkat Kenyamanan dengan Jarak dari Taman dan
Arus Lalu Lintas Kendaraan……………………………………. 54

6. KESIMPULAN……………….............................................................. 55

DAFTAR REFERENSI……………………………………………….. 56

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Keseimbangan energi................................................................. 8


Gambar 2.2. Radiasi Matahari dan Radiasi Bumi……………………....... 9
Gambar 2.3. Diagram psikometrik……………………………………….. 10
Gambar 2.4. Perbandingan suhu dan kelembaban udara………………….. 10
Gambar 2.5. Heat Index …………………………………………………. 16
Gambar 3.1. Alur Pendekatan…………………………………………… 19
Gambar 3.2. Alur Pikir Penelitian............................................................. 20
Gambar 3.3. Alur Kerja Penelitian………………………………………. 21
Gambar 4.1. Lokasi Penelitian…………………………………………… 25
Gambar 4.2. Suhu Udara maksimum dan minimum pada bulan April dan
awal bulan Mei 2010……………………………………….. 34
Gambar 4.3. Kelembaban Udara maksimum dan minimum pada bulan
April dan awal bulan Mei 2010……………………………. 34
Gambar 5.1. Perbandingan Suhu Udara didalam dan diluar Taman…….. 42
Gambar 5.3. Perbandingan Kelembaban Udara didalam dan diluar
Taman……………………………………………………… 46
Gambar 5.4. Perbandingan Nilai Suhu Udara dengan Kelembaban Udara
didalam Taman…………………………………………….. 47
Gambar 5.5. Perbandingan Nilai Suhu Udara dengan Kelembaban Udara
diluar Taman……………………………………………….. 48

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbandingan Nilai Suhu Udara dengan Kelembaban Udara 11


Tabel 2.2. Faktor SMP……………………………………………………… 14
Tabel 2.3. Indeks Kenyamanan……………………………………....... 16
Tabel 3.1. Lokasi 33 Titik Pengukuran
Tabel 4.1. Luas RTH Pertamanan DKI Jakarta……………………….. 28
Tabel 4.2. Taman Kota dan Luas Area di DKI Jakarta………………... 28
Tabel 4.3. Nama Jenis Pohon dan Jumlahnya di Taman Suropati…….. 30
Tabel 5.1. Kondisi Cuaca Saat Pengukuran…………………………… 40
Tabel 5.2. Perbandingan suhu udara didalam dan diluar taman………. 41
Tabel 5.3. Perbandingan kelembaban udara didalam dan diluar taman.. 45
Tabel 5.4. Perbandingan suhu dan kelembaban udara didalam taman... 47
Tabel 5.5. Perbandingan suhu dan kelembaban udara diluar taman….. 48

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kondisi Cuaca Bulan April 2010 dan Mei 2010


Lampiran 2 Rata-rata nilai suhu udara di 33 titik pengukuran selama 4
hari
Lampiran 3 Rata-rata nilai kelembaban udara di 33 titik pengukuran
selama 4 hari
Lampiran 4 Uji Statistik ANOVA
Lampiran 5 Suhu dan Kelembaban Udara di dalam Taman Suropati
Lampiran 6 Suhu dan Kelembaban Udara di luar Taman Suropati
Lampiran 7 Rata-rata suhu dan kelembaban udara di dalam taman pada
hari libur dan kerja
Lampiran 8 Rata-rata suhu dan kelembaban udara di luar taman pada
hari libur dan kerja
Lampiran 9 Rata-rata nilai suhu dan kelembaban udara pada metode 2.
Lampiran 10 Rata-rata nilai suhu udara pada metode 2
Lampiran 11 Rata-rata nilai kelembaban udara pada metode 2
Lampiran 12 Arus Lalu Lintas Kendaraan hari kerja
Lampiran 13 Arus Lalu Lintas kendaraan hari libur
Lampiran 14 Arus Lalu Lintas Kendaraan rata-rata
Lampiran 15 Tingkat Kenyamanan di dalam Taman Suropati
Lampiran 16 Tingkat Kenyamanan di luar Taman Suropati
Lampiran 17 Tingkat kenyamanan di 33 titik pengukuran pada pagi hari
Lampiran 18 Tingkat kenyamanan di 33 titik pengukuran pada siang
hari
Lampiran 19 Tingkat kenyamanan di 33 titik pengukuran pada sore hari
Lampiran 20 Tingkat Kenyamanan hari libur di 33 titik pengukuran
Lampiran 21 Tingkat Kenyamanan hari kerja di 33 titik pengukuran
Lampiran 22 Foto Taman Suropati
Lampiran 23 Foto Contoh Vegetasi yang ada di Taman Suropati
Lampiran 24 Foto Alat Sensor termokopel
Lampiran 25 Foto Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara di Taman Suropati

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


DAFTAR PETA

Peta 1 Wilayah Penelitian Taman Suropati Menteng Jakarta Pusat


Peta 2 Lokasi Titik Sampel Pengukuran Suhu dan Kelembaban
Udara di Taman Suropati dan Sekitarnya
Peta 3 Peta Sebaran Tutupan Vegetasi di Taman Suropati dan
Sekitarnya
Peta 4 Arus Lalu Lintas Kendaraan Wilayah Penelitian
Peta 5 Variasi Suhu Udara Pagi Hari di Taman Suropati dan
Sekitarnya
Peta 6 Variasi Suhu Udara Siang Hari di Taman Suropati dan
Sekitarnya
Peta 7 Variasi Suhu Udara Sore hari di Taman Suropati dan
Sekitarnya
Peta 8 Variasi Suhu Udara Rata-Rata di Taman Suropati dan
Sekitarnya
Peta 9 Variasi Kelembaban Udara Pagi Hari di Taman Suropati
dan Sekitarnya
Peta 10 Variasi Kelembaban Udara Siang Hari di Taman Suropati
dan Sekitarnya
Peta 11 Variasi Kelembaban Udara Sore Hari di Taman Suropati
dan Sekitarnya
Peta 12 Variasi Kelembaban Udara Rata-Rata di Taman Suropati
dan Sekitarnya
Peta 13 Indeks Kenyamanan di Taman Suropati dan Sekitarnya

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vegetasi memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Kumpulan vegetasi
berfungsi ekologis, arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Adapun manfaat yang
dirasakan dari kumpulan vegetasi adalah pengatur iklim mikro, peredam
kebisingan, habitat satwa, sebagai paru-paru kota, penyerap debu dan partikel
pencemar, dan estetika (Apriyanto, 2009). Sebagai pengatur iklim mikro,
kumpulan vegetasi dapat memanipulasi jumlah pantulan radiasi matahari, serta
aktivitas evapotranspirasi yang dilakukan dalam vegetasi tersebut, menghasilkan
uap air yang dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara.
Adapun salah satu masalah krusial yang terjadi di perkotaan adalah
menurunnya kualitas lingkungan serta menurunnya tingkat kenyamanan yang
ditunjukkan oleh meningkatnya suhu udara dan menurunnya kelembaban udara.
Menurunnya kualitas lingkungan dan tingkat kenyamanan tersebut disebabkan
oleh degradasi penggunaan tanah dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun,
seperti jalanan beraspal, betonan, gedung bertingkat, dinding berkaca, serta
aktivitas manusia didalamnya.
DKI Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia. Semakin padatnya
jumlah penduduk tersebut membuat kebutuhan akan ruang di Jakarta semakin
besar. Keterbatasan lahan dan peningkatan jumlah penduduk setiap tahun
menyebabkan kota menjadi padat. Kepadatan tersebut membuat aktivitas manusia
didalamnya menjadi demikian besar sehingga mempengaruhi kualitas lingkungan
perkotaan. Kota dengan kegiatan industri, perdagangan, dan jasa yang intensif
akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Kompetisi penggunaan lahan yang
terjadi antara perdagangan dan jasa, industri serta pemukiman, mendesak
keberadaan ruang terbuka hijau (RTH). Ruang terbuka hijau diganti dengan
permukiman, gedung-gedung, dan industri untuk memenuhi kebutuhan penduduk
kota tersebut. Hal ini terlihat dari semakin menyempitnya luas ruang terbuka hijau
di Jakarta yang pada tahun 1983 berkisar 32.186 hektar (50,2%) dan pada tahun
2002 menjadi berkisar 9.431 hektar (14,7%). Dalam kurun waktu 19 tahun RTH

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


berkurang sebesar 22.755 hektar dari luas yang ada (Suwargana dan Susanto,
2005).
Aktivitas kota yang semakin besar juga mendorong bertambahnya jumlah
kendaraan bermotor di Jakarta. Selain itu dari sektor industri, perdagangan serta
permukiman memberikan output berupa gas rumah kaca yang semakin besar pula.
Gas-gas rumah kaca tersebutlah yang menyebabkan terjadi pemanasan global
dimana dampak dari fenomena tersebut telah nyata dirasakan, yaitu semakin
meningkatnya suhu udara dan suhu permukaan di Jakarta. Melihat suhu udara di
perkotaan yang cenderung semakin meningkat, kelembaban udara juga memiliki
fenomena yang hampir sama, dimana semakin tingginya suhu udara, nilai
kelembaban relatifnya akan semakin berkurang. Padahal suhu dan kelembaban
memiliki peran yang signifikan dalam kaitannya dengan kehidupan manusia,
khususnya yang tinggal didaerah perkotaan. Suhu udara dan kelembaban ini
merupakan dua variabel penting dalam menentukan tingkat kenyamanan suatu
kota dari segi fisiologis (Priyono, 2009). Sehingga dengan mengetahui besar suhu
dan kelembaban maka akan diketahui pula tingkat kenyamanan disekitar kota
tersebut. Tingkat kenyamanan tersebut dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan
perilaku manusia di perkotaan tersebut (Priyono, 2009).
Dari sinilah peran vegetasi amat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan perkotaan dan meningkatkan tingkat kenyamanan yang dilihat dari
suhu dan kelembaban udaranya. Vegetasi memiliki pengaruh besar terhadap iklim
mikro dan keberadaannya dipertimbangkan sebagai mekanisme efisien sebagai
pendingin komunitas. Kawasan vegetasi yang sempit menyebabkan radiasi panas
dari sinar matahari tidak dipantulkan, namun langsung diserap oleh gedung-
gedung, dinding, dan atap. Sedikit ruang vegetasi yang ada menyebabkan
berkurangnya penyerapan CO2, akibatnya terjadi ketidakseimbangan komposisi
udara. Hal ini mengakibatkan suhu permukaan meningkat 10o s.d. 20oC dari suhu
udara ambient (Aprianto, 2009). Suatu penelitian di daerah Guangzhou telah
mengukur dan menyimpulkan bahwa pada jalan yang memiliki vegetasi
menurunkan temperatur pada siang hari dibandingkan dengan jalan yang tidak
memiliki vegetasi. Pohon di dalam taman, dapat menurunkan temperatur di bawah
kanopi sebesar 2,1 oC, sedangkan jalan dan area permukiman sebesar 0,5 sampai

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


dengan 0,9 oC. Penghijauan juga dapat meningkatkan kelembaban sebesar 9%
sampai 25% (Aprianto, 2009).
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara telah di beberapa tempat di
DKI Jakarta telah dilakukan. Pada areal bervegetasi lebat (hutan kota Kemayoran)
suhu udara pada bulan Juli berkisar 25,5-310C, dengan kelembaban 74-84%; pada
areal yang kurang bervegetasi (terbuka) tercacat 29,3-32,40C, dengan kelembaban
67-76%; sedangkan di atas betonan dan aspal tercatat 30,5-32,60C, dengan
kelembaban 54-65% (Waryono, 2004). Dari pendataan tersebut memberikan
gambaran bahwa potensi penutupan vegetasi secara nyata dapat meredakan iklim
mikro, yang penting bagi kenyamanan manusia.
Namun demikian sejauhmana kumpulan vegetasi tersebut memberikan
fungsi dan manfaat sebagai ameliorasi iklim terhadap lingkungan disekitarnya
belum terlihat dengan jelas. Oleh sebab itu dengan melihat variasi suhu dan
kelembaban udara didalam dan di lingkungan sekitar kawasan hijau/vegetasi dapat
menunjukkan bagaimana dan sejauh mana kawasan hijau tersebut berperan dalam
membentuk iklim mikro. Akan tetapi banyak faktor-faktor lain yang ikut
membentuk iklim mikro dan mempengaruhi nilai suhu dan kelembaban udara
disuatu tempat. Oleh karenanya dalam penelitian ini, sebisa mungkin faktor-faktor
yang membentuk iklim mikro tersebut akan dilihat, begitu pula dengan arus lalu
lintas kendaraan di sekitar kawasan hijau/vegetasi tersebut yang diduga memiliki
hubungan terhadap variasi suhu dan kelembaban udara. Dalam penelitian ini
kawasan vegetasi yang akan diteliti adalah taman kota. Taman kota sendiri adalah
kumpulan hijau vegetasi yang memiliki fungsi ekologis, sosial, dan estetika.
Taman kota merupakan salah satu unsur penting dalam perencanaan tata ruang
sebuah kota.
Hal ini menjadi penting untuk diteliti mengingat isu pemanasan global
yang semakin besar merebak dan juga melihat dampak yang ditimbulkannya.
Selain itu juga untuk menunjukkan bagaimana pentingnya ruang terbuka hijau
khususnya taman kota di Jakarta yang ironisnya, keadaannya justru semakin
mengkhawatirkan. Sehingga diharapkan pula penelitian ini bisa memberikan
sumbangan pengetahuan terhadap Jakarta dalam memenuhi target luas RTH

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


kawasan perkotaan sebesar 30% dari luas kawasan perkotaannya serta untuk
membantu dalam perencanaan kebijakan tata ruang kota kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah


Kumpulan vegetasi di suatu tempat tidak diragukan lagi memiliki peran
yang besar dalam menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara.
Dengan kemampuan tumbuhan didalamnya untuk melakukan evapotranspirasi,
maka akan dihasilkan uap air yang dapat menyerap panas di permukaan sehingga
dapat membantu mendinginkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara.
Akan tetapi bagaimana variasi suhu dan kelembaban udara itu sendiri di kumpulan
vegetasi dan sekitarnya. Oleh sebab masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana variasi suhu dan kelembaban udara di Taman Suropati dan
sekitarnya secara spasial dan temporal serta hubungannya dengan jarak
dari taman?
2. Bagaimana arus lalu lintas kendaraan di sekitar taman dan hubungannya
terhadap nilai suhu dan kelembaban udara?
3. Bagaimana tingkat kenyamanan di Taman Suropati dan sekitarnya serta
hubungannya dengan jarak dari taman dan arus lalu lintas kendaraan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana variasi nilai
suhu dan kelembaban udara di Taman Suropati dan sekitarnya secara spasial dan
temporal dan untuk mengetahui bagaimana perbedaan nilai suhu dan kelembaban
udara dikawasan bervegetasi (Taman Suropati) dengan daerah disekitarnya.

1.4 Batasan Penelitian


1. Wilayah penelitian meliputi satu lokasi RTH di DKI Jakarta yaitu Taman
Suropati Jakarta Pusat. Daerah yang diukur suhu dan kelembaban udaranya
yaitu daerah di dalam dan sekitar taman Suropati tersebut.
2. Suhu atau Temperatur Udara dalam penelitian ini adalah suhu atau
temperatur ambient dimana unsur iklim mikro yang termodifikasi oleh
berbagai material permukaan (Oke, 1989 dalam Laras Tursilowati 2008).

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


3. Kelembaban udara adalah konsentrasi uap air di udara. Dalam penelitian
ini, kelembaban udara yang dimaksud adalah kelembaban udara nisbi atau
kelembaban udara relative (Relative Humidity)
4. Suhu dan kelembaban udara yang di ukur terbatas pada bagian Urban
Canopy Layer dengan alat yang menggunakan sensor termokopel (1,25-
2,00 meter) di permukaan tanah.
5. Tingkat kenyamanan yang diteliti adalah tingkat kenyamanan dari segi
fisiologis yang ditentukan dari nilai suhu dan kelembaban udara
6. Arus lalu lintas kendaraan yang di ukur adalah ruas jalan yang berada di
sekitar taman Suropati yang di jadikan titik sampel pengukuran suhu dan
kelembaban udaranya.
7. Jarak dari taman adalah jarak yang diukur dari titik pertama dalam taman
ke titik pengukuran lainnya.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kumpulan Vegetasi


Vegetasi adalah masyarakat tumbuhan yang terbentuk oleh berbagai
populasi jenis tumbuhan yang terdapat di dalam suatu daerah atau ekosistem
(Samingan, 1995). Analisa vegetasi merupakan suatu kumpulan tumbuh-
tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis (biasanya) berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Vegetasi hutan dibentuk oleh individu tumbuhan yang beraneka
ragam dan memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu. Setiap tipe vegetasi
dicirikan oleh setiap penampangan luar tumbuhan dominannya.
Struktur dan komposisi jenis tumbuhan yang dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Pengukuran kuantitatif
meliputi kekayaan jenis, keanekaragaman jenis, persentase penutupan tajuk, dan
pengukuran tinggi pohon untuk mengetahui bentuk stratifikasinya. Deskripsi
kualitatif berupa komposisi jenis (daftar jenis) tumbuhan (Murdianto, 1989).
Sedangkan parameter yang dapat digunakan untuk kepentingan deskriptif vegetasi
ada tiga macam parameter kuantitatif. Parameter kuantitatif vegetasi yang sangat
penting dan umumnya diukur dari suatu tipe komunitas vegetasi tumbuhan adalah
kerapatan, frekuensi, dan kelindungan (cover).
Kawasan vegetasi memeiliki kemampuan untuk mempengaruhi iklim
mikro, dapat menunjang kenyamanan udara lingkungan, dan berpengaruh
terhadap iklim makro secara keseluruhan, karena vegetasi dapat menahan atau
menyerap cahaya matahari, menyerap air, memberikan kelembaban,
mempengaruhi suhu lingkungan, dan sebagainya melalui proses fotosintesis
(Sukla & Chandle, 1996).
Jenis-jenis vegetasi yang mempunyai kanopi rapat dapat digunakan untuk
memodifikasi suhu udara, kelembaban udara relative, dan intensitas cahaya
matahari (contoh: Acacia mangium Willd, Aleurites moluccana Willd, Hura
crepitans L., dan Hibiscus tiliaceus L.).

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


2.2 Iklim Mikro
Iklim dapat dibedakan menjadi iklim makro dan iklim mikro. Klim makro
adalah seluruh gejala meteorologist khusus di atmosfer. Iklim makro dipengaruhi
oleh iklim global, kondisi-kondisi topografis bumi, perubahan-perubahan
peradaban manusia, dan perubahan vegetasi di permukaannya. Iklim makro
berhubungan dengan wilayah geografis yang besar seperti negara, benua, dan laut.
Iklim mikro berhubungan dengan ruang terbatas, yaitu ruangan dalam, jalan, kota,
atau taman kecil (Lippsmeier, 1994).
Iklim mikro adalah iklim yang terdapat pada wilayah yang tidak luas dan
terbatas, terdiri dari gabungan atau kombinasi berbagai faktor iklim setempat yang
berbeda dengan iklim makro (Sukla & Chandel, 1996). Iklim mikro memiliki
peran penting dalam berbagai proses fisiologi tumbuhan seperti proses
fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Manusia melalui seluruh bentuk
kegiatannya, baik dilakkan di rumah, di kantor, di pabrik, atau di jalan-jalan, dapat
mempengaruhi bahkan merusak iklim mikro (Lutgens & Tarbuck, 1982)
Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat
terbatas, tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan tumbuhan,
hewan, dan manusia, karena kondisi udara pada skala mikro ini yang akan
berkontak langsung dengan (dan mempengaruhi secara langsung) makhluk-
makhluk hidup tersebut. Keadaan unsur-unsur iklim ini akan mempengaruhi
tingkah laku dan metabolisme yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup,
sebaliknya keberadaan makhluk tersebut (terutama tumbuhan) akan pula
mempengaruhi keadaan iklim mikro di sekitarnya. Antara makhluk hidup dan
udara di sekitarnya akan terjadi saling mempengaruhi satu sama lain. Keberadaan
bangunan fisik buatan manusia dan benda-benda alami pada suatu lingkungan
juga mempunyai pengaruh terhadap iklim mikro setempat, misalnya terhadap
suhu udara, kecepatan arah angin, intensitas dan lama penyinaran yang diterima
oleh suatu permukaan, dan kelembaban udara. Keragaman dari unsur-unsur iklim
ini disebabkan karena perbedaan kemampuan dari benda-benda tersebut dalam
menyerap radiasi matahari, menyiram air, dan keragaman rupa fisiknya.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


2.2.1 Suhu udara
Panas merupakan bentuk energi, sedangkan suhu merupakan besaran
energi panas yang terkandung dalam suatu media dan dinyatakan dengan satuan
derajat. Energi yang memanasi atmosfer berasal dari radiasi bumi, bukan dari
radiasi matahari.
Teori temperatur udara (Lippsmeier, 1994) mengatakan umumnya daerah
yang paling panas adalah daerah khatulistiwa, karena paling banyak menerima
radiasi matahari. Tetapi temperatur udara juga dipengaruhi oleh faktor derajat
lintang (musim), atmosfer, serta daratan dan air. Temperatur terendah pada 1-2
jam sebelum matahari terbit dan temperatur tertinggi pada 1-2 jam setelah posisi
matahari tertinggi, dengan 43% radiasi matahari dipantulkan kembali, 43%
diserap oleh permukaan bumi, dan 14% diserap oleh atmosfer.

Sumber : http://www.cara.psu.edu/climate/climatechangeprimer-pr4.asp
Gambar 2.1 Keseimbangan energi
Dalam keseimbangan energi, jumlah radiasi matahari yang diterima bumi
dan atmosfer seimbang dengan jumlah yang dibebaskan oleh radiasi gelombang
panjang oleh bumi. Kurang lebih separuh dari radiasi matahari diserap oleh
permukaan bumi. Energi ini ditransfer ke atmosfer dengan memanaskan udara
yang mengalami kontak dengan permukaan, dengan evapotranspirasi dan dengan
radiasi gelombang panjang energi tersebut terserap oleh awan dan gas rumah
kaca. Kemudian giliran atmosfer memancarkan energi gelombang panjang
kembali ke bumi sebanyak yang dipancarkan ke angkasa (Kiehl and Trenberth,
1997).

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Gambar 2.2 Radiasi Matahari dan Radiasi Bumi
Permukaan bumi yang dipanaskan oleh penyerapan radiasi matahari akan
menjadi sumber radiasi gelombang panjang dan dinamakan radiasi bumi. Dari
Gambar 2.2 terlihat bahwa radiasi matahari yang sampai ke bumi mencapai
puncaknya pada pukul 12 siang. Sedangkan radiasi bumi mencapai puncaknya
pada pukul 3-5 sore. Hal inilah yang menyebabkan variasi suhu temporal
cenderung mencapai titik paling rendah pada pukul 6 pagi, dan suhu tertinggi pada
1-2 jam setelah posisi matahari tertinggi.
Suhu di dekat permukaan atau lapisan batas sangat dipengaruhi oleh fluks
energi dan karakteristik fisis permukaan. Kesetimbangan energi alam antara input
radiasi matahari, emisifitas panjang gelombang, dan transfer panas terasa
menghasilkan siklus diurnal pemanasan dan pendinginan dari permukaan bumi
dan lapisan batas atmosfer. Sebaliknya, variasi diurnal suhu udara tidak teramati
di atas lapisan permukaan atmosfer atau troposfer bebas dan diatasnya.
Adapun suhu udara untuk kota paling sedikit 10 C – 20 C lebih panas
daripada daerah pedesaan sekitarnya, baik siang maupun malam (Hesti, 2007).
Pengaruh utama pada siang hari adalah hampir tidak adanya penguapan air dari
tanah dan tumbuhan di kota-kota. Kedua proses tersebut menggunakan sinaran
matahari dalam jumlah besar di daerah pedesaan. Karena tidak adanya proses
tersebut sehingga meningkatkan suhu udara di kota, karena jumlah energi
matahari yang ada lebih besar. Pada malam hari, suhu udara kota lebih hangat
daripada daerah sekelilingnya sebagai akibat pemencaran kembali radiasi yang

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


diserap oleh jalan dan bangunan. Suhu udara yang lebih tinggi disebabkan oleh
sedikitnya jumlah RTH, karena hilangnya transpirasi yang dihasilkan vegetasi
yang berfungsi menurunkan suhu udara, atau akibat dari tingginya tingkat
kepadatan di wilayah tersebut.

2.2.2 Kelembaban udara


Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit
tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan
uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk
menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan
jenuh) tergantung pada suhu udara. Defisit tekanan uap air adalah selisih antara
tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap aktual. Pengembunan akan terjadi bila
kelembaban nisbi mencapai 100 %.
Teori kelembaban udara (Lippsmeier) mengatakan semakin tinggi udara,
maka semakin tinggi kemampuan udara untuk menyerap air, berarti semakin
tinggi kelembaban udaranya. ”Temperatur lembab” menunjukkan kombinasi antar
temperatur kering yang diukur secara normal dan kadar kelembaban udara, yang
dapat dibaca dalam diagram psikometrik (Gambar 2.3). Sedangkan pada Gambar
2.4 menunjukkan perbandingan temperature udara harian terhadap kelembaban
udara yang berbading terbalik.

Gambar 2.3 Diagram psikometrik Gambar 2.4 Perbandingan Suhu dan


Kelembaban Udara

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Kelembaban relatif tergantung kepada suhu udara. Pada siang hari,
dimana lapisan paling bawah menjadi panas karena permukaan tanah memanas,
RH dengan cepat menurun. Dengan demikian maka kadar penguapan menjadi
tinggi.
Tabel 2.1 Perbandingan Nilai Suhu Udara dengan Kelembaban Udara
Pada permukaan tanah Ketinggian 2 m
Suhu udara Tinggi Lebih rendah
Kelembaban relatif Rendah Lebih tinggi
Kelembaban absolut Tinggi Lebih rendah
Sumber : Hidayat, 2000
Pada malam hari keadaan terbalik. Khususnya pada saat malam yang cerah
dan udara tenang, lapisan paling bawah (kelembaban mutlak tertinggi) dingin,
kelembaban relative meningkat, titik jenuh segera tercapai.
Sumber kelembaban di perkotaan berasal dari air hujan yang cenderung
menjadi aliran permukaan akibat adanya permukaan semen, parit, selokan, dan
pipa-pipa drainase. Di daerah pedesaan sebagian besar air hujan meresap ke dalam
tanah dan menjadi sumber terjadinya penguapan sehingga cenderung
menyejukkan udara. Evaporasi dari permukaan dan vegetasi di kota lebih rendah
dibandingkan daerah desa yang permukaannya lebih terbuka. Jumlah badan air
(sungai, danau, kolam, dan rawa-rawa), per satuan luas lebih kecil di dalam kota
daripada di sekitar luar kota. Kondisi di atas memperlambat hilangnya panas di
kota karena evaporasi dari air lebih kecil sehingga lebih banyak panas yang
tersedia untuk memanaskan atmosfer kota.

2.3 Peranan Vegetasi terhadap Suhu dan Kelembaban Udara di Perkotaan


Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara telah di beberapa tempat di
DKI Jakarta telah dilakukan. Pada areal bervegetasi lebat (hutan kota Kemayoran)
suhu udara pada bulan Juli berkisar 25,5 - 310C, dengan kelembaban 74 - 84%;
pada areal yang kurang bervegetasi (terbuka) tercacat 29,3 - 32,40C, dengan
kelembaban 67 - 76%; sedangkan di atas betonan dan aspal tercatat 30,5 - 32,60C,
dengan kelembaban 54 - 65% (Waryono, 2004). Dari pendataan tersebut

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


memberikan gambaran bahwa potensi penutupan vegetasi secara nyata dapat
meredakan iklim mikro, yang penting bagi mintakat kenyamanan manusia.

Tumbuhan dan air akan mengurangi panas melalui evapotranspirasi yang


dilakukan. Penambahan luas permukaan untuk vegetasi dapat menurunkan suhu
maksium udara. Di dalam RTH terdapat vegetasi yang memiliki pengaruh yang
besar terhadap iklim mikro dan keberadaannya dipertimbangkan sebagai
mekanisme efisien sebagai pendingin komunitas. Semakin rendah konsentrasi
vegetasi akan berakibat pada semakin tingginya porsi radiasi netto yang berubah
menjadi panas sensible, yang berdampak pada fenomena kutub panas.

Karakteristik vegetasi dalam RTH juga mempengaruhi suhu dan


kelembaban udara. Rumput-rumputan walaupun tergolong tanaman bawah,
namun memiliki peranan untuk merubah komposisi CO2 udara sekitar, presipitasi,
dan suhu sekitar dalam kisaran kecil (Dukes et al. 2005 dalam Aprianto, 2009).
Pohon adalah pelindung yang paling tepat dari terik sinar matahari, di samping
sebagai penahan angin kencang, peredam kebisingan dan bencana alam lain,
termasuk erosi tanah. Pepohonan dan vegetasi lainnya dapat memperbaiki suhu
kota melalui evapotranspirasi. Tanaman yang tinggi memiliki laju
evapotranspirasi yang lebih besar daripada tanaman yang rendah. Sebatang pohon
yang terisolir akan menguapkan air sekitar 400 lliter/hari jika air tanah tersedia.

Dengan adanya RTH sebagai ‘paru-paru’ kota, maka dengan sendirinya


akan terbentuk iklim yang sejuk dan nyaman. Kenyamanan ini ditentukan oleh
adanya saling keterkaitan antara faktor-faktor suhu udara, kelembaban udara,
cahaya, dan pergerakan angin. Hasil penelitian di Jakarta, membuktikan bahwa
suhu di sekitar kawasan RTH (di bawah pohon teduh), dibanding dengan suhu di
‘luar’nya, bisa mencapai perbedaan angka sampai 2-4 derajat celcius
(Purnomohadi, 1995). RTH juga membantu sirkulasi udara. Pada siang hari
dengan adanya RTH, maka secara alami udara panas akan terdorong ke atas, dan
sebaliknya pada malam hari, udara dingin akan turun di bawah tajuk pepohonan.
Bila terjadi tiupan angin kencang di ‘atas’ kota tanpa tanaman, maka polusi udara
akan menyebar lebih luas dan kadarnya pun akan semakin meningkat.

RTH mampu menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembaban. Suhu


disekitar tanaman menjadi lebih sejuk. Uap air di atmosfir bertindak sebagai

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi
matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang. Hutan kota mempunyai
pengaruh besar pada daerah-daerah yang suhunya tinggi, dan sangat bermanfaat
khususnya untuk daerah tropis (Irwan,2005).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Suhu dan Kelembaban Udara di Perkotaan


Dalam sebuah kota evapotranspirasi dapat berkurang secara signifikan
karena berkurangnya penggunaan tanah alami seperti RTH dan badan air. Pada
saat hujan, air mengalami run off yang lebih cepat kedalam drainase kota sehingga
permukaan kota menjadi kering. Karena air yang berada dipermukaan tanah
jumlahnya sedikit, maka panas yang ada bukannya digunakan untuk evaporasi
melainkan untuk memanaskan atmosfer kota.
Menurut Douglas (1983) dalam Putri 2007, peningkatan suhu udara di
kota dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini, yaitu:
1. Sifat dari dinding dan atap bangunan, dan jalan aspal yang merupakan paved
surface. Bahan tersebut memiliki sifat daya konduktivitas tinggi dan kemampuan
untuk memantulkan panas lebih sedikit daripada daya serapnya sehingga kapasitas
menyimpan panasnya lebih tinggi daripada penggunaan tanah alami.
2. Penambahan bangunan/gedung denang pembangunan vertikal yang
menyebabkan perubahan pada massa energi dan momentum
3. Masukan (input) panas dari sistem buatan manusia seperti mesin-mesin,
kendaraan, dan system pemanas dan pendingin ruangan
4. Semakin meluasnya permukaan kedap air yang menyebabkan aliran air
menalami run off lebih cepat, yang secara langsung berpengaruh pada kelembaban
udara kota, dan bujet energy panas dengan berkurangnya evaporasitranspirasi dan
penggunaan energy di dalam proses tersebut
5. Penambahan polusi dan debu pada atmosfer kota sebagai hasil dari aktifitas
penduduk yang dapat memodifikasi proses radiasi gelombang panjang.
Dari faktor-faktor diatas terlihat bahwa suhu dan kelembaban udara di kota
sebagian besar diakibatkan oleh perubahan penggunaan tanah menjadi wilayah
terbangun serta adanya penambahan polusi dan debu yang sebagian besar
disumbangkan oleh asap kendaraan bermotor. Pendirian bangunan pada

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


penggunaan tanah berpengaruh pada meningkatnya radiasi, suhu, kelembaban,
dan modifikasi aerodinamik dan lingkungan sekitar. Dalam paparan di BPLHD
DKI Jakarta dinyatakan bahwa meningkatnya bangunan berdinding kaca f 4.061
ha atau 6,25 % dari luas daratan Jakarta, menyebabkan meningkatnya kutub-kutub
panas kota, yaitu dari suhu udara rata-rata dari 28°C menjadi 29,1°C. Bangunan
beton dan jalan aspal yang menyerap panas sepanjang hari dan melepaskannya
dengan lambat pada malam hari. Pusat kota tidak hanya lebih panas dari pinggir
kota akan tetapi kurang nyaman, mengandung banyak polusi, kurang angin,
pengap, dan kelembabannya rendah. Adanya bangunan dalam kota membentuk
permukaan yang tidak teratur, sehingga memperlambat aliran massa udara bebas
(memperlambat angin). Dalam hal ini kota akan mengurangi efek aliran udara
sehingga terjadi penumpukan panas. Kota akan menjadi lebih panas dan juga
terdapat pencemaran udara lebih banyak daripada daerah sekitarnya, karena
adanya aliran udara ke pusat kota. Kota mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap lingkungan fisik (Aswad, 2008).

2.5 Arus lalu lintas kendaraan


Arus lalu lintas kendaraan adalah banyaknya kendaraan yang melewati
suatu titik atau garis tertentu. Arus lalu lintas kendaraan dapat dinyatakan dalam
berbagai satuan (dimensi) seperti:kendaraan/jam, SMP (Satuan Mobil
Penumpang)/menit,SMP/siklus,dankendaraan/24 jam. (Dinas Perhubungan,2006).
Tabel 2.2 Faktor SMP
No. Jenis/Tipe Kendaraan SMP

1 Sepeda Motor 0,25

2 Sedan, Jeep, Taksi, Mikrolet, KWK, dan sejenisnya 1,0

3 Bus sedang, truk sedang, peti kemas, dan sejenisnya 1,5

4 bus gandeng, truk besar, truk gandeng 1,8

Sumber : Dinas Perhubungan


Pemisahan jenis kendaraan dilakukan berdasarkan, karakteristik pergerakan
yang berbeda, karena dimensi, kecepatan, percepatan, maupun kecepatan dari
masing-masing tipe kendaraan disamping juga pengaruh geometric jalan. Untuk

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


menyamakan satuan tersebut, digunakan suatu satuan yang dikenal dengan satuan
Mobil Penumpang (SMP), seperti disajikan pada tabel 2.2.

2.5 Tingkat Kenyamanan


Pada dasarnya, perasaan nyaman dapat dirasakan oleh seseorang secara
psikologis, fisiologis, dan sosiologis. Kenyamanan psikologis adalah perasaan
nyaman dengan penekanan secara subyektif, personal, dan pribadi. Kenyamanan
fisiologis berkaitan dengan lingkungan alam sekitarnya, misalnya kondisi termal.
Kenyamanan sosiologis berkaitan dengan suasana hubungan dengan anggota
keluarga, teman, dan masyarakat (Priyono, 2007). Pada penelitian ini hanya akan
membahas kenyamanan dari sudut pandang fisiologis, yaitu yang berhubungan
dengan suhu udara dan kelembaban.
Lingkungan nyaman yang dapat dirasakan menusia untuk memenuhi
kebutuhan fisik, ditentukan oleh suhu dan kelembaban kota sekitarnya.
Ketidaknyamanan fisiologis yang dirasakan setiap orang sangatlah kualitatif dan
relatif. Untuk menyederhanakan dan memudahkan pengukuran secara kuantitatif,
Oliver (1981) menggunakan rumus :
THI =Td – (0,55 – 0,55RH)(Td – 58)
THI = Temperature Humidity Indeks
Td = Suhu jika kering
RH = Kelembaban relatif
Indek kenyamanan berkisar antara 61-71. THI di atas 71 orang sudah merasa tidak
nyaman.
Sedangkan Sani (1986) menghitung indeks kenyamanan (IK) dengan rumus:
IK = 0,7(TWB) + 0,2(TG) + 0,1(TDB)
Di mana :
TWB = suhu jika basah
TG = suhu termometer globe
TDB = suhu jika kering

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Gambar 2.5 Heat Index
Gambar 2.5 menunjukkan kombinasi nilai suhu dengan kelembaban udara
yang menciptakan heat index atau kondisi kenyamanan tertentu.
Adapun Indek kenyamanan (IK), ditentukan dari hasil pengukuran
temperatur dan kelembaban udara di setiap lokasi penelitian dengan menggunakan
rumus Nievwolt (1975 dalam Malik, 2006),
IK = 0,8 T + (RH x T) / 500.
(IK= Indek Kenyamanan, T= temperatur udara (oC), Rh= kelembaban udara).

Tabel 2.3 Indeks Kenyamanan

Indeks Kenyamanan Kategori


< 23,0 Tidak nyaman
23,0 - < 25,0 Sebagian tidak nyaman
25,0 - < 27,0 Nyaman
27,0 - < 29,0 Sebagian tidak nyaman
≥29,0 Tidak nyaman
Sumber : Setyowati,2008
Panas telah dianggap sebagai salah satu bentuk pencemar udara yang perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Panas dapat merugikan manusia, baik dari
segi kesehatan fisik maupun mental. Intensitas suhu yang tinggi bukan saja
mengganggu kesenangan manusia, melainkan juga dapat mengganggu kerja organ
tubuh manusia.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


2.6 Analisis Statistik
Terdapat variai atau ragam dari sekumpulan data. Varians bersama-sama
rata-rata telah banyak digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai populasi,
baik secara deskriptif maupun secara induktif melalui penaksiran dan pengujian
hipotesis mengenai parameter. Untuk melihat berbagai jenis varians tersebut
digunakan pengujian hipotesis melalui teknik analisis varians, disingkat ANAVA
( ANA dari analisis dan VA dari varians). Varians dari sekumpulan data
melukiskan derajat perbedaan atau variasi nilai data individu yang ada dalam
kelompok atau kumpulan data tersebut (Sudjana, 2002).
Rancangan random lengkap karena unit eksperimen yang dipergunakan
dianggap sama/seragam. Satu Arah karena 1 faktor yang diselidiki. Prosedur one
way ANOVA akan menghasilkan analisis satu faktor untuk sebuah variabel
tergantung dengan satu buah variabel bebas. Kegunaan utama teknik ini ialah
untuk menguji hipotesis yang membuktikan rata-rata sama atau tidak. Teknik
analisis ini merupakan perluasan dari teknik uji t dengan dua sampel. Perbedaan
pokok dengan uji t ialah pada teknik anova satu faktor kita dapat
mengidentifikasikan kelompok mana saja yang mempunyai rata-rata sama atau
berbeda.

2.7 Interpretasi Citra Penginderaan Jauh


Penginderaan jauh (remote sensing) sering disingkat inderaja, adalah ilmu
dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena
melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung
dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Data penginderaan jauh (citra)
menggambarkan obyek di permukaan bumi relative lengkap, dengan wujud dan
letak obyek yang mirip dengan wujud dan letak di permukaan bumi dalam liputan
yang luas. Hasil rekaman pantulan dan atau pancaran obyek oleh sensor
penginderaan jauh, dapat berupa foto atau data digital (Purwadhi, 2007).
Adapun Interpretasi atau penafsiran citra penginderaan jauh (fotografik
atau non-fotografik) merupakan perbuatan mengkaji citra dengan maksud untuk
mengindetifikasikan obyek yang tergambar dalam citra, dan menilai arti
pentingnya obyek tersebut.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Citra IKONOS mempunyai ketelitian tinggi (225 kali ketelitian citra
Landsat 7 band 8 atau saluran pankromatik), yang hasil rekamannya sebanding
dengan foto udara. Citra IKONOS dapat dikoreksi geometriknya secara presisi,
sehingga layak untuk pembuatan peta dasar maupun peta tematik rinci. Citra
IKONOS didesain untuk tujuan pemetaan kota, yaitu mendeteksi permukiman
atau daerah perkotaan yang padat bangunan secara rinci, sumber daya alam dan
bencana alam, pertanian dan kehutanan, eksplorasi pertambangan. Skala peta yang
dapat yang dapat dihasilkan dengan menggunakan citra IKONOS adalah citra
pankromatik IKONOS resolusi spasial 0,82 – 1 meter. Adapun citra IKONOS
multispectral resolusi spasial (3,2 – 4) meter. Citra IKONOS dapat menunjukkan
kerincian obyek yang akan diidentifikasi hinga ukuran kecil. Identifikasi citra
IKONOS mudah dipahami karena warna obyeknya hampir sama dengan apa yang
terlihat di lapangan, yaitu vegetasi warna hijau, tanah warna coklat, air warna biru
tua hingga muda, kekeruhan air tampak kecoklatan, bila endapan tanah, bila
lumpur hitam juga akan tampak hitam (Purwadhi, 2007).

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pendekatan


Kota Jakarta memiliki karakteristik dan kondisi tersendiri yaitu kondisi
fisik alami maupun kondisi fisik artifisial yang akan mempengaruhi kehidupan
manusia didalamnya. Kondisi fisik alami meliputi kondisi tanah, air/hidrologi, dan
juga kondisi atmosfer. Sedangkan untuk kondisi fisik artifisial didalamnya
terdapat landuse atau landcover . Kondisi fisik alami suatu daerah akan
mempengaruhi kondisi fisik artifisial di daerah tersebut, begitupula sebaliknya.
Karakteristik tanah atau lahan, hidrologi, serta atmosfer akan mempengaruhi
landuse atau landcover suatu daerah. Sebaliknya akibat dari penggunaan lahan
disuatu daerah akan mempengaruhi kondisi alami di daerah tersebut. Salah satu
contoh penggunaan lahan tersebut adalah kumpulan vegetasi atau Ruang Terbuka
Hijau (RTH) yang dapat mempengaruhi suhu udara dan kelembaban udara
disekitar RTH tersebut, seperti yang terlihat di alur pendekatan pada gambar 3.1.
Besar kecilnya pengaruh RTH terhadap suhu udara dan kelembaban udara
dipengaruhi juga oleh jenis RTH yaitu jenis vegetasi di RTH tersebut. Sementara
itu, suhu dan kelembaban udara sendiri amat penting peranannya terhadap
kehidupan manusia. Suhu udara dan kelembaban merupakan variable fisik yang
menentukan tingkat kenyamanan hidup manusia yang tinggal didaerah tersebut.

Gambar 3.1 Alur Pendekatan

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Gambar 3.2 Alur Pikir Penelitian

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Gambar 3.3 Alur Kerja Penelitian

3.2 Pengumpulan Data


Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data-data yang menunjang untuk
penelitian. Data-data tersebut berupa data primer dan sekunder.

3.2.1 Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder merupakan data-data yang diambil melalui studi
dokumentasi pada instansi-instansi terkait. Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diantaranya:

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


1. Data mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jakarta dan Taman Suropati
Jakarta Pusat dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta
2. Data iklim Jakarta tahun 2009 dan bulan April 2010 dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
3. Data tutupan lahan dari Citra Ikonos Jakarta 2002 yang diperoleh dari
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan melalui
survey lapang.

3.2.2 Pengumpulan Data Primer


Adapun data primer dalam penelitian ini adalah data hasil survey lapangan
yang diambil dari lokasi penelitian yaitu Taman Kota Suropati, yang terletak di
Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Survey dilakukan dengan 2 metode, diantaranya :
a. Metode ke 1 lebih ditujukan untuk melihat nilai suhu dan kelembaban udara
secara temporal, dengan metode pengukuran sebagai berikut:
1. Menggunakan 2 titik pengukuran suhu dan kelembaban udara yaitu di
dalam taman Suropati dan diluar taman (lapangan parkir BAPPENAS)
seperti yang ada pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Lokasi 2 titik pengukuran pada metode 1


2. Pengukuran dilakukan selama 4 hari, yaitu hari Sabtu 17 April 2010,
Minggu 18 April 2010, Senin 19 april 2010, dan Selasa 20 april 2010,
dengan pemilihan 2 hari libur dan 2 hari kerja.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


3. Pengukuran dilakukan tiap jam selama 13 jam yaitu pada pukul 06.00-
18.00 WIB.
4. Pengukuran dilakukan oleh 2 surveyor dengan menggunakan 2 buah alat
pengukur suhu dan kelembaban udara yang menggunakan sensor
termokopel , dengan menggunakan suhu bola basah dan bola kering.

b. Metode ke 2 lebih ditujukan untuk melihat nilai suhu dan kelembaban udara
secara spasial, dengan metode pengukuran sebagai berikut:
1. Pengukuran dilakukan pada 33 lokasi yaitu di dalam taman dan di sekitar
taman hingga titik terluarnya pada jarak 458 m dari taman. Letak titik
tersebut seperti pada tabel 3.1 dan peta 2.
Tabel 3.1 Lokasi Titik Pengukuran suhu dan kelembaban udara
Titik Letak
Pengukuran
1 Didalam Taman Suropati
2 Jln. Syamsu Rizal no.1
3 Jln Teuku Umar no.75
4 Jln. Teuku Umar no.57
5 Jln. Lembang no.5
6 Jln. Lembang no.17
7 Jln. Lembang no. 18A
8 Perempatan Jln. Lembang dan Syamsu Rizal
9 Jln. Syamsu Rizal no.7
10 Jln. Besuki no.7
11 Jln. Besuki no. 27
12 Pertegiaan jln. Kertosono dan Besuki
13 Jln. Situbondo no.6
14 Perempatan Taman Menteng (Jln. Sidoardjo dan
Bondowoso)
15 Jln. Bondowoso no.12
16 Jln. Banyuwangi no.21
17 Depan Taman Suropati (jln. Diponegoro)
18 Jln. Diponegoro no.2
19 Jln. Diponegoro no. 9
20 Ln. Diponegoro no.14
21 Depan kantor Bappenas (jln. Diponegoro)
22 Jln. Imam Bonjol no. 1
23 Jln. Imam Bonjol no.10
24 Depan Gereja GPIB Paulus
25 Jln. Sunda Kelapa no.25 (lap.parkir masjid Sunda Kelapa)
26 Perempatan Jln. Sunda Kelapa dan Dr.Kusuma Atmaja
27 Jln. Dr.Kusuma Atmaja no.26

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Titik Letak
Pengukuran
28 Jln. Sunda Kelapa no.4
29 Jln. Sunda Kelapa no.16A
30 Jln.Ki Mangun Mangkusuro no.2
31 Jln.Ki Mangun Mangkusuro no.19
32 Perempatan Jln.Ki Mangun Mangkusuro no.31
33 Jln. Madiun no.1

2. Lokasi titik sampel pengukuran suhu dan kelembaban udara. Pemillihan


titik-titik pengukuran dilakukan secara stratified random sampling
berdasarkan variasi jarak pada taman.
3. Pengukuran dilakukan selama 4 hari yaitu hari Sabtu 24 April 2010,
Minggu 25 april 2010, Rabu 28 April 2010, dan Senin 3 Mei 2010, dengan
pemilihan 2 hari libur dan 2 hari kerja.
4. Pengukuran dilakukan dengan 3 periode waktu yaitu pagi hari (07.00-
08.00 WIB), siang hari (12.00-13.00), dan sore hari (16.00-17.00).
5. Pengukuran dilakukan oleh 4 surveyor dengan menggunakan 4 buah alat
pengukur suhu dan kelembaban udara yang menggunakan sensor
termokopel, dengan pengukuran suhu bola basah dan bola kering.

Alat dan perlengkapan survey :


1. Sensor termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk
mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan
listrik (voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki
jenis konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam
jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran
kurang dari 1 °C.
2. Lembar kerja, yaitu lembaran untuk menuliskan hasil pengukuran yang
dilakukan.
3. Peralatan tulis (pensil, pulpen, dan penghapus).
4. Meja jalan
5. Peta kerja berupa plot atau titik lokasi sampel yang di gambarkan pada
peta jaringan jalan.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


3.3 Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah sehingga menjadi
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Mengolah citra IKONOS Jakarta tahun 2002 untuk mendapatkan
gambaran daerah penelitian, dan membuat peta lokasi titk sampel, peta
daerah terbangun dan jaringan jalan, dan peta persebaran vegetasi.
2. Mengolah data suhu dan kelembaban udara menjadi data tingkat
kenyamanan dengan mengunakan rumus Nievwolt dengan rumus sebagai
berikut:
IK = 0,8 T + (RH x T) / 500.
(IK= Indek Kenyamanan, T= temperatur udara (oC), Rh= kelembaban
udara). (Sumber : Setyowati,2008)
3. Mengolah data hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara dalam
bentuk tabel, grafik, dan membuat peta variasi suhu udara, peta variasi
kelembaban udara, peta tingkat kenyamanan, dan peta arus lalu lintas
kendaraan.

3.4 Analisis Data


Pada tahap ini, hasil dari pengolahan data di analisis untuk melihat
pola/kecenderungan dari variasi suhu dan kelembaban udara serta untuk mencari
hubungan antar tiap variable, diantaranya :
1. Menganalisa variasi suhu dan kelembaban udara serta tingkat kenyamanan
dengan jarak dari taman dengan analisis spasial dan statistik.
2. Menganalisa variasi suhu dan kelembaban udara serta tingkat kenyamanan
dengan Arus lalu lintas kendaraan dengan analisis spasial dan statistik.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


BAB 4

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Batas Penelitian


Lokasi penelitian adalah Taman Suropati dan sekitarnya yang terletak di
Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Batas absolute yang
dimaksud dari Taman Suropati dan sekitarnya yaitu pada 9314200-9314700 mU
dan 702400-703100 mT dengan titik terjauh jaraknya 458,13 m dari Taman
Suropati. Adapun batas geografis dari Kelurahan Menteng adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Gondangdia
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Setiabudi, Kelurahan
Guntung, dan Kelurahan Pasar Manggis
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kebon Melati
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pegangsaan dan kelurahan
Ciki
5.

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Menteng adalah perumahan villa pertama di kota Jakarta yang
dikembangkan antara tahun 1910 dan 1918. Perancangnya adalah tim arsitek yang
dipimpin oleh P.A.J. Mooijen, seorang arsitek Belanda yang merupakan anggota
tim pengembang yang dibentuk pemerintah kota Batavia. Rancangan awalnya
memiliki kemiripan dengan model kota taman dari Ebenezer Howard, seorang
pembaharu dalam arsitektur asal Inggris. Bedanya, Menteng tidak dimaksudkan
berdiri sendiri namun terintegrasi dengan suburban lainnya. Thomas Karsten,
seorang pakar tata lingkungan semasanya, memberi komentar bahwa Menteng
"memenuhi semua kebutuhan perumahan untuk kehidupan yang layak". Proyek
Menteng ini dinamakan Nieuw Gondangdia dan menempati lahan 73ha, yang
pada tahun 1890 dimiliki oleh 3.562 pemilik tanah. Batas selatannya adalah
Banjir Kanal Barat yang selesai dibangun 1919. Rancangan Mooijen dimodifikasi
oleh F.J. Kubatz dengan mengubah tata jalan dan penambahan taman-taman
(salah satunya adalah Taman Lembang) hingga mencapai bentuk yang tetap antara
1920an dan 1930an. Menteng menjadi daerah elite setelah kemerdekaan
Indonesia. Perumahan dinas pejabat tinggi negara serta kedutaan besar negara-
negara sahabat banyak dipusatkan di sini hingga 1980-an. Banyak tokoh-tokoh
penting dan konglomerat ternama tinggal di wilayah tersebut, termasuk presiden
ke-2 Indonesia, Soeharto beserta keluarganya. Stadion Menteng, yang telah
dibongkar dan dijadikan taman, terletak di kecamatan ini. Dalam kecamatan
Menteng itu terdapat 5 kelurahan yaitu kelurahan Menteng, Cikini, Kebon sirih,
Pegangsaan, dan Gondangdia.
Menteng sebagai kota taman tropis memiliki konsistensi hierarki jalan dan
peruntukan lahan yang jelas serta didominasi ruang terbuka hijau (RTH) lebih dari
30 persen dari total luas kota. Sistem jaringan RTH kota sudah memiliki struktur
dan fungsi sendiri-sendiri, taman/kebun rumah, taman lingkungan, taman kota,
lapangan olahraga, taman makam, hutan kota, dan daerah tangkapan air
(situ/waduk/danau) yang dihubungkan oleh koridor pepohonan besar jalur hijau
jalan, bantaran rel kereta api, saluran tegangan tinggi (sutet), dan jalur biru
bantaran kali yang saling menyambung tak terputus. Fasilitas ruang publik dengan
konsep taman-taman penghubung (connector park) tersebar sistematis, terencana,
dan saling berhubungan. Kota taman Menteng terdiri atas rumah induk di tengah

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


kapling dengan dikelilingi taman/kebun luas, 23 taman lingkungan (Taman
Kudus, Taman Panarukan, Taman Kodok, dan seterusnya), taman kota (Taman
Suropati, Taman Tugu Tani), situ (Situ Lembang) dan lapangan olah raga
(Lapangan Bola Persija), yang dihubungkan oleh koridor pepohonan besar, jalur
hijau jalan dengan median dan/atau pedestrian lebar (Jalan Imam Bonjol, Jalan
Diponegoro, Jalan Teuku Umar, Jalan Kebon Sirih), serta jalur biru bantaran kali
(sungai ) yang saling menyambung tak terputus (Nirwono,2005).

4.2 Ruang Terbuka Hijau di Kota Jakarta

Dari data penelitian RTH di Jakarta terlihat bahwa dari tahun ke tahun luas
vegetasi atau RTH di Jakarta semakin menyusut, dengan rincian sebagai berikut:
Ruang terbuka hijau saat pada tahun 1983 berkisar 32185.9 hektar (50.2%) dan
pada tahun 2002 menjadi berkisar 9430.6 hektar (14.7%). Dalam kurun waktu 19
tahun turun berkisar -22755.3 hektar (-159.0 %) dari luas yang ada. Sebagian
besar digunakan sebagai areal urban, dimana urban mengalami kenaikan berkisar
24411.0 hektar (72.7 %), sehingga menyebabkan kondisi fisik lingkungan kota
yang hijau semakin menurun dan mengakibatkan daya dukung resapan air
semakin berkurang pula. Menurut Pemprov DKI tahun 2003 luas RTH tinggal 14
% dari luas DKI, namun yang dikuasai DKI hanya 9%. Ini benar-benar bahwa
DKI merasa tak ada lagi yang dibanggakan, banyak RTH DKI menjadi Mal dan
pemukiman penduduk, sehingga Pemprop DKI kesulitan menambah luas RTH.
Ruang terbuka hijau secara keseluruhan menurut standar yaitu 40% dari wilayah
kota yaitu sekitar 25.007 ha (Irwan,2005). Namun kenyataan yang ada sekarang
ini masih jauh dari yang diharapkan. Padahal dengan semakin meningkatnya
pembangunan, akan menambah pula polusi udara, maka kebutuhan akan vegetasi
dalam RTH akan semakin besar.
Salah satu RTH penting dalam suatu kota adalah taman kota. Selain
berfungsi ekologis, taman kota ini juga memiliki fungsi social. Dari data yang
dihimpun Dinas Pertamanan Jakarta, data taman sampai pada bulan Januari 2010,
dapat dilihat pada tabel 4.1( Luas RTH Pertamanan) serta pada tabel 4.2 (Taman
Kota dan Luas Areanya di DKI Jakarta).

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Tabel 4.1 Luas RTH Pertamanan DKI Jakarta

Wilayah Luas ruang terbuka hijau pertamanan (ha)


Jalur hijau Taman Taman
No Kotamadya Taman kota jalan bang.umum Tepian air rekreasi Jumlah
Jml Luas Jml Luas Jml Luas Jml Luas Jml Luas

1 Jakarta Pusat 171 12,60 367 13,63 72 10,28 38 0,30 4 1,13 37,96

2 Jakarta Utara 111 2,0 122 7,77 18 0,07 13 0,20 10,04

3 Jakarta Barat 84 1,22 121 6,14 11 0,57 18 1,53 9,47


Jakarta
4 Selatan 299 46,23 263 12,88 80 2,12 41 1,29 2 20,50 41,42

5 Jakarta Timur 175 2,71 183 16,38 13 23,85 30 2,37 1 65,60 110,92

Jumlah total 840 23,17 1,056 56,81 194 36,90 140 5,71 7 87,23 209,83

Sumber : Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta 2010


Adapun untuk nama-nama taman kota dan luasnya di Jakarta adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Taman Kota dan Luas Area di DKI Jakarta
No Taman Kota Luasan Area
(m2)
1 TMM. Sektor Pusat ( Ruang Agung ) 47,580
2 TMM. Sektor Utara & Silang Barat Laut 112,895
3 TMM. Sektor Barat & Silang Barat Daya 144,995
4 TMM. Sektor Barat Khusus Tan.Hias 16,915
5 TMM. Sektor Selatan & Silang Tenggara 152,220
6 TMM. Sektor Timur & Silang Timur Laut 58,794
7 TMM. Sisi luar pagar, Ex IRTI & Tenggara 83,123
8 Taman Suropati 16,328
9 Taman Patung Dipenogoro 1,020
10 Taman Situ Lembang 14,700
11 Taman Lapangan Banteng 104,000
12 Taman Hutan Kota Kampung Sawah -
13 Taman Ayodya -
14 Taman BMW -
15 Taman Langsat, Leuser dan Barito 50,000
16 Taman Bumi Perkemahan Ragunan 70,000
17 Taman Situ Babakan & Cendrawasih 25,000
18 Taman Aries, Buaya & Meruya 20,000
19 Taman Komplek Dinas Teknis Jatibaru 10,000
20 Taman Islamic Center 100,000
21 Taman YPKP Ciracas -
22 Taman Rumah Dinas Suropati 7,000
23 Taman Rumah Dinas Denpasar 800
24 Taman Halaman Balaikota -
Total 1,035,370
Sumber : Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta 2010

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Mengingat semakin bertambahnya kebutuhan akan vegetasi sementara
jumlah lahan yang ada untuk vegetasi tersebut semakin berkurang, maka perlu
diusahakan kepadatan vegetasi yang terdapat dalam RTH tersebut. Adapun jenis-
jenis pohon yang banyak digunakan di DKI Jakarta, yaitu Akasia (Acacia
auriculaeformis), Angsana (Pterocarpus indicus), Mahoni (Switenia mahagoni),
Kiara paying (Filicium desipiens Thw), Tanjung (Mimusops elengi L), Flamboyan
(Delonix regia), Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers), Glodogan (Polyalthea
longifolia), Kelapa (Cocos nucifera L), Beringin (Ficus benyamina), Karet
munding (Ficus elastic), Kamboja (Plumeria alba), ketapang (Terminalia
catappa), Waru (Hibiscus tiliaceus), Kecapi (Sandoricum koetjape), Jamblang
(Syzygium cumini), Cassia multijuga Rich, Asam kranji (Pithecollobium dulce),
Acasia mangium (Zoer’aini dan Arwindrasti 1986)

4.3 Taman Suropati


Taman Suropati merupakan salah satu taman yang berada di Menteng,
Jakarta Pusat dan merupakan salah satu taman yang terbaik di Jakarta dalam
tujuannya memperbaiki kualitas lingkungan. Menurut sejarah, Taman Suropati
yang terletak di jalan Suropati sebelumnya adalah sebuah lapangan bundar yang
menyatu dengan lapangan Persija (sekarang Taman Menteng) dan taman Sunda
Kelapa dengan nama Burgeermester Bischop Plein. Dalam perkembangannya
lapangan tersebut terpecah-pecah dan salah satunya adalah taman Suropati yang
sebelumnya memiliki luas 3 ha menjadi 13.584 m2 . Taman ini dikelilingi oleh
perumahan dengan gaya arsitektur kolonial, yang dihuni oleh perwakilan Negara
asing, pejabat tinggi pemerintahan serta kompleks kantor Bappenas.
Renovasi yang dilakukan pada tahun 1984 telah merubah konsep
penghijauan kota menjadi taman publik. hal ini terlihat dengan adanya berbagai
fasilitas taman seperti jogging track, bangku-bangku taman, jalur pejalan kaki,
gazebo, dan kolam air mancur. Elemen perkerasan dengan elemen lunak
memberikan harmonisasi yang seimbang secara visual.
Taman Suropati sebagai ruang terbuka hijau, selain memiliki nilai ekologis
dan arsitektural juga sarat akan nilai-nilai sejarah, sehingga taman ini bukan hanya
sebagai ruang terbuka hijau, tetapi juga sebagai taman budaya. Beberapa patung

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


dari negara tetangga yaituThailand, Malaysia, Philipina dan Singapura menjadi
bukti bahwa taman Suropati jugamerupakan taman budaya simbol persahabatan
Indonesia dengan negara-negara tetangga.
Meskipun telah menjadi taman publik, taman Suropati tetap memberikan
kontribusi terhadap penghijauan kota dan peningkatan kualitas lingkungan
sekitarnya. Pohon-pohon besar didalamnya tidak hanya membentuk ruang hijau
tetapi juga meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang kanopi kota. Beberapa
pohon peninggalan Bangsa Belanda masih berdiri di taman Suropati, seperti
pohon Mahoni (Swietania mahogani), menyatu dengan pohon baru seperti
Angsana (Pterocarpus indicus), Pisang kipas (Revelana madagascariensis) dan
beberapa semak berbunga dan berdaun indah. Banyak ruang-ruang keteduhan
yang tercipta di taman Suropati, secara ekologis membantu menciptakan iklim
mikro bagi lingkungan sekitar taman.
Tabel 4.3 Nama Jenis Pohon dan Jumlahnya di Taman Suropati

Taman Suropati Nama Pohon Nama Latin Jumlah


(pohon)
Trotoar Taman Suropati Mahoni Swietania mahogani 6
Mahoni daun Switenia mahagoni 37
kecil
Tanjung Mimusops elengi L. 1
Bag.dalam sisi Barat Bungur Lagerstroemia 1
speciosa Pers
Keben Baringtonia aciatica 1
Kelapa Cocos nucifera L. 2
Kersen/Cherry Jamaica Cherry 1
Mahoni Swietania mahogani 14
Mahoni daun Switenia mahagoni 23
kecil
Sawo kecik Manilkara kauki 4
Tabebuya Phyllostachys 2
sulphurea
Bag.dalam sisi Timur Biola cantik Ficus pandurata 1
Kelapa Cocos nucifera L. 5
Kersen/Cherry Jamaica Cherry 2
Mahoni Swietania mahogani 16
Mahoni daun Switenia mahagoni 19
kecil
Sawo kecik Manilkara kauki 4
Jumlah pohon 139
Sumber : Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2010

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


4.4 Suhu dan Kelembaban Udara di kota Jakarta
Secara umum, suhu udara kota Jakarta 28 0C, curah hujan rata-rata sebesar
1596 mm pertahun dengan curahan tertinggi di bulan Januari 381 mm, terendah
pada bulan Agustus 70 mm. Kelembaban nisbi rata-rata berkisar antara 76%-85%
(BMKG,2010). Iklim rata-rata pada data yang diperoleh, menunjukkan iklim
merupakan hasil dari sejumlah faktor tidak tetap yang saling berhubungan secara
timbal balik yang meliputi radiasi matahari, suhu, uap air, angin, dan curah hujan.
Topografi, vegetasi, air, dan iklim merupakan komponen lingkungan yang paling
penting.
Untuk semua periode kajian suhu minimum selalu meningkat di Jakarta
dari tahun ke tahun. Sama seperti suhu udara, kelembaban udara relative juga
tahunan pada siang hari cenderung meningkat pada musim hujan maupun pada
musim kemarau. Berkurangnya kelembaban udara relatif pada musim kemarau
hanya pada pagi hari, diduga bukan karena uap air yang berkurang akan tetapi
karena meningkatnya panas udara. Dengan meningkatnya suhu dan kelembaban
udara tersebut di Jakarta, maka tingkat kenyamanan akan menurun. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (1988) di Jakarta menunjukkan bahwa
indeks ketidaknyamanan (THI) di Jakarta semakin lama semakin meningkat.
Adapun kondisi cuaca yang ada pada saat pengukuran pada bulan April
dan awal Mei yang didapat dari BMKG adalah berada pada tabel 4.4 (pada
lampiran).

Tanggal

Gambar 4.2 Suhu Udara maksimum dan minimum pada bulan April dan awal bulan Mei
2010

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Dari gambar 4.2 terlihat bahwa suhu udara maksimum pada bulan April
sebesar 350C, dan suhu udara minimumnya sebesar 250C. sedangkan pada awal
bulan Mei, suhu udara maksimumnya juga sebesar 350C dan suhu udara
minimumnya sebesar 260C. Variasi nilai suhu udara harian selama bulan April
tidak menunjukkan variasi yang signifikan, karena secara umum nilai suhu udara
maksimumnya berkisar antara 32-350C, sedangkan suhu udara minimumnya
berkisar antara 25-280C.

Tanggal

Gambar 4.3 Kelembaban Udara maksimum dan minimum pada bulan April dan awal
bulan Mei 2010
Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa kelembaban udara maksimum pada
bulan April sebesar 97%, dan kelembaban udara minimumnya sebesar 47%.
Sedangkan pada awal bulan Mei, kelembaban udara maksimumnya juga sebesar
91% dan kelembaban udara minimumnya sebesar 55%. Variasi nilai kelembaban
udara harian selama bulan April menunjukkan variasi yang cukup besar, Rentang
nilai pada kelembaban udara maksimumnya antara 97-83%, sedangkan rentang
nilai kelembaban udara minimumnya antara 68-47%.
Sementara itu selama bulan April jarang terjadi hujan. Dari tabel 4.3
terlihat bahwa hujan hanya terjadi selama 6x selama bulan April dengan curah
hujan yang kecil dan hanya terjadi pada awal bulan April. Curah hujan maksimum
yang terjadi pada tanggal 2 April sebesar 20,7 mm, sisanya hanya terjadi hujan
kecil atau gerimis dan setelah tanggal 14 April tidak terjadi hujan sama sekali.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


4.5 Penggunaan lahan di Menteng
Penggunaan lahan di Kecamatan Menteng cenderung seragam, dimana
penggunaan tanahnya sebagian besar didominasi oleh wilayah terbangun dengan
klasifikasinya perumahan dan Jasa perdagangan. Penggunaan lahan berupa
perumahan itu sendiri masuk dalam kategori perumahan yang terencana/tertata.
Sedangkan jasa dan perdagangan dapat dibagi lagi menjadi komersial dan bisnis,
pendidikan dan fasilitas public, serta fasilitas pemerintahan. Adapun sisanya
berupa RTH dan badan air dan tanah basah. Penggunaan lahan untuk taman di
kecamatan menteng ini cukup luas yaitu 39.464 m2 . Sedangkan penggunaan lahan
untuk jalur hijau jalan seluas 224.816 m2. Menteng sejak awal dirancang dengan
konsep yang matang sebagai daerah pemukiman. Saluran airnya, tamannya,
pohon-pohon yang berdiri, dan penataan rumah, semua dibangun sesuai konsep.
Penggunaan lahan di sekitar Taman Suropati sendiri dikelilingi oleh lahan
terbangun berupa jaringan jalan, perumahan terencana/tertata dan fasilitas
pemerintahan berupa gedung BAPPENAS yang terletak di depan taman Suropati
ini.

4.6 Jaringan Jalan dan Arus Lalu Lintas


Arus lalu lintas kendaraaan di Menteng tergolong cukup lancar yang
disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan akan jalan lalu lintas serta penataan yang
baik dari dalam lalu lintas. Arus kendaraan pada hari kerja selalu ramai terlebih
pada pagi dan sore hari. Jaringan jalan yang ada di Menteng memang sejak awal
telah dikonsep secara baik. Jalan utama yang melewati Kecamatan Menteng
diantaranya Jalan MH.Thamrin, HOS Cokroaminoto, Diponegoro, Imam Bonjol,
Menteng Raya, Cikini, Proklamasi, Tambak, Matraman, Kebon Sirih,
Galunggung, Halimun, dan Sultan Agung. Volume kendaraan yang berada di
jalan-jalan utama ini jauh lebih ramai daripada jalan-jalan kolektor atau jalan-
jalan lokal
Dalam penelitian ini, titik-titik yang digunakan untuk pengukuran suhu
dan kelembaban udara berada di jalur-jalur jalan sekitar Taman Suropati (lihat
peta 4 Lokasi Titik Pengukuran). Adapun koding titik pengukuran dan nama
jalannya disajikan pada tabel 4.5.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Tabel 4.5 Daftar Nama Jalan di Titik Sampel Pngukuran
No. Titik Nama Jalan No. Titik Nama Jalan
Sampel Sampel
2 Jalan Syamsu Rizal 19 Jalan Diponegoro
3 Jalan Teuku Umar 20 Jalan Diponegoro
4 Jalan Teuku Umar 21 Jalan Diponegoro
5 Jalan Lembang 22 Jalan Imam Bonjol
6 Jalan Lembang 23 Jalan Imam Bonjol
7 Jalan Lembang 24 Jalan Sunda Kelapa
8 Jalan Lembang 25 Jalan Sunda Kelapa
9 Jalan Syamsu Rizal 26 Jalan Sunda Kelapa
10 Jalan Besuki 27 Jalan Dr.Kusuma Atmaja
11 Jalan Besuki 28 Jalan Sunda Kelapa
12 Jalan Kertosono 29 Jalan Sunda Kelapa
13 Jalan Situbondo 30 Jalan Ki Mangun Dikoro
14 Perempatan taman Menteng 31 Jalan Ki Mangun Dikoro
15 Jalan Bondowoso 32 Jalan Ki Mangun Dikoro
16 Jalan Banyuwangi 33 Jalan Madiun
18 Jalan Diponegoro

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Ruang Terbuka Hijau (Vegetasi)


Menteng sebagai kota taman tropis didominasi ruang terbuka hijau (RTH)
lebih dari 30 persen dari total luas kota. Daerah Menteng terdiri atas rumah induk
di tengah kapling dengan dikelilingi taman/kebun luas, 23 taman lingkungan,
taman kota, situ dan lapangan olah raga, yang dihubungkan oleh koridor
pepohonan besar, jalur hijau jalan dengan median dan/atau pedestrian lebar, serta
jalur biru bantaran kali (sungai ) yang saling menyambung tak terputus. Oleh
sebab itu distribusi Ruang Terbuka Hijau (vegetasi) di daerah Menteng telah
menyebar dengan merata, baik dengan adanya ruang terbuka hijau, jalur hijau di
sepanjang jalan, dan juga vegetasi-vegetasi yang ditanam ditiap pekarangan
rumah.
Jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Menteng merupakan jenis-jenis
vegetasi yang tidak hanya membentuk ruang hijau tetapi juga meningkatkan
kualitas dan kuantitas ruang kanopi kota. Vegetasi yang banyak ditanam di jalur
jalan contohnya seperti Akasia (Acacia auriculaeformis), Angsana (Pterocarpus
indicus), Mahoni (Switenia mahagoni), Kiara paying (Filicium desipiens Thw),
Tanjung (Mimusops elengi L), Flamboyan (Delonix regia), dan Bungur
(Lagerstroemia speciosa Pers). Vegetasi-vegetasi tersebut banyak terdapat di jalur
jalan utama seperti jalan Diponegoro, jalan Imam Bonjol, jalan Sunda Kelapa,
jalan Dr.Kusuma Atmaja, dan jalan Teuku Umar. Sementara itu di jalan-jalan
sekitar perumahan, memiliki kerapatan vegetasi yang kurang rapat bila
dibandingkan dengan vegetasi-vegetasi yang ada di jalan utama. Adapun vegetasi
yang ada di pekarangan rumah, selain memiliki kerapatan yang rendah juga
jenisnya lebih kepada vegetasi-vegetasi yang lebih bernilai estetik daripada yang
bernilai ekologis seperti rumut-rumputan dengan jajaran perdu aneka warna,
bunga-bungaan ( Ixora sp., Jasmimum sp., Gardenia sp., dsb) , dan juga beberapa
jenis tumbuhan tinggi seperti pandan bali.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Vegetasi yang ada didalam taman Suropati didominasi oleh pohon-pohon
besar yang rindang, selain itu permukaan taman yang tidak dibeton ditumbuhi
oleh rumput-rumputan, bunga-bungaan, dan tumbuhan perdu. Pohon-pohon besar
yang ada di taman Suropati dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu di trotoar taman
Suropati, bagian dalam sisi barat taman Suropati, dan bagian dalam sisi timur
taman Suropati, dengan jumlah dan jenis pohon seperti tertera di tabel 4.5. Dari
hasil interpretasi citra IKONOS yang dituangkan dalam bentuk peta dapat
memperlihatkan sebaran tutupan vegetasi (peta 3 Sebaran Tutupan Vegetasi). Dari
peta sebaran vegetasi menunjukkan bahwa pola distribusi vegetasi di taman
Suropati dan sekitarnya mengelompok didalam taman Suropati dan di jalur-jalur
jalan utama. Pada jalan-jalan non utama, vegetasi yang ada cenderung lebih
sedikit serta kerapatannya kurang rapat. Persebaran vegetasi yang ada disekitar
taman Suropati cenderung merata baik di bagian barat, timur, utara maupun
selatan taman, karena disetiap pekarangan rumah rata-rata memiliki kumpulan
vegetasi tersendiri baik itu pohon, tumbuhan perdu, rumput, maupun tanaman
hias. Meskipun demikian, dibeberapa lokasi pengukuran suhu dan kelembaban
udara masih ditemukan kurangnya vegetasi disisi-sisi jalannya seperti di Jalan
Syamsu Rizal, Jalan Imam Bonjol, Jalan Ki Mangun Dikoro, Jalan Madiun, serta
perempatan jalan taman Menteng.

5.2 Arus lalu Lintas


Dari hasil pengukuran arus lalu lintas kendaraan pada 33 titik pengukuran
suhu dan kelembaban udara menunjukkan adanya nilai yang bervariasi. Nilai
tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu Jarang, Sedang, Padat
dan Sangat Padat. Hasil dari pengukuran volume kendaraan menunjukkan bahwa
pada jalan-jalan utama, arus lalu lintas kendaraan masuk kedalam kategori Padat
dan Sangat Padat, sedangkan untuk jalan-jalan gang memiliki arus lalu lintas
kendaraan yang Sedang dan Jarang. Untuk lebih jelasnya hasil dari pengukuran
arus lalu lintas kendaraan dapat dilihat pada tabel 5.15.
Variasi nilai arus lalu lintas kendaraan terjadi secara spasial dan temporal.
Nilai arus lalu lintas kendaraan rata-rata pada tiap tiap titik pengukuran di hari
kerja memiliki nilai yang lebih tinggi/padat daripada hasil pengukuran arus lalu

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


lintas kendaraan di hari libur (tabel 5.13 dan tabel 5.14). Selain itu nilai arus lalu
lintas kendaraan pada sore dan pagi hari lebih tinggi/padat daripada siang hari.
Pada hari kerja, jumlah arus lalu lintas kendaraan dari 33 titik pengukuran adalah
sebesar 87.874 smp/jam, sedangkan pada hari libur jumlah arus lalu lintas
kendaraannya 48570 smp/jam. Pada pagi hari jumlah arus lalu lintas kendaraan
dari 33 titik sebesar 31.144 smp/jam pada hari kerja, dan 13.271 smp/jam pada
hari libur. Pada siang hari jumlah arus lalu lintas kendaraan dari 33 titik sebesar
25.586 smp/jam pada hari kerja, dan 18921 smp/jam pada hari libur. Adapun pada
sore hari jumlah arus lalu lintas kendaraan dari 33 titik tersebut sebesar 31.144
smp/jam pada hari kerja, dan sebesar 16.378 smp/jam pada hari libur.
Arus lalu lintas kendaraan terpadat berada pada titik 26 yang terletak di
perempatan jalan Sunda Kelapa dengan jalan Dr.Kusuma Atmaja dengan arus lalu
lintas kendaraan rata-rata sebesar 1772 smp/jam, sedangkan arus lalu lintas
kendaraan terendah berada di titik 16 yang terletak di jalan Banyuwangi no.21
dengan arus lalu lintas kendaraan rata-rata sebesar 18 smp/jam. Untuk lebih
melihat variasi arus lalu lintas kendaraan di sekitar taman dapat dilihat dari peta
arus lalu lintas kendaraan, dimana arus lalu lintas kendaraan sebelah selatan dari
taman cenderung memiliki nilai yang lebih padat/tinggi dari bagian utara taman
Suropati. Pada peta arus lalu lintas kendaraan menunjukkan pola spasial dari arus
lalu lintas kendaraan didaerah penelitian yaitu disekitar Taman Suropati. Arus lalu
lintas di bagian timur taman yaitu di jalan Diponegoro memiliki kepadatan yang
sama dengan di jalan Imam Bonjol. Sementara itu di bagian utara taman, arus lalu
lintas kendaraannya cenderung lebih rendah daripada dibagian selatannya,
dikarenakan dibagian selatan taman lebih banyak jalan utama daripada dibagian
utaranya.

5.3 Kondisi Cuaca saat Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara


Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan selama 8 hari. Dari
data BMKG 2010 pada stasiun Kemayoran, memperlihatkan bahwa pada saat
pengukuran berlangsung kondisi cuaca seperti pada tabel 5.1.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Tabel 5.1 Kondisi Cuaca Saat Pengukuran
Suhu Udara Kelembaban Angin Terbanyak Tekanan Udara
Tgl Udara Hujan
Maks Min Maks Min Persen (%) Kec.(mph) Maks Min
17 34 26 83 57 71 7 1012 1008 0.0
18 34 27 84 53 46 8 1012 1008 0.0
19 35 27 80 47 42 8 1012 1007 0.0
20 35 27 76 51 37 7 1010 1005 0.0
24 34 27 84 55 63 9 1012 1008 0.0
25 35 27 83 56 58 0 1013 1008 0.0
28 34 27 78 58 56 6 1013 1009 0.0
3 35 26 83 58 46 0 1009 1005 0.0
Sumber :BMKG 2010
Pada metode pertama pengukuran dilaksanakan pada, yaitu hari Sabtu 17
April 2010, Minggu 18 April 2010, Senin 19 april 2010, dan Selasa 20 april 2010.
Sedangkan pada pengukuran metode kedua dilakukan hari Sabtu 24 April 2010,
Minggu 25 april 2010, Rabu 28 April 2010, dan Senin 3 Mei 2010. Pada saat
pengukuran berlangsung tidak terjadi hujan, tekanan udara maksimum berkisar
pada 1009-1013 milibar, sedangkan minimumnya berkisar pada 1005-1009
milibar. Kecepatan angin terbanyak antara 37-71% dengan kecepatan maksimum
pada tanggal 17 April sebesar 7 mph. Adapun nilai suhu udara pada saat
pengukuran menunjukkan maksimum sebesar 34-35oC dan minimumnya sebesar
26-27oC. sedangkan nilai kelembaban udara saat pengukuran memiliki kisaran
maksimum sebesar 76-84% dan minimumnya sebesar 47-58%.

5.4 Variasi Suhu Udara


Data yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan menunjukkan
bahwa suhu udara di Taman Suropati dan sekitarnya memiliki nilai yang
bervariasi, baik secara spasial dan temporal. Secara temporal, dari hasil
pengukuran suhu udara dari metode pertama selama 13 jam (pukul 06.00 – 18.00)
menunjukkan bahwa nilai suhu udara mengalami kenaikan mulai dari pukul 06.00
pagi hingga puncaknya pada pukul 14.00. Kemudian mengalami penurunan dari
mulai pukul 14.00 hingga pukul 18.00. Adapun secara spasial nilai suhu di dalam
taman lebih rendah bila dibandingkan di luar taman.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


5.4.1 Variasi Suhu Udara Temporal
Variasi suhu udara temporal didapat dari pengukuran pada metode
pertama, dimana pengukuran suhu udara dilakukan di 2 titik, yaitu dalam taman
Suropati dan luar taman Suropati (lapangan parkir gedung BAPPENAS).
Pengukuran dilakukan tiap jam selama 13 jam mulai pukul 06.00 pagi hingga
pukul 18.00 sore. Pengukuran itu sendiri dilakukan selama 4 hari, dengan
mengambil 2 hari libur (sabtu dan minggu) dan 2 hari kerja (senin dan selasa).
Di dalam taman, rata-rata nilai suhu udara dari 4 hari pengukuran tersebut
sebesar 28,90C, dengan nilai suhu maksimumnya 32,90C pada pukul 14.00 siang
dan suhu minimumnya sebesar 24,70C pada pukul 06.00 pagi. Di luar taman
(depan gedung BAPPENAS), nilai rata-rata suhu udara sebesar 30,4 0C, dengan
nilai suhu udara maksimumnya sebesar 34,450C pada pukul 14.00 siang dan suhu
udara minimumnya sebesar 25,200C pada pukul 06.00 pagi. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai suhu dan kelembaban udara di
dalam dengan di luar taman. Rata-rata suhu udara di dalam taman lebih rendah
daripada di luar taman. Perbedaan itu mencapai nilai 1,550C yang berarti bahwa
vegetasi yang ada di dalam taman Suropati tersebut memberikan pengaruh dalam
menurunkan suhu udara sebesar 1,560C. Perbandingan rata-rata suhu udara
didalam dengan diluar taman dapat terlihat di tabel 5.2 dan gambar 5.1.
Tabel 5.2 Perbandingan suhu udara didalam dan diluar taman (depan
gedung BAPPENAS)
Waktu Pengukuran Suhu Udara (0C) Suhu Udara (0C)
(WIB) (didalam taman) (diluar taman)
06.00 24.7 25.20
07.00 26.6 26.83
08.00 27.1 28.50
09.00 28.3 30.73
10.00 29.8 32.15
11.00 29.8 32.15
12.00 31.6 33.70
13.00 32.3 34.03
14.00 32.9 34.45
15.00 30.7 32.33
16.00 28.6 30.28
17.00 27.4 28.65
18.00 26.5 26.93
Rata-rata 28.9 30.45

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


o
C

Waktu (jam)

Gambar 5.1 Perbandingan Suhu Udara didalam dan diluar Taman


Perbedaan nilai suhu udara juga terlihat pada pengukuran di hari libur
dengan pengukuran di hari kerja. Pada hari libur, nilai suhu udara (baik di dalam
maupun luar taman) memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan hari
kerja. Pada hari libur didalam taman suhu udara rata-ratanya senilai 28,770C
sedangkan pada hari kerja sebesar 29,000C. Hal ini mengindikasikan bahwa
faktor-faktor selain vegetasi didalam taman tersebut membuat suhu udara naik
sebesar 0,230C. Sama halnya dengan didalam taman, nilai suhu udara di luar
taman juga memiliki perbedaan antara hari libur dengan hari kerja. Pada hari
libur, nilai suhu udara di luar taman rata-rata sebesar 29,860C sedangkan di hari
kerja nilainya mencapai 31,040C.
Variasi temporal dari hasil pengukuran suhu udara pada metode ini
menunjukkan bahwa baik di dalam maupun di luar taman, nilai suhu udara
minimum terjadi pada pukul 06.00 pagi dimana pada saat itu radiasi matahari
maupun bumi belum memiliki nilai yang tinggi. Sedangkan suhu udara
maksimum terjadi pada pukul 14.00 siang dimana saat itu radiasi bumi pada saat
klimaks atau memiliki nilai yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa nilai suhu
udara tersebut lebih dipengaruhi oleh radiasi bumi yaitu radiasi yang dikeluarkan
benda dan permukaan sekitarnya daripada radiasi matahari (dimana radiasi
matahari ini mengalami klimaks pada pukul 12.00 siang). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 5.4 dan 5.5.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


5.4.2 Variasi Suhu Udara Spasial
Dari hasil pengukuran menunjukkan adanya variasi nilai suhu dari ke 33
titik pengukuran tersebut. Dari hasil rata-rata 4 hari pengukuran suhu udara
terlihat bahwa pada pagi hari (07.00) suhu udara minimum 27.00C berada di titik
1 yang terletak di dalam taman Suropati, sedangkan suhu maksimumnya sebesar
30,40C berada di titik 23 yang terletak di jalan Imam Bonjol no.10. Pada siang
hari (pukul 12.00) suhu udara minimum sebesar 31.70C berada di titik 1 yang
terletak di dalam taman Suropati, sedangkan suhu maksimumnya sebesar 35,40C
yang terletak di 2 titik yaitu titik 26 yang berada di perempatan jalan Syamsu
Rizal no.1 dan titik 33 yang terletak di jalan Madiun no.1. Sedangkan pada sore
hari, nilai suhu udara minimum masih terdapat di titik 1 yaitu di dalam taman
Suropati yang sebesar 30,00C dan suhu maksimum sebesar 31,50C berada di titik
24 yang terletak di jalan Sunda Kelapa, depan Gereja GPIB Paulus, dan di titik 30
yang terletak di jalan Ki Mangun Mangkusuro no.2 , dan juga di titk 33 yang
terletak di jalan Madiun no.1.
Dari peta variasi suhu udara pada pagi hari terlihat bahwa suhu udara
terendah berada di taman Suropati dan tertinggi di bagian barat daya atau di jalan
Imam Bonjol. Secara umum variasi suhu udara pada pagi hari memperlihatkan
suhu udara dibagian selatan dan barat dari taman (seperti di Jln. Imam Bonjol,
Jln.Sunda Kelapa, Jln. Madiun, dan Jln.Dr.Kusuma Atmaja) lebih tinggi daripada
dibagian utara dan timur dari taman Suropati (seperti di Jln.Besuki, Jln. Syamsu
Rizal, Jln. Lembang, Jln. Banyuwangi dan Jln. Bondowoso). Pada siang hari,
variasi suhu udara minimum berada di taman Suropati dan memanjang kesebelah
timurnya (sebagian jalan Diponegoro). Sementara suhu udara disekitar taman
cenderung merata. Adapun pada sore hari suhu udara terendah masih berda
didalam taman, namun suhu udara disekitarnya memperlihatkan variasi dimana
dibagian selatan taman (seperti disekitar kantor BAPPENAS, Jln. Madiun, Jln. Ki
Mangun Dikoro, Jln. Sunda Kelapa, dan Jln. Dr. Kusuma Atmaja) cenderung
lebih tinggi daripada bagian utara taman (seperti di Jln. Teuku Umar, Jln. Besuki,
Jln. Lembang, Jln. Banyuwangi, dan Jln. Bondowoso).
Adapun rata-rata variasi nilai suhu dan kelembaban udara dari tiap titik
pengukuran dapat dilihat di tabel 5.11. Gambar suhu udara rata-rata dari 33 titik

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


pengukuran selama 4 hari pengukuran dapat dilihat pada gambar 5.2 (pada
lampiran). Pada gambar 5.2 terlihat kecenderungan kenaikan nilai suhu udara
berdasarkan jarak dari taman. Semakin jauh jarak dari taman, terlihat bahwa suhu
udara cenderung meningkat.
Pada peta variasi suhu udara rata-rata di Taman Suropati dan sekitarnya
menunjukkan bahwa suhu udara paling rendah terdapat didalam taman. Pola
variasi suhu udara rata-rata menunjukkan bahwa suhu udara dibagian selatan
cenderung lebih tinggi daripada dibagian utaranya, meskipun dibagian utara yaitu
pada lokasi no.3 (Jln. Teuku Umar) suhu udaranya lebih tinggi daripada wilayah
sekitarnya. Sedangkan dibagian barat taman suhu udaranya cenderung lebih tinggi
daripada bagian timur taman, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan.

5.5 Variasi Kelembaban Udara


Data yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan menunjukkan
bahwa kelembaban udara di Taman Suropati dan sekitarnya memiliki nilai yang
bervariasi baik secara spasial dan temporal. Nilai kelembaban udara berbanding
terbalik dengan nilai suhu udara. Dari hasil pengukuran terlihat bahwa
kelembaban udara pada pukul 06.00 pagi memiliki nilai yang tinggi kemudian
terus mengalami penurunan hingga pukul 14.00. setelah pukul 14.00 nilai
kelembaban udara mulai mengalami kenaikan kembali hingga pukul 18.00 sore.
Adapun kelembaban udara di dalam taman memiliki nilai yang lebih tinggi bila
dibandingnya dengan di luar taman.

5.5.1 Variasi Kelembaban Udara Temporal


Variasi kelembaban udara temporal didapat dari pengukuran pada metode
pertama, pengukuran kelembaban udara dilakukan di 2 titik, yaitu dalam taman
Suropati dan luar taman Suropati (lapangan parkir gedung BAPPENAS).
Pengukuran dilakukan tiap jam selama 13 jam mulai pukul 06.00 pagi hingga
pukul 18.00 sore. Pengukuran itu sendiri dilakukan selama 4 hari, dengan
mengambil 2 hari libur (sabtu dan minggu) dan 2 hari kerja (senin dan selasa).
Di dalam taman, rata-rata nilai kelembaban udara di dalam taman selama 4
hari pengukuran sebesar 59,36 %, dengan nilai kelembaban maksimumnya

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


sebesar 80,56 % pada pukul 06.00 pagi dan kelembaban udara minimumnya
sebesar 42,67% pada pukul 14.00 siang. Nilai rata-rata kelembaban udara di luar
taman selama 4 hari pengukuran sebesar 54,92% dengan kelembaban udara
maksimumnya sebesar 76,84 % pada pukul 06.00 pagi dan kelembaban udara
minimumnya sebesar 40,03% pada pukul 14.00 siang. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai suhu dan kelembaban udara di
dalam dengan di luar taman. Perbedaan nilai kelembaban udara di dalam taman
Suropati dengan diluar taman Suropati sebesar 4,44% yang berarti bahwa vegetasi
di dalam taman Suropati dapat menaikkan kelembaban udara sebesar 4,44% dari
kelembaban udara di luar taman Suropati tersebut. Perbandingan kelembaban
udara didalam dengan diluar taman dapat dilihat pada tabel 5.3 gambar 5.3.

Tabel 5.3 Perbandingan kelembaban udara didalam dan diluar taman


(depan gedung BAPPENAS)

Waktu Pengukuran Didalam Taman (%) Diluar Taman (%)


(WIB)
06.00 80.56 76.84
07.00 71.21 68.88
08.00 62.13 58.20
09.00 57.48 52.54
10.00 52.80 47.81
11.00 50.52 46.21
12.00 45.57 42.49
13.00 43.64 40.86
14.00 42.67 40.03
15.00 53.89 48.70
16.00 63.05 54.73
17.00 69.25 64.52
18.00 73.45 72.22
Rata-rata 59.36 54.92

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Gambar 5.3 Perbandingan Kelembaban Udara didalam dan diluar Taman
Perbedaan nilai kelembaban udara juga terlihat pada pengukuran di hari
libur dengan pengukuran di hari kerja. Pada hari libur, nilai kelembaban udara
memiliki nilai yang lebih tinggi (baik di dalam maupun diluar taman) daripada
hari kerja. Nilai kelembaban didalam taman pada hari libur memiliki nilai
74,38%, sedangkan pada hari kerja nilai kelembaban udara di dalam taman
sebesar 72,51%. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor selain vegetasi
didalam taman tersebut membuat nilai kelembaban udara mengalami penurunan
sebesar 1,87%. Sama halnya dengan didalam taman, nilai suhu dan kelembaban
udara di luar taman juga memiliki perbedaan antara hari libur dengan hari kerja.
Pada hari libur, nilai rata-rata kelembaban udara di luar taman pada hari libur
senilai 57,09% sedangkan pada hari kerja nilai kelembaban udaranya senilai
52,75%.
Selain itu nilai kelembaban udara dari hasil pengukuran menunjukkan
bahwa baik di dalam maupun di luar taman, nilai kelembaban udara maksimum
terjadi pada pukul 06.00 pagi dimana saat itu uap air yang terkandung di udara
memiliki nilai yang optimal. Sedangkan kelembaban udara minimum terjadi pada
pukul 14.00 siang yang menunjukkan bahwa pada saat itu nilai uap air yang
dikandung di udara sangat atau paling sedikit. Variasi temporal dari hasil
pengukuran suhu dan kelembaban udara pada metode ini menunjukkan bahwa
baik di dalam maupun di luar taman, nilai suhu udara minimum terjadi pada pukul

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


06.00 pagi dimana pada saat itu radiasi matahari maupun bumi belum memiliki
nilai yang tinggi.
Untuk nilai kelembaban udara secara temporal, penurunan yang terjadi
pada pukul 06.00 pagi (baik di dalam maupun di luar taman) cukup tinggi pada
pukul 06.00-12.00. selanjutnya pada pukul 12.00-14.00 penurunan yang terjadi
tidak terlalu signifikan. Kenaikan nilai kelembaban udara secara signifikan terjadi
pada pukul 14.00-15.00, selanjutnya kenaikan dari pukul 15.00-18.00 bisa
dikatakan cukup stabil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4 dan tabel
5.5 serta pada gambar 5.4 dan 5.5.
Tabel 5.4 Perbandingan suhu dan kelembaban udara didalam taman
Waktu Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara
Pengukuran (%)
(WIB)
06.00 24.7 80.56
07.00 26.6 71.21
08.00 27.1 62.13
09.00 28.3 57.48
10.00 29.8 52.80
11.00 29.8 50.52
12.00 31.6 45.57
13.00 32.3 43.64
14.00 32.9 42.67
15.00 30.7 53.89
16.00 28.6 63.05
17.00 27.4 69.25
18.00 26.5 73.45
Rata-rata 28.9 59.36

Gambar 5.4 Perbandingan Suhu Udara dengan Kelembaban Udara didalam Taman

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Tabel 5.5 Perbandingan suhu dan kelembaban udara diluar taman (depan
gedung BAPPENAS)
Waktu Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara
Pengukuran (%)
(WIB)
06.00 25.20 76.84
07.00 26.83 68.88
08.00 28.50 58.20
09.00 30.73 52.54
10.00 32.15 47.81
11.00 32.15 46.21
12.00 33.70 42.49
13.00 34.03 40.86
14.00 34.45 40.03
15.00 32.33 48.70
16.00 30.28 54.73
17.00 28.65 64.52
18.00 26.93 72.22
Rata-rata 30.45 54.92

Gambar 5.5 Perbandingan Nilai Suhu Udara dengan Kelembaban Udara diluar
Taman

5.5.2 Variasi Kelembaban Udara Spasial


Variasi kelembaban udara spasial didapat dari hasil pengukuran
kelembaban udara yang dilakukan di 33 titik dimana titik 1 berada di dalam taman
Suropati dan 32 titik lainnya berada di sekitar taman Suropati. Pengukuran

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


dilakukan selama 4 hari dengan mengambil 2 hari kerja (Sabtu dan Minggu) dan 2
hari kerja (Senin dan Rabu) dengan 3 periode pengukuran tiap harinya (pagi,
siang, dan sore hari). Ke 33 titik yang tersebar di sekitar taman tersebut memiliki
jarak yang bervariasi dari taman, dan pemilihan titik-titik tersebut dilakukan
secara random stratified.
Dari hasil pengukuran pada metode kedua ini menunjukkan adanya variasi
nilai kelembaban dari ke 33 titik pengukuran tersebut. Dari hasil rata-rata 4 hari
pengukuran nilai kelembaban udara dari ke 33 titik pengukuran menunjukkan
bahwa pada pagi hari, kelembaban udara maksimum sebesar 81,9% yang terletak
di titik 1 yaitu dalam taman Suropati dan kelembaban udara minimumnya sebesar
74,28% berada di titik 32 yang terletak di perempatan jalan Ki Mangun
Mangkusuro no. 31A. Pada siang hari, kelembaban udara maksimum sebesar
57,25% berada di titk 1 atau di dalam taman sedangkan kelembaban udara
minimumnya terdapat di titik 50,26% yang berada di titik 14 terletak di
perempatan taman Menteng. Dan pada sore hari nilai kelembaban udara
maksimum masih tetap berada di titik 1 yang terletak di dalam taman Suropati
dengan nilai 68,29%, sedangkan kelembaban udara minimumnya berada di titik
23 yang terletak di jalan Imam Bonjol no.10 dengan nilai 61,12%. Dari hasil
tersebut terlihat bahwa kelembaban udara maksimum berada di dalam taman
Suropati. Adapun rata-rata variasi kelembaban udara dari tiap titik pengukuran
dapat dilihat di tabel 5.12 (Lampiran 8).
Pada peta variasi kelembaban udara pada pagi hari menunjukkan bahwa
kecenderungan nilai kelembaban udara di bagian utara taman lebih tinggi daripada
dibagian selatan taman. Sementara itu dibagian timur taman lebih tinggi daripada
dibagian barat taman. Pada siang hari, variasi nilai kelembaban udaranya
cenderung merata, namun kelembaban udara paling tinggi berada dibagian dalam
taman serta di bagian selatan taman (titik 24, 25, dan sekitarnya). Adapun pada
sore hari, seperti yang terlihat pada peta variasi kelembaban udara sore hari,
bagian dalam taman memiliki kelembaban udara paling tinggi, kemudian dibagian
timur taman cenderung memiliki kelembaban udara yang lebih tinggi daripada
bagian barat taman.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Gambar nilai kelembaban udara rata-rata dari 33 titik pengukuran selama 4
hari pengukuran dapat dilihat di gambar 5.6. Pada gambar 5.6 tersebut terlihat
kecenderungan penurunan nilai kelembaban udara berdasarkan jarak dari taman.
Gambar tersebu menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari taman maka nilai
kecenderungan nilai kelembaban udara semakin menurun.
Pada peta variasi kelembaban udara rata-rata di Taman Suropati dan
sekitarnya menunjukkan bahwa kelembaban udara paling tinggi terdapat didalam
taman. Pola variasi kelembaban udara rata-rata menunjukkan bahwa kelembaban
udara dibagian selatan cenderung lebih rendah daripada dibagian utaranya.
Sedangkan dibagian barat taman kelembaban udaranya cenderung lebih rendah
daripada bagian timur taman, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan.

5.6 Tingkat Kenyamanan


Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara baik secara spasial maupun
temporal kemudian di masukkan ke dalam rumus indeks kenyamanan yang
kemudian indeks tersebut dikategorikan berdasarkan kelasnya.

5.6.1 Tingkat Kenyamanan Temporal


Dari rata-rata hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara di dalam dan
diluar taman selama 13 jam menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan di dalam
taman lebih tinggi dibandingkan dengan di luar taman (depan gedung
BAPPENAS). Hal ini dapat dilihat dari nilai indeks kenyamanan yang didapat di
dalam taman lebih rendah dari indeks kenyamanan di luar taman sehingga tingkat
kenyamanan yang didapat di dalam taman menunjukkan bahwa dari 13 jam
pengukuran sebagian besar tingkat kenyamanannya berada dalam kategori
Nyaman, yang terdapat pada pukul 07.00-11.00, dan pukul 14.00-18.00. Sisanya
yaitu pada pukul 06.00, dan pukul 12.00-15.00 masuk dalam kategori Kurang
nyaman. Sedangkan untuk tingkat kenyamanan di luar taman, sebagian besar
masuk dalam kategori Kurang nyaman, yaitu pada pukul 06.00, pukul 09.00-
11.00, dan pukul 14.00. Selain itu di luar taman terdapat kategori Nyaman pada
pukul 07.00-08.00 dan pukul 17.00-18.00. Sisanya berada pada kategori Tidak
Nyaman yaitu pada pukul 12.00-15.00.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Secara temporal , tingkat kenyamanan di dalam dan luar taman memiliki
perbedaan. Di dalam taman Suropati, pada pukul 06.00 berada dalam kategori
Kurang Nyaman, hal ini disebabkan oleh rendahnya nilai suhu udara dan
tingginya nilai kelembaban udara sehingga nilai indeks kenyamanannya
menunjukkan kategori Kurang Nyaman. Kondisi Nyaman baru dirasakan di dalam
taman pada pukul 07.00-11.00. Pada jam-jam inilah nilai suhu dan kelembaban
udara dirasa nyaman dari segi fisiologi. Namun pada pukul 12.00-15.00 tingkat
kenyaman berada pada kategori Kurang nyaman, yang disebabkan oleh tingginya
nilai suhu udara dan sedikitnya uap air yang dikandung di udara yang dilihat dari
nilai kelembabannya. Kenyamanan kemudian meningkat pada pukul 16.00-18.00
sehingga pada jam-jam ini berada di kategori Nyaman, hal ini ditunjukkan oleh
menurunnya suhu udara dan meningkatnya kenyamanan sehingga meningkatkan
nilai indeks kenyamanan itu sendiri.
Adapun tingkat kenyamanan di luar taman Suropati (depan gedung
BAPPENAS) menunjukkan tingkat kenyamanan yang lebih variatif. Pada pukul
06.00 tingkat kenyamanan masih berada dalam kategori Kurang Nyaman, baru
pada pukul 07.00-08.00 masuk pada kategori Nyaman. Berbeda dengan tingkat
kenyamanan di luar taman pada pukul 09.00-11.00 masuk ke dalam kategori
Kurang Nyaman, yang selanjutnya masuk pada kategori Tidak Nyaman pada
pukul 12.00-15.00. Tingkat kenyamanan baru meningkat pada pukul 16.00
menjadi Kurang Nyaman, dan terakhir pukul 15 -18.00 dimana pada jam-jam
tersebut tingkat kenyamanan di luar taman baru masuk ke dalam kategori
Nyaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 5.16 dan 5.17.

5.6.2 Tingkat Kenyamanan Spasial


Tingkat kenyamanan secara spasial diperoleh dari hasil pengukuran suhu
dan kelembaban udara pada metode kedua. Nilai tingkat kenyamanan secara
spasial ditunjukkan dengan variasi nilai tingkat kenyamanan dari 33 titik
pengukuran di Taman Suropati dan sekitarnya. Variasi spasial tiap titik tersebut
masing-masing memiliki perbedaan. Perbedaan terjadi antara hari kerja dan hari
libur, serta pada tiap waktu pengukuran (pagi, siang, dan sore hari). Namun
demikian secara umum terlihat bahwa tingkat kenyamanan di taman Suropati dan

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


sekitarnya masuk dalam 2 kategori yaitu Kurang Nyaman dan Tidak Nyaman.
Pada kategori Kurang Nyaman terdapat 16 titik dimana salah satunya merupakan
titik 1 yaitu titik yang terletak di dalam taman dan di titik 1 inilah yang memiliki
nilai indeks kenyamanan paling kecil (tingkat kenyamanan paling tinggi).
Sedangkan sisanya sebanyak 17 titik berada dalam kategori Tidak Nyaman,
dimana sebagian besar kategori ini berada dalam kondisi suhu udara yang Sangat
Panas, kelembaban udara yang Kering, serta arus lalu lintas kendaraan yang
Padat.
Rata-rata nilai tingkat kenyamanan pada hari kerja lebih rendah daripada
hari libur (tabel 5.21 dan tabel 5.22 pada Lampiran 17 dan 18). Pada hari kerja
dan hari libur, rata-rata nilai tingkat kenyamanan di taman Suropati dan sekitarnya
masuk dalam kategori Kurang Nyaman dan Tidak Nyaman. Akan tetapi pada hari
libur, sebagian besar tingkat kenyamanan daerah taman Suropati dan sekitarnya
tersebut masuk dalam kategori Kurang Nyaman. Sedangkan pada hari kerja,
sebagian besar tingkat kenyamanan di taman Suropati dan sekitarnya masuk
dalam kategori Tidak Nyaman.
Variasi nilai tingkat kenyamanan pada 3 periode waktu pengukuran
menunjukkan bahwa pada pagi hari (07.00), rata-rata nilai tingkat kenyamanan
(dari 4 hari pengukuran) di dalam taman dan sekitarnya nilai tingkat kenyamanan
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu Nyaman dan Kurang Nyaman. Bagian dalam
taman dan juga sebagian besar wilayah utara dan timur taman masuk dalam
kategori nyaman, sedangkan dibagian selatan dan barat dari taman sebagian besar
memiliki tingkat kenyamanan Kurang Nyaman. Pada siang hari (12.00), tingkat
kenyamanan di dalam taman dan sekitarnya dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
Kurang Nyaman dan Tidak Nyaman. Hanya ada satu titik yang masuk dalam
kategori Kurang Nyaman yaitu titik 1 yang berada di dalam taman, sedangkan 32
titik di luar taman masuk dalam kategori Tidak Nyaman. Sedangkan pada sore
hari (16.00) sebagian besar daerah taman Suropati dan sekitarnya masuk dalam
kategori Kurang Nyaman. Yang masuk dalam kategori Tidak Nyaman cenderung
berada di bagian selatan taman (tabel 5.18, tabel 5.19, dan tabel 5.20 pada
Lampiran 14, 15, 16).

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Pada peta indeks kenyamanan di taman Suropati dan sekitarnya terlihat
bahwa indeks kenyamanan minimum berada di taman Suropati dan memanjang ke
bagian timurnya, yang manandakan bahwa tingkat kenyamanan di taman Suropati
dan dibagian timurnya memiliki tingkat kenyamanan yang paling tinggi
dibandingkan daerah lainnya. Sedangkan dibagian barat dan selatan dari taman
memiliki indeks kenyamanan paling tinggi yang menandakan bahwa dibagian
barat dan selatan dari taman Suropati cenderung memiliki tingkat kenyamanan
yang lebih rendah daripada daerah sekitarnya.

5.7 Hubungan Variasi Suhu dan kelembaban Udara dengan Jarak dari Taman
Dari pengukuran pada metode kedua, dimana pengukuran suhu dan
kelembaban udara dilakukan di 33 titik lokasi yang tersebar di dalam taman dan
sekitarnya, menunjukkan adanya variasi nilai suhu dan kelembababan udara.
Mengingat bahwa suatu kumpulan vegetasi memiliki kemampuan dalam
ameliorasi iklim mikro, maka sampai sejauh manakah kumpulan vegetasi didalam
taman Suropati tersebut memberikan pengaruh terhadap iklim mikro (yang
ditunjukkan oleh suhu dan kelembaban udara) di sekitarnya. Pada peta variasi
suhu udara rata-rata terlihat kecenderungan bahwa semakin menjauhi Taman
Suropati nilai suhu udara rata-rata semakin tinggi. Sementara itu pada peta variasi
kelembaban udara rata-rata menunjukkan kecenderungan bahwa semakin
menjauhi Taman Suropati nilai kelembaban udara rata-rata semakin rendah. Hal
ini mengindikasikan adanya peranan dari kumpulan vegetasi di Taman Suropati
dalam meningkatkan kualitas iklim mikro yang diproyeksikan dalam nilai suhu
dan kelembaban udara. Hal ini juga terlihat dari gambar 5.2 dan 5.6 (pada
lampiran) dimana terdapat kecenderungan yang menunjukkan bahwa semakin
jauh jarak dari taman, nilai suhu udara semakin tinggi dan kelembaban udara
semakin rendah.
Untuk lebih menguatkan hubungan antara 2 variabel tersebut (suhu dan
kelembaban udara) dengan jarak dari taman, digunakan analisis statistik uji varian
atau ANOVA. Hasil uji varian antara nilai suhu udara dengan jarak dari taman
memperlihatkan nilai probabilitas hitung (sig) sebesar 0,031 dimana nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05 maka hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


yang signifikan pada nilai suhu udara pada variasi jarak dari taman. Sedangkan
dari hasil uji varian antara nilai kelembaban udara dengan jarak dari taman
menunjukkan nilai probabilitas hitung (sig) sebesar 0,02 dimana nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05 maka hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada nilai kelembaban udara pada variasi jarak dari taman.

5.8 Hubungan Variasi Suhu dan Kelembaban Udara dengan Arus lalu Lintas
Arus lalu lintas kendaraan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi nilai suhu dan kelembaban udara. Kendaraan mengeluarkan polusi
dan zat-zat ke atmosfer yang semakin meningkatkan efek rumah kaca dengan
semakin meningkatnya suhu udara dan menghambat terbentuknya uap air
sehingga menyebabkan kelembaban udara semakin kering.
Pada peta arus lalu lintas kendaraan rata-rata di Taman Suropati dan
sekitarnya terlihat bahwa arus lalu lintas pada bagian selatan lebih padat daripada
sebelah utara taman. Pola tersebut memiliki kecenderungan yang sama dengan
pola variasi suhu udara dan kelembaban udara rata-rata di taman Suropati dan
sekitarnya, dimana dari pola tersebut dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi
arus lalu lintas kendaraan maka suhu udara semakin tinggi, sedangkan
kelembaban udara semakin rendah/semakin kering.
Meskipun demikian dalam uji statistik ANOVA antara 2 variabel tersebut
(suhu dan kelembaban udara) dengan arus lalu lintas kendaraan menunjukkan
bahwa variasi arus lalu lintas kendaraan kurang mempengaruhi nilai suhu dan
kelembaban udara. Hasil uji varian antara nilai suhu udara dengan arus lalu lintas
kendaraan memperlihatkan nilai probabilitas hitung (sig) sebesar 0,579 dimana
nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada nilai suhu udara pada variasi arus lalu lintas
kendaraan. Sedangkan dari hasil uji varian antara nilai kelembaban udara dengan
arus lalu lintas kendaraan menunjukkan nilai probabilitas hitung (sig) sebesar 0,70
dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 maka hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai kelembaban udara pada
variasi jarak dari taman.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


5.9 Hubungan Tingkat Kenyamanan dengan Jarak dari Taman dan Arus Lalu
Lintas Kendaraan
Lingkungan nyaman yang dapat dirasakan menusia untuk memenuhi
kebutuhan fisik, ditentukan oleh suhu dan kelembaban kota sekitarnya. Sementara
itu suhu dan kelembaban sendiri memiliki hubungan dengan jarak dari taman dan
arus lalu lintas kendaraan. Dari hasil pengukuran dan pengolahan data terlihat
bahwa secara umum tingkat kenyamanan rata-rata di taman dan sekitarnya masuk
dalam kategori Kurang Nyaman dan Tidak Nyaman. Untuk melihat lebih jelas
antara tingkat kenyamanan dengan jarak dari taman dan arus lalu lintas kendaraan
dapat dilihat dari tabel 5.23 dimana terlihat bahwa sebagian besar tingkat
kenyamanan yang masuk dalam kategori Tidak Nyaman berada dalam kondisi
suhu udara yang Sangat Panas, kelembaban udara Kering. Pada peta tingkat
kenyamanan di Taman Suropati dan sekitarnya menunjukkan kecenderungan
semakin menjauhi taman, nilai indek kenyamanan semakin tinggi. Sedangkan
indek kenyamanan itu sendiri berbanding terbalik dengan tingkat kenyamanan,
dimana semakin tinggi indek kenyamanan mengindikasikan tingkat kenyamanan
yang semakin rendah/semakin tidak nyaman. Oleh sebab itu semakin menjauhi
taman tingkat kenyamanan semakin tidak nyaman, atau semakin mendekati taman
tingkat kenyamanan semakin tinggi/semakin nyaman. Selain itu dari peta tingkat
kenyamanan dapat terlihat hubungan antara tingkat kenyamanan dengan arus lalu
lintas kendaraan, dimana tingkat kenyamanan dibagian selatan taman cenderung
lebih rendah dibandingkan dengan bagian utaranya. Pola tersebut hampir
menyerupai pola arus lalu lintas kendaraan dimana dibagian selatan taman arus
lalu lintas kendaraannya cenderung lebih tinggi dari sebelah utara taman. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat
kenyamanan dengan arus lalu lintas kendaraan dimana semakin tinggi arus lalu
lintas kendaraan maka tingkat kenyamanan semakin rendah.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


BAB 6
KESIMPULAN

Secara spasial variasi suhu dan kelembaban menunjukkan bahwa di dalam


taman Suropati memiliki suhu udara terendah dan kelembaban udara paling tinggi
sehingga tingkat kenyamanan yang ada di taman Suropati paling besar daripada
sekitarnya. Semakin menjauhi taman Suropati nilai suhu udaranya cenderung
semakin meningkat. Variasi suhu udaranya cenderung lebih tinggi dibagian
selatan daripada bagian utara taman Suropati. Variasi kelembaban udara memiliki
kecenderungan semakin menjauhi taman nilainya semakin menurun, dan variasi
kelembaban udara rata-rata di luar taman Suropati cenderung lebih tinggi di
bagian utaranya daripada dibagian selatan.
Secara temporal, suhu udara pada hari libur lebih rendah daripada hari
kerja baik didalam maupun diluar taman. Variasi suhu udara secara temporal
menunjukkan bahwa baik di dalam maupun di luar taman Suropati, nilai suhu
tertinggi terjadi pada pukul 14.00 dan suhu terendah pada pukul 06.00. Adapun
variasi kelembaban udara menunjukkan bahwa kelembaban udara di dalam taman
Suropati lebih tinggi daripada di luar taman (depan kantor BAPPENAS). Rata-
rata nilai kelembaban udara di hari kerja baik di dalam maupun di luar taman
lebih rendah daripada di hari libur. Variasi kelembaban udara secara temporal
menunjukkan bahwa baik di dalam maupun di luar taman Suropati, nilai
kelembaban terendah terjadi pada pukul 14.00 dan suhu tertinggi pada pukul
06.00.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


DAFTAR REFERENSI

Aprianto, M. C. 2009. Penghijauan Sebagai Salah Satu Cara Mengatasi Masalah


Perkotaan. www. chusnan.web.ugm.ac.id/ di akses pada hari Senin 2 Desember
2009 18.07 WIB

Aswad. 2008. Biotop Interconnection Dalam Open-Minded Space City Melalui


Ruang Terbuka Hijau Kota. www.aswadcity.wordpres.com diakses pada hari
Senin 2 November 2009 pukul 14.35 WIB

Dirgahayu, Dede. 2007. Pengaruh Perubahan Persentase Tingkat Kehijauan


Vegetasi Di Daerah Sub-Urban Terhadap Suhu Permukaan Di Daerah Urban
Menggunakan Terra/Aqua Modis Data. Indonesian National Institute of
Aeronautic and Space.

Dyah S, Anggraeni , ST. 2007. Pengukuran Temperatur Efektif Pada Gedung


Biru Universitas Budi Luhur. Program Studi Teknik Arsitektur - Fakultas Teknik
Universitas Budi Luhur.

Handoyo, F. 2009. Membangun Solusi Terhadap Kerusakan Sungai Ciliwung


Yang Kian Memprihatinkan. : www.fwh89.blogspot.com diakses pada hari
Kamis 8 Oktober 2009 15.24 WIB

Hidayat, M. S. ____. Iklim Lokal. Pusat Pengembangan bahan ajar-UMB, Jakarta

Irwan, Z.D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. PT Bumi
Aksara, Jakarta.

Kiehl and Trenberth, 1997. Energy Balances.


http://www.ipcc.ch/publications_and_data/ar4/wg1/en/faq-1-1-figure-1.html

Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian


IPB. 2005. Ruang Terbuka Hijau (Rth) Wilayah Perkotaan. Direktorat Jenderal
Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.

Landsberg, H.E. 1981. The Urban Climate. Academic Press, New York.

Lippsmeier, G. 1994. Bangunan tropis. Terj. Dari Tropenbau building in the


tropics, oleh Syahmir, N. & P. W. Indarto. Erlangga, Jakarta

Lutgens, F. K. & E. J. Tarbuck. 1982. The atmosfer, an introduction to


meteorology. 2nd ed. Prentice-Hall Inc, New Jersey

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Murdianto, S. 1989. Struktur dan komposisi jenis tumbuhan dalam system
agroforestri talon kebun di DAS Bengawan Solo Jawa Tengah. Jurusan Biologi
FMIPA IPB Bogor, Bogor

Priyono, J. 2007. Jogja Tidak Nyaman Lagi . www.sutikno.org diakses pada hari
Senin 2 November 2009 18.07 WIB

Purwadhi, S.H. & T.B. Sanjoto. 2007. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan
Jauh. Kerjasama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dengan
Universitas Negeri Semarang, Jakarta.

Putri, H. P. 2007. Variasi Suhu Udara Permukaan Pada Penggunaan Tanah


Perkotaan. Skripsi Sarjana Universitas Indonesia. Depok.

Samingan, T. 1995. Prosedur pendugaan dan penilaian dampak terhadap vegetasi.


Dalam: Makalah Kursus Amdal, PSL-IBD, Bogor

Setyowati, d. L. 2008. Iklim mikro dan kebutuhan ruang terbuka hijau di kota
semarang. J.Manusia dan lingkungan, vol.15, no.3, Semarang

Sudarsono, D. B. ____ . Ketelitian Citra Satelit Quick Bird Untuk Perancangan


Prasarana Wilayah. Jurusan Teknik, Fakultas Teknik Sipil Unika Soegijapranata.

Sukla, R. S & P. S. Chandel. 1996. Plant ecology. S. Chand Company Ltd. New
Delhi

Sudjana. 2002. Metode Statistika. PT Tarsito, Bandung

Suwargana, Nana dan Susanto. 2005. Deteksi Ruang Terbuka Hijau


Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Di Dki Jakarta). Pusat
Pengembangan dan Teknologi Inderaja Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional.

Tjitrosoepomo, G. 1996. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Tursilowati, L. 2008. Urban Heat Island Dan Kontribusinya Pada Perubahan Iklim
Dan Hubungannya Dengan Perubahan Lahan.Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer
dan Iklim LAPAN. www. laras@bdg.lapan.go.id diakses pada hari Kamis 22
Oktober 2009 pukul 13.31 WIB

Waryono, T. 2003. Lingkungan Hidup (The Living Environment): Restorasi


Ekologi Bantaran Sungai di DKI Jakarta. Pusat Penelitian Geografi Terapan
Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia .

Waryono, T. 2004. Kumpulan Makalah Edisi II:Manfaat Kawasan Hijau


Perkotaan. Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


LAMPIRAN

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 1 Kondisi Cuaca Bulan April 2010 dan Mei 2010

Suhu Kelembaban Angin Terbanyak Tekanan


Tgl Udara Udara Udara Hujan
Mak Min Maks Min Persen (%) Kec. Maks Min
s
1 34 26 86 62 42 0 1013 1007 0.0
2 33 25 97 68 37 0 1012 1007 20.7
3 33 25 97 56 29 0 1012 1008 0.0
4 34 26 89 60 63 0 1012 1007 0.4
5 33 25 90 64 58 0 1011 1007 1.8
6 34 26 87 56 67 0 1011 1007 0.0
7 34 27 86 57 25 7 1012 1009 12.8
8 33 27 89 68 58 0 1013 1008 0.6
9 32 25 89 61 29 0 1014 1006 0.0
10 34 25 89 60 25 6 1009 1006 0.0
11 34 26 87 57 58 0 1011 1006 0.0
12 34 26 89 59 42 0 1014 1008 0.0
13 35 27 84 58 46 0 1011 1007 0.0
14 34 27 86 64 63 0 1011 1007 0.2
15 35 26 85 55 33 0 1011 1007 0.0
16 35 26 84 56 33 0 1011 1007 0.0
17 34 26 83 57 71 7 1012 1008 0.0
18 34 27 84 53 46 8 1012 1008 0.0
19 35 27 80 47 42 8 1012 1007 0.0
20 35 27 76 51 37 7 1010 1005 0.0
21 34 25 80 59 25 0 1011 1007 0.0
22 34 27 83 57 50 7 1011 1007 0.0
23 34 27 84 54 63 9 1012 1008 0.0
24 34 27 84 55 63 9 1012 1008 0.0
25 35 27 83 56 58 0 1013 1008 0.0
26 35 27 85 56 13 6 1013 1008 0.0
27 34 25 83 58 42 0 1012 1009 0.0
28 34 27 78 58 56 6 1013 1009 0.0
29 33 27 83 60 58 0 1013 1009 0.0
30 35 28 84 55 37 9 1013 1008 0.0
Bulan Mei
1 35 27 83 56 50 0 1012 1007 0.0
2 35 27 83 61 54 0 1022 1008 0.0
3 35 26 83 58 46 0 1009 1005 0.0
4 34 27 91 55 50 0 1009 1006 0.0
5 32 26 84 62 42 10 1010 1006 0.0
Sumber : BMKG, 2010

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 2

°C

Jarak dari Taman (m)


Gambar 5.2 Rata-rata nilai suhu udara di 33 titik pengukuran selama 4 hari berdasarkan jarak dari taman

Lampiran 3

Jarak dari Taman (m)


Gambar 5.6 Rata-rata nilai kelembaban udara di 33 titik pengukuran selama 4 hari berdasarkan jarak dari taman

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 4 Uji statistik ANOVA

Suhu udara
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 3.549 4 .887 3.094 .031
Within Groups 8.029 28 .287
Total 11.578 32
Suhu udara dengan variasi jarak dari taman

ANOVA
Kelembaban udara
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 20.596 4 5.149 3.484 .020
Within Groups 41.377 28 1.478
Total 61.973 32
Kelembaban udara dengan variasi jarak dari taman

ANOVA
Suhu udara
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.094 4 .274 .731 .579
Within Groups 10.484 28 .374
Total 11.578 32
Suhu udara dengan variasi arus lalu lintas kendaraan

ANOVA
Kelembaban udara
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 4.438 4 1.110 .540 .708
Within Groups 57.534 28 2.055
Total 61.973 32
Kelembaban udara dengan variasi arus lalu lintas kendaraan

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Metode 1 Pengukuran suhu dan kelembaban udara (variasi temporal)

Lampiran 5
Tabel 5.6 Suhu dan Kelembaban Udara di dalam Taman Suropati

Waktu Hari 1, Sabtu 17 April Hari 2, Minggu 18 April


Pengukuran 2010 2010
(WIB) Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban
0 0
Udara ( C) Udara (%) Udara ( C) Udara (%)
06.00 24.2 83.57 25.2 77.31
07.00 25.9 75.89 26.6 69.83
08.00 26.6 69.17 27.4 67.73
09.00 27.2 66.95 28.7 64.22
10.00 28.3 63.94 30.5 60.78
11.00 29.4 58.80 30.3 57.80
12.00 31.5 45.11 32.1 53.28
13.00 32.1 44.71 32.7 47.72
14.00 32.9 44.38 32.3 47.86
15.00 31.3 58.00 30.7 54.25
16.00 28.1 68.17 28.1 63.19
17.00 27.6 69.78 26.4 75.79
18.00 26.9 76.04 25.8 72.72
Waktu Hari 3, Senin 19 april Hari 4, Selasa 20 April
Pengukuran 2010 2010
(WIB) Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban
Udara (0C) Udara (%) Udara (0C) Udara (%)
06.00 25.3 80.95 24.0 80.41
07.00 26.7 67.52 26.8 71.59
08.00 26.7 53.51 27.8 58.10
09.00 27.9 48.90 29.4 49.83
10.00 30.1 44.70 30.2 41.76
11.00 29.4 42.41 30.0 43.06
12.00 31.4 41.57 31.2 42.33
13.00 32.3 40.60 32.3 41.54
14.00 33.2 39.23 33.2 39.23
15.00 31.1 46.73 29.5 56.59
16.00 29.0 53.90 29.1 66.93
17.00 27.3 61.97 28.1 69.44
18.00 26.8 70.61 26.4 74.42
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 6
Tabel 5.7 Suhu dan Kelembaban Udara di luar Taman Suropati

Waktu Hari 1, Sabtu 17 April Hari 2, Minggu 18 April


Pengukuran 2010 2010
(WIB) Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban
Udara (0C) Udara (%) Udara (0C) Udara (%)
06.00 24.4 82.82 25.4 74.58
07.00 26.6 75.21 26.8 67.33
08.00 27.7 59.22 28.5 60.46
09.00 29.5 58.88 29.7 52.29
10.00 29.8 54.04 32.4 49.95
11.00 30.6 49.88 30.8 51.12
12.00 31.3 49.48 33.9 46.86
13.00 34 47.90 35.2 42.53
14.00 33.9 47.34 35 41.02
15.00 30.7 50.50 33.5 48.43
16.00 29.7 52.84 28.8 55.43
17.00 28.3 63.33 27.6 67.86
18.00 26.2 76.39 26.1 71.54
Waktu Hari 3, Senin 19 april Hari 4, Selasa 20 April
Pengukuran 2010 2010
(WIB) Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban
Udara (0C) Udara (%) Udara (0C) Udara (%)
06.00 25.8 75.49 25.2 74.47
07.00 26.9 62.92 27.0 70.07
08.00 29.8 51.84 28.0 66.85
09.00 31.6 45.70 32.1 50.19
10.00 33.4 44.52 33.0 50.46
11.00 33.8 41.65 33.4 46.90
12.00 34.7 40.73 34.9 37.88
13.00 35.6 40.72 31.3 36.17
14.00 36.3 40.09 32.6 35.65
15.00 33.3 44.89 31.8 50.96
16.00 31.6 52.87 31.0 57.78
17.00 28.5 58.67 30.2 68.20
18.00 26.1 70.19 29.3 70.76
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 7
Tabel 5.8 Rata-rata suhu dan kelembaban udara di dalam taman pada hari libur
dan kerja

Di dalam Taman
Waktu Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Pengukuran Suhu Udara Suhu Udara kelembaban kelembaban
(WIB) hari libur hari kerja udara hari udara hari
libur kerja
06.00 24.7 24.65 80.44 80.68
07.00 25.9 26.15 72.86 69.55
08.00 27 27.25 68.45 58.86
09.00 27.95 28.65 65.58 52.13
10.00 29.4 30.15 62.36 45.79
11.00 29.85 29.7 58.3 42.73
12.00 31.8 31.3 49.19 41.95
13.00 32.4 32.3 46.21 41.07
14.00 32.6 33.2 48.62 39.23
15.00 31 30.3 56.12 51.66
16.00 28.1 29.05 65.68 60.41
17.00 27 27.7 72.78 65.70
18.00 26.35 26.6 74.38 72.51
Rata-rata 28.77 29.00 63.15 55.56
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Lampiran 8
Tabel 5.9 Rata-rata suhu dan kelembaban udara di luar taman pada hari libur dan
kerja

Di luar Taman
Waktu Rata-rata Rata-rata S Rata-rata Rata-rata
Pengukuran Suhu Udara Suhu Udara kelembaban kelembaban
(WIB) hari libur hari kerja udara hari udara hari
libur kerja
06.00 24.9 25.5 78.7 74.98
07.00 26.7 26.95 71.27 66.49
08.00 28.1 28.9 59.84 56.56
09.00 29.6 31.85 55.58 49.49
10.00 31.1 33.2 51.99 43.62
11.00 30.7 33.6 50.5 41.91
12.00 32.6 34.8 45.67 39.30
13.00 34.6 33.45 43.27 38.44
14.00 34.45 34.45 42.18 37.8
15.00 32.1 32.55 49.46 47.92
16.00 29.25 31.3 54.13 55.32
17.00 27.95 29.35 65.59 63.43
18.00 26.15 27.7 73.96 70.47
Rata-rata 29.86 31.04 57.09 52.75
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Metode 2 Pengukuran suhu dan kelembaban udara (variasi spasial)

Lampiran 9
Tabel 5.10 Rata-rata nilai suhu dan kelembaban udara pada metode 2

Titik Pagi hari (07.00) Siang hari (12.00) Sore hari (16.00)
Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban
Udara Udara (%) Udara (0C) Udara (%) Udara (0C) Udara (%)
0
( C)
1 27.0 81.79 31.7 57.25 30.0 68.29
2 27.4 79.37 34.4 54.25 31.1 65.29
3 28.8 74.92 34.9 53.69 30.8 63.73
4 27.9 80.22 33.2 54.81 30.7 65.21
5 28.0 80.77 34.0 52.68 31.0 65.84
6 27.9 79.24 34.1 52.85 31.0 64.62
7 27.9 79.06 33.8 54.35 30.8 65.09
8 27.5 81.66 33.8 52.20 30.8 65.00
9 27.8 79.33 34.1 52.65 31.3 64.70
10 28.0 79.41 33.5 53.30 30.7 63.80
11 28.4 77.72 35.0 52.72 30.8 63.12
12 28.7 76.17 35.3 50.84 31.0 64.73
13 28.2 78.18 34.5 51.35 30.7 61.81
14 28.7 78.36 35.3 50.26 30.9 61.48
15 27.7 80.84 33.2 56.51 30.7 61.22
16 28.0 81.98 34.2 53.83 30.5 62.39
17 27.3 80.85 33.0 55.27 30.4 65.26
18 27.7 79.81 32.9 54.60 30.8 64.60
19 27.6 81.50 33.1 52.95 30.6 65.29
20 28.2 79.49 33.1 54.56 31.1 64.84
21 29.5 75.46 34.6 54.09 31.3 63.05
22 30.1 75.98 34.8 53.89 31.1 61.59
23 30.4 76.20 35.2 53.11 31.0 61.12
24 28.9 76.03 34.4 55.06 31.5 62.45
25 28.2 76.74 34.1 56.30 31.3 62.20
26 29.1 74.63 35.4 54.45 31.4 62.49
27 28.9 77.08 34.7 53.74 31.1 65.52
28 29.1 74.11 35.3 53.96 31.2 62.84
29 28.4 75.30 34.7 54.07 31.3 63.22
30 28.9 75.51 34.7 54.96 31.5 61.22
31 28.8 74.98 35.0 52.76 31.3 62.64
32 29.0 74.28 34.7 52.76 31.3 62.61
33 28.7 75.92 35.4 54.06 31.5 63.77
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 10
Tabel 5.11 Rata-rata nilai suhu udara pada metode 2

Titik Pengamatan Suhu Udara (oC) Rata-rata Kategori


(oC)
Pagi Siang Sore
1 27.0 31.7 30.0 29.57 Panas
2 27.4 34.4 31.1 30.97 Panas
3 28.8 34.9 30.8 31.50 Sangat panas
4 27.9 33.2 30.7 30.60 Panas
5 28.0 34.0 31.0 31.00 Panas
6 27.9 34.1 31.0 31.00 Panas
7 27.9 33.8 30.8 30.83 Panas
8 27.5 33.8 30.8 30.70 Panas
9 27.8 34.1 31.3 31.07 Panas
10 28.0 33.5 30.7 30.73 Panas
11 28.4 35.0 30.8 31.40 Sangat panas
12 28.7 35.3 31.0 31.67 Sangat panas
13 28.2 34.5 30.7 31.13 Sangat panas
14 28.7 35.3 30.9 31.63 Sangat panas
15 27.7 33.2 30.7 30.53 Panas
16 28.0 34.2 30.5 30.90 Panas
17 27.3 33.0 30.4 30.23 Panas
18 27.7 32.9 30.8 30.47 Panas
19 27.6 33.1 30.6 30.43 Panas
20 28.2 33.1 31.1 30.80 Panas
21 29.5 34.6 31.3 31.80 Sangat panas
22 30.1 34.8 31.1 32.00 Sangat panas
23 30.4 35.2 31.0 32.20 Sangat panas
24 28.9 34.4 31.5 31.60 Sangat panas
25 28.2 34.1 31.3 31.20 Sangat panas
26 29.1 35.4 31.4 31.97 Sangat panas
27 28.9 34.7 31.1 31.57 Sangat panas
28 29.1 35.3 31.2 31.87 Sangat panas
29 28.4 34.7 31.3 31.47 Sangat panas
30 28.9 34.7 31.5 31.70 Sangat panas
31 28.8 35.0 31.3 31.70 Sangat panas
32 29.0 34.7 31.3 31.67 Sangat panas
33 28.7 35.4 31.5 31.87 Sangat panas
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 11
Tabel 5.12 Rata-rata nilai kelembaban udara pada metode 2

Titik Pengamatan Kelembaban Udara Rata-rata Kategori


(%) (oC)
Pagi Siang Sore
1 81.79 57.25 68.29 69.11 Kering
2 79.37 54.25 65.29 66.30 Kering
3 74.92 53.69 63.73 64.11 Kering
4 80.22 54.81 65.21 66.75 Kering
5 80.77 52.68 65.84 66.43 Kering
6 79.24 52.85 64.62 65.57 Kering
7 79.06 54.35 65.09 66.17 Kering
8 81.66 52.20 65.00 66.29 Kering
9 79.33 52.65 64.70 65.56 Kering
10 79.41 53.30 63.80 65.50 Kering
11 77.72 52.72 63.12 64.52 Kering
12 76.17 50.84 64.73 63.91 Kering
13 78.18 51.35 61.81 63.78 Kering
14 78.36 50.26 61.48 63.37 Kering
15 80.84 56.51 61.22 66.19 Kering
16 81.98 53.83 62.39 66.07 Kering
17 80.85 55.27 65.26 67.13 Kering
18 79.81 54.60 64.60 66.34 Kering
19 81.50 52.95 65.29 66.58 Kering
20 79.49 54.56 64.84 66.30 Kering
21 75.46 54.09 63.05 64.20 Kering
22 75.98 53.89 61.59 63.82 Kering
23 76.20 53.11 61.12 63.48 Kering
24 76.03 55.06 62.45 64.51 Kering
25 76.74 56.30 62.20 65.08 Kering
26 74.63 54.45 62.49 63.86 Kering
27 77.08 53.74 65.52 65.45 Kering
28 74.11 53.96 62.84 63.64 Kering
29 75.30 54.07 63.22 64.20 Kering
30 75.51 54.96 61.22 63.90 Kering
31 74.98 52.76 62.64 63.46 Kering
32 74.28 52.76 62.61 63.22 Kering
33 75.92 54.06 63.77 64.58 Kering
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 12
Tabel 5.13 Arus Lalu Lintas Kendaraan hari kerja

Pagi Hari Siang Hari Sore hari Rata-Rata Kategori


Titik (SMP) (SMP) (SMP) (SMP)
1 0 0 0 0 Tidak ada
2 1167 1063 1429 1220 padat
3 1953 1766 2224 1981 sangat padat
4 1687 1772 2216 1892 sangat padat
5 238 190 238 222 jarang
6 105 76 134 105 jarang
7 87 83 100 90 jarang
8 530 385 505 473 jarang
9 147 283 315 248 jarang
10 989 1262 1018 1090 padat
11 57 76 76 70 jarang
12 164 220 138 174 jarang
13 45 34 53 44 jarang
14 202 116 68 129 jarang
15 26 23 19 23 jarang
16 27 29 13 23 jarang
17 1136 690 837 888 sedang
18 2038 1771 1733 1847 sangat padat
19 2038 1771 1733 1847 sangat padat
20 2117 1870 1847 1945 sangat padat
21 1111 812 1196 1040 padat
22 1523 1667 2069 1753 sangat padat
23 1523 1667 2069 1753 sangat padat
24 1833 1379 1738 1650 sangat padat
25 0 0 0 0 Tidak ada
26 2485 1802 2687 2325 sangat padat
27 1432 805 1073 1103 padat
28 1835 1262 1340 1479 padat
29 0 0 0 0 Tidak ada
30 1229 601 968 933 sedang
31 1229 601 968 933 sedang
32 1259 624 859 914 sedang
33 932 886 1481 1100 padat
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 13
Tabel 5.14 Arus Lalu Lintas kendaraan hari libur

Pagi Hari Siang Hari Sore hari Rata-Rata Kategori


Titik (SMP) (SMP) (SMP) (SMP)
1 0 0 0 0 Tidak Ada
2 352 635 569 519 sedang
3 532 1375 1080 996 sedang
4 63 1419 1129 870 sedang
5 83 62 81 75 jarang
6 40 30 41 37 jarang
7 35 32 40 36 jarang
8 199 150 207 185 jarang
9 121 160 141 141 jarang
10 233 613 393 413 jarang
11 16 67 45 43 jarang
12 74 116 88 93 jarang
13 29 26 21 25 jarang
14 53 68 70 64 jarang
15 11 17 7 12 jarang
16 13 21 5 13 jarang
17 228 502 455 395 jarang
18 1365 1409 1353 1376 padat
19 1365 1409 1353 1376 padat
20 1298 1431 1365 1365 padat
21 399 689 787 625 sedang
22 921 1409 1237 1189 padat
23 921 1409 1237 1189 padat
24 892 587 685 721 sedang
25 0 0 0 0 Tidak ada
26 1330 1297 1029 1219 padat
27 438 736 348 507 sedang
28 745 1007 612 788 sedang
29 0 0 0 0 Tidak ada
30 362 462 408 411 jarang
31 362 462 408 411 jarang
32 382 469 472 441 jarang
33 409 852 712 658 sedang
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 14
Tabel 5.15 Arus Lalu Lintas Kendaraan rata-rata

Titik Pagi hari Siang hari Sore hari Rata-Rata Kategori


Jumlah (SMP) Jumlah (SMP) Jumlah (SMP) Jumlah (SMP)
1 0 0 0 0 Tidak ada
2 760 849 999 869 sedang
3 1243 1571 1652 1488 padat
4 875 1596 1673 1381 padat
5 161 126 160 149 jarang
6 73 53 88 71 jarang
7 61 58 70 63 jarang
8 365 268 356 329 jarang
9 134 222 228 195 jarang
10 611 938 706 751 sedang
11 37 72 61 56 jarang
12 119 168 113 133 jarang
13 37 30 37 35 jarang
14 128 92 69 96 jarang
15 19 20 13 17 jarang
16 20 25 9 18 jarang
17 682 596 646 641 sedang
18 1702 1590 1543 1612 sangat padat
19 1702 1590 1543 1612 sangat padat
20 1708 1651 1606 1655 sangat padat
21 755 751 992 832 sedang
22 1312 1538 1653 1501 Sangat padat
23 1312 1538 1653 1501 Sangat padat
24 1363 983 1212 1186 padat
25 0 0 0 0 Tidak ada
26 1908 1550 1858 1772 sangat padat
27 935 771 711 805 sedang
28 1290 1135 976 1134 padat
29 0 0 0 0 Tidak ada
30 796 532 688 672 sedang
31 796 532 688 672 sedang
32 821 547 666 678 sedang
33 671 869 1097 879 sedang
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Tingkat kenyamanan pada metode 1
Lampiran 15
Tabel 5.16 Tingkat Kenyamanan di dalam Taman Suropati
Waktu Di dalam Taman Suropati
Pengaturan Suhu Udara Kelembaban Index Kategori
(WIB) (0C) Udara (%) Kenyamanan
06.00 24.7 80.56 23.74 Kurang Nyaman
07.00 26.6 71.21 25.07 Nyaman
08.00 27.1 62.13 25.05 Nyaman
09.00 28.3 57.48 25.89 Nyaman
10.00 29.8 52.8 26.99 Nyaman
11.00 29.8 50.52 26.85 Nyaman
12.00 31.6 45.57 28.16 Kurang Nyaman
13.00 31.4 47.82 28.12 Kurang Nyaman
14.00 32.2 45.32 28.68 Kurang Nyaman
15.00 30.7 53.89 27.87 Kurang Nyaman
16.00 28.6 63.05 26.49 Nyaman
17.00 27.4 69.25 25.71 Nyaman
18.00 26.5 73.45 25.09 Nyaman
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Lampiran 16
Tabel 5.17 Tingkat Kenyamanan di luar Taman Suropati

Waktu Di luar Taman (lapangan parkir BAPPENAS)


Pengaturan Suhu Kelembaban Index Kategori
(WIB) Udara (0C) Udara (%) Kenyamanan
06.00 25.2 76.84 24.03 Kurang Nyaman
07.00 26.83 68.88 25.16 Nyaman
08.00 28.5 58.2 26.12 Nyaman
09.00 30.73 52.54 27.81 Kurang Nyaman
10.00 32.15 47.81 28.79 Kurang Nyaman
11.00 32.15 46.21 28.69 Kurang Nyaman
12.00 33.7 43.74 29.91 tidak nyaman
13.00 34.03 41.61 30.06 tidak nyaman
14.00 34.45 41.03 30.39 tidak nyaman
15.00 32.33 48.7 29.01 tidak nyaman
16.00 30.28 54.73 27.54 Kurang Nyaman
17.00 28.65 64.52 26.62 Nyaman
18.00 26.93 72.22 25.43 Nyaman
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Tingkat Kenyamanan metode 2

Lampiran 17
Tabel 5.18 Tingkat kenyamanan di 33 titik pengukuran pada pagi hari

Titik Pagi Hari (07.00)


Suhu Udara Kelembaban Indeks Kategori
(0C) Udara (%) Kenyamanan
1 27 81.79 26.02 nyaman
2 27.4 79.37 26.27 nyaman
3 28.8 74.92 27.36 Kurang Nyaman
4 27.9 80.22 26.80 nyaman
5 28 80.77 26.92 nyaman
6 27.9 79.24 26.74 nyaman
7 27.9 79.06 26.73 nyaman
8 27.5 81.66 26.49 nyaman
9 27.8 79.33 26.65 nyaman
10 28 79.41 26.85 nyaman
11 28.4 77.72 27.13 Kurang Nyaman
12 28.7 76.17 27.33 Kurang Nyaman
13 28.2 78.18 26.97 nyaman
14 28.7 78.36 27.46 Kurang Nyaman
15 27.7 80.84 26.64 nyaman
16 28 81.98 26.99 nyaman
17 27.3 80.85 26.25 nyaman
18 27.7 79.81 26.58 nyaman
19 27.6 81.5 26.58 nyaman
20 28.2 79.49 27.04 Kurang Nyaman
21 29.5 75.46 28.05 Kurang Nyaman
22 30.1 75.98 28.65 Kurang Nyaman
23 30.4 76.2 28.95 Kurang Nyaman
24 28.9 76.03 27.51 Kurang Nyaman
25 28.2 76.74 26.89 nyaman
26 29.1 74.63 27.62 Kurang Nyaman
27 28.9 77.08 27.58 Kurang Nyaman
28 29.1 74.11 27.59 Kurang Nyaman
29 28.4 75.3 27.00 Kurang Nyaman
30 28.9 75.51 27.48 Kurang Nyaman
31 28.8 74.98 27.36 Kurang Nyaman
32 29 74.28 27.51 Kurang Nyaman
33 28.7 75.92 27.32 Kurang Nyaman
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 18
Tabel 5.19 Tingkat kenyamanan di 33 titik pengukuran pada siang hari

Titik Siang Hari (12.00)


Suhu Kelembaban Indeks Kategori
Udara Udara (%) Kenyamanan
(0C)
1 31.7 57.25 28.99 Kurang Nyaman
2 34.4 54.25 31.25 tidak nyaman
3 34.9 53.69 31.67 tidak nyaman
4 33.2 54.81 30.20 tidak nyaman
5 34 52.68 30.78 tidak nyaman
6 34.1 52.85 30.88 tidak nyaman
7 33.8 54.35 30.71 tidak nyaman
8 33.8 52.2 30.57 tidak nyaman
9 34.1 52.65 30.87 tidak nyaman
10 33.5 53.3 30.37 tidak nyaman
11 35 52.72 31.69 tidak nyaman
12 35.3 50.84 31.83 tidak nyaman
13 34.5 51.35 31.14 tidak nyaman
14 35.3 50.26 31.79 tidak nyaman
15 33.2 56.51 30.31 tidak nyaman
16 34.2 53.83 31.04 tidak nyaman
17 33 55.27 30.05 tidak nyaman
18 32.9 54.6 29.91 tidak nyaman
19 33.1 52.95 29.99 tidak nyaman
20 33.1 54.56 30.09 tidak nyaman
21 34.6 54.09 31.42 tidak nyaman
22 34.8 53.89 31.59 tidak nyaman
23 35.2 53.11 31.90 tidak nyaman
24 34.4 55.06 31.31 tidak nyaman
25 34.1 56.3 31.12 tidak nyaman
26 35.4 54.45 32.18 tidak nyaman
27 34.7 53.74 31.49 tidak nyaman
28 35.3 53.96 32.05 tidak nyaman
29 34.7 54.07 31.51 tidak nyaman
30 34.7 54.96 31.57 tidak nyaman
31 35 52.76 31.69 tidak nyaman
32 34.7 52.76 31.42 tidak nyaman
33 35.4 54.06 32.15 tidak nyaman
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 19
Tabel 5.20 Tingkat kenyamanan di 33 titik pengukuran pada sore hari

Titik Sore Hari (16.00)


Suhu Kelembaban Indeks Kategori
Udara Udara (%) Kenyamanan
(0C)
1 30 68.29 28.10 Kurang Nyaman
2 31.1 65.29 28.94 Kurang Nyaman
3 30.8 63.73 28.57 Kurang Nyaman
4 30.7 65.21 28.56 Kurang Nyaman
5 31 65.84 28.88 Kurang Nyaman
6 31 64.62 28.81 Kurang Nyaman
7 30.8 65.09 28.65 Kurang Nyaman
8 30.8 65 28.64 Kurang Nyaman
9 31.3 64.7 29.09 tidak nyaman
10 30.7 63.8 28.48 Kurang Nyaman
11 30.8 63.12 28.53 Kurang Nyaman
12 31 64.73 28.81 Kurang Nyaman
13 30.7 61.81 28.36 Kurang Nyaman
14 30.9 61.48 28.52 Kurang Nyaman
15 30.7 61.22 28.32 Kurang Nyaman
16 30.5 62.39 28.21 Kurang Nyaman
17 30.4 65.26 28.29 Kurang Nyaman
18 30.8 64.6 28.62 Kurang Nyaman
19 30.6 65.29 28.48 Kurang Nyaman
20 31.1 64.84 28.91 Kurang Nyaman
21 31.3 63.05 28.99 Kurang Nyaman
22 31.1 61.59 28.71 Kurang Nyaman
23 31 61.12 28.59 Kurang Nyaman
24 31.5 62.45 29.13 tidak nyaman
25 31.3 62.2 28.93 Kurang Nyaman
26 31.4 62.49 29.04 tidak nyaman
27 31.1 65.52 28.96 Kurang Nyaman
28 31.2 62.84 28.88 Kurang Nyaman
29 31.3 63.22 29.00 tidak nyaman
30 31.5 61.22 29.06 tidak nyaman
31 31.3 62.64 28.96 Kurang Nyaman
32 31.3 62.61 28.96 Kurang Nyaman
33 31.5 63.77 29.22 tidak nyaman
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 20
Tabel 5.21 Tingkat Kenyamanan hari libur di 33 titik pengukuran

Titik Suhu Udara Kelembaban Indeks Kategori


Rata-rata Udara rata-rata Kenyamanan
1 29.37 68.63 27.52 Kurang Nyaman
2 30.72 65.70 28.61 Kurang Nyaman
3 30.88 64.48 28.69 Kurang Nyaman
4 30.23 66.57 28.21 Kurang Nyaman
5 30.67 65.26 28.54 Kurang Nyaman
6 30.63 64.73 28.47 Kurang Nyaman
7 30.43 65.88 28.36 Kurang Nyaman
8 30.73 65.09 28.59 Kurang Nyaman
9 31.12 64.95 28.94 Kurang Nyaman
10 30.18 65.72 28.11 Kurang Nyaman
11 30.92 63.97 28.69 Kurang Nyaman
12 31.25 61.97 28.87 Kurang Nyaman
13 30.73 63.64 28.50 Kurang Nyaman
14 31.25 63.25 28.95 Kurang Nyaman
15 30.25 66.09 28.20 Kurang Nyaman
16 30.65 64.73 28.49 Kurang Nyaman
17 30.07 66.35 28.04 Kurang Nyaman
18 30.37 65.28 28.26 Kurang Nyaman
19 30.35 65.68 28.27 Kurang Nyaman
20 30.58 66.35 28.53 Kurang Nyaman
21 31.07 64.32 28.85 Kurang Nyaman
22 31.02 64.25 28.80 Kurang Nyaman
23 31.48 63.27 29.17 Tidak nyaman
24 31.08 64.60 28.88 Kurang Nyaman
25 30.75 65.14 28.61 Kurang Nyaman
26 31.40 64.31 29.16 Tidak Nyaman
27 31.17 66.31 29.07 Tidak nyaman
28 31.47 63.20 29.15 Tidak nyaman
29 31.15 64.53 28.94 Kurang Nyaman
30 31.33 63.73 29.06 Tidak nyaman
31 31.38 62.96 29.06 Tidak nyaman
32 30.73 64.19 28.53 Kurang Nyaman
33 31.32 64.63 29.10 Tidak nyaman
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Lampiran 21
Tabel 5.22 Tingkat Kenyamanan hari kerja di 33 titik pengukuran

Titik Suhu Udara Rata- Kelembaban Udara Indeks Kategori


rata hari kerja rata-rata hari kerja Kenyamanan
1 30.36 69.59 28.51 Kurang Nyaman
2 32.29 66.90 30.15 Tidak Nyaman
3 33.30 63.75 30.88 Tidak Nyaman
4 31.65 66.92 29.56 Tidak Nyaman
5 32.14 67.61 30.05 Tidak Nyaman
6 32.09 66.42 29.93 Tidak Nyaman
7 31.95 66.46 29.81 Tidak Nyaman
8 31.44 67.48 29.39 Tidak Nyaman
9 31.57 66.17 29.43 Tidak Nyaman
10 31.79 65.29 29.58 Tidak Nyaman
11 33.01 65.08 30.70 Tidak Nyaman
12 32.98 65.85 30.73 Tidak Nyaman
13 32.14 63.92 29.82 Tidak Nyaman
14 32.91 63.48 30.51 Tidak Nyaman
15 31.35 66.28 29.24 Tidak Nyaman
16 31.89 67.40 29.81 Tidak Nyaman
17 30.50 67.90 28.54 Kurang Nyaman
18 30.83 67.39 28.82 Kurang Nyaman
19 30.72 67.48 28.72 Kurang Nyaman
20 31.18 66.24 29.07 Tidak Nyaman
21 33.82 64.09 31.39 Tidak Nyaman
22 33.99 63.40 31.51 Tidak Nyaman
23 33.85 63.68 31.39 Tidak Nyaman
24 33.26 64.43 30.89 Tidak Nyaman
25 32.80 65.03 30.50 Tidak Nyaman
26 33.70 63.40 31.23 Tidak Nyaman
27 32.85 64.58 30.52 Tidak Nyaman
28 33.28 64.07 30.89 Tidak Nyaman
29 32.35 63.87 30.02 Tidak Nyaman
30 33.04 64.06 30.67 Tidak Nyaman
31 32.93 63.96 30.56 Tidak Nyaman
32 33.43 62.24 30.91 Tidak Nyaman
33 33.73 64.54 31.33 Tidak Nyaman
Sumber : pengukuran dan pengolahan data

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Foto 1. Taman Suropati

Foto 2. Contoh Vegetasi yang ada di Taman Suropati

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Foto 3. Alat Sensor termokopel

Foto 2. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara di Taman Suropati

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


PETA

Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010


Universitas Indonesia

Variasi suhu..., Iqlima Idayah Tika, FMIPA UI, 2010

Anda mungkin juga menyukai