Kemungkinan penyebab:
a.Defek persarafan,kelemahan pelvis,imobilitas karena cedera
serebropinalis,CVA(cerebro vaskular accident) dll.
b. Pola defekasi yang tidak teratur.
c. Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. Menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. Penggunaan obat seperti antasida,laksantif,atau anaestesi.
f. Proses menua(usia lanjut).
b. Diare
Diare merupakan keeadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa
mual dan muntah.
Tanda klinis :
a. Adanya pengeluaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3kali sehari.
c. Nyeri atau kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
Kemungkinan penyebab :
a. Malabsorpsi atau inflamasi, proses inferksi.
b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
c. Efek tindakan pembedahan usus.
d. Efek penggunaaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain.
e. Sters psikologis
c. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses
defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut juga
sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
Tanda klinis :
a. Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan penyabab :
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembehan, dan lain-lain.
b. Distensi rektum berlebih.
c. Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.
d. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung atau usus.
e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabkan karena konstipasi,perenggangan
saat defekasi dll
f. Fecal impaction
Merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan.
3. Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi
1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi
yang berbeda.
2. Diet
Diet atau pola jenis makanan yang di konsumsi dapat memengaruhi proses defekasi.
3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh
sorpsi air yang kurang sehingga dapat mengaruhi kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitastonus otot
abdomen, pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga
proses pergerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik, dan
memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses defekasi seperti pengunaanobat-tau
antasida yang terlalu sering.
6. Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat
pada seseorang yang memliki gaya hidp sehat/ melakukan kebiasaan buang air besar
ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang tersebut bua ng air besar
ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan
dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit
tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastoroeristis atau
penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan/keinginan unutuk berdefekasi seperti
nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi.
Alat :
1. Tempat penampungan atau botol penampungan beserta penutup.
2. Etiket khusus.
3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.
Prosedur kerja :
1. Cuci tanggan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah
dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkannya daerah sekitar anus.
4. Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
6. Cuci tanggan.
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dulakukan
3. Atur ruangan,gunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau
tutup pintu.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring kekanan
5. Gunakan sarung tangan
6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula
usus,kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air kebengkok lalu
berikan jeli pada ujung kanula.
7. Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20 cm
sambil pasien di suruh napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat
tidur dan buka klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan
ingin buangair besar.
8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot
atau anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah
sekitar rektum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
9. Buka sarung tangan dan catat jumlah,warna,konsistensi dan respon pasien.
10. Cuci tangan
e. Membersihkan gliserin
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan gliserin kedalam
poros usus dengan menggunakan spuit gliserin,bertujuan merangsang peristaltik
usus,sehungga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang mengalami sembelit) dan
juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.
Alat dan bahan:
1. Spuit gliserin
2. Gliserin dalam tempatnya
3. Bengkok
4. Pengalas
5. Sampiran
6. Sarung tangan
7. Tisu
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur ruangan,apabila pasien sendiri makatutup pintu,dan gunakan sampiran bila di
ruang bangsal umum.
4. Atur posisi pasien(miringkan kekiri),dan berikan pengalas di bawah glutea, serta buka
pakaian di bawah pasien.
5. Gunakan sarung tnagan, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20 cc dan cek
kehangatan cairan gliserin.
6. Masukkan gliserin perlahan-lahan kedalam anus engan cara tangan kiri mendorong
perenggangan daerah rectum, tangan kanan mamasukkan spuit kedalam anus sampai
pangkal kanula dengan ujng spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien napas
dalam.
7. Stelah selesai,cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien menahan
sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot.apabila pasien tidak mampu ke
toilet,bersihkan dengan air dengan hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
8. Pasang pispot atau anjurka ke toilet
9. Lepaskan sarung tangan,catat jumlah feses yang keluar,warna,konsistensi, dan respon
pasien.
10. Cuci tangan
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada jari telunjuk.
4. Atur posisi miring dengan lutut fleksi
5. Masukkan jari kedalam rectum dan dorong dengan perlahan-lahan sepanjang dinding
rectum kea rah umbilikus (kearah masa fesesyang impaksi)
6. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras)
7. Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
8. Lepaskan sarung tangan,kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna,
kepadatan,serta respon pasien.
9. cuci tangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi
alvi. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
1. Diet keinginan untuk berkemih
2. Stress
3. Asupan
Gangguan eliminasi urine adalah retensi urine dan enurisis. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kebutuhan eliminasi alvi adalah:
1. Usia
2. Diet
3. Asupan
4. Cairan
5. Gaya hidup
6. Aktifitas
7. Kebiasaan
Gangguan eliminasi alvi adalah konstipasi diare kembung dan hemorod.
B. Saran
- Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine ataupun eliminasi alvi
dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urin atau alvi agar tidak terjadi
gangguan-gangguan yang tidak di inginkan.
- Melakukan pola hidup sehat