Anda di halaman 1dari 8

7.

ELIMINASI ALVI (BAB)


Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (BAB) adalah sistem
gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar pada batas antara usus besar
dan ujung usus halus terdapata katup iieocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat yang
masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk kembali
keusus halus. Produk buangan yang memasuki usus besar isinya berupa cairan. Setiap hari
saluran anus menyerap sekitar 800-1000 ml cairan.

8. PROSES BUANG AIR BESAR (DEFEKASI)


Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar
terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak dimedula dan sum
sum tulang belakang. Apa bila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam
akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defekasi dirangsang untuk buang air besar
kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu
menguncup atau mengendor . Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak
direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai
macam mikroorganisme, sekresi klenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh.
Secara umum , terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu
pertama, refleks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam
rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexsus mesenterikus merangsang gerakan
peristaltik, dan akhirnya feses sampai dianus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka
terjadilah proses defekasi. Kedua , reflek defekasi para simpatis. Adanya feses dalam rektum
yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsnag kekolon desenden, kemudian
kesigmoid, lalu ke rektum dengangerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingter
interna, maka terjadi lah proses defekasi saat sfingter internal berelaksasi.

9. GANGGUAN/MASALAH ELIMINASI ALVI


a. Konstipasi
Kontipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi
mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras,atau
keluarnya tinja terlalu keras dan kering.
Tanda klinis:
a. Adanya feses yang keras.
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. Menurunnya bising usus.
d. Adanya keluhan pada rektum.
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi.
f. Adanya perasaan masih ada feses.

Kemungkinan penyebab:
a.Defek persarafan,kelemahan pelvis,imobilitas karena cedera
serebropinalis,CVA(cerebro vaskular accident) dll.
b. Pola defekasi yang tidak teratur.
c. Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. Menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. Penggunaan obat seperti antasida,laksantif,atau anaestesi.
f. Proses menua(usia lanjut).
b. Diare
Diare merupakan keeadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa
mual dan muntah.
Tanda klinis :
a. Adanya pengeluaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3kali sehari.
c. Nyeri atau kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
Kemungkinan penyebab :
a. Malabsorpsi atau inflamasi, proses inferksi.
b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
c. Efek tindakan pembedahan usus.
d. Efek penggunaaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain.
e. Sters psikologis

c. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses
defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut juga
sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
Tanda klinis :
a. Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan penyabab :
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembehan, dan lain-lain.
b. Distensi rektum berlebih.
c. Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.

d. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung atau usus.

e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabkan karena konstipasi,perenggangan
saat defekasi dll
f. Fecal impaction
Merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan.
3. Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi
1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi
yang berbeda.
2. Diet
Diet atau pola jenis makanan yang di konsumsi dapat memengaruhi proses defekasi.
3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh
sorpsi air yang kurang sehingga dapat mengaruhi kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitastonus otot
abdomen, pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga
proses pergerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik, dan
memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses defekasi seperti pengunaanobat-tau
antasida yang terlalu sering.
6. Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat
pada seseorang yang memliki gaya hidp sehat/ melakukan kebiasaan buang air besar
ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang tersebut bua ng air besar
ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan
dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit
tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastoroeristis atau
penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan/keinginan unutuk berdefekasi seperti
nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi.

4. Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (BAB)


a. Menyiapkan Feses Untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk
mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dn pemeriksaan
kultur (pembiakan).
1. Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan
warna, bau, konsisten, lendir, darah, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan feses melalui
biakan dengan cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui tanggan).

Alat :
1. Tempat penampungan atau botol penampungan beserta penutup.
2. Etiket khusus.
3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.

Prosedur kerja :
1. Cuci tanggan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah
dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkannya daerah sekitar anus.
4. Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
6. Cuci tanggan.

b. Menolong Buang Air Besar dengan Menggunakan Pispot


Menolong buang air besar dengan mengunakan pispot merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri
dikamar kecil dengan cara membantu menggunakan pispot (penampung) untuk uang air besar
ditempat tidur, dengan tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.
Alat dan bahan :
1. Alas / perlak.
2. Pispot .
3. Air bersih.
4. Tisu.
5. Sampiran apabila tempat pasien dibangsal umum.
6. Sarung tangan.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Pasang pengalas dibawah glutea.
6. Tempatkan pispot diantara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian lubang
pispot tepat di bawah rektum.
7. Setelah pispot tepat dibawah glutea, tanya kan pada pasien apa sudah nyaman atau belum
kalau belum, atur sesuai dengan kebutuhan.
8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang disediakan.
9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11. Cuci tangan.

c. Memberikan Huknah Rendah


Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke kolon
desenden dengan menggunakan kanula rekti melalui anus,yang bertujuan untuk
mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi
makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien yang
mengalami kesulitan dalam buang air besar.
Alat dan bahan:
1. Pengalas
2. Irigator lengkap dengan kanula rekti
3. Cairan hangat kurang lebih 700 ml-1000 ml dengan suhu 40,5-43 derajat celcius pada
orang dewasa.
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tisu
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur ruangan, letakkan sampiran apabila di bangsal umum atau tutup pintu apabila di
ruang sendiri
4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kiri
5. Pasang pengalas di bawah glutea
6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan(40,5-43 derajat celcius) dan
hubungkan kanula rekti,kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan
air ke bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula
7. Gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15cm kedalam rektum ke arah
kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator
setinggi 50cm dari tempat tidur.buka klemnnya dan air dialirkan sampai pasien
menunjukkan keinginan untuk buang air besar.
8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot
atau anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah
sekitar rektum hingga bersih.
9. Cuci tangan
10. Catat jumlah feses yang keluar,warna, konsistensi dan resspon pasien.

d. Memberikan Huknah Tinggi


Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus,
dengan tujuan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk prosedur
diagnostik.
Alat dan bahan:
1. Pengalas
2. Irigator lengkap dengan kanula usus
3. Cairan hangat(seperti huknah rendah)
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7. Sampiran
8. Sarung tangan
9. Tisu

Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dulakukan
3. Atur ruangan,gunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau
tutup pintu.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring kekanan
5. Gunakan sarung tangan
6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula
usus,kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air kebengkok lalu
berikan jeli pada ujung kanula.
7. Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20 cm
sambil pasien di suruh napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat
tidur dan buka klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan
ingin buangair besar.
8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot
atau anjurkan ke toile. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah
sekitar rektum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
9. Buka sarung tangan dan catat jumlah,warna,konsistensi dan respon pasien.
10. Cuci tangan

e. Membersihkan gliserin
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan gliserin kedalam
poros usus dengan menggunakan spuit gliserin,bertujuan merangsang peristaltik
usus,sehungga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang mengalami sembelit) dan
juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.
Alat dan bahan:
1. Spuit gliserin
2. Gliserin dalam tempatnya
3. Bengkok
4. Pengalas
5. Sampiran
6. Sarung tangan
7. Tisu

Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur ruangan,apabila pasien sendiri makatutup pintu,dan gunakan sampiran bila di
ruang bangsal umum.
4. Atur posisi pasien(miringkan kekiri),dan berikan pengalas di bawah glutea, serta buka
pakaian di bawah pasien.
5. Gunakan sarung tnagan, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20 cc dan cek
kehangatan cairan gliserin.
6. Masukkan gliserin perlahan-lahan kedalam anus engan cara tangan kiri mendorong
perenggangan daerah rectum, tangan kanan mamasukkan spuit kedalam anus sampai
pangkal kanula dengan ujng spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien napas
dalam.
7. Stelah selesai,cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien menahan
sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot.apabila pasien tidak mampu ke
toilet,bersihkan dengan air dengan hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
8. Pasang pispot atau anjurka ke toilet
9. Lepaskan sarung tangan,catat jumlah feses yang keluar,warna,konsistensi, dan respon
pasien.
10. Cuci tangan

f. Mengeluarkan feses dengan jari


Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan jari kedalam rectum
pasien cara ini digunakan untuk mengambil atau mengahancurkan masa feses sekaligus
mengeluarkannya.indikasi tindakan ini apabila massa feses terlalu keras dan dalam
pemberian enema tidak berhasil,konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada lansia yang
tidak mampu di keluarkan.
Alat dan bahan:
1. Sarung tangan
2. Minyak pelumas/jeli
3. Alat penampung atau pispot.
4. Pengalas
5. Sarung tangan

Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada jari telunjuk.
4. Atur posisi miring dengan lutut fleksi
5. Masukkan jari kedalam rectum dan dorong dengan perlahan-lahan sepanjang dinding
rectum kea rah umbilikus (kearah masa fesesyang impaksi)
6. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras)
7. Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
8. Lepaskan sarung tangan,kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna,
kepadatan,serta respon pasien.
9. cuci tangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi
alvi. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
1. Diet keinginan untuk berkemih
2. Stress
3. Asupan
Gangguan eliminasi urine adalah retensi urine dan enurisis. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kebutuhan eliminasi alvi adalah:
1. Usia
2. Diet
3. Asupan
4. Cairan
5. Gaya hidup
6. Aktifitas
7. Kebiasaan
Gangguan eliminasi alvi adalah konstipasi diare kembung dan hemorod.

B. Saran
- Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine ataupun eliminasi alvi
dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urin atau alvi agar tidak terjadi
gangguan-gangguan yang tidak di inginkan.
- Melakukan pola hidup sehat

Anda mungkin juga menyukai