Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

PERTEMUAN 10
ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan Tentang kepribadian dan hubungan
dengan perilaku, dalam bab ini juga akan dibahas tentang bagaimana emosi
membantuk sebagian darin perilaku kita yang berhubungan dengan kerja
sehingga setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa memahami:
10.1 Pengertian etika bisnis
10.2 Prinsip-prinsip etika bisnis
10.3 Faktor yang mempengaruhi etika
10.4 Etika pemasaran
10.5 Tanggung jawab sosial perusahaan
10.6 Hak konsumen dan etika bisnis

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 10.1:
Pengertian etika bisnis

Hubungan perusahaan dengan investor, pelanggan, karyawan,


kreditor, atau pesaing sering kali memunculkan sejumlah isu-isu etika bisnis.
Masing-masing kelompok tersebut memiliki perhatian khusus dan umumnya
memberi tekanan pada manajer organisasi. Misalnya, investor menginginkan
manajemen mengambil keputusan keuangan yang masuk akal untuk
meningkatkan penjualan, keuntungan, dan tingkat pengembalian investasi
mereka. Sebaliknya, pelanggan mengharapkan produk suatu perusahaan
bersifat aman, andal, dan terjangkau harganya. Karyawan juga menuntut untuk
diperlakukan secara adil dalam perekrutan, promosi dan keputusan
kompensasi. Sedangkan kreditor menuntut rekening yang harus dibayar tepat
waktu dan informasi akuntansi dibuat oleh perusahaan secara lengkap dan
akurat. Pesaing berharap praktik persaingan perusahaan menjadi adil dan jujur
(Pride et. al, 2014).

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 145


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

Pelanggan Karyawan

PERUSAHAAN

Investor Kreditor

Pesaing

Gambar 10.1.
Perusahaan dan Tuntutan terhadap Etika Bisnis

Pride et. al (2014) membedakan istilah etika (ethics) dan etika bisnis
(business ethics). Etika didefinisikan sebagai studi tentang benar dan salah
serta moralitas pilihan-pilihan yang dibuat oleh individu. Sebuah keputusan
atau tindakan etis adalah sesuatu yang “benar” menurut beberapa standar
perilaku. Sedangkan etika bisnis adalah penerapan standar moral dalam
aktivitas bisnis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika berbicara
tentang keilmuan sedangkan etika bisnis adalah impelementasi terhadap
standar etika.
Muslich (1998) mengartikan etika bisnis (business ethics) sebagai
pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan
secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang
maksud dan tujuan kegiatan bisnis. Karena etika tidak hanya menyangkut
masalah pemahaman terhadap aturan penyelenggaraan perusahaan, maka
penulis mengartikan etika bsinis sebagai batasan-batasan sosial, ekonomi, dan
hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang harus
dipertanggung jawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya.
Meningkatnya persaingan antara kelompok bisnis menjadikan
masing-masing pelaku bisnis meningkatkan daya saingnya melalui

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 146


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

peningkatan keunggulan bersaing (competitive advantage) agar tetap


bertahan (survive) dan meningkatkan kinerja perusahaan (performance
corporate) secara keseluruhan. Batasan-batasan sumber daya, baik sumber
daya alam (SDA), modal, manusia, teknologi, dan keterampilan menuntut
perusahaan untuk selalu beroperasi dalam batas-batas etika yang disepakati.
Pengelolaan perusahaan yang dibatasi oleh ketersediaan sumber daya
menuntut perilaku perusahaan (corporate behavior) yang dapat membangun
etika dalam berbisnis. Sebagai contoh, dalam meningkatkan penjualan,
perilaku perusahaan terhadap pelanggan atau konsumen tampak pada upaya-
upaya yang dilakukan untuk mempertinggi nilai guna yang dipersepsi
konsumen (perceived use value) dan memperendah harga yang dipersepsi
pemasaran terutama periklanan (advertising) dan promosi penjualan (sales
promotion).
Perubahan-perubahaan besar dalam praktik pengelolaan bisnis
dewasa ini menyebabkan perhatian terhadap etika bisnis (business ethic)
semakin penting. Chandra. R (1995: 20) mengamati sekurangnya terdapat
enam perubahan besar di dunia bisnis, terutama di Indonesia dalam tiga
dekade terakhir ini. Keenam perubahan yang mempengaruhi berbagai faktor
ini diduga membuat etika menjadi persoalan yang mendasar. Perubahan-
perubahan yang dimkasud sebagai berikut;
1) Perkembangan di lingkungan nasional secara umum.
2) Perkembangan di lingkungan nasional akibat intervensi atau bimbingan
pemerintah.
3) Pekembangan di lingkungan global/internasional.
4) Perubahan tuntutan konsumen bagi perusahaan.

Tujuan Pembelajaran 10.2:


Prinsip-prinsip etika bisnis

Sebagaimana halnya dengan kompenen bisnis lainnya, etika bisnis


memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan untuk memberikan acuan cara yang
harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Prinsip-prinsip

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 147


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

etika harus dijadikan pedoman bagi seluruh perusahaan agar memiliki standar
yang baku sehingga tidak menimbulkan ketimpangan dalam memandang etika
sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.
Muslich (1998:31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis
sebagai berikut:
1) Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki
wewenang sesuai dengan bidang garap yang dilakukan dan
pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Dalam
melaksanan aktivitasnya, perushaan tidak terpengaruh atau bergantung
pada pihak atau lembaga lain yang dapat merugikan kedua belah
pihak. Kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan harus diarahkan
pada upaya pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi
pada kemakmuran, kesejahteraan para pekerja ataupun komunitas
yang dihadapinya.
2) Prinsip Kejujuran
Kejujuran menjadi nilai yang paling mendasar dalam mendukung
keberhasilan kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan
lingkungan bisnis, para diorientasikan pada seluruh pihak, baik
karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-pihak lainnya yang
terkait dengan aktivitas bisnis. Prinsip kejujuran penting dipegang kuat
oleh perusahaan karena hal ini akan dapat meningkatkan kepercayaan
dari lingkungannya. Beberapa bentuk penerapan dari prinsip kejujuran
meliputi; kejujuran dalam perjanjian kontrak kerja, kejujuran dalam
penawaran barang dengan kualitas dan fakta riil, kejujuran dalam
hubungan kerja dengan perusahaan lain, dan kejujuran perusahaan
dengan tenaga kerja.
3) Prinsip Tidak Berniat Jahat
Prinsip tidak berniat jahat erat kaitannya dengan prinsip kejujuran.
Apabila kejujuran dapat diterapkan, maka keinginan perusahaan untuk
bertindak jahat dapat diredam. Tindakan jahat tentu tidak akan
membantu perusahaan dalam membangun kepercayaan masyarakat,

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 148


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

justru kejahatan dalam berbisnis akan menghancurkan perusahaan itu


sendiri.
4) Prinsip Keadilan
Prinsip ini menganjurkan perusahaan untuk berlaku adil kepada pihak-
pihak yang terkait dengan sistem bisnis, sebaagi contoh, perusahaan
memberikan pelayanan yang sama pada konsumen yang membayar
dengan harga yang sama, membeirkan gaji atau upah yang adil kepada
karyawan seseuai dengan kontribusi yang diberikannya.
5) Prinsip Hormat pada Diri Sendiri
Prinsip ini memandang perlunya meningkatkan citra perusahaan
melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat, dan berlaku adil. Menjaga
nama baik (citra) merupakan pengakuan atas keberadaan perusahaan
tersebut, sehingga prinsip-prinsip lainnya dengan sendirinya akan
terbangun pula.
Lima prinsip etika tersebut tidak mungkin secara keseluruhan
dilakukan secara bersamaan. Oleh karena itu, yang terpenting dalam hal ini
adalah bagaimana perusahaan tetap komitmen terhadap pentingnya
memelihara dan menjaga etika bisnis. Dalam jangka panjang perusahaan akan
memperoleh manfaat yang besar dari dilaksanakannya prinsip-prinsip etika
bisnis.

Tujuan Pembelajaran 10.3:


Faktor yang mempengaruhi etika

Perubahan lingkungan menjadi dasar dan alasan perusahaan


mengambil keputusan etis. Masing-masing elemen dalam lingkungan bisnis,
seperti investor, pelanggan, karyawan, kreditor, dan pesaing menuntut
manajemen perusahaan agar berlaku etis. Priddge et. al (2014)
mengidentifikasi tiga faktor umum yang tampaknya mempengaruhi standar
perilaku dalam suatu bisnis, yaitu faktor individu, faktor sosial dan peluang.

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 149


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

Faktor Faktor Sosial


Individual

Faktor
Kemampuan

Gambar 10.2.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Etis Bisnis

1. Faktor Individu
Beberapa faktor individu yang mempengaruhi tingkat perilaku etis dalam
bisnis adalah;
a) Pengetahuan individu terhadap sebuah isu. Seberapa banyaknya
seseorang tahu tentang suatu masalah merupakan salah satu faktor.
Seorang pengambil keputusan dengan sejumlah besar pengetahuan
tentang situasi dapat mengambil langkah-langkah untuk menghindari
masalah etika, sedangkan seseorang yang kurang informasi dapat
melakukan tindakan tidak sadar yang mengarah ke permasalahan etis.
b) Nilai-nilai pribadi. Nilai-nilai moral individu, sikap terkait nilai-nilai
juga jelas memengaruhi perilaku bisnis. Kebanyakan orang bergabung
dalam organisasi untuk mencapai tujuan pribadi.
c) Tujuan pribadi. Jenis-jenis tujuan pribadi individu yang menginspirasi
tujuan dan cara bagaimana mengejar tujuan-tujuan tersebut memiliki
dampak yang signifikan terhadap perilaku individu dalam suatu
oraganisasi.
2. Faktor Sosial
Beberapa faktor sosial memengaruhi etika bisnis sebagi berikut:
a) Norma-norma budaya. Perilaku seorang di tempat kerja, sampai
dibeberapa tingkat, ditentukan oleh norma-norma budaya, dan faktor-
faktor sosial yang bervariasi dari satu budaya ke budaya yang lainnya.
b) Rekan kerja. Tindakan dan keputusan rekan kerja merupakan faktor
sosial lain yang diyakini membentuk rasa etika bisnis seseorang.

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 150


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

c) Orang lain yang berpengaruh. Nilai-nilai moral dan sikap “orang lain
yang berpengaruh”, seperti pasangan, teman, kerabat, juga dapat
mempengaruhi presepsi karyawan tentang perilaku etis dan etika etis di
tempat kerja.
d) Penggunaan internet. Internet menimbulkan tantangan baru bagi
perusahaan-perusahaan yang karyawannya menikmati akses mudah ke
situs melakui koneksi berkecepatan tinggi dan nyaman ditempat kerja.
3. Faktor Peluang
Beberapa faktor sosial mempengaruhi etika bisnis sebagai berikut :
a) Adanya peluang. Peluang mengacu pada sejumlah kebebasan yang
diberikan organisasi kepada karyawan untuk berlaku tidak etis jika ia
membuat pilihan itu. Dalam beberapa organisasi, kebijakan dan
prosedur tertentu perusahaan mengurangi kesempatan untuk menjadi
tidak etis.
b) Kode etik. Adanya kode etik dan pemaksaan yang ditempatkan
manajemen dalam kode merupakan penentu lain adanya peluang.
c) Penegakan. Tingkat penegakan kebijakan perusahaan, prosedur, dan
kode etik merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi peluang.

Tujuan Pembelajaran 10.4:


Etika pemasaran

Dari beberapa fungsi bisnis yang dikemukakan sebelumnya, fungsi


pemasaran mendominasi perhatian terhadap etika bisnis. Hal ini sangat
beralasan mengingat aktivitas dari fungsi pemasaran lebih banyak
berhubungan dengan konsumen langsung. Kecurangan dan keburukan
tindakan yang dilakukan oleh fungsi pemasaran seringkali berdampak pada
fungsi-fungsi lainnya.
Mengikuti prinsip pemasaran berwawasan sosial (societal marketing),
sebuah perusahaan yang telah sadar mengambil keputusan pemasaran dengan
mempertimbangkan keinginan dan kepentingan masyarakat. Perusahaan
menyadari bahwa pengabdian konsumen dan kepentingan jangka panjang

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 151


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

kemasyarakatan, merugikan konsumen dan masyarakat. Perusahaan yang


selalu waspada memandang masalah kemasyarakatan sebagai peluang.
Setiap perusahaan dan manajer pemasaran harus memahami falsafah
tanggung jawab sosial dan tingkah laku etis. Menurut konsep pemasaran
kemasyarakatan setiap manajer harus melihat lebih jauh dari sekedar apa yang
legal dan diperbolehkan serta mengembangkan standar berdasarkan pada
integritas pribadi, kesadaran korporasi, dan kesejahteraan konsumen dalam
jangka panjang. Falsafah yang jelas dan bertanggung jawab akan membantu
manajer pemasaran menghadapi banyak pertanyaan rumit yang ditimbulkan
oleh pemasaran dan aktivitas manusia lainnya (Kotler dan Amstrong: 1996)
Untuk menjalankan falsafah yang jelas dan bertanggung jawab,
berikut ini beberapa prinsip yang mungkin dapat menjadi pedoman untuk
menyusun kebijakan publik terhadap pemasaran. Prinsip-prinsip tersebut
adalah :
1) Prinsip kebebasan konsumen dan produsen. Sejauh mungkin, keputusan
pemasaran harus diambil oleh konsumen dan produsen dengan kebebasan
relatif. Kebebasan pemasaran penting bila sistem pemasaran
dimaksudkan untuk menyampaikan standar kehidupan yang tinggi.
2) Prinsip mengendalikan bahaya potensial. Sejauh mungkin transaksi
bebas dimasuki secara bebas oleh produsen dan konsumen adalah bisnis
pribadi mereka. Sistem politik mengendalikan kebebasan produsen atau
konsumen hanya untuk mencegah transaksi yang berbahaya atau
mengancam akan merugikan produsen, konsumen, atau pihak ketiga.
3) Prinsip memenuhi kebutuhan dasar. Sistem pemasaran harus melayani
konsumen kurang mampu dan juga kaya. Dalam sistem perusahaan
bebas, produsen membuat barang-barang untuk pasar, yang mau dan
mampu dibeli.
4) Prinsip efisiensi ekonomi. Sisi pemasaran berusaha keras untuk
memasok barang dan jasa secara efisien dan dengan harga rendah. Sejauh
mana kebutuhan dan keinginan masyarakat dapat dipuaskan tergantung
pada seberapa efisiennya pemanfaatan sumber daya yang langka.

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 152


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

5) Prinsip inovasi. Sistem pemasaran mendorong inovasi otentik untuk


menurunkan biaya produksi dan distribusi serta mengembangkan produk
baru supaya bisa memenuhi kebutuhan konsumen yang berubah.
6) Prinsip pendidikan dan informasi konsumen. Sistem pemasaran efektif
banyak melakukan investasi dalam pendidikan dan informasi konsumen
untuk meningkatkan kepuasan dan kesejaheraan konsumen jangka
panjang. Idealnya, perusahaan akan menyediakan informsi secukupnya
mengenai produknya.
7) Prinsip perlindungan konsumen. Pendidikan dan informasi konsumen
tidak dapat melakukan seluruh tugas melindungi konsumen. Sistem
pemasaran juga harus memberikan perlindungan konsumen.
Perlindungan konsumen pada akhirnya akan mencegah praktik penipuan
dan teknik penjualan memaksa yang membuat konsumen tidak mampu
bertahan.
Tujuan prinsip diatas didasarkan pada asumsi bahwa tujuan pemasaran
bukan untuk memaksimalkan laba perusahaan atau total konsumsi atau pilihan
konsumen, melainkan memaksimalkan mutu kehidupan. Mutu kehidupan
berarti memenuhi kebutuhan dasar, menyediakan berbagai macam produk
bermutu, dan menikmati lingkungan alami dan budaya. Bila dikelola dengan
tepat, sistem pemasaran dapat membantu menciptakan dan memberikan
kehidupan dengan mutu lebih tinggi kepada manusia diseluruh Indonesia.

Tujuan Pembelajaran 10.5:


Tanggung jawab sosial perusahaan

Tanggung jawab sosial (social responsibility) adalah pengakuan


bahwa kegiatan usaha berdampak pada masyarakat dan pertimbamgan
terhadap dampak dalam pengambilan keputusan bisnis (Pridge et. al, 2014).
Bateman dan Snell (2008) mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai tanggung jawab yang dimiliki oleh perusahaan untuk meningkatkan
dampak positif dan mengurangi dampak negatif yang terjadi pada masyarakat
di masa depan karena hasil kontribusi aset yang ditanggung oleh perusahaan

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 153


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

kepada masyarakat sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat,


khususnya masyarakat yang berkekurangan.
Boone dan Kurtz (2007) mengungkapkan tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai dukungan yang diberikan oleh manajemen perusahaan
agar perusahaan mampu mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan, dan
kesejahteraan masyarakat dengan cara mengevaluasi kinerja perusahaan yaitu
dengan mempertimbangkan income statement agar perusahaan dapat
mengambil keputusan dengan benar untuk melakukan pemenuhan kebutuhan
utama masyarakat yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut. Hartman
dan DesJardins (2008, p.155) mengemukakan pendapat bahwa tanggung
jawab sosial perusahaan di mana perusahaan harus mengambil keputusan
untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat yang lebih baik, serta menciptakan lingkungan yang lebih
bersih.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (selanjutnya dalam tulisan ini disingkat CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah
memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku
kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan
yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR
berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, di mana suatu
organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek
ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, melainkan juga harus
menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu,
baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan
pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
(minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya.

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 154


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

CSR merupakan gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi


dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu
nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja.
Kesadaran atas pentingnya CSR dilandasi pemikiran bahwa perusahaan tidak
hanya mempunyai kewajiban ekonomi dan legal kepada pemegang saham
(shareholder), tetapi juga kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stakeholder). CSR menunjukkan tanggung jawab perusahaan
harus berpinjak pada triple bottom lines yaitu tanggung jawab perusahaan
pada aspek sosial, lingkungan, dan keuangan.
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai adanya tanggung
jawab sosial perusahaan yang terdiri dari:
1) Teori Legitimasi
Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang
diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat. Teori tersebut
dibutuhkan oleh intisusi-institusi untuk mencapai tujuan agar kongruen
dengan masyarakat luas. Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau
perusahaan akan terus berlanjut keberadaanya jika masyarakat menyadari
bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan
sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan
perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya sesuai
dengan batasan dan norma-norma di mana perusahaan itu berada sehingga
dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan
tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan
sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan
dari masyarakat tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan
sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal tersebut dapat
mendorong atau membantu investor dalam melakukan pengambilan
keputusan investasi.
2) Teori Agency
Teori Agency menjelaskan ada konflik kepentingan antara manajer (agen)
dan principal (pemilik). Pemilik ingin mengetahui semua informasi di
perusahaan termasuk aktivitas manajemen dan sesuatu yang terkait

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 155


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

investasi/dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan untuk meminta


pertanggungjawaban atas kinerja manajer. Untuk menghindari hal tersebut
diperlukan akuntan publik yang mengevaluasi kinerja manajer.
3) Teori Stakeholders
Stakeholder didefinisikan seperti sebuah kelompok atau individual yang
dapat memberi dampak atau terkena dampak oleh hasil tujuan perusahaan
termasuk dalam stakeholder yaitu, stockholders, creditors, employees,
customers, suppliers, public interest groups, dan govermental bodies.
Perkembangan konsep stakeholder dibagi menjadi tiga yaitu model
perencanaan perusahaan dan kebijakan bisnis dan corporate social
responsibility.
Teori stakeholder terdiri atas stakeholder power, strategic posture, dan
kinerja ekonomi berhubungan dengan corporate social disclosure. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkah laku investor sebagai salah satu pengguna
laporan keuangan dapat mempengaruhi coporate social disclosure.
Sebaliknya, dimana investor dalam melakukan investasi dapat
menggunakan corporate social disclosure sebagai pertimbangan selain
menggunakan laba.
Manfaat adanya CSR melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan
baik pihak internal maupun eksternal yang terdiri atas perusahaan,
masyarakat, dan pemerintah. Bagi perusahaan, manfaat adanya CSR adalah
membangung citra positif perusahaan di mata masyarakat dan pemerintahan
sehingga perushaan dapat menunjukkan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang diimplementasikan oleh perusahaan tersebut. Bagi
masyarakat, manfaat CSR adalah kepentingan masyarakat dapat terakomodasi
oleh perusahaan. Selain itu, manfaat lainnya bagi masyarakat adalah
mempererat hubungan masyarakat dengan perusahaan dalam situasi win-win
solution. Manfaat CSR bagi pemerintahan adalah memiliki partner dalam
menjalankan misi sosial dan misi pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial
yang di masa depannya pemerintah juga mempuntai peran ikut serta dalam
mengakomodasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, terutama
kebutuhan mutlak dan kebutuhan primer.

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 156


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

Tujuan adanya CSR adalah agar perusahaan dapat membagi kegiatan


yang dilakukan sesuai dengan norma-norma moral dan etika. Dengan
perusahaan membagi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan norma-norma
moral dan etika, perusahaan dapat menciptakan produk yang mampu
memenuhi kebutuhan para penggunaanya. Selain agar perusahaan mampu
membagi kegiatan sesuai dengan norma moral dan etika, CSR juga
mempunyai tujuan agar perusahaan dapat menyediakan informasi dan
melakukan promosi yang jujur dan benar mengenai produk yang dihasilkan.
Pada perusahaan manufaktur, CSR merupakan elemen yang sangat penting
karena dengan adanya CSR, perusahaan memberikan informasi mengenai
komposisi, manfaat, tanggal kadaluwarsa produk, kemungkinan efek samping,
cara penggunaan yang tepat, kuantitas, mutu dan harga dalam kemasan
produknya untuk memungkinkan konsumen dapat mengambil keputusan yang
rasional apakah akan menggunakan atau tidak menggunakan produk tertentu.

Tujuan Pembelajaran 10.6:


Hak konsumen dan etika bisnis

Almarhum Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy menyebutkan 4


(empat) hak dasar konsumen yang diterima secara umum sebagai inti dalam
kontrak sosial, tetapi oleh konsensus sosial ditambah dua lagi sehingga hak
dasar konsumen menjadi enam. Hak-hak tersebut adalah:
1. Hak Akan Keselamatan
Bagian penting dalam RUU, mengenai hak konsumen yang
diajukan oleh Kennedy berbunyi “konsumen mempunyai hak untuk
dilindungi dari produk atau jasa yang berbahaya bagi kesehatan dan
kehidupan”. Hak akan keselamatan dibuat secara spesifik di bawah
Consumer Product Safety Commission (CPSC). Ada dua bagian pengatur
lain yang berfokus pada isu keamanan. FTC, mempunyai mandat khusus
untuk mengatur klaim dari perspektif pemakaian produk yang berbahaya.
Traffic Safety Administration diberi wewenang untuk menuntut pabrik
mobil agar memperbaiki cacat demi keselamatan.

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 157


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

2. Hak Untuk Mendapatkan Infromasi


RUU Kennedy menegaskan bahwa konsumen memiliki hak untuk
dilindungi dari informasi iklan, pelabelan, atau praktek lain yang dianggap
curang, menipu atau menyesatkan dan untuk diberi fakta yang diperlukan
untuk melakukan pilihan berdassarkan informasi. Hans Thorelli,
mengatakan “konsumen yang diberi informasi adalah konsumen yang
dilindungi dan lebih dari itu adalah konsumen bebas”. Hanya konsumen
yang dapat memutuskan apakah informasi yang telah diterima itu berguna
atau tidak.
3. Hak Untuk Memilih
Secara umum UU ekonomi berbasis pasar mencakup prinsip
laissez-faire, yang berpendapat bahwa konsumen mendapat pelayanan
paling baik ketika perusahaan menghadapi persaingan bebas dan
menawarkan pilihan tanpa kekangan. Sebagian orang berpendapat bahwa
pilihan yang sehat dan bijaksana akan sulit untuk dilaksanakan bila terlalu
banyak alternatif produk dan promosi. Sebaian yang lain berpendapat
bahwa konsumen harus dipaksa melakukan apa yang terbaik untuk
mereka, lepas dari perferensi pribadi. Bila kedua sudut pandang tersebut
dijalankan, maka akan menyebabkan sejumlah pembatasan pilihan.
Pendekatan yang lebih popular pada akhir tahun 1980-an adalah
menjauh dari peraturan dan pembatasan tetapi mengarah pada pendidikan
yang dirancang untuk menghasilkan pilihan yang terbaik. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi proses
pemilihan yang kompleks dalam masyarakat konsumsi massal. Program
tersebut mencakup unsur-unsur:
 Pengetahuan formal tentang kriteria yang digunakan
untukmengevaluasi produk teknis yang kompleks, dan cara-cara untuk
memilih secara logis.
 Keterampilan manajerial dan pengambilan keputusan konsumen dapat
dibandingkan dengan keterampilan yang dikembangkan di dalam
pendidikan profesuinal.

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 158


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

 Pengetahuan konsumen yang meningkat mengenai cara kerja


perusahaan, pemerintah, dan pasar.
 Nilai dan suara hati yang akan mendorong respek dan perhatian
kepada orang lain dalam penyegaran mereka konsumsi kolektif.
4. Hak Untuk Didengar (ganti rugi)
Bagian keempat dari RUU Kennedy mengenai hak konsumen
berbunyi “konsumen mempunyai hak untuk diyakinkan bahwa
kepentingan konsumen akan mendapat pertimbangan penuh dan simpatik
dalam perumusan kebijakan pemerintah dan perlakuan adil dan cepat
dalam pengadilan administratifnya.
Polusi lingkungan merupakan produk sampingan yang patut
mendapatkan perhatian serius pada abad teknologi. Suatu bukti
menunjukkan bahwa kenaikan yang tajam karbon dioksida dan
khlorofluorokarbon (CFC) di atmosfir mengurangi lapisan ozon yang
melindungi bumi dari radiasi yang berbahaya.
Jika tidak dikendalikan, apa yang disebut dengan efek “rumah
kaca” akan menaikkan suhu diseluruh bumi dan dapat mengubah pola
iklim. Sebagai alternatifnya adalah mengurangi pemakaian bahan bakar
dari fosil dan alat pendingin yang menghasilkan CFC. Bila hal ini tidak
dilakukan maka akan menimbulkan dampak yang besar pada standar
kehidupan. Apakah kita bersedia membayar harganya? Mungkin kita perlu
terlibat dalam menciptakan demarketing, yaitu mengurangi jumlah
pembelian dan bahkan tidak membeli produk yang mengandung unsur
pencemaran.
5. Tanggung Jawab Minoritas dan Kaum Miskin
Mengatasi kemiskinan dan minoritas merupakan masalah yang
sangat sulit, bahkan negara majupun belum dapat menuntaskan masalah
ini. Negara-negara seperti Nairobi dan Kenya merupakan contoh negara
yag harus menciptakan 1000 pekerjaan baru setiap hari bila ingin
menanggulangi pertumbuhan populasi di perkotaan. Perusahaan pada
umumnya dan penelitian konsumen pada khususnya tidak dapat
menghindari peran dalam menentukan jenis lingkungan perkotaan yang

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 159


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

harus dibangun untuk masa datang dan cara-cara dimana ekulitas yang
lebih besar dapat dicapai.
Para peneliti konsumen telah menyelidiki masalah mengenai
bagaimana mereka yang paling banyak mengalami diskriminatisi dapat lebih
efisien mengalokasikan sumber daya mereka yang terbatas. Selain itu dengan
penelitian konsumen akan dapat meningkatkan efisiensi pemasaran dikalangan
perusahaan dan organisasi yang melayani pangsa pasar yang beruntung.
Sebagai contoh, perusahaan yang dimiliki oleh minoritas dibantu untuk
mencapai pasar yang lebih luas.
Setiap organisasi selalu dihadapkan pada masalah realitas yang terus
berubah, oleh sebab itu lebih dibutuhkan pendekatan prefentif dari pada yang
bersifat reaktif terhadap konsumerisme (amirullah: 2002). Konsumerisme
bukan anti bisnis, melainkan kekuatan netral yang wajar sebagai respon
terhadap aliansi.
Sistem usaha bebas yang dikendalikan oleh pasar dibangun dengan
asumsi bahwa pengusaha dan manajer akan bertindak sesuai dengan
kepentingannya yang sudah dicanangkan. Hal ini berarti keuntungan material
akan menjadi motif penuntun, tetapi memperkenalkan kendala bahwa pasar
harus benar-benar dilayani dengan focus pada kepentingan konsumen jangka
panjang.
Suasana kompetitif yang dihadapi perusahaan menghasilkan tekanan
riil untuk mengkompromikan etika. Para pengambil keputusan perusahaan
menghadapi dilema ini terus-menerus. Gambar 3.1 memperlihatkan bahwa
perilaku manajerial yang bertanggung jawab dibentuk oleh lima dimensi.
Dimensi yang paling mendasar adalah nilai dan kepercayaan konsumen.
Kemudian dibentuk dalam suatu undang-undang yang mendefinisikan serta
mengkodifikasi garis dasar etika. Semakin ke atas akan semakin spesifik.
Tingkat ketiga adalah kode etik industri, kemudian disusul kode perusahaan
dan akhirnya akan menjadi operasional pada tingkat pengambilan keputusan
individu.

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 160


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

Tindakan Individu

Kode Perusahaan

Kode Industri

Legislasi

Standar Konsumen dan Nilai

Gambar 10.3
Dasar Standa Etika Perilaku Manajerial yang Bertanggung Jawab

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 161


UNIVERSITAS PAMULANG S1 TEKNIK INFORMATIKA

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

D. DAFTAR PUSTAKA

1. Amirullah. dkk. (2017) Budaya dan Perilaku Organisasi. Empat Dua.


Malang
2. A. Rusdiana. (2014) Manajemen Operasi. Pustaka setia. Bandung
3. Muhamad fuad. Dkk. (2017) Pengantar Bisnis. Indomedia Pustaka.
Yogyakarta
4. Khaerul Umam. (2011) Manajemen Orgaisasi. Pustaka Setia. Bandung
5. Stephen P. Robbins. (2006) Perilaku Organisasi. Indeks. Klaten
6. Widiyono dan Mukhaer Pakkanna. (2013) Pengantar Bisnis Respon
Terhadap Dinamika Global. Mitra Wacana Media. Jakarta
7. Irham Fahmi. (2014) Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi. Alfa
Beta. Bandung

PENGANTAR ORGANISASI DAN BISNIS 162

Anda mungkin juga menyukai