Anda di halaman 1dari 68

STUDI KELAYAKAN BISNIS

ASPEK MANAJEMEN

Dosen Pengajar :

Diah Ismayanti, SE.,MM

Disusun Oleh :

KELOMPOK III

Septiana Maulida 16612015006


Ahmad Rivani
M. Alamsyah

UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab atas rahmat dan
hidayah-Nya lah makalah kami untuk mata kuliah “” ini dapat kami selesaikan
dengan baik

Kami sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak


kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik maupun sarannya. Sehingga di
kemudian hari dapat menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
digunakan dengan baik dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Akhir kata kami semua berharap agar makalah pembahasan materi Mata
Kuliah “ “ ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Banjarmasin, Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.2.Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1. Melakukan Perhitungan Unit Ekuivalen renata .................................... 3
2.2. Membuat Laporan Biaya Produksi Renata ........................................... 9
2.3. Menjelaskan Metode Harga Pokok FIFO ............................................ 15
2.4. Melakukan Perhitungan Unit Ekuivalen FIFO ..................................... 22
2.5. Membuat Laporan Biaya Produksi FIFO .............................................. 29
2.6. Menguraikan Konsep Produk Bersama, Produk Sampingan, dan
Sisa Bahan .............................................................................................................. 34
2.7. Melakukan Perhitungan Akuntansi Produk Sampingan ..................... 43
2.8. Melaksanakan Perhitungan Jika ada Pembebanan Biaya Untuk
Produksi Bersama ............................................................................... 49
2.9. Menganalisis Harga Pokok Variable & Harga Pokok Penuh ............. 54
2.10. Mengidentifikasi Beberapa Keunggulan Harga Pokok Variable ........ 60
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 64
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 65
DAFTAR
PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan yang telah berdiri tentunya ingin berkembang dan terus menjaga
kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu membuat
kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas
kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi.
Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual
yang tepat dengan laba yang ingin diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan
tpersebut dapat bersaing dengan perusahaan–perusahaan lain yang memproduksi
produk sejenis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan
yaitu agar modal yang ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau
dengan kata lain mendapatkan laba semaksimal mungkin.

Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan


penentuan harga jual pada spuatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan
produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu rendah
akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua hal
tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan harga jual.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal uraian tersebut diatas dan untuk mengarahkan pembahasan


maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan perhitungan unit ekuivalen


2. Membuat laporan biaya produksi renata
3. Menjelaskan metode harga pokok FIFO
4. Melakukan perhitungan unit ekuivalen FIFO
5. Membuat laporan harga produksi FIFO
6. Menguraikan konsep produk bersama-sama, produk sampingan dan sisa
bahan
7. Melakukan perhitungan untuk akuntansi sampingan
8. Melaksanakan perhitungan pembebanan biaya produksi bersama
9. Menganalisis harga pokok variable dan harga pokok penuh
10. Mengidentifikasi beberapa keunggulan harga pokok variabel

1.3 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah untuk
memperoleh gambaran mengenai pokok bahasan. Adapun maksud dan tujuan
pembuatan makalah ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui bagaimana melakukan perhitungan unit ekuivalen dan
laporan biaya produksi renata
b. Untuk mengetahui bagaimana harga pokok FIFO
c. Untuk mengetahui konsep produk bersama, sampingan dan sisa bahan serta
melakukan hitungan akuntanasinya
d. Untuk mengetahui bagaimana menganalisi harga pokok variable dan harga
pokok penuh serta mengetahui keungulan harga pokok variable

2
BAB II

Pembahasan

2.1 Melakukan Perhitungan Unit Ekuivalen Renata (Harga Pokok Produksi)

Harga Pokok Produksi adalah sejumlah nilai aktiva, tetapi apabila selama tahun berjalan
aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan. Harga pokok
produksi menunjukkan biaya barang yang sampai diselesaikan, apakah dimulai sebelum
atau selama periode akuntansi berjalan. Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar
dalam menentukan harga jual. Menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk
mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual.
Biaya tersebut sering disebut sebagai harga pokok produksi.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok
memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Harga pokok sebagai penetapan harga jual.


Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan karena
harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual produk
tertentu.

2. Harga pokok sebagai dasar penetapan laba.


Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan
dapat menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga
jual suatu produk tertentu.

3. Harga pokok sebagai dasar penilaian efisiensi.


Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah dan
biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan harga
pokok standar terlebih dahulu dan kemudian membandingkan dengan harga pokok
yang aktual atau yang sebenarnya terjadi. Apakah terdapat selisih antara
perhitungan kedua harga pokok tersebut, apabila ada selisih negatif berarti proses
produksi yang dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu menngetahui

3
penyebab terjadinya selisih tersebut, sehingga dapat diambil tindakan koreksi untuk
memperbaiki kesalahan tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu
ditelusuri terlebih lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah
menjalankan proses produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok standar
yang kurang tepat.

4. Harga pokok sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan manajemen.


Harga pokok merupakan suatu pedoman penting sekaligus sebagai suatu dasar
untuk pengambilan keputusan khusus perusahaan, misalnya:
1. Menetapkan perubahan harga penjualan.
2. Menetapkan penyesuaian proses produksi.
3. Menetapkan strategi persaingan di pasaran luas dan merencanakan ekspansi
perusahaan.
4. Pengambilan keputusan-keputusan khusus manajemen, seperti apakah akan
membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu
pesanan khusus dengan harga khusus atau tidak.

4
Perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses, berikut ini
diuraikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan
yang mengolah produknya melalui satu department produksi tanpa
memperhitungkan adanya persedian produk dalam proses awal periode

Data Produksi dan Biaya PT. Risa Rimendi Bulan Januari 20X1

Biaya bahan baku Rp. 5.000.000

Biaya bahan penolong 7.000.000

Biaya tenaga kerja 11.250.000

Biaya overhead pabrik 16.125.000

Total biaya produksi Rp. 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :

Produk jadi 2.000Kg

Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat


Penyelesaian sebagai berikut
Biaya bahan baku : 100% ; Biaya Bahan Penolong 100% ; 500Kg
Biaya Tenaga Kerja : 50% ; Biaya Overload Pabrik : 30%

Cara menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir
periode, biaya produksi persatuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan
produk dalam proses tersebut. Untuk menghitung biaya per satuan yang
dikeluarkkan oleh perusahaan tersebut, perlu dihitung unit ekuivalen bulan Januari
20X1 dengan cara sebagai berikut :Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam bulan
Januari 20X1 tersebut dapat menghasilkan 2.000Kg Produk jadi dan 500Kg
Persediaan produk dalam proses drngan tingkat penyelesaian biaya bahan baku
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan baku sebesar Rp 5.000.000
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000Kg dan
500 Kg (500 x 100%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit

5
Ekuivalen biaya bahan baku adalah 2.500Kg, yang dihitung sebagai berikut :
2.000 + (100% x 500) = 2.500Kg

1. Biaya bahan penolong yang dikeluarkan dalam bulan Januari 20X1 tersebut
dapat menghasilkan 2.000Kg Produk jadi dan 500Kg Persediaan produk
dalam proses drngan tingkat penyelesaian biaya bahan penolong sebesar
100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan penolong sebesar Rp 5.000.000
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak
2.000Kg dan 500 Kg (500 x 100%) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian unit Ekuivalen biaya bahan baku adalah 2.500Kg,
yang dihitung sebagai berikut : 2.000 + (100% x 500) = 2.500Kg
2. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam bulan Januari 20X1 sebesar
Rp11.250.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000Kg Produk jadi dan
500Kg Persediaan produk dalam proses drngan tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaya tenaga kerja tersebut
telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000Kg dan
250 Kg (500 x 50%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit Ekuivalen biaya bahan baku adalah 2.250Kg, yang dihitung
sebagai berikut : 2.000 + (50% x 500) = 2.250Kg
3. Biaya Overhead Pabrik yang dikeluarkan dalam bulan Januari 20X1 sebesar
Rp16.125.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000Kg Produk jadi dan
500Kg Persediaan produk dalam proses drngan tingkat penyelesaian biaya
Overhead Pabrik sebesar 30%. Hal ini berarti bahwa biaya tenaga kerja
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak
2.000Kg dan 150 Kg (500 x 30%) persediaan produk dalam proses. Dengan
demikian unit Ekuivalen biaya Overhead Pabrik adalah 2.150Kg, yang
dihitung sebagai berikut : 2.000 + (30% x 500) = 2.150Kg

Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan
Januari 20X1 dilakukan dengan membagi setiap unsur biaya produksi,
berikutcontoh perhitungannya

6
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Unsur Total Biaya Unit Biaya


Produksi
Biaya Produksi Ekuivalen per satuan
(1) (2) (3) (4)

Bahan Baku Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000


Bahan Penolong 7.500.000 2.500 3.000
Tenaga Kerja 11.250.000 2.250 5.000
Overhead Pabrik 16.125.000 2.150 7.500
Total Rp39.875.000 Rp 17.500

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang ditransfer
ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses dihitung sebagai
berikut:

Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk dalam Proses

Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp17.500 Rp35.000.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses:
BBB: 100% x 500 x Rp2.000 = Rp1.000.000
BBP: 100% x 500 x Rp3.000 = 1.500.000
BTK: 50% x 500 x Rp5.000 = 1.250.000
BOP: 30% x 500 x Rp7.500 = 1.125.000
4.875.000
Jumlah Biaya produksi bulan Januari 20X1 Rp.39.875.00

Perhitungan tersebut diatas kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi :

PT. Risa Rimendi


Laporan Biaya Pokok Produksi Bulan Januari 20X1

7
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 2.500Kg
Produk jadi yang ditransfer kegudang 2.000Kg
Produk dalam proses akhir 500
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500Kg
Biaya yang Dibebankan dalam Bulan Januari 20X1
Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.000
Biaya bahan penolong 7.500.000 3.000
Biaya tenaga kerja 11.250.000 5.000
Biaya Overhead pabrik 16.125.000 7.500
Jumlah Rp 39.875.000 Rp17.500
Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
2.000Kg x Rp17.500 Rp35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku Rp1.000.000
Biaya Bahan Penolong 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik 1.125.000
4.875.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam bulan januari Rp39.875.00

2.2 Membuat Laporan Biaya Produksi Renata (Harga Pokok Produksi)


Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif.
Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah

8
merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya
produksi dari departemen produksi sebelumnya tersebut, maka harga pokok produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
1.Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama.
Contoh perhitungan biaya produksi persatua, jika produk diolah melalui dua
departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh berikut :
PT. Eliona memiliki dua departemen produksi Departemen A dan Departemen B
untuk menghasilkan produksi. Data produksi dan biaya kedua departemen tersebut
dalam bulan 20X1 disajikan dalam penjelasan berikut :
Data Produksi dan Biaya Departemen A dan Departemen B
Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam proses 35.000Kg
Produk selesai yang ditaransfer ke Dep. B 30.000Kg
Produk selesai yang di transfer ke gudang 24.000Kg
Produk dalam proses akhir bulan 6.000Kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 20X1:
Biaya Bahan Baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya Tenaga Kerja Rp155.000 Rp270.000
Biaya Overhead Pabrik Rp248.000 Rp405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku 100%
Biata Konversi 20% 50%

Perhitungan harga pokok produk selesai departemen A yang ditransfer ke


departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam proses di departemen A
pada akhir Bulan Januari 20X1, perlu dilakukan perhitungan biaya produksi per
satuan yang dikeluarkan departemen A dalam bbulan yang bersangkutan. Hasil
perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer
ke departemen A kedepartemen B dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi
yang ditransfer tersebut. Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam

9
proses di departemen A tersebut perlu dihitung unit ekuivalen tiap unsur biaya
produksi departemen A dalam bulan Januari 201X dengan cara berikut:
1. Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari
20X1 tersebut dalam menghasilkan 30.000Kg produk selesai dan 5.000Kg
persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan
baku sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan baku sebesar
Rp70.000 tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk dalam
proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya bahan baku adalah
35.000Kg, yang dihitung sebagai berikut : 30.000Kg + (100% x 5.000) =
35.000Kg
2. Biaya konvensi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik, yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1
sebesar Rp155.000 tersebut dapat menghasilkan 30.000Kg produk selesai
dan 5.000Kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya konversinya sebesar 20%. Hal ini bebarti bahwa biaya konversi
tersebut telah digunakan untuk menyelsaikan produk selesai sebanyak
30.000Kg dan 1.000Kg (5.000 x 20%) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalen biaya konversi adalah 31.000Kg yang
dihitung sebagai berikut: 30.000 + (20% x 5.000) = 31.000Kg

Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi oleh


departemen A dalam bulan Januari 20X1 dilakukan dengan membagi tiap unsur
biata produksi (biaya bahan baku, biaya bahan penolong,biaya tenaga kerja, biaya
overhead pabrik) yang dikeluarkan oleh departemen A seperti berikut :

Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Unsur Total Biaya Unit Biaya


Produksi
Biaya Produksi Ekuivalen per satuan
(1) (2) (3) (2) : (3)

10
Bahan Baku Rp 70.000 35.000 Rp 2
Tenaga Kerja 155.000 31.000 5
Overhead Pabrik 248.000 31.000 8
Total Rp473.000 Rp15

Biaya produksi per satuan dihitung harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh
departemen A ke departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam proses
di departemen A pada akhir Januari 20X1 dapat dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B:
30.000 x Rp15 Rp450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses:
BBB: 100% x 5.000 x Rp2= Rp10.000
BTK: 20% x 5.000 x Rp5= 5.000
BOP: 20% x 5.000 x Rp8= 8.000
23.000
Jumlah Biaya produksi bulan Januari 20X1 Rp473.000

Perhitungan tersebut kemudian disajikan di dalam laporan biaya produksi :


PT. Eliona
Laporan Biaya Pokok Produksi Bulan Januari 20X1

11
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 35.000Kg
Produk jadi yang ditransfer kegudang 30.000Kg
Produk dalam proses akhir 5000
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000Kg
Biaya yang Dibebankan Deraptemen A dalam Bulan Januari 20X1
Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 2
Biaya tenaga kerja 155.000 5
Biaya Overhead pabrik 248.000 8
Jumlah Rp 473.000 Rp 15
Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
3.000Kg x @ Rp15 Rp450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku Rp10.000
Biaya Tenaga Kerja 5.000
Biaya Overhead Pabrik 8.000
23.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan
Departemen A dalam bulan januari Rp473.000

Contoh diatas, 30.000Kg produk selesai yang diterima oleh departemen B dari
departemen A, telah membawa total biaya produksi dari departemen A sebesar Rp
450.000 atau Rp15 Per Kilogram. Untuk mengolah produk yang diterima
departemen A tersebut, departemen B mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik dalam bulan Januari 20X1 berturut-turut sebesar Rp270.000 dan
Rp405.000. dari 30.000Kg produkyang diolah departemen B tersebut dapat
dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang sebanyak 24.000Kg dan tingkat
persediaan 50% untuk biaya konversi. Untuk menghitung harga pokok produk jadi
departemen B yang ditransfer gudang dan harga pokok persediaan produk dalam
proses di departemen B pada akhir bulan Januari 20X1, perlu dilakukan perhitungan

12
biaya persatuan yang ditambahkan oleh departemen B dalam bulan yang
bersangkutan. Hasil perhitungan ini kemudian diaklikan dengan kuantitas produk
selesai yang ditransfer oleh departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi
biaya yang ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari departemen A.
untukmenghitung harga pokok persediaan produk yang dibawa dari departemen A
harus ditambah dengan biaya produksi per satuan yang ditambahkan departemen B
dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses tersebut dengan
memperhatikan tingkat penyesuaiannya.
Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi oleh
departemen B dalam bulan Januari 20X1 dilakukan dengan membagi tiap unsur
biata produksi (biaya bahan baku, biaya bahan penolong,biaya tenaga kerja, biaya
overhead pabrik) yang dikeluarkan oleh departemen B seperti berikut :
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Unsur Total Biaya Unit Biaya


Produksi
Biaya Produksi Ekuivalen per satuan
(1) (2) (3) (2) : (3)

Bahan Baku Rp270.000 27.000 Rp 10


Overhead Pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp675.000 Rp 25

Biaya produksi per Kilogram yang ditambahkan oleh departemen B dihitung, harga
pokok produk selesai yang ditransfer oleh departemen B ke gudang dan harga
pokok persediaan produk dalam proses di departemen B pada akhir Januari 20X1
dapat dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B ke gudang:
Harga pokok dari Dep.A: 24.000 x Rp15 Rp360.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep. B: 24.000 x Rp25 Rp600.000
Total harga pokok produk yang ditransfer
Departemen B ke gudang 24.000 x Rp40 Rp960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep.A: 6.000 x Rp15 Rp90.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep B:

13
BTK: 50% x 6.000 x Rp10= 30.000
BOP: 50% x 6.000 x Rp15= 45.000 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dep B 165.000
Jumlah Biaya produksi Kumulatif Dep B bulan Januari 20X1 Rp1.125.000

Perhitungan tersebut kemudian disajikan di dalam laporan biaya produksi :


PT. Eliona
Laporan Biaya Pokok Produksi Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Diterima dari Dep. A 30.000Kg
Produk jadi yang ditransfer kegudang 24.000Kg
Produk dalam proses akhir 6.000
Jumlah produk yang dihasilkan 30.000Kg
Biaya kumulatif yang Dibebankan Deraptemen B dalam Bulan Januari 20X1
Total Per Kg
Harga pokok Dari Dep.A (30.000Kg) Rp 450.000 Rp 15
Biaya yang ditambahkan Dep. B
Biaya bahan baku Rp 270.000 Rp 10
Biaya Overhead pabrik 405.000 15
Jumlah biaya yang ditambahkan ke Dep.B Rp 675.000 Rp 25
total biaya kumulatif Dep.B Rp1.125.000 Rp 40
Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang
24.000Kg x @ Rp40 Rp960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep.A Rp15 x 6.000 Rp90.000
Biaya yang ditambahkan Dep.B:
Biaya Tenaga Kerja 30.000
Biaya Overhead Pabrik 45.000
165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif yang dibebankan
Departemen B dalam bulan januari 20X1 Rp1.125.000

14
2.3 Menjelaskan Metode Harga Pokok FIFO (First in First Out)

Kedua metode akuntansi untuk arus biaya dalam perhitungan biaya berdasarkan
proses adalah :

1. Metode Rata-Rata Tertimbang (Weighte daverage method)


2. Metode FIFO (First Out First Out)

Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap
barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya
perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana
baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang
sama.

Metode Rata-rata Tertimbang (Weight average method) adalah metode yang


mengitung biaya rata-rata tunggal per unit dari gabungan Persediaan barang dalam
proses awal dan produksi periode berjalan.

Metode-metode tersebut merefleksikan cara dimana arus biaya diasumsikan


terjadi di dalam proses produksi. Didalam sebuah cara yang sangat umum,
pendekatan-pendekatan perhitungan biaya berdasarkan proses ini dapat
dihubungankan dengan metode arus biaya yang digunakan dalam akuntansi
keungan. Bisnis ritel menggunakan metode rata-rata tertimbang untuk menentukan
sebuah biaya rata-rata per unit dari persediaan. Biaya ini dapat dihitung dengan
membagi total biaya rata-rata per unit dari persediaan. Biaya ini dapat dihitung
dengan membagi total biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit
yang tersedia untuk dijual. Total biaya dan jumlah unit dapat ditemukan dengan
menambahkan pembelian ke persediaan awal. Metode FIFO dalam akuntansi untuk
persediaan barang dagang memisahkan barang-barang sesusai dengan kapan barang
tersebut dibeli dan pada biaya berapa. Biaya persediaan awal adalah biaya pertama
yang dikirim ke Harga Pokok Penjualan, dengan biaya-biaya lainnya sesuai dengan
urutan dimana biaya-biaya tersebut terjadi, unit-unit yang masih ada dalam
persediaan akhir ditetapkan sebagai biaya berdasarkan pada pembelian yang

15
terbaru. Metode FIFO (First Out First In) memisahkan persediaan awal barang
dalam proses dan produksi di periode berjalan juga biaya-biayanya sehingga biaya
periode berjalan per unit dapat dihitung, angka penyebut dalam formula biaya EUP
berbeda-beda, bergantung pada metode yang digunakan.

Satu tujuan dari system perhitungan biaya adalah untuk menentukan sebuah
biaya produk untuk digunakan pada laporan keuangan. Ketika barang-barang
dipindahkan dari Persediaan Barang dalam Proses ke Persediaan Barang Jadi (atau
departemen lainnya), sebuah biaya harus ditetapkan ke barang-barang tersebut.
Sebagai tambahan, pada akhir periode mana pun, sebuah nilai harus ditetapkan ke
barang-barang yang hanya terselesaikan sebagian dan masih berada dalam
Persediaan Barang dalan Proses. Penetapan dari kedua harga pokok produksi dan
harga Persediaan akhir barang dalam proses membutuhkan spesifikasi metode arus
biaya proses (Metode FIFO atau Metode Rata-Rata Tertimbang).

Berikut adalah tahap-tahap yang diperlukan dalam system perhitungan biaya


proses untuk menentukan biaya –biaya yang dapat ditetapkan ke unit-unit yang
telah selesai ke unit-unit yang masih ada di dalam persediaan akhir pada akhir
periode dalam Metode Rata-Rata Tertimbang.

Tahap-tahap yang diperlukan dalam system perhitungan biaya proses untuk


menentukan biaya –biaya yang dapat ditetapkan ke unit-unit yang telah selesai ke
unit-unit yang masih ada di dalam persediaan akhir pada akhir periode dalam
Metode Rata-Rata Tertimbang (Weighte daverage method).

Tahap pertama adalah untuk menghitung jumlah total fisik unit departemen yang
bertanggung jawab atas unit tersebut. Jumlah ini adalah sama dengan jumlah dari
unit-unit yang telah selesai diproses sepenuhnya dan sebagian dalam department
selama periode berjalan; adalah sama dengan unit Persediaan awal barang dalam
proses actual ditambah unit-unit actual yang telah dimulai.

Kedua, hitung jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan untuk
menentukan apa yang terjadi pada unit selama periode tersebut. Pada akhir periode,
jumlah total fisik unit akan menjadi antara (1) telah selesai dan ditransfer keluar
atau (2) telah selesai sebagian dan tersisa dalam persediaan barang dalam proses
akhir. Pada poin ini, periksa bahwa jumlah total fisik unit untuk dihitung adalah

16
sama dengan jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan. Jika jumlah itu
tidak sama, segala perhitungan tambahan akan tidak benar.

Ketiga, gunakan metode Rata-Rata Tertimbang (Weighte daverage method).


untuk menentukan EUP setiap komponen biaya. Jika semua bahan baku langsung
ditambahkan pada tingkat penyelesaian yang sama, sebuah perhitungan tunggal
untuk bahan baku langsung dapat dibuat. Jika beberapa bahan baku digunakan dan
ditempatkan ke dalam produksi pada titik yang berbeda dalam proses produksi,
beberapa perhitungan EUP untuk bahan baku langsung diperlukan. Jika biaya
overhead adalah berdasarkan pada tenaga kerja langsung atau jika kedua faktor ini
selalu pada tingkat penyelesaian yang sama, sebuah EUP tunggal dapat dihitung
untuk konverdi. Jika tidak ada satupun dari kondisi tersebut ada, laporan EUP
terpisah harus disiapkan untuk tenagakerja overhead.

Keempat, hitung total biaya yang diperhitungkan (total cost to account for)
Jumlah ini adalah jumlah dari saldo dalam Persediaan barang dalam proses pada
awal periode ditambah semua biaya-biaya berjalan untuk bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.

Kelima, hitung biaya per unit ekuivalen untuk setiap komponen biaya
menggunakan metode Rata-Rata Tertimbang (Weighte daverage method). yang
telah dihitung dalam tahap ke- 3

Keenam, gunakan biaya-biaya yang dihitung dalam tahap ke- 5 untuk


menetapkan biaya-biaya produksi ke unit-unit yang telah selesai dan ditransfer
keluar dari Persediaan barang dalam proses dan ke unit yang tersisa dalam
Persediaan barang dalam proses.

Berikut adalah contoh untuk memperjelas penjelasan diatas :

Colorful candles membuat beraneka ragam lilin, termasuk 7-inci batang lilin
yang diberi aroma, popular di restoran-restoran dan hotel-hotel karena perhatian
akan alergi dimiliki oleh pelanggan. Perusahaan tersebut melihat proses produksi

17
dari produk ini sebagai departemen tunggal dalam bahan baku langsung
tunggal;prafin. Biaya untuk sumbu dan pewarna tidak signifikan dan dianggap
sebagai bahan baku tidak langsung dan merupakan bagian dari overhead. Lilin-lilin
dikieimkan dalm container yang dapat digunakan kembali ke gedung pusat. Dari
sana, lilin-lilin didistribusikan ke grosir dan paritel. Karena paraffin ditambahkan
pada awal pemrosesan, persediaan 100 persen telas selesai ketika bahan ini segera
setelah proses dimulai. Tenaga kerja dan overhead diasumsikan untuk menjadi
dalam tingkat penyelesaian yang sama sepanjang proses produksi. Biaya overhead
actual ditetapkan ke produksi pada akhir setiap periode. Walaupun jumlah kuantitas
yang diberikan untuk lilin yang dipindah keluar dan untuk lilin-lilin yang ada di
dalam Persediaan akhir barang dalam proses, kedua kuantitas tidaklah perlu.
Jumlah lilin tersebut tetap dalam Persediaan akhir barang dalam proses dapat
dihitung sebagai total lilin yang diperhitungkan dikurangi lilin-lilin yang telah
selesai dan ditransfer ke Persediaan barang jadi selama bulan April. Kemungkinan
lain, jumlah dari lilin yang ditransfer ke Persediaan barang jadi dapat dihitung
sebagai total lilin yang diperhitungkan dikuran lilin-lilin dalam Persediaan akhir
barang dalam proses.

Tahap 1 : Hitung Jumlah Total Fisik Unit yang Diperhitungkan

Lilin-Lilin dalam persediaan awal barang dalam proses 10.000

Lilin-lilin yang dimulai selama periode berjalan 401.400

Lilin yang diperhitungkan 411.400

Tahan 2 : Hitunglah Jumlah Total Fisik Unit yang dipertanggung jawabkan

Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000

Lilin-lilin dalam Persediaan akhir barang dalam proses 5.400

Lilin-Lilin yang dipertanggung jawabkan 411.400

Jenis-jenis rinci dalam tahap ini mengindikasikan kategori-kategori di mana


biaya-biaya akan ditetapkan dalam tahap yang terkhir. Jumlah lilin – lilin yang
dipertanggung jawabkan dalam tahap kedua sama dengan jumlah lilin – lilin yang
diperhitungkan dalam tahap pertama.

18
Tahap 3: Menghitung Unit Produksi Ekuivalen Rata-Rata Tertimbang

Perhitungan EUP Rata-Rata Tertimbang menggunakan jumlah lilin-lilin dalam


persediaan awal barang dalam proses dan jumlah lilin-lilin yang dimulai dan
terselesaikan selama periode tersebut. Unit-unit yang telah dimulai dan
terselesaikan dapat juga dihitung sebagai unit-unit yang dimulai selamai periode
tersebut dikurang unit-unit yang ada di dalam persediaan akhir, untuk colorful
candles, lilin-lilin dimulai dan terselesaikan dalam bulan april adalah 198.000
(203.000-5.000) atau (200.700-2.700). berikut adalalah informasi produksi biaya
untuk Colorful Candles untuk bulan April 2008

Infomasi Produksi dan Biaya untuk Colorful Candles untuk Bulan April 2008

Lilin-Lilin dalam persediaan awal barang dalam proses 10.000

Lilin-lilin yang dimulai selama periode berjalan 401.400

19
Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000

Lilin-lilin dalam Persediaan akhir barang dalam proses 5.400

Biaya-biaya Persediaan awal barang dalam proses

Bahan Baku Langsung $ 11.886

Tenaga Kerja Langsung 3.600

Overhead 29.916 $ 45.402

Biaya selama periode berjalan

Bahan baku langsung $642.240

Tenaga kerja langsung 345.372

Biaya Overhead 975.168 1.962.789

Total biaya yang diperhitungkan $ 2.008.182

Persediaan akhir barang dalam proses 100 persen telah selesai pada bahan baku
karena paraffin ditambahkan pada awal produksi. Persediaan akhir barang dalam
proses 80 persen telah selesai pada tenaga kerja dan biaya overhead, satu
perhitungan EUP dapat dibuat karena elemen biaya-biaya ini diasumsikan untuk
ditambahkan pada tariff yang sama sepanjang proses produksi. Perhitungan Rata-
Rata Tertimbang untuk unit produksi ekuivalen adalah sebagai berikut :

Bahan baku Konvensi


Langsung
Persediaan awal barang dalam proses(seluruh unit) 10.000 10.000
Lilin yang telah dimulai dan telah selesai 396.000 396.000
Persediaan akhir barang dalam proses 5.400 4.320
Unit Produksi ekuivalen 411.400 410.320

Tahap 4 : Menghitung Total Biaya yang Diperhitungkan

20
Total biaya yang diperhitungkan sama dengan biaya Persediaan awal barang dalam
proses ditambah biaya-biaya periode berjalan.

BB TKL OH Total

Biaya Persediaan awal barang dalam proses $11.886 $ 3.600 $ 29.916 $45.402
Biaya selama periode berjalan 642.240 345.372 975.168 1.962.780
Biaya yang diperhitungkan $654.126 $348.972 $1.005.084
$2.008.182
Total biaya yang diperhitungkan harus ditetapkan ke barang-barang yang
ditransfer ke persediaan barang hadi dan persediaan akhir barang dalam proses.

Tahap 5 : Menghitung Biaya Per Unit Produksi Ekuivalen

Sebuah biaya per EUP harus dihitung untuk setiap komponen biaya dimana
perhitungan terpisah dari EUP telah dibuat. Dibawah metode Rata-Rata tertimbang,
biaya persediaan barang dalam proses dan biaya-biaya yang ada pada periode
berjalan dijumlahkan untuk setiap komponen biaya dan dibagi dengan komponen
EUP rata-rata tertimbang tersebut untuk mendapatkan biaya per unit, perhitungan
untuk komponen biaya pada akhir periode:

Biaya Unit = Total Biaya yang terjadi


Total Unit Usaha Ekuivalen
= (Biaya Persediaan awal WIP + Biaya selema periode berjalan)
WA EUP
Berikut biaya WA per Perhitungan EUP Colorful Candles untuk bahan baku dan
konversi:

Bahan baku Langsung + Konversi = Total

Biaya periode berjalan $ 642.240 $1.320.540 $ 1.962.780

Dibagi dengan EUP ÷ 401.400 ÷ 406.320

Biaya per EUP $1,60 $3,25 $4,85

Tahap 6 : Menetapkan Biaya-Biaya ke persediaan

21
Menggunakan metode Rata-rata tertimbang, harga pokok barang yang ditransfer
keluar ditemukan dengan mengalikan jumlah total unit yang ditransfer dengan total
biaya per EUP. Karena metode ini adalah berdasarkan pada sebuah teknik merata-
ratakan yang mengkombinasikan kedua periode kerja sebelumnya dana yang
sedang berjalan, tidak masalah di periode yang mana unit-unit yang dipindahkan
telah dimulai. Semua unit dan semua biaya dicampurkan. Total biaya yang
ditransfer untuk Colorful Candles bulan April adalah $1.985.340 (406.000 x $4,90)
Biaya persediaan akhir barang dalam proses dihitung dengan mengalikan EUP
setiap komponen biaya dengan komponen biaya per EUP yang telah dihitung dalam
tahap ke-5. Biaya dari persediaan akhir barang dalam proses menggunakan metode
Rata-rata tertimbang sebagai berikut:

Persediaan akhir barang dalam proses


Bahan baku langsung (5400 x $1,69) $ 8.586
Konvensi (4.320 x $3,30) 14.256
Total biaya persediaan akhir barang dalam proses $ 22.842

2.4 Melakukan Perhitungan unit ekuivalen FIFO

Tahap-tahap yang diperlukan dalam system perhitungan biaya proses untuk


menentukan biaya –biaya yang dapat ditetapkan ke unit-unit yang telah selesai ke
unit-unit yang masih ada di dalam persediaan akhir pada akhir periode dalam
metode FIFO.

Tahap pertama adalah untuk menghitung jumlah total fisik unit departemen yang
bertanggung jawab atas unit tersebut. Jumlah ini adalah sama dengan jumlah dari
unit-unit yang telah selesai diproses sepenuhnya dan sebagian dalam department
selama periode berjalan; adalah sama dengan unit Persediaan awal barang dalam
proses actual ditambah unit-unit actual yang telah dimulai.

Kedua, hitung jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan untuk
menentukan apa yang terjadi pada unit selama periode tersebut. Pada akhir periode,
jumlah total fisik unit akan menjadi antara (1) telah selesai dan ditransfer keluar
atau (2) telah selesai sebagian dan tersisa dalam persediaan barang dalam proses
akhir. Pada poin ini, periksa bahwa jumlah total fisik unit untuk dihitung adalah

22
sama dengan jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan. Jika jumlah itu
tidak sama, segala perhitungan tambahan akan tidak benar.

Ketiga, gunakan metode FIFO untuk menentukan EUP setiap komponen biaya.
Jika semua bahan baku langsung ditambahkan pada tingkat penyelesaian yang
sama, sebuah perhitungan tunggal untuk bahan baku langsung dapat dibuat. Jika
beberapa bahan baku digunakan dan ditempatkan ke dalam produksi pada titik yang
berbeda dalam proses produksi, beberapa perhitungan EUP untuk bahan baku
langsung diperlukan. Jika biaya overhead adalah berdasarkan pada tenaga kerja
langsung atau jika kedua faktor ini selalu pada tingkat penyelesaian yang sama,
sebuah EUP tunggal dapat dihitung untuk konverdi. Jika tidak ada satupun dari
kondisi tersebut ada, laporan EUP terpisah harus disiapkan untuk tenagakerja
overhead.

Keempat, hitung total biaya yang diperhitungkan (total cost to account for)
Jumlah ini adalah jumlah dari saldo dalam Persediaan barang dalam proses pada
awal periode ditambah semua biaya-biaya berjalan untuk bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.

Kelima, hitung biaya per unit ekuivalen untuk setiap komponen biaya
menggunakan metode FIFO yang telah dihitung dalam tahap ke- 3

Keenam, gunakan biaya-biaya yang dihitung dalam tahap ke- 5 untuk


menetapkan biaya-biaya produksi ke unit-unit yang telah selesai dan ditransfer
keluar dari Persediaan barang dalam proses dan ke unit yang tersisa dalam
Persediaan barang dalam proses.

Berikut adalah contoh untuk memperjelas penjelasan diatas :

Colorful candles membuat beraneka ragam lilin, termasuk 7-inci batang lilin
yang diberi aroma, popular di restoran-restoran dan hotel-hotel karena perhatian
akan alergi dimiliki oleh pelanggan. Perusahaan tersebut melihat proses produksi
dari produk ini sebagai departemen tunggal dalam bahan baku langsung
tunggal;prafin. Biaya untuk sumbu dan pewarna tidak signifikan dan dianggap
sebagai bahan baku tidak langsung dan merupakan bagian dari overhead. Lilin-lilin
dikieimkan dalm container yang dapat digunakan kembali ke gedung pusat. Dari

23
sana, lilin-lilin didistribusikan ke grosir dan paritel. Karena paraffin ditambahkan
pada awal pemrosesan, persediaan 100 persen telas selesai ketika bahan ini segera
setelah proses dimulai. Tenaga kerja dan overhead diasumsikan untuk menjadi
dalam tingkat penyelesaian yang sama sepanjang proses produksi. Biaya overhead
actual ditetapkan ke produksi pada akhir setiap periode. Walaupun jumlah kuantitas
yang diberikan untuk lilin yang dipindah keluar dan untuk lilin-lilin yang ada di
dalam Persediaan akhir barang dalam proses, kedua kuantitas tidaklah perlu.
Jumlah lilin tersebut tetap dalam Persediaan akhir barang dalam proses dapat
dihitung sebagai total lilin yang diperhitungkan dikurangi lilin-lilin yang telah
selesai dan ditransfer ke Persediaan barang jadi selama bulan April. Kemungkinan
lain, jumlah dari lilin yang ditransfer ke Persediaan barang jadi dapat dihitung
sebagai total lilin yang diperhitungkan dikuran lilin-lilin dalam Persediaan akhir
barang dalam proses

Infomasi Produksi dan Biaya untuk Colorful Candles untuk Bulan April 2008

24
Lilin-Lilin dalam persediaan awal barang dalam proses 10.000

Lilin-lilin yang dimulai selama periode berjalan 401.400

Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000

Lilin-lilin dalam Persediaan akhir barang dalam proses 5.400

Biaya-biaya Persediaan awal barang dalam proses

Bahan Baku Langsung $ 11.886

Tenaga Kerja Langsung 3.600

Overhead 29.916 $ 45.402

Biaya selama periode berjalan

Bahan baku langsung $642.240

Tenaga kerja langsung 345.372

Biaya Overhead 975.168 1.962.789

Total biaya yang diperhitungkan $ 2.008.182

Tahap 1 : Hitung Jumlah Total Fisik Unit yang Diperhitungkan

Lilin-Lilin dalam persediaan awal barang dalam proses 10.000

Lilin-lilin yang dimulai selama periode berjalan 401.400

Lilin yang diperhitungkan 411.400

Tahan 2 : Hitunglah Jumlah Total Fisik Unit yang dipertanggung jawabkan

25
Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000

Lilin-lilin dalam Persediaan akhir barang dalam proses 5.400

Lilin-Lilin yang dipertanggung jawabkan 411.400

Jenis-jenis rinci dalam tahap ini mengindikasikan kategori-kategori di mana


biaya-biaya akan ditetapkan dalam tahap yang terkhir. Jumlah lilin – lilin yang
dipertanggung jawabkan dalam tahap kedua sama dengan jumlah lilin – lilin yang
diperhitungkan dalam tahap pertama

Tahap 3: Menghitung Unit Produksi Ekuivalen FIFO

Menggunakan metode FIFO, pekerjaan yang dilakukan pada periode terakhir,


tidak dicampurkan dengan pekerjaan pada periode berjalan. Hanya pekerjaan yang
dilakukan pada persediaan awal barang dalam proses selama periode berjalan
ditunjukkan dalam laporan EUP, pekerjaan ini sama dengan unit keseluruhan di
awal persediaan barang dalam proses dikali.

Laporan EUP untuk metode FIFO adalah :

Bahan baku Konvensi


Langsung
Lilin dalam Persediaan awal barang dalam proses 0 6.000
pada periode berjalan
Lilin yang telah dimulai dan telah selesai 396.000 396.000
Persediaan akhir barang dalam proses 5.400 4.320
Unit Produksi ekuivalen 401.400 406.320

Tahap 4 : Menghitung Total Biaya yang Diperhitungkan

BB TKL OH Total

Biaya Persediaan awal barang dalam proses $11.886 $ 3.600 $ 29.916 $45.402

26
Biaya selama periode berjalan 642.240 345.372 975.168 1.962.780
Biaya yang diperhitungkan $654.126 $348.972 $1.005.084
$2.008.182
Total biaya yang diperhitungkan harus ditetapkan ke barang-barang yang
ditransfer ke persediaan barang hadi dan persediaan akhir barang dalam proses.

Tahap 5 : Menghitung Biaya Per Unit Produksi Ekuivalen

Perhitungan EUP FIFO mengabaikan pekerjaan yang telah dilakukan dalam


periode yang sebelumnya pada persediaan awal barang dalam proses, sehingga
biaya FIFO per perhitungan EUP juga mengabaikan biaya-biaya periode
sebelumnya. Karena perhitungan EUP dan biaya-biaya digunakan untuk
menghitung biaya per EUP bereda antara metode FIFO fan metode
lainnya.perhitungan biaya FIFO per EUP adalah:

Bahan baku Langsung + Konversi = Total

Biaya periode berjalan $ 642.240 $1.320.540 $ 1.962.780

Dibagi dengan EUP ÷ 401.400 ÷ 406.320

Biaya per EUP $1,60 $3,25 $4,85

Tahap 6 : Menetapkan Biaya-Biaya ke persediaan


Penetapan biaya untuk unit-unit yang ditransfer keluar berhubungan dengan
unit-unit pada persediaan awal barang dalam proses. Pada tanggal 1 April, unit-unit
ini memiliki suma biaya bahan baku dan beberapa biaya tenaga kerja serta overhead
dalam persediaan barang dalam proses. Biaya-biaya ini tidak termasuk dalam
perhitungan biaya EUP dalam tahap ke-5. Total biaya produksi dari unit-unit yang
terkandung dalam persediaan awal barang dalam proses adalah sepadan dengan
biaya-biaya persediaan awal barang dalam proses ditambah biaya-biaya
penyelesaian periode berjalan. Proses penetapan biaya untuk Colorful Candles ini
adalah sebeagai berikut :
Ditransfer keluar
1. Persediaan awal (biaya selama periode berjalan) $45.402

27
Penyelesaian persediaan awal
Bahan Baku langsung (0x$1,60) 0
Konversi (10.000 x 60% x $3,25) 19.000
Total biaya persediaan awalyang ditransfer $64.902
2. Lilin-lilin yang telah dimulai dan telah selesai(396.000 x $4,85)
1.920.600
Total Biaya yang ditransfer $1.985.502

Biaya barang dalam proses akhir FIFO adalah sebagai berikut :

Persediaan akhir barang dalam proses $ 8.640


Bahan baku langsung (5400 x $1,60) 14.040
Total biaya persediaan akhir barang dalam proses $ 22.680

28
2.5 Membuat Laporan Biaya Produksi FIFO

Tahap-tahap yang diperlukan dalam sistem perhitungan biaya proses untuk


menentukan biaya –biaya yang dapat ditetapkan ke unit-unit yang telah selesai ke
unit-unit yang masih ada di dalam persediaan akhir pada akhir periode dalam
metode FIFO akan diperjelas dalam pembahasan berikut:

Colorful candles membuat beraneka ragam lilin, termasuk 7-inci batang lilin
yang diberi aroma, popular di restoran-restoran dan hotel-hotel karena perhatian
akan alergi dimiliki oleh pelanggan. Perusahaan tersebut melihat proses produksi
dari produk ini sebagai departemen tunggal dalam bahan baku langsung
tunggal;prafin. Biaya untuk sumbu dan pewarna tidak signifikan dan dianggap
sebagai bahan baku tidak langsung dan merupakan bagian dari overhead. Lilin-lilin
dikieimkan dalm container yang dapat digunakan kembali ke gedung pusat. Dari
sana, lilin-lilin didistribusikan ke grosir dan paritel. Karena paraffin ditambahkan
pada awal pemrosesan, persediaan 100 persen telas selesai ketika bahan ini segera
setelah proses dimulai. Tenaga kerja dan overhead diasumsikan untuk menjadi
dalam tingkat penyelesaian yang sama sepanjang proses produksi. Biaya overhead
actual ditetapkan ke produksi pada akhir setiap periode. Walaupun jumlah kuantitas
yang diberikan untuk lilin yang dipindah keluar dan untuk lilin-lilin yang ada di
dalam Persediaan akhir barang dalam proses, kedua kuantitas tidaklah perlu.
Jumlah lilin tersebut tetap dalam Persediaan akhir barang dalam proses dapat
dihitung sebagai total lilin yang diperhitungkan dikurangi lilin-lilin yang telah
selesai dan ditransfer ke Persediaan barang jadi selama bulan April. Kemungkinan
lain, jumlah dari lilin yang ditransfer ke Persediaan barang jadi dapat dihitung
sebagai total lilin yang diperhitungkan dikuran lilin-lilin dalam Persediaan akhir
barang dalam proses.

Tahap 1 : Hitung Jumlah Total Fisik Unit yang Diperhitungkan

Lilin-Lilin dalam persediaan awal barang dalam proses 10.000

Lilin-lilin yang dimulai selama periode berjalan 401.400

Lilin yang diperhitungkan 411.400

Tahan 2 : Hitunglah Jumlah Total Fisik Unit yang dipertanggung jawabkan

29
Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000

Lilin-lilin dalam Persediaan akhir barang dalam proses 5.400

Lilin-Lilin yang dipertanggung jawabkan 411.400

Tahap 3: Menghitung Unit Produksi Ekuivalen FIFO

Menggunakan metode FIFO, pekerjaan yang dilakukan pada periode terakhir,


tidak dicampurkan dengan pekerjaan pada periode berjalan. Hanya pekerjaan yang
dilakukan pada persediaan awal barang dalam proses selama periode berjalan
ditunjukkan dalam laporan EUP, pekerjaan ini sama dengan unit keseluruhan di
awal persediaan barang dalam proses dikali.

Laporan EUP untuk metode FIFO adalah :

Bahan baku Konvensi


Langsung
Lilin dalam Persediaan awal barang dalam proses 0 6.000
pada periode berjalan
Lilin yang telah dimulai dan telah selesai 396.000 396.000
Persediaan akhir barang dalam proses 5.400 4.320
Unit Produksi ekuivalen 401.400 406.320

Tahap 4 : Menghitung Total Biaya yang Diperhitungkan

BB TKL OH Total

Biaya Persediaan awal barang dalam proses $11.886 $ 3.600 $ 29.916 $45.402
Biaya selama periode berjalan 642.240 345.372 975.168 1.962.780
Biaya yang diperhitungkan $654.126 $348.972 $1.005.084
$2.008.182

Tahap 5 : Menghitung Biaya Per Unit Produksi Ekuivalen

30
Perhitungan EUP FIFO mengabaikan pekerjaan yang telah dilakukan dalam
periode yang sebelumnya pada persediaan awal barang dalam proses, sehingga
biaya FIFO per perhitungan EUP juga mengabaikan biaya-biaya periode
sebelumnya. Karena perhitungan EUP dan biaya-biaya digunakan untuk
menghitung biaya per EUP bereda antara metode FIFO fan metode
lainnya.perhitungan biaya FIFO per EUP adalah:

Bahan baku Langsung + Konversi = Total

Biaya periode berjalan $ 642.240 $1.320.540 $ 1.962.780

Dibagi dengan EUP ÷ 401.400 ÷ 406.320

Biaya per EUP $1,60 $3,25 $4,85

Tahap 6 : Menetapkan Biaya-Biaya ke persediaan


Penetapan biaya untuk unit-unit yang ditransfer keluar berhubungan dengan unit-
unit pada persediaan awal barang dalam proses. Pada tanggal 1 April, unit-unit ini
memiliki suma biaya bahan baku dan beberapa biaya tenaga kerja serta overhead
dalam persediaan barang dalam proses. Biaya-biaya ini tidak termasuk dalam
perhitungan biaya EUP dalam tahap ke-5. Total biaya produksi dari unit-unit yang
terkandung dalam persediaan awal barang dalam proses adalah sepadan dengan
biaya-biaya persediaan awal barang dalam proses ditambah biaya-biaya
penyelesaian periode berjalan. Proses penetapan biaya untuk Colorful Candles ini
adalah sebeagai berikut :
Ditransfer keluar
1. Persediaan awal (biaya selama periode berjalan) $45.402
Penyelesaian persediaan awal
Bahan Baku langsung (0x$1,60) 0
Konversi (10.000 x 60% x $3,25) 19.000
Total biaya persediaan awalyang ditransfer $64.902
2. Lilin-lilin yang telah dimulai dan telah selesai(396.000 x $4,85)
1.920.600
Total Biaya yang ditransfer $1.985.502

31
Biaya barang dalam proses akhir FIFO adalah sebagai berikut :

Persediaan akhir barang dalam proses $ 8.640


Bahan baku langsung (5400 x $1,60) 14.040
Total biaya persediaan akhir barang dalam proses $ 22.680

Metode FIFO mengasumsikan bahwa unit unit dalam Persediaan awal barang
dalam proses merupakan unit pertama yang telas selesai selama periode berjalan,
dan sehingga merupakan unit-unit yang pertama dipindahkan keluar, unit-unit yang
tersisa, dipindahkan keluar selama periode telah dimulai dan telah selesai dalam
periode berjalan. Seperti yang ditunjukkan dalam Laporan biaya Produksi berikut
ini :

32
Laporan Biaya Produksi Colorful Candles Bulan yang berakhir 30 April 2008

Data Produksi Unit Keseluruhan BBL Konversi


Persediaan awal barang dalam proses 10.000
Jumlah lilin yang telah dimulai 401.400
Lilin diperhitungkan 411.400
Biaya lilin yang diperhitungkan 10.000 0 6.000
Telah mulai dan diselesaikan 396.000
Lilin yang telah diselesaikan 406.000
Persediaan akhir barang dalam proses 5.400 5.400 4.320
Biaya lilin yang dipertanggungjawabkan 411.400 401.400 406.320

Data Biaya
Biaya persediaan Awal barang dalam proses $ 45.402
Biaya selama periode berjalan 1.962.780 $642.240 $1.320.540
Total biaya yang diperhitungkan $2.008.182
Dibagi dengan EUP ÷ 401.400 ÷ 406.320
Biaya per EUP $ 4,85 $ 1,60 $ 3,25

Penetapan biaya
Ditransfer keluar $ 45.402
Biaya persediaan awal Barang dalam proses
Biaya yang telah selesai 19.500 $ 64.902
Konversi (6.000 x $3,25) 1.920. 600
Dimulai dan diselesaikan (396.000 x $4,85) $ 1.985.502
Total biaya yang ditransfer
Persediaan akhir barang dalan proses
Bahan baku langsung (5.400 x $3,25) $ 8.640
Konversi (5.400 x 80% x $3,25) 14.040 22.680
Total biaya yang dipertanggung jawabkan $2.008.182

33
2.6 Menguraikan Konsep Produk Bersama (Joint Products), Produk
Sampingan (By-Products), dan Sisa Bahan (Scrap Materials)

Produk bersama (Joint Products) adalah dua produk atau lebih yang diproduksi
secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual
( kuantitas kali harga jual per satuan) masing-masing produk bersama ini relatif
sama, sehingga tidak ada di antara produk-produk yang dihasilkan tersebut
dianggap sebagai produk utama atauoun produk sampingan. Metode-metode yang
paling sering digunakan dalam Produk bersama (Joint Products) adalah metode (1)
ukuran fisik, (2) nilai jual, dan (3) nilai bersih yang dapat direalisasi.

Metode Ukuran Fisik

Metode ukuran fisik (physical measure method), menggunakan suatu ukuran


fisik seperti pon, gallon, yard, atau jumlah unit atau volume yang diproduksi pada
titik pisah. Tahap pertama adalah memilih ukuran fisik yang sesuai sebagai dasar
alokasi. Kita dapat menggunakan jumlah unit input atau unit output. Sebagai
contoh, jika kita menghitung biaya produk ikan tuna, produksi 100 pon ikan tuna
yang masing-masing dimasukkan dalam kaleng dengan berat masing-masing ¼
pon, maka ukuran input adalah sebesar 100 pon ikan tuna dan ukuran output sebesar
400 kaleng.
Asumsikan bahwa Johnson Seafood memproduksi irisan ikan tuna dan tuna
kalengan untuk didistribusi ke restoran dan supermarket. Biaya 14.000 pon ikan
tuna mentah yang belum diolah ditambah dengan tenaga kerja langsung dan
overhead untuk pemotong dan pemrosesan ikan tuna menjadi irisan tuna dan tuna
kalengan adalah biaya gabungan dari proses tersebut. proses produksi dimulai pada
titik 1. Total biaya gabungan sebesar $16.000 (bahan baku langsung sebesar $7.000,
tenaga kerja langsung sebesar $5.000, dan overhead pabrik sebesar $4.000). titik 2
adalah titik pisah dimana kedua produk gabungan dipisahkan 2000 pon irisan ikan
tuna dan 9.000 pon tuna kalengan. Sisanya yaitu 4.000 pon adalah produk
sampingan, bahan sisa, dan limbah yang tidak diperhitungkan.

Metode ukuran fisik


Produk Ukuran Fisik Proporsi Alokasi Biaya Biaya per pon
Irisan Tuna 2.000 pon 0,20 $16.000 x 20% = $3.200 $1,60

34
Tuna Kalengan 8.000 pon 0,80 16.000 x 80% = 12.800 1,60
Total 10.000pon 1,00 $16.000
Berdasarkan metode ukuran fisik, ketika gabungan mencapai titik pisah, kita dapat
menghitung hubungan dari setipa produk gabungan dengan jumlah total
unit.biayagabungan yang dialokasikan pada produk tersebut adalah biaya rata-rata
per pon dari biaya gabungan, yaitu $1,60 per pon.

Metode Nilai Jual pada Titik Pisah


Metode ini adalah suatu metode alternatif yang telah banyakk digunakan.
Metode nilai jual titik pisah (sales value at split off method) mengalokasikan biaya
gabungan berdasarkan nilai jual relatifnya pada titik pisah. Metode ini hanya dapat
digunakan pada saat produk gabungan dapat dijual pada titik pisah, jika kita
saumsikan bahwa Johnson dapat menjual satu pon irisan tuna seharga $2,20 dan
satu pon tuna kalengan seharga $1,65 dan Johnson telah memproduksi sebanyak
2.000 pon irisan tuna dan 8.000 pon tuna kalengan, maka biaya gabungan sebesar
$16.000 harus dialokasikan di antara produk-produk gabungan tersebut.

Metode Nilai Jual pada Titik Pisah


Harga Biaya
Jumlah Nilai Propo
Produk per Alokasi Biaya per
unit Jual rsi
Unit pon
$16.000 x 25% =
Irisan tuna 2.000pon $2,20 $4.400 0,25 $4.000 $2,00
Tuna $16.000 x 75% =
Kalengan 8.000pon $1,65 $13.200 0,75 $12.000 $1,50
Total $17.600 1,00 $16.000

Tahap pertama pada metode nilai jual adalah menghitung nilai total penjualan
dari produk-produk gabungan pada titik pisah, perhatikan bahwa nilai jual
merupakan harga jual dikalikan jumlah unit produksi, bukan jumlah unit penjualan
actual. Tahap kedua adalah menentukan proposi nilai jual setiap produk gabungan
terhadap nilai total penjualan. Tahap terakhir adalah mengalokasikan total biaya
gabungan di antara produk-produk gabungan berdasarkan proporsi tersebut, pada
contoh Johnson Seafood, bilai jual irisan tuna adalah $4.400 dan nilai jual tuna
kalengan adalah $13.200, sehingga totalnya adalah $17.600. proporsi nilai jual

35
produk tersebut terhapad nilai total penjualannya adalah 0,25 ($4.400/$17.600)
untuk irisan tuna dan 0,75 ($13.200/$17.600) untuk tuna kalengan. Alokasi
biayanya adalah $4.000 untuk irisan tuna dan #12.000 untuk tuna kalengan.

Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi


Nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value- NRV) dari suatu produk
adalah estimasi nilai jual produk pada titik pisah, ditentukan dengan mengurangkan
biaya pemrosesan dan penjualan tambahan sesudah titik pisah dari estimasi nilai
jual akhir produk.
NRV = Nilai
NRV jual akhir
= Nilai – Biaya
jual akhir –pemrosesan dan penjualan
Biaya pemrosesan tambahan
dan penjualan

Contoh Johnson tambahan


Seafood , kita asumsikan bahwa selain irisan tuna dan tuna
kalengan, perusahaan memproses makanan kucing dari tuna mentah yang belum
diproses, juga asumsikan bahwa 14.000 pon tuna pada titik pisah menghasilkan
2.000 pon irisan tuna dan 8.000 pon tuna kalengan seperti sebelumnya tetapi
sekarang terdapat tambahan 3.000 pon makanan kucing. Sisanya sebanyak 1.000
pon adalah bahan sisa , limbah dan produk sampingan. Untuk makanan kucing, tuna
harus diproses lebih lanjut untuk dijual ke distributor makanan binatang peliharaan.
Biaya pemrosessan tambahan adala $850 untuk mineral dan suplemen lain yang
penting bagi nutrisi kucing, tetapi itu tidak menambah berat produk. Distributor
makanan binatang peliharaan membeli makanan kucing siap saji dari Johnson pada
harga $1,75 per pond an mengepaknya dalam kaleng berat 3ons untuk dijual ke
took-toko dan supermarket.

Alokasi Biaya Gabungan Menggunakan Metode Nilai Bersih yang dapat Direalisasi

Produk sampingan (By-Products) adalah satu produk atau lebih yang nilai
jualnya relatif lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai
jualnya lebih tinggi. Pada umumnya perbedaan antara produk bersama dengan
produk sampingan didasarkan pada nilai jual relatifnya. Jika nilai jual produk-

36
produk yang dihasilkan relatif sama atau setidak-tidaknya material jumlahnya bila
dibandingkan dengan seluruh pendapatan (revenues) perusahaan, maka produk-
produk tersebut merupakan produk bersama. Sebaliknya jika nilai jual salah satu
prduk relative kecil bila dibandingkan dengan total pedapatan perusahaan, maka
produk tersebut merupakan produk sampingan. Pembedaan produk bersama dan
produk sampingan atas dasar kriteria nilai jual tersebut memungkinkan produk yang
ada pada suatu saat diperlakukan sebagai produk sampingan, di saat lain dapat
menjadi produk bersama, atau sebaliknya.

Karakteristik Produk bersama dan Produk Sampingan

a. Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi.


b. Harga jual produk bersama relatif tinggi bila dibandingkan dengan produk
sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat
menghindarkan diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika
ia ingin memproduksi hanya salah satu didantara produk bersama tersebut.

Prduk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut
dujual saat terpisah dari produk utama (main product).

a. Produk sampingan yang dapatdijual setelah terpisah dari produk utama,


tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah
terpisah dari produk utama.

Dua pendekatan digunakan dalam perhitungan biaya produk sampingan : (1)


pendekatan pengakuan aktiva dan (2) pendekatan pendapatan. Perbedaan utama
antara kedua pendapatan ini terletak pada apakah keduanya membebankan nilai
produk sampingan yang dapat diinventarisasi pada titik pisah. Pendekatan
pengakuan aktiva mencatat produk samoingan sebagai persediaan pada nilai bersih
yang dapat direalisasi; oleh karena itu nilai produk sampingan tersebut diakui pada
saat produk sampingan dihasilkan.Sebaliknya, pendekatan pendapatan tidak
membebankan nilai ke produk sampingan dalam periode produksi tetapi mengakui
pendapatan produk sampingan dalam periode produk tersebut terjual.

37
Setiap pendekatan memiliki dua metode alternative, tergantung pada cara
bagaimana produk sampingan dilaporkan dalam rugi laba. Dua metode pengakuan
aktiva adalah sebagai berikut:
Metode Pengakuan Aktiva

Ilustrasi metode pengakuan aktiva, asumsikan Johnson Seafoof meyakini bahwa


perusahaan dapat menambah labanya dengan mengambil sebagian dari 1.000pon
sisa dan limbah di setiap batch tuna yang belum d proses, kemudian memprosesnya
mejadi pupuk tanaman kuaitas tinggi. Harga jual pupuk tersebut diperkirakan
relative rendah,50 sen per pon. Biaya pemrosesan tambahan dan biaya penjualan
sebesar 30 sen per pon diperlukan untuk menyiapkan, mengepak, dan
mendistribusikan produk. Nilai jual pupuk relative rendah, perusahaan memutuskan
untuk memperlakukan irisan tuna, tuna kalengan, dan makanan kucing sebagai
produk gabungan dan pupuk sebagai produk sampingan. Johnson dapat menjual
semua produk irisan tuna, tuna kalengan, dan makanan kucing yang diproduksinya,
tetapi hanya dapat menjual 400 dari 500 pon pupuk yang dihasilakan.
Total nilai jual irisan tuna, tuna kalengan, dan maknan kucing adalah $22.850
($4.400 + $13.200 + $5.250) dan total harag pokok penjualan adalah $16.850
($3.200 + $9.600 + $4.050). nilai bersih yang dapat direalisasikan dari 500 pon
pupuk yang di produksi adalah :
NRV = Nilai jual – Biaya Pemrosesan tambahan
= $0,50 x 500 - $0,30 x 500
= $100

Perhitungan Biaya Produk Sampingan Metode Pengakuan Aktiva


Metode Nilai Metode Pend.
Bersih yang Lain-lain pada
Dapat direalisasi titik produksi
Penjualan Produk Gabungan $22.850 $22.850
Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan gabungan $16.850 $16.850
Dikurang nilai bersih yang direalisasikan (100) -
Harga pokok penjualan $16.750 $16.850
Margin kotor $ 6.100 $ 6.000

38
Pendapatan lain-lain pada saat produksi - 100
Laba sebelum pajak $ 6.100 $ 6.100

Metode Pendapatan
Metode pendapatan mengakui produk sampingan pada saat penjualan. Metode
pendapatan disesuaikan pada konsep-konsep akuntanasi keuangan, yaitu realisasi
pendapatan, materialitas, dan biaya manfaat. Metode ini konsisten dengan pendapat
bahwa pendapatan bersih produk sampingan seharusnya dicatat pada saat penjualan
karena ini merupakan titik di mana pendapatan direalisasi. Metode pendapatan
sesuai digunakan pada saat nilai produk sampingan tifak material, artinya sangat
kecil dalam hubungannya dengan pendapatan bersih. Untuk pertimbangan biaya
manfaat banyak perusaaan yang menggunakan metode pendapatan karena
kemudahannya.

Perhitungan Biaya Produk Sampingan Metode Pengakuan Aktiva


Metode Pend. Metode
Lain-lain pada Pengurangan biaya
Saat penjualan Produksi
Penjualan Produk Gabungan $22.850 $22.850
Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan gabungan $16.850 $16.850
Dikurang pend. Penjualan bersih yang
terjual ($0,50 - $0,30) x 400 - (80)
Harga pokok penjualan $16.850 $16.770
Margin kotor $ 6.000 $ 6.080
Pendapatan lain-lain pada saat produksi 80 -
Laba sebelum pajak $ 6.080 $ 6.080

Sisa bahan (Scrap Materials), didalam proses produksi, tidak semua bahan baku
dapat menjadi bagian produk jadi. Bahan yang mengalami kerusakan di dalam
proses pengerjaannya disebut sisa bahan. Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung
dari harga jual sisa bahan itu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya

39
tidak dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualannya. Tetapi
jika harga jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa bahan
tersebut ke dalam kartu persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh bagian
produksi ke bagian gudang. Jika didalam proses produksi terdapat sisa bahan,
masalah yang timbul adalah bagaiman memperlakukan hasil penjualan sisa bahan
tersebut. Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai :

1. Pengurangan biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang


menghasilkan sisa bahan tersebut.
2. Pengurangan terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
3. Penghasilan di luar usaha (other income)

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Pengurangan Biaya Bahan


Baku Yang Dipakai Dalam Pesanan Yang Menghasilkan Sisa Bahan Tersebut. jika
sisa bahan terjadi karena karakteristik proses pengolahan pesanan tertentu, maka
hasil penjualan sisa bahan dapat diidentifikasikan dengan pesanan tersebut. Jurnal
yang dibuat oada saat oenjualan sisa bahan adalah sebagai berikut:

Kas / Piutang Dagang xx


Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku xx
Hasil penjualan sisa bahan ini juga dicatatan dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan dengan kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurangan biaya bahan
baku pesanan tersebut.

Hasil Penjualan Sisa Bahan Baku Diperlukan Sebagai Pengurangan Terhadap


Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi. Jika sisa bahan tidak dapat
diidentifikasikan dengan pesanan tertentu, dan sisa bahan merupakan hal yang biasa
terjadi dalam prosespengerjaan produk, maka hasil penjualannya dapat
diperlakukan sebagai pengurangan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi. Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut :

Kas / Piutang Dagang xx


Barang Overhead pabrik sesungguhnya xx

Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagai Penjualan Di Luar Usaha


(Other Income). Dalam dua perlakuan terhadap sisa bahan tersebut diatas, hasil

40
penjualan sisa bahan digunakan untuk mengurangi biaya produksi. Hasil penjualan
sisa bahan dapat pula dilakukan sebagai penghasilan di luar usaha dan tidak sebagai
pengurangan biaya produksi. Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan
adalah sebagai berikut :

Kas / Piutang Dagang xx


Hasil Penjualan Sisa Bahan xx
Contoh perhitungan sisa bahan :
Bagian produksi pada PT. Jaya menyerahkan 200Kg sisa bahan ke bagian gudang.
Sisa bahan tersebut ditaksir laku dijaul Rp.5000 per Kg. Sampai dengan akhir
periode akuntansi sisa bahan tersebut sudah laku dijual sebanyak 1.250 Kg dengan
harga jual Rp6.000 per kg.
Metode I
Jurnal penyerahan sisa bahan dari bagian produksi ke bagian gudang, jika hasil
penjualan sisa bahan diperlukan sebagai penghasilan di luar usaha, adalah sebagai
berikut :
Persediaan sisa bahan (2.000 x Rp5.000) Rp10.0000.000
Hasil penjualan sisa bahan Rp10.000.000
Rekening yang dikredit tergantung dari perlakuan terhadap hasil penjualan sisa
bahan, jika hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang terhadap
biaya bahan baku pesanan tertentu, maka yang dikredit dalam jurnal tersebut di atas
adalah rekening barang dalam proses-biaya bahan baku. Tetapi bila hasil penjualan
sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya, maka yang dikredit dalam jurnal tersebut di atas adalah rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya. Jurnal penjualan sisa bahan tersebut adalah
sebagai berikut :
Kas/ Piutang Dagang (1.250 Rp6.000) Rp7.500.000
Persediaan sisa bahan Rp7.500.000

Akhir periode akuntansi perlu dibuat jurnal penyesuaian (adjusting journal


entry) karena adanya persediaan sisa bahan yang belum laku dijual sebanyak
750Kg. Jurnal pertama telah dicatat hasil penjualan 2.000Kg sisa bahan, padahal
kenyataannya yang telah direalisasikan baru 1.250Kg, karena itu hasil penjualan

41
sisa bahan sebesar Rp10.000.000 tersebut harus dikurangi sebesar Rp3.750.000
(750 x Rp5.000) yaitu jumlah hasil penjualan yang belum direalisasikan. Jurnal
penyesuaian yang dibuat pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:
Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp3.750.000
Penghasilan yang Belum Direalisasikan Rp3.750.000
Akhir periode akuntansi juga perlu dibuat jurnal penyesuaian apabila terjadi
perbedaan antara taksiran harga jual sisa bahan dengan harga jual sesungguhnya,
dalam periode akuntansi tersebut terdapat selisih harga jual taksiran dengan harga
jual sesungguhnya sebesar Rp1.000 per kg (Rp6.000 – Rp5.000), padalah jumlah
sisa bahan yang telah terjualsebanyak 1.250Kg, karena itu jumlah selisih harga jual
adalah sebesar Rp1.250.000 (1.250 Kg x Rp1.000). Jumlah selisih harga jual yang
terjadi dalam suatu periode akuntansi digunakan untuk menyesuaikan rekening
yang semula dikredit pada jurnal pertama diatas. Jurnal penyesuaian karena
adalanya selisih harga jual adalah sebagai berikut :
Persediaan Sisa Bahan Rp1.250.000
Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp1.250.000
Jurnal Pencatatatn Persediaan dan Penjualan Sisa Bahan serta Jurnal Penyesuaian
Adanya Persediaan Sisa Bahan yang Belum Laku Dijual daan Selisih Harga
Hasil Penjualan sisa bahan Persediaan sisa bahan
3.750.000 10.000.000 10.000.000 7.500.000
R/L 7.500.000 1.250.000 1.250.000 N 3.750.000
11.250.000 11.250.000 11.250.00 11.250.000

Pendapatan yang belum Kas


direalisaikan
N 3.750.000 3.750.000 7.500.000
3.750.000 3.750.000 N 7.500.000
7.500.000 7.500.000

2.7 Melakukan Perhitungan Akuntansi Produk Sampingan


Produk Sampingan menitik beratkan bagaimana memperlakukan pendapatan
penjualan produk sampingan tersebut. Alokasi biaya bersama kepada produk utama
dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk

42
sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Meskipun
demikian ada beberapa metode untuk mengalikasikan biaya bersama kepada produk
utama dan produk sampingan. Metode akuntansi yang digunakan untuk
memperlakukan produk sampingan dapat dibagi menjadi dua golongan :

1. Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk


sampingan atau persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan
penjualan produk sampingan sebagai pendapatan atau pengurangan biaya
produksi. Metode ini biasa disebut metode-metode tanpa harga pokok
(non-cost methods).
2. Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama
kepada produk sampingan dan menentukan harga pkok persediaan produk
atas dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Metode-metodeini dikenal
dengan nama metode harga pokok cost methods).

Berikut ini diuraikan beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan penjualan


produk sampingan.

1. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan


diluar usaha
2. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan
pendapatan penjualan produk utama
3. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai
pengurangan harga pokok penjualan
4. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai
pengurangan total biaya produksi

Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan


diluar usaha. Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk
ssampingan dikurangi dengan penjualan returnya dicatat dalam rekening
“Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode akuntansi
ditutup ke rekening Laba Rugi. Rekening Pendapatan Penjualan Produk
Sampingan dicantumkan dalam laporan laba rugi dalam kelompok penghasilan di
luar usaha (other income).

43
Penyajian Pendapapatan Penjualan Produk Sampingan Sebagai Penghasilan di Luar
Usaha

Pendapatan penjualan produk utama (25.000 unit @ Rp4) Rp.100.000


Harga Pokok Penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp2) Rp60.000
Harga pokok persediaan akhir (5.000 unit @ Rp2) 10.000 -
50.000 -
Laba bruto Rp 50.000
Biaya usaha :
Biaya pemasaran Rp20.000
Biaya administrasi dan umum 10.000 +
30.000 -
Laba bersih usaha Rp 20.000
Penghasilan di luar usaha:
Pendapatan penjualan produk sampingan 4.000 +
Laba bersih sebeulm PPh Rp 24.000

Metode ini tidak mencoba menentukan harga pokok produk sampingan.


Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang :

a. Nilai produk sampingannya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan
b. Penggunaan metode yang lebih teliti memerlukan biaya yang tidak
sebanding dengan manfaat yang diperoleh
c. Saat terpisahnya produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan
pembebeanan harga pokok sampingan kepada produk utama tidak
mengakibatkab oerbedaan yang mencolok pada harga pokok produk utama.

Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan


pendapatan penjualan produk utama. Metode ini merupakan variasi metode
pertama di atas. Semua biaya produksi dikurangi dari pendapatan penjualan semua
produk untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak diadakan alokasi
biaya bersama seperti halnya dengan metode pertama. Dari contoh, diatas,
pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp4.000 dicantuk dalam laporan
laba rugi dibawah pos pendapatan penjualan produk utama, sehinnga pendapatan
penjualan semua produk berjumlah Rp104.000. Angka-angka lain dalam laporan
tersebut tetap sama kecuali jumlah laba bruto dan laba bersih usaha yang berbeda.

Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurangan


harga pokok penjualan. Dalam metode inipendapatan penjualan produk

44
sampingan sebesar Rp4.000 dikurangkan dengan harga pokok penjualan sehingga
menghasilkan laba bruti Rp54.000 (Rp100.000 – Rp46.000). Laba bersih sebelum
pajak tetap sama sebesar Rp24.000

Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurangan


total biaya produksi. Pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp4.000
dikurangkan dari total biaya produksi Rp60.000, sehingga biaya produksi turun
menjadi Rp56.000. Hal ini menyebabkan biaya produksi per satuan turun menjadi
Rp1,87 (Tp56.000 : Rp30.000). Sehingga harga pokok persediaan produk akhir
turun mrnjadi Tp9.350

Pendapatan Produk Sampingan Dikurangkan Dari Total Biaya Produksi

Pendapatan penjualan produk utama (25.000 unit @ Rp4) Rp 100.000


Harga Pokok Penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp2) Rp60.000
Dikurangi hasil penjualan produk sampingan 4.000
Biaya produk bersih produk utama Rp56.000
Dikurangi persediaan akhir produk utama 5.000 x Rp1,87 9.350
46.650
Laba bruto Rp 53.350
Biaya usaha :
Biaya pemasaran Rp20.000
Biaya administrasi dan umum 10.000
30.000
Laba bersih usaha Rp 23.350

Metode Nilai Pasar Atau Reversal Cost Method. Metode perlakuan produk
sampingan ini pada dasarnya sama dengan metode terakhir yang telah dijelaskan di
atas. Ada perbedaan sedikit di antara keduanta, yaitu kalau pada metode terakhir
yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan
sesungguhnya produk sampingan, sedangkan dalam metode nilai pasar ini yang
dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini mencoba
menaksir biaya produk sampingan dengan titik tolak nilai pasarnya. Taksiran biaya
produk sampingan pada saat terpisah ini kemudian dikurangkan dari biaya bersama
untuk mendapatkan biaya produk bersama.

Perhitungan Taksiran Biaya Produk Sampingan pada Saat Terpisah

45
Nilai produk sampingan Rpxx
Taksiran biaya pemasaran produk sampingan Rpxx
Taksiran biaya administrasi & umum produk sampingan xx
Taksiran biaya pengelolaan setelah saat terpisah xx
Taksiran laba bruto xx
xx
Taksiran biaya produk sampingan pada saat terpisah Rpxx

Perhitungan Produk Sampingan

Biaya bersama ang dikeluarkan untuk memproduksi 40.000Kg produk utama


dan 5.000 Kg produk sampingan berjumlah Rp6.400.000. Setelah terpisah dari
produk sampingan, produk utama dapat laku dijual tanpa harus mengalami
pengolahan lebih lanjut. Nilai produk sampingan Rp80 Per Kg. biaya pemasaran
produk sampingan ditaksir 5% dari harga jual dan laba bruto ditaksir 15% dari harga
jualnya. Biaya-biaya pengolahan produk sampingan yang dikeluarkan setelah
produk sampingan terpisah dari produk utama diperkirakan berjumlah Rp70.000.

Perlakuan Produk Sampingan

Produk utama Produk sampingan


Biaya Bersama Rp6.400.000
Taksiran pendapatan penjualan
produk sampingan 500kg x Rp80 Rp400.000
Dikurangi dengan :
Taksiran Laba bruto 15% x Rp400.000 Rp60.000
Taksiran biaya pemasaran (5% x hasil penjualan) 20.000
Biaya pengolahan produk sampingan setelah
saat terpisah 70.000 +
Rp150.000 -
Taksiran biaya produk pada saat terpisah Rp250.000
Taksiran biaya tambahan setelah produk sampingan
terpisah dari produk utama Rp 70.000 +

46
Nilai produk sampingan yang harus dikurang dari biaya
bersama (taksiran biayapada saat terpisah) 250.000 –
Harga pokok produk utama Rp6.150.000

Metode Harga Pokok


Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost Method). Metode ini biasanya
digunakan dalam perusahaan yang produk sampingannya daipakai dalam pabrik
sebagai bahan baku atau bahan penolong. Harga pokok yang diperhitungkan dalam
produk sampingan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement
cost) yang berlaku di pasar. Jumlah ini kemudian dikreditkan pada Rekening barang
dalam proses – Biaya Bahan Baku, sehingga mengurangi biaya produksi produk
utama. Pengurangan biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga
pokok per satuan persediaan produk utama menjadi lebih rendah.

Misalkan diketahui data berikut ini :

Jumlah biaya produksi untuk 18.000Kg produk utama Rp 27.000


Pendapatan penjualan produk utama: 15.000 x Rp3,00 Rp 45.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam
pengolahan produk utama Rp 1.800
biaya pemasaran dan administrasi & umum Rp 4.000
persediaan akhir produk utama 3.000Kg

Laporan Laba Rugi dengan Replacement Cost Method dalam Perlakuan terhadap
Produk Sampingan
Pendapatan penjualan produk utama Rp45.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi 18.000 x Rp1,50 Rp27.000
Dikurangi: Biaya pengganti produk sampingan 1.800 -
25.200
Dikurangi: Persediaan akhir 3.000Kg x Rp1,40 4.200 -
21.000 -
Laba bruto Rp24.000

47
Biaya pemasaran dan administrasi & umum 4.000 -
Laba bersih sebelum PPh Rp20.000

48
2.8 Melaksanakan Perhitungan Jika ada Pembebanan Biaya Untuk produksi
bersama

Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi


masalah pemasaran berbagai macam produknya, karena masing-masing produk
tentu mempunyai masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda-beda.
Manajemen biasanya mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk
bersama tersebut terhadap seluruh penghasilan perusahaan, karena dengan
demikian ia dapat mengetahui dari beberapa macam produk bersama tersebut, jenis
produk yang menguntungkan atau jenis yang perlu didorong pemasarannya. Untuk
ini, perlu untuk mengetahui seteliti mungkin bagian dari seluruh biaya produksi
yang dibebankan kepada masing-masing produk bersama, sehingga masalah pokok
akuntansi harga pokok bersama adalah menentuan total biaya produksi (yang
dikeluarkan sejak bahan baku diolah sampai dengan saat produk-produk dapat
dipisahkan identitasnya) yang harus dibebankan kepada berbagai macam produk
bersama. Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama
dengan menggunakan salah satu dari empat metode dibawah ini :

1. Metode nilai jual relatif


2. Metode satuan fisik
3. Metode rata-rata biaya persatuan
4. Metode rata-rata tertimbang

Metode nilai jual Relatif. Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan
biaya bersama kepada produk bersama. Dasar permikiran metode ini adalah bahwa
harga ual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
mengolah produk tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi pada produk
lainnya, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersrbut lebih banyak
bila dibandingkan dengan produk yang lain. Oleh Karena itu menurut metode ini,
cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai
jual relatif masing-masing prduk yang dihasilkan.

Misalkan biaya bersama yang dikeluarakan oleh PT El Sari selama satu periode
akuntansi berjumlah RP750.000. Jumlah dan harga jual per satuan produk yang
yang dihasilkan perusahaan tampak sebagai berikut

49
Alokasi Biasa Bersama dengan Metode Nilai Jual Relatif

Harga
Alokasi
Nilai pokok
biaya
jual Produk
bersama
Bersama/Kg
Jmlh
Produk Harga Nilai Jual (3) x (4) x
(5) : (1)
yang Jual/Kg (1) x (2) 1.000.000 750.000
dihasilkan
A 15.000 Kg Rp 10,0 Rp 150.000 15% Rp112.500 Rp 7,50
B 20.000 Kg Rp 17,5 Rp 350.000 35% Rp262.500 Rp 13,13
C 25.000 Kg Rp 12,0 Rp 300.000 30% Rp225.000 Rp 9,00
D 10.000 Kg Rp 20,0 Rp 200.000 20% Rp150.000 Rp 15,00
70.000 Kg Rp1.000.000 100% Rp750.000

Pemakaian metode nilai jual relatif dalam mengalokasikan biaya bersama ini akan
menghasilkan persentaselaba bruto dari hasil penjualan yang besarnya sama untuk
setiap jenis produk tersebut.

Metode satuan fisik. Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok
produk bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing
produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada prosuk atas
dasar koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku yang tedapat dalam masing-masing
produk. Koefisien fisik ini dinyatakan dalam satuanberat,volume, atau ukuran lain.
Dengan demikian metode ini menghendaki bahwa produk bersama yang dihasilkan
harus dapat diukur dengan satuan ukuran pokok yang sama.

Hasil Pengolahan Tiap 10.000 barrel Minyak Tanah

Produk Kuantitas (barrels) Persentas


Gasoline 2.600 26,52
Bensin 200 2,04

50
Kerosin 1.000 10,21
Minyak pelumas 300 3,06
Minyak bakar 5.000 51,03
Gas 300 3,06
Produk-produk lai 400 4,08
Jumlah 9800 100,00
Jumlah yang hilang dalam proses 200
10.000

Persentase di atas sama dalam setiap proses produksi, maka hal ini dapat digunakan
untuk mengalokasikan biaya bahan baku yang dipakai. Upah langsung dapat juga
dialokasikan dengan memakai presentase tersebut, kecuali bila ada metode lain
yang lebih teliti.

Misalkan selama pengolahan 10.00 barells minyak mentah tersebut, harga pokok
bahan baku yang dipakai berjumlah Rp15.000.000. Alokasi harga pokok bahan
baku tampak seperti ini

Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Satuan Fisik

Produk Kuantitas (barrels) Persentas Alokasi harga


Gasoline 2.600 26,52 Rp3.978.000
Bensin 200 2,04 306.000
Kerosin 1.000 10,21 1.531.500
Minyak pelumas 300 3,06 459.000
Minyak bakar 5.000 51,03 7.645.500
Gas 300 3,06 459.000
Produk-produk lain 400 4,08 512.000
Jumlah 9800 100,00 Rp15.000.000

Metode Rata-Rata Biaya Persatuan. Metode ini hanya dapat digunakan bila
produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya
metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk
yang sama dari satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini
harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan proposi kuantitas yang

51
diproduksi. Jalan pikiran yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena
semua metode produk dihasilkan dari proses yang sama, maka tidak mungkin biaya
untuk mempromosikan satu satuan produk berbeda satu sama lain.

Perusahaan penggergajian kayu menghasilkan berbagai macam mutu kayu. Data


kegiatan perusahaan selama satu periode akuntansi adalah sebagai berikut :

a. Jumlah produksi 762.000 meter 3


b. Biaya produksi Rp22.860.000
c. Rata-rata biaya per 1.000 meter 3 = Rp30.000 (Rp22.860.000 : 762)

Rata-rata biaya per 1.000 meter 3 digunakan untuk menghitung harga pokok
berbagai macam kayu yang mempunyai mutu yang berbeda sesuai dengan prposi
kuantitasnya masing-masing dijelaskan sebagai berikut :

Mutu kayu Kuantitas yang Rata-rata biaya Harga Pokok


Diproduksi per 1.000 meter 3 Produk
Utama 76.200 m3 Rp30.000 Rp 2.286.000
No.1 380.000 30.000 11.430.000
No.2 152.400 30.000 4.572.000
No.3 152.400 30.000 4.572.000
Jumlah 762.000 m3 Rp22.860.000

Metode Rata-Rata Tertimbang. Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan
dasar yang dipakai dalam mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas
produksi, maka dalam metode rata-rata tertimbang kuantitas produksi ini diakali
dulu dengan angka penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi.
Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan
yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, dan pembedaan
jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilkan.jika yang
dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk maka metode
alokasinya disebut metodenilai jual relatif.

Biaya bersama yang dikeluaran selama satu periose akuntansi berjumlah


Rp64.500.000. jumlah produk yang dihasilkan dan angka penimbang tiap produk
dijelaskan sebagai berikut:

52
Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Rata-Rata Tertimbang
Jumlah yang
diproduksi x Alokasi Biaya
Angka Bersama
penimbang
Jumlah {(3):215.00} x
Angka (1) x (2)
yang 64.500.000
Penimbang
Diproduksi
Produksi 1 2 3 4
A Rp 40.000 3 Rp 120.000 Rp36.000.000
B Rp 35.000 2 Rp 70.000 Rp21.000.000
C Rp 25.000 1 Rp 25.000 Rp7.500.000
Rp 215.000 Rp64.500.000

53
2.9 Menganalisis Harga Pokok Variabel ( Variable Costing) dan Harga Pokok
Penuh (Full Costing)

Harga Pokok Variabel (Variable Costing) adalah metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja kedalam
harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri
dari

Biaya bahan baku Rp xx


Biaya tenaga variabel Rp xx
Biaya overhead pabrik variable Rp xx
Harga pokok produk Rp xx
Variable costing ini dikenal dengan nama direct costing. Istilah direct costing
sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan istilah direct cost(biaya
langsung). Pengertian langsung dan tidak langsungnya suatu biaya tergantung erat
tidaknya hubungan biaya dengan obyek penentuan biaya. Oleh karena itu
sebenarnya isyilah direct costing adalah tidak tepat, Karen metode ini berhubungan
dengan penentuan harga pokok produk yang hanya memperhitungkan viaya
produksi yang berperilaku variable, dan bukan biaya langsun(direct cost) saja.
Istilah yang paling tepat untuk metode direct costing adalah variable costing.

Menurut metode variabel costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya


bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya
biaya yang sama dalam periode yang akan dating. Diatas telah disebutkan bahwa
dalam metode variable costing biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai
period cost,menurut metode variable cost, period cost adalah biaya untuk
mempertahankan tingkat kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk.
Dalam metode variable costing, periods costs meliputi seluruh biaya tetap atau
seluruh biaya kapasitas (capacity cost). Dengan demikian periode cost menurut
pengertian variable costing adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yang meliputi : biaya
overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.

Harga Pokok Penuh (Full Costing) atau sering juga disebut absorption atau
conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang
membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berprilaku tetap maupun variable
kepada produk. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari :

54
Biaya bahan baku Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xx
Biaya Overhead pabrik tetap Rp xx
Biaya overhead pabrik variable Rp xx
Harga pokok produk Rp xx
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik,baik yang berprilaku tetap
maupun variable, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka pda kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Oleh karna itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga
pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku
dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila
produkjadi tersebut telah dijual. Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada
produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka jika
dalam suatu periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang
dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied factory
overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underappliedfactory
overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual
maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan
untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam
persediaan tersebut. Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi
pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak
mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba rugi sebelum produk laku dijual.

Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai
biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik
yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun yang variable, masih dianggap
sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut
terjual. Sebaliknya metode variable costing tidak menyetujui penundaan
oembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut (atau dengan kata lain tidak
menyetujui pembebanan biaya overhead tetap kepada produk).

Full costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan periode cost.
Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan produk yang
dihasilkan, sedangkan periode cost adalah biaya-biaya yang tidak ada hubungannya

55
dengan produksi dan dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya
yang termasuk dalam periode cost menurut full costing adalah biaya pemasaran dan
biaya adinistrasi umum (baik yang berperilaku tetap maupun variable)

Ditinjau dari penyajiaan laporan laba dan rugi, perbedaan pokok antara metode
variable costing dengan full costing adalah terletak oada klarifikasi pos-pos yang
disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode
full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan
biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-cost
classification). Dilain pihak laporan laba rugi metode variable costing
menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (classification by cost behavior).

Berikut ini disajikan contoh perhitungan laba rugi menurut Metode Full Costing
dan Metode Variable Costing:

Data Produksi dan Biaya PT EL bulan Januari, Februari, Maret 20X1


Keterangan Januari Februari Maret Total
Persediaan awal 30 Unit 40 Unit 15 Unit 30 Unit
Produksi 200 165 165 530
Penjualan 190 190 165 545
Persediaan Akhir 40 15 15 15
Harga jual per unit Rp 100 Rp 100 Rp 100
Biaya bahan baku per unit 20 20 20
Biaya tenaga kerja per unit 10 10 10
Biaya overhead pabrik
tetap sesungguhnya 1.700 1.700 1.700 Rp5.100
Biaya overhead pabrik
variable sesungguhnya 800 660 660 2.120
Tarif biaya overhead pabrik per unit produk:
- Tarif Variable 4 4 4

56
- Tarif Tetap 8 8 8
Biaya administrasi & Umum:
Variable per unit dijual 3 3 3
Tetap 400 400 400 1.200
Biaya pemasaran
Variable per unit yang dijual 10 10 10 6.150
Tetap 1.000 1.000 1.000 3.000

Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar unit produk yang
dihasilkan. Tarif biaya overhead pabrik dihitung atas dasar kapasitas produksi
normal per bulan sebnayak 200Kg, dengan taksiran biaya overhead pabrik variable
sebesar Rp800 dan biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp1.600 sebulan. Tarif
standar biaya overhead pabtik tersebut berasal dari perhitungan berikut:
Tarif biaya overhead pabrik variabel : Rp800 : 200 = Rp4 per Kg
Tarif biaya overhead pabrik tetap : Rp1.600 : 200 = Rp8 per Kg
Biaya produksi per unit menurut metode full costing dan variable costing dihitung
seperti berikut :
Harga pokok per Unit Menurut Metode Full Costing dan Variable Costing
Full Costing Variable Costing
Biaya bahan baku Rp20 Rp20
Biaya tenaga kerja 10 10
Biaya overhead variable 4 4
Biaya overhead pabrik tetap 8 -
Biaya produksi per unit 42 34

Perbandingan cara penentuan harga pokok produk dan perhitungan laba rugi
menurut metode full costing dan variable costing sebagai berikut:

Perhitungan Laba Menurut Metode Full Costing


PT EL
Laporan Laba Rugi Bulan Januari,Februari, Maret 20X1
Januari Februari Maret
(Rp) (Rp) (Rp)

57
Volume penjualan unit 190 190 165
Hasil penjualan volume x Rp100 19.000 19.000 16.500
Harga pokok Penjualan
Persediaan awal 1.260 1.680 630
Biaya bahan baku 4.000 3.300 3.300
Biaya tenaga kerja 2.000 1.650 1.650
Biaya overhead pabrik variabel 800 600 660
Biaya overhead pabrik tetap 1.600 1.320 1.320
Harga pokok produk siap dijual 9.660 8.610 7.560
Persediaan akhir 1.680 630 630
Hg. Pk. Penj. Sebelum disesuaikan 7.980 7.980 6.930
Biaya overhead pabrik (lebih) kurang
dibebankan 100 380 380
Harga pokok penjualan setelah
Disesuaikan 8.080 8.360 7.310
Laba Bruto 10.920 10.640 9.190
Biaya Komersial
Biaya Administrasi & Umum :
Variable 570 570 495
Tetap 400 400 400
Biaya pemasaran
Variable 1.900 1.900 1.650
Tetap 1.000 1.000 1.000
Jumlah Biaya Komersial 3.870 3.870 3.545
Laba Bersih 7.050 6.770 5.645

Perhitungan Laba Menurut Metode Variable Costing


PT EL
Laporan Laba Rugi Bulan Januari,Februari, Maret 20X1
Januari Februari Maret
(Rp) (Rp) (Rp)
Volume penjualan unit 190 190 165

58
Hasil penjualan volume x Rp100 19.000 19.000 16.500
Harga pokok Penjualan
Persediaan awal 1.020 1.360 510
Biaya bahan baku 4.000 3.300 3.300
Biaya tenaga kerja 2.000 1.650 1.650
Biaya overhead pabrik variabel 800 600 660
Harga pokok produk siap dijual 7.820 6.970 6.120
Persediaan akhir 1.360 510 510
Harga pokok penjualan Variabel 6.460 6.460 5.610
Biaya Adm& Umum Variabel 570 570 495
Biaya pemasaran variabel 1.900 1.900 1.650
Total Biaya Variabel 8.930 8.930 7.755
Laba Kontribusi 10.070 10.070 8.745
Biaya Tetap
Biaya overhead pabrik tetap 1.700 1.700 1.700
Biaya Adm. & Um Tetap 400 400 400
Biaya pemasaran Tetap 1.000 1.000 1.000
Jumlah Biaya Komersial 3.100 3.100 3.100
Laba Bersih 6.970 6.970 5.645

59
2.10 Mengidentifikasi beberapa keunggulan Harga Pokok Variable (Variable
Costing)

Penentuan harga pokok variabel (Variable Costing) ditujukan untuk memenuhi


kebutuhan manajemen dalam memperoleh informasi yang berorientasi pada
pengambilan keputusan jangka pendek, yaitu:
1. Membantu manajemen untuk mengetahui batas kontribusi (contribution margin)
yang sangat berguna untuk perencanaan laba melalui analisa hubungan biaya-
volume-laba (cost-profit-volume) dan untuk pengambilan keputusan (decision
making) yang berhubungan dengan kebijaksanaan manajemen jangka pendek.
2. Memudahkan manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi operasional
yang sedang berjalan serta menetapkan penilaian dan pertanggungjawaban kepada
departemen atau divisi tertentu dalam perusahaan.
Jika dihubungkan dengan pihak-pihak yang memakai laporan biaya, maka variabel
costing bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk pihak internal
2. Perencanaan laba
3. Penentuan harga jual produk
4. Pengambilan keputusan oleh manajemen
5. Pengendalian biaya
Sebagai salah satu metode dalam penentuan harga pokok produk,
variable costing mempunyai keunggulan.
Kelemahan utama variabel costing adalah tidak dapat digunakan untuk pelaporan
pada pihak ekstern perusahaan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
keunggulan variabel costing.

Keunggulan Variabel Costing :


1. Variable costing dalam perencanaan Laba Jangka Pendek
Kepentingan perencanaan jangka pendek, manajemen memerlukan informasi
biasa yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah
dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang
perlu dipertimbangkan. Perencanaan jangka pendek dilakukan oleh manajemen saat
penyusunan anggaran. Dalam proses penyusunan anggaran manajemen

60
berkepentingan untuk menguji dampak setiap alternative yang akan dipilih terhadap
laba perusahaan. Berikut ini menyajikan pemanfaatan informasi yang dihasilkan
oleh metode variable costing dalam analisis biaya, volume dan laba.
Contoh :
PT. Eliona merupakan perusahaan dagang sepatu. Laporan laba rugi diprediksikan
untuk tahun anggaran 20X1 disajikan sebagai berikut:
Laporan Laba Rugi yang diprediksikan untuk Tahun Anggaran 20X1
Hasil penjualan 2.000 pasang x Rp4.000 Rp8.000.000
Biaya Variabel:
Harga pokok penjualan:
2.000 x Rp2.500 Rp5.000.000
Komisi Penjualan:
2.000 x Rp250 Rp 500.000
Jumlah biaya variabel Rp5.500. 000
Laba kontribusi Rp2.500.000
Biaya tetap:
Sewa toko Rp 720.000
Gaji penjaga toko Rp 200.000
Biaya iklan Rp 100.000
Biaya tetap lain Rp 50.000
Jumlah biaya tetap Rp1.070.000
Laba bersih Rp1.430.000
a. Dalam tahun anggaran 20X1, manajemen puncak merencanakan kenaikan harga
jual rata-rata setiap pasang sepatu sebesar 25%, sedangkan komisi oenjualan
akan dihapuskan dan diganti dengan penambahan gaji penjaga took per bulan
sebesar Rp200.000 per bulan, bagaimanakah dampak rencana tersebut terhadap
laba bersih perusahaan?
b. Apabila dalam tahun anggaran 20X1 diharapkan biaya tetapnya tidak mengalami
perubahan, sedangkan manajemen puncak menghendaki laba bersih sebesar
Rp2.000.000, berapakah jumlah pasang sepatu yang harus dijual dalam tahun
anggaran tersebut?

61
Kedua macam alternative tersebut dapat dievaluasi dengan mudah atas dasar
informasi yang dihasilkan oleh metode variable costing.
a. Rencana manajemen puncak akan mempunyai pengaruh terhadap laba bersih
tahun anggaran 20X1, seperti disajikan pada gambar berikut:
Laporan Laba Rugi yang diprediksikan untuk Tahun Anggaran 20X1
Hasil penjualan 2.000 pasang x Rp4.000 Rp8.000.000
Biaya Variabel:
Harga pokok penjualan:
2.000 x Rp2.500 Rp5.000.000
Komisi Penjualan -
Jumlah biaya variabel Rp5.000.000
Laba kontribusi Rp5.000.000
Biaya tetap:
Sewa toko Rp 720.000
Gaji penjaga toko Rp 200.000
Biaya iklan Rp 100.000
Biaya tetap lain Rp 50.000
Jumlah biaya tetap Rp1.270.000
Laba bersih Rp3.730.000

b. Rencana penjualan dalam tahun anggaran 20X1 untuk memperoleh laba sebesar
Rp2.000.000 adalah:
Biaya tetap + Laba yang diinginkan = 1.070.000 + 2.000.000
Ratio Laba Kontribusi 2.500.000 / 8.000.000
= 3.070.000
0,3125
= Rp9.824.000
Harga pasang sepatu dalam tahun 20X1 sebesar Rp4.000, maka dalam tahun
anggaran20X1 harus dapat dijual 2.456 pasang sepatu (Rp9.824.000 : Rp4.000)
untuk mendaoatkan laba sebesar Rp2.000.000

62
2. Variable costing dalam Pengambilan keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan
jangka pendek, dalam pembuata keputusan jangka pendek yang menyangkut
mengenai perubahan volume kegiatan, periode costs tidak relevan karena tidak
berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan.
Contoh:
PT. Eliona memproduksi dan menjual produk A. Biaya oer satuan produk A adalah
sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp 100
Biaya tenaga kerja variabel Rp 200
Biaya overhead pabrik variabel Rp 300
Biaya pemasaran dan administrasi variabel Rp 250
Jumlah biaya variabel Rp 850
Biaya tetap Rp 150
Harga pokok ProdukA per satuan Rp1000

PT. Eliona menerima pesanan sebanyak 1.000 satuan produk A diluar penjualan
rutin. Harga yang diminta oleh pemesan adalah Rp900 per satuan. Menurut metode
variabel costing perusahaan akan memperoleh tambahan laba kontribusi sebesar
1.000 x (Rp900 – Rp850) = Rp50.000, jika biaya tetap diharapkan konstan, berarti
tambahan laba kontribusi tersebut akan menaikkan laba bersih sebesar Rp50.000.
Metode variable costing apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba
kontribusi guna menutup biaya tetap adalag lebih baik daripada harga jual yang
tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.

BAB III

63
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tahap-tahap yang diperlukan dalam system perhitungan biaya proses untuk


menentukan biaya –biaya yang dapat ditetapkan ke unit-unit yang telah selesai ke
unit-unit yang masih ada di dalam persediaan akhir pada akhir periode dalam
metode FIFO :
- menghitung jumlah total fisik unit departemen yang bertanggung jawab atas
unit tersebut
- menentukan EUP setiap komponen biaya
- hitung jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan untuk
menentukan apa yang terjadi pada unit selama periode tersebut
- hitung jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan untuk
menentukan apa yang terjadi pada unit selama periode tersebut
- hitung total biaya yang diperhitungkan (total cost to account for)
- hitung biaya per unit ekuivalen untuk setiap komponen biaya
Beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan penjualan produk sampingan.
- Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan
diluar usaha
- Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan
pendapatan penjualan produk utama
- Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai
pengurangan harga pokok penjualan
- Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai
pengurangan total biaya produksi

64
DAFTAR PUSTAKA

Blocher,Chen, Cokins Lin. (2000). Manajemen Biaya Buku I. Jakarta Salemba


Empat

Ceciliy A. Riborn, Michael R.Kinney. (2011). Akuntansi Biaya Dasar Dan


Perkembangan Edisi Ketujuh, Jakarta : Salemba Empat Jakarta.

Mulyadi,2010 Akuntansi Biaya, Yogyakarta : Unit Penerbit Dan Pencetakan


Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPT.

65

Anda mungkin juga menyukai