ASPEK MANAJEMEN
Dosen Pengajar :
Disusun Oleh :
KELOMPOK III
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab atas rahmat dan
hidayah-Nya lah makalah kami untuk mata kuliah “” ini dapat kami selesaikan
dengan baik
Akhir kata kami semua berharap agar makalah pembahasan materi Mata
Kuliah “ “ ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.2.Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1. Melakukan Perhitungan Unit Ekuivalen renata .................................... 3
2.2. Membuat Laporan Biaya Produksi Renata ........................................... 9
2.3. Menjelaskan Metode Harga Pokok FIFO ............................................ 15
2.4. Melakukan Perhitungan Unit Ekuivalen FIFO ..................................... 22
2.5. Membuat Laporan Biaya Produksi FIFO .............................................. 29
2.6. Menguraikan Konsep Produk Bersama, Produk Sampingan, dan
Sisa Bahan .............................................................................................................. 34
2.7. Melakukan Perhitungan Akuntansi Produk Sampingan ..................... 43
2.8. Melaksanakan Perhitungan Jika ada Pembebanan Biaya Untuk
Produksi Bersama ............................................................................... 49
2.9. Menganalisis Harga Pokok Variable & Harga Pokok Penuh ............. 54
2.10. Mengidentifikasi Beberapa Keunggulan Harga Pokok Variable ........ 60
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 64
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 65
DAFTAR
PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Perusahaan yang telah berdiri tentunya ingin berkembang dan terus menjaga
kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu membuat
kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas
kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi.
Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual
yang tepat dengan laba yang ingin diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan
tpersebut dapat bersaing dengan perusahaan–perusahaan lain yang memproduksi
produk sejenis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan
yaitu agar modal yang ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau
dengan kata lain mendapatkan laba semaksimal mungkin.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah untuk
memperoleh gambaran mengenai pokok bahasan. Adapun maksud dan tujuan
pembuatan makalah ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui bagaimana melakukan perhitungan unit ekuivalen dan
laporan biaya produksi renata
b. Untuk mengetahui bagaimana harga pokok FIFO
c. Untuk mengetahui konsep produk bersama, sampingan dan sisa bahan serta
melakukan hitungan akuntanasinya
d. Untuk mengetahui bagaimana menganalisi harga pokok variable dan harga
pokok penuh serta mengetahui keungulan harga pokok variable
2
BAB II
Pembahasan
Harga Pokok Produksi adalah sejumlah nilai aktiva, tetapi apabila selama tahun berjalan
aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan. Harga pokok
produksi menunjukkan biaya barang yang sampai diselesaikan, apakah dimulai sebelum
atau selama periode akuntansi berjalan. Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar
dalam menentukan harga jual. Menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk
mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual.
Biaya tersebut sering disebut sebagai harga pokok produksi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok
memiliki fungsi sebagai berikut:
3
penyebab terjadinya selisih tersebut, sehingga dapat diambil tindakan koreksi untuk
memperbaiki kesalahan tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu
ditelusuri terlebih lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah
menjalankan proses produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok standar
yang kurang tepat.
4
Perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses, berikut ini
diuraikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan
yang mengolah produknya melalui satu department produksi tanpa
memperhitungkan adanya persedian produk dalam proses awal periode
Data Produksi dan Biaya PT. Risa Rimendi Bulan Januari 20X1
Cara menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir
periode, biaya produksi persatuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan
produk dalam proses tersebut. Untuk menghitung biaya per satuan yang
dikeluarkkan oleh perusahaan tersebut, perlu dihitung unit ekuivalen bulan Januari
20X1 dengan cara sebagai berikut :Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam bulan
Januari 20X1 tersebut dapat menghasilkan 2.000Kg Produk jadi dan 500Kg
Persediaan produk dalam proses drngan tingkat penyelesaian biaya bahan baku
sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan baku sebesar Rp 5.000.000
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000Kg dan
500 Kg (500 x 100%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
5
Ekuivalen biaya bahan baku adalah 2.500Kg, yang dihitung sebagai berikut :
2.000 + (100% x 500) = 2.500Kg
1. Biaya bahan penolong yang dikeluarkan dalam bulan Januari 20X1 tersebut
dapat menghasilkan 2.000Kg Produk jadi dan 500Kg Persediaan produk
dalam proses drngan tingkat penyelesaian biaya bahan penolong sebesar
100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan penolong sebesar Rp 5.000.000
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak
2.000Kg dan 500 Kg (500 x 100%) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian unit Ekuivalen biaya bahan baku adalah 2.500Kg,
yang dihitung sebagai berikut : 2.000 + (100% x 500) = 2.500Kg
2. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam bulan Januari 20X1 sebesar
Rp11.250.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000Kg Produk jadi dan
500Kg Persediaan produk dalam proses drngan tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaya tenaga kerja tersebut
telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000Kg dan
250 Kg (500 x 50%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian
unit Ekuivalen biaya bahan baku adalah 2.250Kg, yang dihitung
sebagai berikut : 2.000 + (50% x 500) = 2.250Kg
3. Biaya Overhead Pabrik yang dikeluarkan dalam bulan Januari 20X1 sebesar
Rp16.125.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000Kg Produk jadi dan
500Kg Persediaan produk dalam proses drngan tingkat penyelesaian biaya
Overhead Pabrik sebesar 30%. Hal ini berarti bahwa biaya tenaga kerja
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak
2.000Kg dan 150 Kg (500 x 30%) persediaan produk dalam proses. Dengan
demikian unit Ekuivalen biaya Overhead Pabrik adalah 2.150Kg, yang
dihitung sebagai berikut : 2.000 + (30% x 500) = 2.150Kg
Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan
Januari 20X1 dilakukan dengan membagi setiap unsur biaya produksi,
berikutcontoh perhitungannya
6
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang ditransfer
ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses dihitung sebagai
berikut:
Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk dalam Proses
7
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 2.500Kg
Produk jadi yang ditransfer kegudang 2.000Kg
Produk dalam proses akhir 500
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500Kg
Biaya yang Dibebankan dalam Bulan Januari 20X1
Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.000
Biaya bahan penolong 7.500.000 3.000
Biaya tenaga kerja 11.250.000 5.000
Biaya Overhead pabrik 16.125.000 7.500
Jumlah Rp 39.875.000 Rp17.500
Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
2.000Kg x Rp17.500 Rp35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku Rp1.000.000
Biaya Bahan Penolong 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik 1.125.000
4.875.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam bulan januari Rp39.875.00
8
merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya
produksi dari departemen produksi sebelumnya tersebut, maka harga pokok produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
1.Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama.
Contoh perhitungan biaya produksi persatua, jika produk diolah melalui dua
departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh berikut :
PT. Eliona memiliki dua departemen produksi Departemen A dan Departemen B
untuk menghasilkan produksi. Data produksi dan biaya kedua departemen tersebut
dalam bulan 20X1 disajikan dalam penjelasan berikut :
Data Produksi dan Biaya Departemen A dan Departemen B
Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam proses 35.000Kg
Produk selesai yang ditaransfer ke Dep. B 30.000Kg
Produk selesai yang di transfer ke gudang 24.000Kg
Produk dalam proses akhir bulan 6.000Kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 20X1:
Biaya Bahan Baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya Tenaga Kerja Rp155.000 Rp270.000
Biaya Overhead Pabrik Rp248.000 Rp405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku 100%
Biata Konversi 20% 50%
9
proses di departemen A tersebut perlu dihitung unit ekuivalen tiap unsur biaya
produksi departemen A dalam bulan Januari 201X dengan cara berikut:
1. Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari
20X1 tersebut dalam menghasilkan 30.000Kg produk selesai dan 5.000Kg
persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan
baku sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan baku sebesar
Rp70.000 tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk dalam
proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya bahan baku adalah
35.000Kg, yang dihitung sebagai berikut : 30.000Kg + (100% x 5.000) =
35.000Kg
2. Biaya konvensi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik, yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1
sebesar Rp155.000 tersebut dapat menghasilkan 30.000Kg produk selesai
dan 5.000Kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian
biaya konversinya sebesar 20%. Hal ini bebarti bahwa biaya konversi
tersebut telah digunakan untuk menyelsaikan produk selesai sebanyak
30.000Kg dan 1.000Kg (5.000 x 20%) persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalen biaya konversi adalah 31.000Kg yang
dihitung sebagai berikut: 30.000 + (20% x 5.000) = 31.000Kg
10
Bahan Baku Rp 70.000 35.000 Rp 2
Tenaga Kerja 155.000 31.000 5
Overhead Pabrik 248.000 31.000 8
Total Rp473.000 Rp15
Biaya produksi per satuan dihitung harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh
departemen A ke departemen B dan harga pokok persediaan produk dalam proses
di departemen A pada akhir Januari 20X1 dapat dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B:
30.000 x Rp15 Rp450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses:
BBB: 100% x 5.000 x Rp2= Rp10.000
BTK: 20% x 5.000 x Rp5= 5.000
BOP: 20% x 5.000 x Rp8= 8.000
23.000
Jumlah Biaya produksi bulan Januari 20X1 Rp473.000
11
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 35.000Kg
Produk jadi yang ditransfer kegudang 30.000Kg
Produk dalam proses akhir 5000
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000Kg
Biaya yang Dibebankan Deraptemen A dalam Bulan Januari 20X1
Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 2
Biaya tenaga kerja 155.000 5
Biaya Overhead pabrik 248.000 8
Jumlah Rp 473.000 Rp 15
Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
3.000Kg x @ Rp15 Rp450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku Rp10.000
Biaya Tenaga Kerja 5.000
Biaya Overhead Pabrik 8.000
23.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan
Departemen A dalam bulan januari Rp473.000
Contoh diatas, 30.000Kg produk selesai yang diterima oleh departemen B dari
departemen A, telah membawa total biaya produksi dari departemen A sebesar Rp
450.000 atau Rp15 Per Kilogram. Untuk mengolah produk yang diterima
departemen A tersebut, departemen B mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik dalam bulan Januari 20X1 berturut-turut sebesar Rp270.000 dan
Rp405.000. dari 30.000Kg produkyang diolah departemen B tersebut dapat
dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang sebanyak 24.000Kg dan tingkat
persediaan 50% untuk biaya konversi. Untuk menghitung harga pokok produk jadi
departemen B yang ditransfer gudang dan harga pokok persediaan produk dalam
proses di departemen B pada akhir bulan Januari 20X1, perlu dilakukan perhitungan
12
biaya persatuan yang ditambahkan oleh departemen B dalam bulan yang
bersangkutan. Hasil perhitungan ini kemudian diaklikan dengan kuantitas produk
selesai yang ditransfer oleh departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi
biaya yang ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari departemen A.
untukmenghitung harga pokok persediaan produk yang dibawa dari departemen A
harus ditambah dengan biaya produksi per satuan yang ditambahkan departemen B
dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses tersebut dengan
memperhatikan tingkat penyesuaiannya.
Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi oleh
departemen B dalam bulan Januari 20X1 dilakukan dengan membagi tiap unsur
biata produksi (biaya bahan baku, biaya bahan penolong,biaya tenaga kerja, biaya
overhead pabrik) yang dikeluarkan oleh departemen B seperti berikut :
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan
Biaya produksi per Kilogram yang ditambahkan oleh departemen B dihitung, harga
pokok produk selesai yang ditransfer oleh departemen B ke gudang dan harga
pokok persediaan produk dalam proses di departemen B pada akhir Januari 20X1
dapat dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B ke gudang:
Harga pokok dari Dep.A: 24.000 x Rp15 Rp360.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep. B: 24.000 x Rp25 Rp600.000
Total harga pokok produk yang ditransfer
Departemen B ke gudang 24.000 x Rp40 Rp960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Dep.A: 6.000 x Rp15 Rp90.000
Biaya yang ditambahkan oleh Dep B:
13
BTK: 50% x 6.000 x Rp10= 30.000
BOP: 50% x 6.000 x Rp15= 45.000 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dep B 165.000
Jumlah Biaya produksi Kumulatif Dep B bulan Januari 20X1 Rp1.125.000
14
2.3 Menjelaskan Metode Harga Pokok FIFO (First in First Out)
Kedua metode akuntansi untuk arus biaya dalam perhitungan biaya berdasarkan
proses adalah :
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap
barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya
perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana
baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang
sama.
15
terbaru. Metode FIFO (First Out First In) memisahkan persediaan awal barang
dalam proses dan produksi di periode berjalan juga biaya-biayanya sehingga biaya
periode berjalan per unit dapat dihitung, angka penyebut dalam formula biaya EUP
berbeda-beda, bergantung pada metode yang digunakan.
Satu tujuan dari system perhitungan biaya adalah untuk menentukan sebuah
biaya produk untuk digunakan pada laporan keuangan. Ketika barang-barang
dipindahkan dari Persediaan Barang dalam Proses ke Persediaan Barang Jadi (atau
departemen lainnya), sebuah biaya harus ditetapkan ke barang-barang tersebut.
Sebagai tambahan, pada akhir periode mana pun, sebuah nilai harus ditetapkan ke
barang-barang yang hanya terselesaikan sebagian dan masih berada dalam
Persediaan Barang dalan Proses. Penetapan dari kedua harga pokok produksi dan
harga Persediaan akhir barang dalam proses membutuhkan spesifikasi metode arus
biaya proses (Metode FIFO atau Metode Rata-Rata Tertimbang).
Tahap pertama adalah untuk menghitung jumlah total fisik unit departemen yang
bertanggung jawab atas unit tersebut. Jumlah ini adalah sama dengan jumlah dari
unit-unit yang telah selesai diproses sepenuhnya dan sebagian dalam department
selama periode berjalan; adalah sama dengan unit Persediaan awal barang dalam
proses actual ditambah unit-unit actual yang telah dimulai.
Kedua, hitung jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan untuk
menentukan apa yang terjadi pada unit selama periode tersebut. Pada akhir periode,
jumlah total fisik unit akan menjadi antara (1) telah selesai dan ditransfer keluar
atau (2) telah selesai sebagian dan tersisa dalam persediaan barang dalam proses
akhir. Pada poin ini, periksa bahwa jumlah total fisik unit untuk dihitung adalah
16
sama dengan jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan. Jika jumlah itu
tidak sama, segala perhitungan tambahan akan tidak benar.
Keempat, hitung total biaya yang diperhitungkan (total cost to account for)
Jumlah ini adalah jumlah dari saldo dalam Persediaan barang dalam proses pada
awal periode ditambah semua biaya-biaya berjalan untuk bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
Kelima, hitung biaya per unit ekuivalen untuk setiap komponen biaya
menggunakan metode Rata-Rata Tertimbang (Weighte daverage method). yang
telah dihitung dalam tahap ke- 3
Colorful candles membuat beraneka ragam lilin, termasuk 7-inci batang lilin
yang diberi aroma, popular di restoran-restoran dan hotel-hotel karena perhatian
akan alergi dimiliki oleh pelanggan. Perusahaan tersebut melihat proses produksi
17
dari produk ini sebagai departemen tunggal dalam bahan baku langsung
tunggal;prafin. Biaya untuk sumbu dan pewarna tidak signifikan dan dianggap
sebagai bahan baku tidak langsung dan merupakan bagian dari overhead. Lilin-lilin
dikieimkan dalm container yang dapat digunakan kembali ke gedung pusat. Dari
sana, lilin-lilin didistribusikan ke grosir dan paritel. Karena paraffin ditambahkan
pada awal pemrosesan, persediaan 100 persen telas selesai ketika bahan ini segera
setelah proses dimulai. Tenaga kerja dan overhead diasumsikan untuk menjadi
dalam tingkat penyelesaian yang sama sepanjang proses produksi. Biaya overhead
actual ditetapkan ke produksi pada akhir setiap periode. Walaupun jumlah kuantitas
yang diberikan untuk lilin yang dipindah keluar dan untuk lilin-lilin yang ada di
dalam Persediaan akhir barang dalam proses, kedua kuantitas tidaklah perlu.
Jumlah lilin tersebut tetap dalam Persediaan akhir barang dalam proses dapat
dihitung sebagai total lilin yang diperhitungkan dikurangi lilin-lilin yang telah
selesai dan ditransfer ke Persediaan barang jadi selama bulan April. Kemungkinan
lain, jumlah dari lilin yang ditransfer ke Persediaan barang jadi dapat dihitung
sebagai total lilin yang diperhitungkan dikuran lilin-lilin dalam Persediaan akhir
barang dalam proses.
Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000
18
Tahap 3: Menghitung Unit Produksi Ekuivalen Rata-Rata Tertimbang
Infomasi Produksi dan Biaya untuk Colorful Candles untuk Bulan April 2008
19
Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000
Persediaan akhir barang dalam proses 100 persen telah selesai pada bahan baku
karena paraffin ditambahkan pada awal produksi. Persediaan akhir barang dalam
proses 80 persen telah selesai pada tenaga kerja dan biaya overhead, satu
perhitungan EUP dapat dibuat karena elemen biaya-biaya ini diasumsikan untuk
ditambahkan pada tariff yang sama sepanjang proses produksi. Perhitungan Rata-
Rata Tertimbang untuk unit produksi ekuivalen adalah sebagai berikut :
20
Total biaya yang diperhitungkan sama dengan biaya Persediaan awal barang dalam
proses ditambah biaya-biaya periode berjalan.
BB TKL OH Total
Biaya Persediaan awal barang dalam proses $11.886 $ 3.600 $ 29.916 $45.402
Biaya selama periode berjalan 642.240 345.372 975.168 1.962.780
Biaya yang diperhitungkan $654.126 $348.972 $1.005.084
$2.008.182
Total biaya yang diperhitungkan harus ditetapkan ke barang-barang yang
ditransfer ke persediaan barang hadi dan persediaan akhir barang dalam proses.
Sebuah biaya per EUP harus dihitung untuk setiap komponen biaya dimana
perhitungan terpisah dari EUP telah dibuat. Dibawah metode Rata-Rata tertimbang,
biaya persediaan barang dalam proses dan biaya-biaya yang ada pada periode
berjalan dijumlahkan untuk setiap komponen biaya dan dibagi dengan komponen
EUP rata-rata tertimbang tersebut untuk mendapatkan biaya per unit, perhitungan
untuk komponen biaya pada akhir periode:
21
Menggunakan metode Rata-rata tertimbang, harga pokok barang yang ditransfer
keluar ditemukan dengan mengalikan jumlah total unit yang ditransfer dengan total
biaya per EUP. Karena metode ini adalah berdasarkan pada sebuah teknik merata-
ratakan yang mengkombinasikan kedua periode kerja sebelumnya dana yang
sedang berjalan, tidak masalah di periode yang mana unit-unit yang dipindahkan
telah dimulai. Semua unit dan semua biaya dicampurkan. Total biaya yang
ditransfer untuk Colorful Candles bulan April adalah $1.985.340 (406.000 x $4,90)
Biaya persediaan akhir barang dalam proses dihitung dengan mengalikan EUP
setiap komponen biaya dengan komponen biaya per EUP yang telah dihitung dalam
tahap ke-5. Biaya dari persediaan akhir barang dalam proses menggunakan metode
Rata-rata tertimbang sebagai berikut:
Tahap pertama adalah untuk menghitung jumlah total fisik unit departemen yang
bertanggung jawab atas unit tersebut. Jumlah ini adalah sama dengan jumlah dari
unit-unit yang telah selesai diproses sepenuhnya dan sebagian dalam department
selama periode berjalan; adalah sama dengan unit Persediaan awal barang dalam
proses actual ditambah unit-unit actual yang telah dimulai.
Kedua, hitung jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan untuk
menentukan apa yang terjadi pada unit selama periode tersebut. Pada akhir periode,
jumlah total fisik unit akan menjadi antara (1) telah selesai dan ditransfer keluar
atau (2) telah selesai sebagian dan tersisa dalam persediaan barang dalam proses
akhir. Pada poin ini, periksa bahwa jumlah total fisik unit untuk dihitung adalah
22
sama dengan jumlah total fisik unit yang dipertanggung jawabkan. Jika jumlah itu
tidak sama, segala perhitungan tambahan akan tidak benar.
Ketiga, gunakan metode FIFO untuk menentukan EUP setiap komponen biaya.
Jika semua bahan baku langsung ditambahkan pada tingkat penyelesaian yang
sama, sebuah perhitungan tunggal untuk bahan baku langsung dapat dibuat. Jika
beberapa bahan baku digunakan dan ditempatkan ke dalam produksi pada titik yang
berbeda dalam proses produksi, beberapa perhitungan EUP untuk bahan baku
langsung diperlukan. Jika biaya overhead adalah berdasarkan pada tenaga kerja
langsung atau jika kedua faktor ini selalu pada tingkat penyelesaian yang sama,
sebuah EUP tunggal dapat dihitung untuk konverdi. Jika tidak ada satupun dari
kondisi tersebut ada, laporan EUP terpisah harus disiapkan untuk tenagakerja
overhead.
Keempat, hitung total biaya yang diperhitungkan (total cost to account for)
Jumlah ini adalah jumlah dari saldo dalam Persediaan barang dalam proses pada
awal periode ditambah semua biaya-biaya berjalan untuk bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
Kelima, hitung biaya per unit ekuivalen untuk setiap komponen biaya
menggunakan metode FIFO yang telah dihitung dalam tahap ke- 3
Colorful candles membuat beraneka ragam lilin, termasuk 7-inci batang lilin
yang diberi aroma, popular di restoran-restoran dan hotel-hotel karena perhatian
akan alergi dimiliki oleh pelanggan. Perusahaan tersebut melihat proses produksi
dari produk ini sebagai departemen tunggal dalam bahan baku langsung
tunggal;prafin. Biaya untuk sumbu dan pewarna tidak signifikan dan dianggap
sebagai bahan baku tidak langsung dan merupakan bagian dari overhead. Lilin-lilin
dikieimkan dalm container yang dapat digunakan kembali ke gedung pusat. Dari
23
sana, lilin-lilin didistribusikan ke grosir dan paritel. Karena paraffin ditambahkan
pada awal pemrosesan, persediaan 100 persen telas selesai ketika bahan ini segera
setelah proses dimulai. Tenaga kerja dan overhead diasumsikan untuk menjadi
dalam tingkat penyelesaian yang sama sepanjang proses produksi. Biaya overhead
actual ditetapkan ke produksi pada akhir setiap periode. Walaupun jumlah kuantitas
yang diberikan untuk lilin yang dipindah keluar dan untuk lilin-lilin yang ada di
dalam Persediaan akhir barang dalam proses, kedua kuantitas tidaklah perlu.
Jumlah lilin tersebut tetap dalam Persediaan akhir barang dalam proses dapat
dihitung sebagai total lilin yang diperhitungkan dikurangi lilin-lilin yang telah
selesai dan ditransfer ke Persediaan barang jadi selama bulan April. Kemungkinan
lain, jumlah dari lilin yang ditransfer ke Persediaan barang jadi dapat dihitung
sebagai total lilin yang diperhitungkan dikuran lilin-lilin dalam Persediaan akhir
barang dalam proses
Infomasi Produksi dan Biaya untuk Colorful Candles untuk Bulan April 2008
24
Lilin-Lilin dalam persediaan awal barang dalam proses 10.000
Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000
25
Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000
BB TKL OH Total
Biaya Persediaan awal barang dalam proses $11.886 $ 3.600 $ 29.916 $45.402
26
Biaya selama periode berjalan 642.240 345.372 975.168 1.962.780
Biaya yang diperhitungkan $654.126 $348.972 $1.005.084
$2.008.182
Total biaya yang diperhitungkan harus ditetapkan ke barang-barang yang
ditransfer ke persediaan barang hadi dan persediaan akhir barang dalam proses.
27
Penyelesaian persediaan awal
Bahan Baku langsung (0x$1,60) 0
Konversi (10.000 x 60% x $3,25) 19.000
Total biaya persediaan awalyang ditransfer $64.902
2. Lilin-lilin yang telah dimulai dan telah selesai(396.000 x $4,85)
1.920.600
Total Biaya yang ditransfer $1.985.502
28
2.5 Membuat Laporan Biaya Produksi FIFO
Colorful candles membuat beraneka ragam lilin, termasuk 7-inci batang lilin
yang diberi aroma, popular di restoran-restoran dan hotel-hotel karena perhatian
akan alergi dimiliki oleh pelanggan. Perusahaan tersebut melihat proses produksi
dari produk ini sebagai departemen tunggal dalam bahan baku langsung
tunggal;prafin. Biaya untuk sumbu dan pewarna tidak signifikan dan dianggap
sebagai bahan baku tidak langsung dan merupakan bagian dari overhead. Lilin-lilin
dikieimkan dalm container yang dapat digunakan kembali ke gedung pusat. Dari
sana, lilin-lilin didistribusikan ke grosir dan paritel. Karena paraffin ditambahkan
pada awal pemrosesan, persediaan 100 persen telas selesai ketika bahan ini segera
setelah proses dimulai. Tenaga kerja dan overhead diasumsikan untuk menjadi
dalam tingkat penyelesaian yang sama sepanjang proses produksi. Biaya overhead
actual ditetapkan ke produksi pada akhir setiap periode. Walaupun jumlah kuantitas
yang diberikan untuk lilin yang dipindah keluar dan untuk lilin-lilin yang ada di
dalam Persediaan akhir barang dalam proses, kedua kuantitas tidaklah perlu.
Jumlah lilin tersebut tetap dalam Persediaan akhir barang dalam proses dapat
dihitung sebagai total lilin yang diperhitungkan dikurangi lilin-lilin yang telah
selesai dan ditransfer ke Persediaan barang jadi selama bulan April. Kemungkinan
lain, jumlah dari lilin yang ditransfer ke Persediaan barang jadi dapat dihitung
sebagai total lilin yang diperhitungkan dikuran lilin-lilin dalam Persediaan akhir
barang dalam proses.
29
Lilin-lilin yang telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi 406.000
BB TKL OH Total
Biaya Persediaan awal barang dalam proses $11.886 $ 3.600 $ 29.916 $45.402
Biaya selama periode berjalan 642.240 345.372 975.168 1.962.780
Biaya yang diperhitungkan $654.126 $348.972 $1.005.084
$2.008.182
30
Perhitungan EUP FIFO mengabaikan pekerjaan yang telah dilakukan dalam
periode yang sebelumnya pada persediaan awal barang dalam proses, sehingga
biaya FIFO per perhitungan EUP juga mengabaikan biaya-biaya periode
sebelumnya. Karena perhitungan EUP dan biaya-biaya digunakan untuk
menghitung biaya per EUP bereda antara metode FIFO fan metode
lainnya.perhitungan biaya FIFO per EUP adalah:
31
Biaya barang dalam proses akhir FIFO adalah sebagai berikut :
Metode FIFO mengasumsikan bahwa unit unit dalam Persediaan awal barang
dalam proses merupakan unit pertama yang telas selesai selama periode berjalan,
dan sehingga merupakan unit-unit yang pertama dipindahkan keluar, unit-unit yang
tersisa, dipindahkan keluar selama periode telah dimulai dan telah selesai dalam
periode berjalan. Seperti yang ditunjukkan dalam Laporan biaya Produksi berikut
ini :
32
Laporan Biaya Produksi Colorful Candles Bulan yang berakhir 30 April 2008
Data Biaya
Biaya persediaan Awal barang dalam proses $ 45.402
Biaya selama periode berjalan 1.962.780 $642.240 $1.320.540
Total biaya yang diperhitungkan $2.008.182
Dibagi dengan EUP ÷ 401.400 ÷ 406.320
Biaya per EUP $ 4,85 $ 1,60 $ 3,25
Penetapan biaya
Ditransfer keluar $ 45.402
Biaya persediaan awal Barang dalam proses
Biaya yang telah selesai 19.500 $ 64.902
Konversi (6.000 x $3,25) 1.920. 600
Dimulai dan diselesaikan (396.000 x $4,85) $ 1.985.502
Total biaya yang ditransfer
Persediaan akhir barang dalan proses
Bahan baku langsung (5.400 x $3,25) $ 8.640
Konversi (5.400 x 80% x $3,25) 14.040 22.680
Total biaya yang dipertanggung jawabkan $2.008.182
33
2.6 Menguraikan Konsep Produk Bersama (Joint Products), Produk
Sampingan (By-Products), dan Sisa Bahan (Scrap Materials)
Produk bersama (Joint Products) adalah dua produk atau lebih yang diproduksi
secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual
( kuantitas kali harga jual per satuan) masing-masing produk bersama ini relatif
sama, sehingga tidak ada di antara produk-produk yang dihasilkan tersebut
dianggap sebagai produk utama atauoun produk sampingan. Metode-metode yang
paling sering digunakan dalam Produk bersama (Joint Products) adalah metode (1)
ukuran fisik, (2) nilai jual, dan (3) nilai bersih yang dapat direalisasi.
34
Tuna Kalengan 8.000 pon 0,80 16.000 x 80% = 12.800 1,60
Total 10.000pon 1,00 $16.000
Berdasarkan metode ukuran fisik, ketika gabungan mencapai titik pisah, kita dapat
menghitung hubungan dari setipa produk gabungan dengan jumlah total
unit.biayagabungan yang dialokasikan pada produk tersebut adalah biaya rata-rata
per pon dari biaya gabungan, yaitu $1,60 per pon.
Tahap pertama pada metode nilai jual adalah menghitung nilai total penjualan
dari produk-produk gabungan pada titik pisah, perhatikan bahwa nilai jual
merupakan harga jual dikalikan jumlah unit produksi, bukan jumlah unit penjualan
actual. Tahap kedua adalah menentukan proposi nilai jual setiap produk gabungan
terhadap nilai total penjualan. Tahap terakhir adalah mengalokasikan total biaya
gabungan di antara produk-produk gabungan berdasarkan proporsi tersebut, pada
contoh Johnson Seafood, bilai jual irisan tuna adalah $4.400 dan nilai jual tuna
kalengan adalah $13.200, sehingga totalnya adalah $17.600. proporsi nilai jual
35
produk tersebut terhapad nilai total penjualannya adalah 0,25 ($4.400/$17.600)
untuk irisan tuna dan 0,75 ($13.200/$17.600) untuk tuna kalengan. Alokasi
biayanya adalah $4.000 untuk irisan tuna dan #12.000 untuk tuna kalengan.
Alokasi Biaya Gabungan Menggunakan Metode Nilai Bersih yang dapat Direalisasi
Produk sampingan (By-Products) adalah satu produk atau lebih yang nilai
jualnya relatif lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai
jualnya lebih tinggi. Pada umumnya perbedaan antara produk bersama dengan
produk sampingan didasarkan pada nilai jual relatifnya. Jika nilai jual produk-
36
produk yang dihasilkan relatif sama atau setidak-tidaknya material jumlahnya bila
dibandingkan dengan seluruh pendapatan (revenues) perusahaan, maka produk-
produk tersebut merupakan produk bersama. Sebaliknya jika nilai jual salah satu
prduk relative kecil bila dibandingkan dengan total pedapatan perusahaan, maka
produk tersebut merupakan produk sampingan. Pembedaan produk bersama dan
produk sampingan atas dasar kriteria nilai jual tersebut memungkinkan produk yang
ada pada suatu saat diperlakukan sebagai produk sampingan, di saat lain dapat
menjadi produk bersama, atau sebaliknya.
Prduk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut
dujual saat terpisah dari produk utama (main product).
37
Setiap pendekatan memiliki dua metode alternative, tergantung pada cara
bagaimana produk sampingan dilaporkan dalam rugi laba. Dua metode pengakuan
aktiva adalah sebagai berikut:
Metode Pengakuan Aktiva
38
Pendapatan lain-lain pada saat produksi - 100
Laba sebelum pajak $ 6.100 $ 6.100
Metode Pendapatan
Metode pendapatan mengakui produk sampingan pada saat penjualan. Metode
pendapatan disesuaikan pada konsep-konsep akuntanasi keuangan, yaitu realisasi
pendapatan, materialitas, dan biaya manfaat. Metode ini konsisten dengan pendapat
bahwa pendapatan bersih produk sampingan seharusnya dicatat pada saat penjualan
karena ini merupakan titik di mana pendapatan direalisasi. Metode pendapatan
sesuai digunakan pada saat nilai produk sampingan tifak material, artinya sangat
kecil dalam hubungannya dengan pendapatan bersih. Untuk pertimbangan biaya
manfaat banyak perusaaan yang menggunakan metode pendapatan karena
kemudahannya.
Sisa bahan (Scrap Materials), didalam proses produksi, tidak semua bahan baku
dapat menjadi bagian produk jadi. Bahan yang mengalami kerusakan di dalam
proses pengerjaannya disebut sisa bahan. Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung
dari harga jual sisa bahan itu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya
39
tidak dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualannya. Tetapi
jika harga jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa bahan
tersebut ke dalam kartu persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh bagian
produksi ke bagian gudang. Jika didalam proses produksi terdapat sisa bahan,
masalah yang timbul adalah bagaiman memperlakukan hasil penjualan sisa bahan
tersebut. Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai :
40
penjualan sisa bahan digunakan untuk mengurangi biaya produksi. Hasil penjualan
sisa bahan dapat pula dilakukan sebagai penghasilan di luar usaha dan tidak sebagai
pengurangan biaya produksi. Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan
adalah sebagai berikut :
41
sisa bahan sebesar Rp10.000.000 tersebut harus dikurangi sebesar Rp3.750.000
(750 x Rp5.000) yaitu jumlah hasil penjualan yang belum direalisasikan. Jurnal
penyesuaian yang dibuat pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:
Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp3.750.000
Penghasilan yang Belum Direalisasikan Rp3.750.000
Akhir periode akuntansi juga perlu dibuat jurnal penyesuaian apabila terjadi
perbedaan antara taksiran harga jual sisa bahan dengan harga jual sesungguhnya,
dalam periode akuntansi tersebut terdapat selisih harga jual taksiran dengan harga
jual sesungguhnya sebesar Rp1.000 per kg (Rp6.000 – Rp5.000), padalah jumlah
sisa bahan yang telah terjualsebanyak 1.250Kg, karena itu jumlah selisih harga jual
adalah sebesar Rp1.250.000 (1.250 Kg x Rp1.000). Jumlah selisih harga jual yang
terjadi dalam suatu periode akuntansi digunakan untuk menyesuaikan rekening
yang semula dikredit pada jurnal pertama diatas. Jurnal penyesuaian karena
adalanya selisih harga jual adalah sebagai berikut :
Persediaan Sisa Bahan Rp1.250.000
Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp1.250.000
Jurnal Pencatatatn Persediaan dan Penjualan Sisa Bahan serta Jurnal Penyesuaian
Adanya Persediaan Sisa Bahan yang Belum Laku Dijual daan Selisih Harga
Hasil Penjualan sisa bahan Persediaan sisa bahan
3.750.000 10.000.000 10.000.000 7.500.000
R/L 7.500.000 1.250.000 1.250.000 N 3.750.000
11.250.000 11.250.000 11.250.00 11.250.000
42
sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Meskipun
demikian ada beberapa metode untuk mengalikasikan biaya bersama kepada produk
utama dan produk sampingan. Metode akuntansi yang digunakan untuk
memperlakukan produk sampingan dapat dibagi menjadi dua golongan :
43
Penyajian Pendapapatan Penjualan Produk Sampingan Sebagai Penghasilan di Luar
Usaha
a. Nilai produk sampingannya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan
b. Penggunaan metode yang lebih teliti memerlukan biaya yang tidak
sebanding dengan manfaat yang diperoleh
c. Saat terpisahnya produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan
pembebeanan harga pokok sampingan kepada produk utama tidak
mengakibatkab oerbedaan yang mencolok pada harga pokok produk utama.
44
sampingan sebesar Rp4.000 dikurangkan dengan harga pokok penjualan sehingga
menghasilkan laba bruti Rp54.000 (Rp100.000 – Rp46.000). Laba bersih sebelum
pajak tetap sama sebesar Rp24.000
Metode Nilai Pasar Atau Reversal Cost Method. Metode perlakuan produk
sampingan ini pada dasarnya sama dengan metode terakhir yang telah dijelaskan di
atas. Ada perbedaan sedikit di antara keduanta, yaitu kalau pada metode terakhir
yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan
sesungguhnya produk sampingan, sedangkan dalam metode nilai pasar ini yang
dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini mencoba
menaksir biaya produk sampingan dengan titik tolak nilai pasarnya. Taksiran biaya
produk sampingan pada saat terpisah ini kemudian dikurangkan dari biaya bersama
untuk mendapatkan biaya produk bersama.
45
Nilai produk sampingan Rpxx
Taksiran biaya pemasaran produk sampingan Rpxx
Taksiran biaya administrasi & umum produk sampingan xx
Taksiran biaya pengelolaan setelah saat terpisah xx
Taksiran laba bruto xx
xx
Taksiran biaya produk sampingan pada saat terpisah Rpxx
46
Nilai produk sampingan yang harus dikurang dari biaya
bersama (taksiran biayapada saat terpisah) 250.000 –
Harga pokok produk utama Rp6.150.000
Laporan Laba Rugi dengan Replacement Cost Method dalam Perlakuan terhadap
Produk Sampingan
Pendapatan penjualan produk utama Rp45.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi 18.000 x Rp1,50 Rp27.000
Dikurangi: Biaya pengganti produk sampingan 1.800 -
25.200
Dikurangi: Persediaan akhir 3.000Kg x Rp1,40 4.200 -
21.000 -
Laba bruto Rp24.000
47
Biaya pemasaran dan administrasi & umum 4.000 -
Laba bersih sebelum PPh Rp20.000
48
2.8 Melaksanakan Perhitungan Jika ada Pembebanan Biaya Untuk produksi
bersama
Metode nilai jual Relatif. Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan
biaya bersama kepada produk bersama. Dasar permikiran metode ini adalah bahwa
harga ual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
mengolah produk tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi pada produk
lainnya, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersrbut lebih banyak
bila dibandingkan dengan produk yang lain. Oleh Karena itu menurut metode ini,
cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai
jual relatif masing-masing prduk yang dihasilkan.
Misalkan biaya bersama yang dikeluarakan oleh PT El Sari selama satu periode
akuntansi berjumlah RP750.000. Jumlah dan harga jual per satuan produk yang
yang dihasilkan perusahaan tampak sebagai berikut
49
Alokasi Biasa Bersama dengan Metode Nilai Jual Relatif
Harga
Alokasi
Nilai pokok
biaya
jual Produk
bersama
Bersama/Kg
Jmlh
Produk Harga Nilai Jual (3) x (4) x
(5) : (1)
yang Jual/Kg (1) x (2) 1.000.000 750.000
dihasilkan
A 15.000 Kg Rp 10,0 Rp 150.000 15% Rp112.500 Rp 7,50
B 20.000 Kg Rp 17,5 Rp 350.000 35% Rp262.500 Rp 13,13
C 25.000 Kg Rp 12,0 Rp 300.000 30% Rp225.000 Rp 9,00
D 10.000 Kg Rp 20,0 Rp 200.000 20% Rp150.000 Rp 15,00
70.000 Kg Rp1.000.000 100% Rp750.000
Pemakaian metode nilai jual relatif dalam mengalokasikan biaya bersama ini akan
menghasilkan persentaselaba bruto dari hasil penjualan yang besarnya sama untuk
setiap jenis produk tersebut.
Metode satuan fisik. Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok
produk bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing
produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada prosuk atas
dasar koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku yang tedapat dalam masing-masing
produk. Koefisien fisik ini dinyatakan dalam satuanberat,volume, atau ukuran lain.
Dengan demikian metode ini menghendaki bahwa produk bersama yang dihasilkan
harus dapat diukur dengan satuan ukuran pokok yang sama.
50
Kerosin 1.000 10,21
Minyak pelumas 300 3,06
Minyak bakar 5.000 51,03
Gas 300 3,06
Produk-produk lai 400 4,08
Jumlah 9800 100,00
Jumlah yang hilang dalam proses 200
10.000
Persentase di atas sama dalam setiap proses produksi, maka hal ini dapat digunakan
untuk mengalokasikan biaya bahan baku yang dipakai. Upah langsung dapat juga
dialokasikan dengan memakai presentase tersebut, kecuali bila ada metode lain
yang lebih teliti.
Misalkan selama pengolahan 10.00 barells minyak mentah tersebut, harga pokok
bahan baku yang dipakai berjumlah Rp15.000.000. Alokasi harga pokok bahan
baku tampak seperti ini
Metode Rata-Rata Biaya Persatuan. Metode ini hanya dapat digunakan bila
produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya
metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk
yang sama dari satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini
harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan proposi kuantitas yang
51
diproduksi. Jalan pikiran yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena
semua metode produk dihasilkan dari proses yang sama, maka tidak mungkin biaya
untuk mempromosikan satu satuan produk berbeda satu sama lain.
Rata-rata biaya per 1.000 meter 3 digunakan untuk menghitung harga pokok
berbagai macam kayu yang mempunyai mutu yang berbeda sesuai dengan prposi
kuantitasnya masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
Metode Rata-Rata Tertimbang. Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan
dasar yang dipakai dalam mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas
produksi, maka dalam metode rata-rata tertimbang kuantitas produksi ini diakali
dulu dengan angka penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi.
Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan
yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, dan pembedaan
jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilkan.jika yang
dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk maka metode
alokasinya disebut metodenilai jual relatif.
52
Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Rata-Rata Tertimbang
Jumlah yang
diproduksi x Alokasi Biaya
Angka Bersama
penimbang
Jumlah {(3):215.00} x
Angka (1) x (2)
yang 64.500.000
Penimbang
Diproduksi
Produksi 1 2 3 4
A Rp 40.000 3 Rp 120.000 Rp36.000.000
B Rp 35.000 2 Rp 70.000 Rp21.000.000
C Rp 25.000 1 Rp 25.000 Rp7.500.000
Rp 215.000 Rp64.500.000
53
2.9 Menganalisis Harga Pokok Variabel ( Variable Costing) dan Harga Pokok
Penuh (Full Costing)
Harga Pokok Variabel (Variable Costing) adalah metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja kedalam
harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri
dari
Harga Pokok Penuh (Full Costing) atau sering juga disebut absorption atau
conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang
membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berprilaku tetap maupun variable
kepada produk. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari :
54
Biaya bahan baku Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xx
Biaya Overhead pabrik tetap Rp xx
Biaya overhead pabrik variable Rp xx
Harga pokok produk Rp xx
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik,baik yang berprilaku tetap
maupun variable, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka pda kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Oleh karna itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga
pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku
dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila
produkjadi tersebut telah dijual. Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada
produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka jika
dalam suatu periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang
dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied factory
overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underappliedfactory
overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual
maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan
untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam
persediaan tersebut. Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi
pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak
mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba rugi sebelum produk laku dijual.
Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai
biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik
yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun yang variable, masih dianggap
sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut
terjual. Sebaliknya metode variable costing tidak menyetujui penundaan
oembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut (atau dengan kata lain tidak
menyetujui pembebanan biaya overhead tetap kepada produk).
Full costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan periode cost.
Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan produk yang
dihasilkan, sedangkan periode cost adalah biaya-biaya yang tidak ada hubungannya
55
dengan produksi dan dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya
yang termasuk dalam periode cost menurut full costing adalah biaya pemasaran dan
biaya adinistrasi umum (baik yang berperilaku tetap maupun variable)
Ditinjau dari penyajiaan laporan laba dan rugi, perbedaan pokok antara metode
variable costing dengan full costing adalah terletak oada klarifikasi pos-pos yang
disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode
full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan
biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-cost
classification). Dilain pihak laporan laba rugi metode variable costing
menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (classification by cost behavior).
Berikut ini disajikan contoh perhitungan laba rugi menurut Metode Full Costing
dan Metode Variable Costing:
56
- Tarif Tetap 8 8 8
Biaya administrasi & Umum:
Variable per unit dijual 3 3 3
Tetap 400 400 400 1.200
Biaya pemasaran
Variable per unit yang dijual 10 10 10 6.150
Tetap 1.000 1.000 1.000 3.000
Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar unit produk yang
dihasilkan. Tarif biaya overhead pabrik dihitung atas dasar kapasitas produksi
normal per bulan sebnayak 200Kg, dengan taksiran biaya overhead pabrik variable
sebesar Rp800 dan biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp1.600 sebulan. Tarif
standar biaya overhead pabtik tersebut berasal dari perhitungan berikut:
Tarif biaya overhead pabrik variabel : Rp800 : 200 = Rp4 per Kg
Tarif biaya overhead pabrik tetap : Rp1.600 : 200 = Rp8 per Kg
Biaya produksi per unit menurut metode full costing dan variable costing dihitung
seperti berikut :
Harga pokok per Unit Menurut Metode Full Costing dan Variable Costing
Full Costing Variable Costing
Biaya bahan baku Rp20 Rp20
Biaya tenaga kerja 10 10
Biaya overhead variable 4 4
Biaya overhead pabrik tetap 8 -
Biaya produksi per unit 42 34
Perbandingan cara penentuan harga pokok produk dan perhitungan laba rugi
menurut metode full costing dan variable costing sebagai berikut:
57
Volume penjualan unit 190 190 165
Hasil penjualan volume x Rp100 19.000 19.000 16.500
Harga pokok Penjualan
Persediaan awal 1.260 1.680 630
Biaya bahan baku 4.000 3.300 3.300
Biaya tenaga kerja 2.000 1.650 1.650
Biaya overhead pabrik variabel 800 600 660
Biaya overhead pabrik tetap 1.600 1.320 1.320
Harga pokok produk siap dijual 9.660 8.610 7.560
Persediaan akhir 1.680 630 630
Hg. Pk. Penj. Sebelum disesuaikan 7.980 7.980 6.930
Biaya overhead pabrik (lebih) kurang
dibebankan 100 380 380
Harga pokok penjualan setelah
Disesuaikan 8.080 8.360 7.310
Laba Bruto 10.920 10.640 9.190
Biaya Komersial
Biaya Administrasi & Umum :
Variable 570 570 495
Tetap 400 400 400
Biaya pemasaran
Variable 1.900 1.900 1.650
Tetap 1.000 1.000 1.000
Jumlah Biaya Komersial 3.870 3.870 3.545
Laba Bersih 7.050 6.770 5.645
58
Hasil penjualan volume x Rp100 19.000 19.000 16.500
Harga pokok Penjualan
Persediaan awal 1.020 1.360 510
Biaya bahan baku 4.000 3.300 3.300
Biaya tenaga kerja 2.000 1.650 1.650
Biaya overhead pabrik variabel 800 600 660
Harga pokok produk siap dijual 7.820 6.970 6.120
Persediaan akhir 1.360 510 510
Harga pokok penjualan Variabel 6.460 6.460 5.610
Biaya Adm& Umum Variabel 570 570 495
Biaya pemasaran variabel 1.900 1.900 1.650
Total Biaya Variabel 8.930 8.930 7.755
Laba Kontribusi 10.070 10.070 8.745
Biaya Tetap
Biaya overhead pabrik tetap 1.700 1.700 1.700
Biaya Adm. & Um Tetap 400 400 400
Biaya pemasaran Tetap 1.000 1.000 1.000
Jumlah Biaya Komersial 3.100 3.100 3.100
Laba Bersih 6.970 6.970 5.645
59
2.10 Mengidentifikasi beberapa keunggulan Harga Pokok Variable (Variable
Costing)
60
berkepentingan untuk menguji dampak setiap alternative yang akan dipilih terhadap
laba perusahaan. Berikut ini menyajikan pemanfaatan informasi yang dihasilkan
oleh metode variable costing dalam analisis biaya, volume dan laba.
Contoh :
PT. Eliona merupakan perusahaan dagang sepatu. Laporan laba rugi diprediksikan
untuk tahun anggaran 20X1 disajikan sebagai berikut:
Laporan Laba Rugi yang diprediksikan untuk Tahun Anggaran 20X1
Hasil penjualan 2.000 pasang x Rp4.000 Rp8.000.000
Biaya Variabel:
Harga pokok penjualan:
2.000 x Rp2.500 Rp5.000.000
Komisi Penjualan:
2.000 x Rp250 Rp 500.000
Jumlah biaya variabel Rp5.500. 000
Laba kontribusi Rp2.500.000
Biaya tetap:
Sewa toko Rp 720.000
Gaji penjaga toko Rp 200.000
Biaya iklan Rp 100.000
Biaya tetap lain Rp 50.000
Jumlah biaya tetap Rp1.070.000
Laba bersih Rp1.430.000
a. Dalam tahun anggaran 20X1, manajemen puncak merencanakan kenaikan harga
jual rata-rata setiap pasang sepatu sebesar 25%, sedangkan komisi oenjualan
akan dihapuskan dan diganti dengan penambahan gaji penjaga took per bulan
sebesar Rp200.000 per bulan, bagaimanakah dampak rencana tersebut terhadap
laba bersih perusahaan?
b. Apabila dalam tahun anggaran 20X1 diharapkan biaya tetapnya tidak mengalami
perubahan, sedangkan manajemen puncak menghendaki laba bersih sebesar
Rp2.000.000, berapakah jumlah pasang sepatu yang harus dijual dalam tahun
anggaran tersebut?
61
Kedua macam alternative tersebut dapat dievaluasi dengan mudah atas dasar
informasi yang dihasilkan oleh metode variable costing.
a. Rencana manajemen puncak akan mempunyai pengaruh terhadap laba bersih
tahun anggaran 20X1, seperti disajikan pada gambar berikut:
Laporan Laba Rugi yang diprediksikan untuk Tahun Anggaran 20X1
Hasil penjualan 2.000 pasang x Rp4.000 Rp8.000.000
Biaya Variabel:
Harga pokok penjualan:
2.000 x Rp2.500 Rp5.000.000
Komisi Penjualan -
Jumlah biaya variabel Rp5.000.000
Laba kontribusi Rp5.000.000
Biaya tetap:
Sewa toko Rp 720.000
Gaji penjaga toko Rp 200.000
Biaya iklan Rp 100.000
Biaya tetap lain Rp 50.000
Jumlah biaya tetap Rp1.270.000
Laba bersih Rp3.730.000
b. Rencana penjualan dalam tahun anggaran 20X1 untuk memperoleh laba sebesar
Rp2.000.000 adalah:
Biaya tetap + Laba yang diinginkan = 1.070.000 + 2.000.000
Ratio Laba Kontribusi 2.500.000 / 8.000.000
= 3.070.000
0,3125
= Rp9.824.000
Harga pasang sepatu dalam tahun 20X1 sebesar Rp4.000, maka dalam tahun
anggaran20X1 harus dapat dijual 2.456 pasang sepatu (Rp9.824.000 : Rp4.000)
untuk mendaoatkan laba sebesar Rp2.000.000
62
2. Variable costing dalam Pengambilan keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan
jangka pendek, dalam pembuata keputusan jangka pendek yang menyangkut
mengenai perubahan volume kegiatan, periode costs tidak relevan karena tidak
berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan.
Contoh:
PT. Eliona memproduksi dan menjual produk A. Biaya oer satuan produk A adalah
sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp 100
Biaya tenaga kerja variabel Rp 200
Biaya overhead pabrik variabel Rp 300
Biaya pemasaran dan administrasi variabel Rp 250
Jumlah biaya variabel Rp 850
Biaya tetap Rp 150
Harga pokok ProdukA per satuan Rp1000
PT. Eliona menerima pesanan sebanyak 1.000 satuan produk A diluar penjualan
rutin. Harga yang diminta oleh pemesan adalah Rp900 per satuan. Menurut metode
variabel costing perusahaan akan memperoleh tambahan laba kontribusi sebesar
1.000 x (Rp900 – Rp850) = Rp50.000, jika biaya tetap diharapkan konstan, berarti
tambahan laba kontribusi tersebut akan menaikkan laba bersih sebesar Rp50.000.
Metode variable costing apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba
kontribusi guna menutup biaya tetap adalag lebih baik daripada harga jual yang
tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.
BAB III
63
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
64
DAFTAR PUSTAKA
65