PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat menentukan dalam kemajuan
suatu Negara.Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku,
adat, agama, bahasa, dan lain-lain. Kesatuan ini akan menjadi bentuk Negara secara
plural melalui pendidikan. Perbedaan ini dapat disatukan agar tidak terjadi diskriminasi
yang menyudutkan pada salah satu golongan sehingga pembangunan Indonesia
terlambat. Pada prinsipnya, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang
menghargai perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan struktur dan
proses dimana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi. Tentu saja untuk mendesain
pendidikan multicultural secara praksis, itu tidaklah mudah.Tetapi, paling tidak kita
mencoba melakukan ijtihad untuk mendesain sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
multikulturalisme. Setidaknya ada dua hal bila kita akan mewujudkan pendidikan
multikulturalisme yang mampu memberikan ruang kebebasan bagi semua kebudayaan
untuk berekspresi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Pendidikan Multikultural?
2. Apa saja dasar Pendidikan Multikultural?
3. Apa saja tujuan Pendidikan Multikultural?
4. Bagaimana Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural ?
5. Apa saja fungsi pendidikan multikultural?
6. Bagaimanakah Paradigma Baru Pendidikan Multikultural?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Multikultural
2. Untuk mengetahui dasar pendidikan multikultural
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan multikultural
4. Untuk memahami Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural
5. Untuk mengetahui fungsi pendidikan multikultural
6. Untuk mengetahui paradigma Pendidikan Multikultural
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kata budaya/kultur (culture)di pandang penting karena kata ini membentuk dan
merupakan bagian dari istilah Pendidikan Multikultural. Bagaimana kita mendefinisikan
budaya akan menentukan arti dari istilah Pendidikan Multikultural. Tanpa kita
mengetahui apa arti budaya / kultur, kita akan sulit memahami implikasi pendidikan
multicultural secara utuh. Misalnya jika budaya didefinisikan sebagai warisan dan
tradisi dari suatu kelompok social, maka pendidikan multicultural berarti mempelajari
tentang berbagai (multi) warisan dan tradisi budaya.
Istilah multikultur berakar dari kata kultur yang diartikan sebatas pada budaya
dan kebiasaan sekelompok orang pada daerah tertentu (Ainul Yaqin, 2005:6). Secara
etimologis multiculturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), culture (budaya), dan
isme (aliran atau paham) (H.A.R Tilaar,2004: Punggung). Multicultural sebenarnya
merupakan kata dasar yang mendapat awalan. Kata dasar dasar itu adalah kultur yang
berarti kebudayaan, kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalannya adalah multi yang
berarti banyak, ragam, atau aneka. Dengan demikian, multikultur berarti keragaman
kebudayaan, aneka kesopanan, atau banyak pemeliharaan.
Multikulturalisme merupakan suatu paham atau situasi-kondisi masyarakat yang
tersusun dari banyak kebudayaan.Multikulturalisme sering merupakan perasaan nyaman
yang dibentuk oleh pengetahuan. Pengetahuan dibangun oleh keterampilan yang
mendukung suatu proses komunikasi yang efektif, dengan setiap orang dari sikap
kebudayaan yang ditemui dalam setiap situasi dengan melibatkan sekelompok orang
yang berbeda latar belakang kebudayaannya. Multikulturalisme sebagai sebuah paham
menekankan pada kesenjangan dan kesetaraan budaya-budaya local tanpa mengabaikan
hak-hak dan ekstensi budaya yang ada.
Pengertian “Multikultural” secara luas mencakup pengalaman yang membentuk
persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status social ekonomi, jenis identitas
budaya, bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus.1
2
yang didominasi oleh golongan orang kaya karena ada kebijakan lembaga yang
mengharuskan untuk membayar uang pangkal yang mahal untuk bisa masuk ke sekolah
favorit itu.Sedangkan siswa dengan karakteristik budaya yang berbeda tidak memiliki
kesempatan itu.
3. Proses Pendidikan
Pendidikan multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang tujuannya tidak
akan pernah terealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural harus dipandang
sebagai suatu proses yang terus menerus, dan bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa
tercapai. Tujuan utama dari pendidikan multicultural adalah untuk memperbaiki prestasi
secara utuh bukan sekedar meningkatkan skor.
3
komparatif terhadap kesempatan belajar, pendidik harus memahami secara keseluruhan
bagaimana budaya membentuk gaya belajar, perilaku mengajar, dan keputusan
pendidikan.
7. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial
Tujuan terakhir dari Pendidikan multikultural adalah memulai proses perubahan di
sekolah yang pada akhirnya akan meluas ke masyarakat. Tujuan ini akan melengkapi
penanaman sikap, nilai, kebiasaan dan ketrampilan siswa sehingga mereka menjadi agen
perubahan sosial (social change agents) yang memiliki komitmen yang tinggi dengan
reformasi masyarakat untuk memberantas perbedaan (disparities) etnis dan rasial dalam
kesempatan dan kemauan untuk bertindak berdasarkan komitmen ini. Untuk melakukan
itu, mereka perlu memperbaiki pengetahuan mereka tentang isu etnis di samping
mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan, ketrampilan tindakan sosial,
kemampuan kepemimpinan, dan komitmen moral atas harkat dan persamaan.
8. Memiliki Wawasan Kebangsaan/Kenegaraan yang Kokoh
Dengan mengetahui kekayaan budaya bangsa itu akan tumbuh rasa kebangsaan
yang kuat. Rasa kebangsaan itu akan tumbuh dan berkembang dalam wadah negara
Indonesia yang kokoh. Untuk itu Pendidikan Multikultural perlu menambahkan materi,
program dan pembelajaran yang memperkuat rasa kebangsaan dan kenegaraan dengan
menghilangkan etnosentrisme, prasangka, diskriminasi dan stereotipe.
9. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa sebagai Warga
Dunia.
Hal ini berarti individu dituntut memiliki wawasan sebagai warga dunia (world
citizen). Namun siswa harus tetap dikenalkan dengan budaya lokal, harus diajak
berpikir tentang apa yang ada di sekitar lokalnya. Mahasiswa diajak berpikir secara
internasional dengan mengajak mereka untuk tetap peduli dengan situasi yang ada di
sekitarnya - act locally and globally.
10. Hidup Berdampingan secara Damai
Dengan melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, dengan menjunjung tinggi nilai
kemanusian, dengan menghargai persamaan akan tumbuh sikap toleran terhadap
kelompok lain dan pada gilirannya dapat hidup berdampingan secara damai.2
2
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), hal 9
4
(method and approaches) yang beragam. Adapun metode yang dapat digunakan dalam
pendidikan multikultural adalah sebagai berikut:
1. Metode Kontribusi
5
Metode ini dapat mengubah struktur kurikulum, dan memberanikan pembelajar
untuk memahami isu dan persoalan dari beberapa perspektif etnik dan agama tertentu.
Misalnya, membahas konsep “makanan halal” dari agama atau kebudayaan tertentu
yang berpotensi menimbulkan konflik dalam masyarakat. Metodeini menuntut
pembelajar mengolah pemikiran kritis dan menjadikan prinsip kebhinekaan sebagai
premis dasarnya.
4. Metode Pembuatan Keputusan dan Aksi Sosial
Metode ini mengintegrasikan metode transformasi dengan aktivitas nyata
dimasyarakat, yang pada gilirannya bisa merangsang terjadinya perubahan sosial.
Pembelajar tidak hanya dituntut untuk memahami dan membahas isu-isu sosial, tapi
juga melakukan sesuatu yang penting berkaitan dengan hal itu.
Metode ini memerlukan pembelajar tidak hanya mengeksplorasi dan memahami
dinamika ketertindasan tetapi juga berkomitmen untuk membuat keputusan dan
mengubah sistem melalui aksi sosial. Tujuan utama metode ini adalah untuk
mengajarkan pembelajar berpikir dan kemampuan mengambil keputusan untuk
memberdayakan mereka dan membantu mereka mendaptkan sense kesadaran dan
kemujaraban berpolitik.
Pendekatan-pendekatan yang mungkin bisa dilakukan di dalam pendidikan kultural
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Historis
6
kekinian. Pendekatan ini bisa digabungkan dengan metode kedua, yakni metode
pengayaan.
3. Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi yang berkembang.
Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat mana tradisi yang otentik dan mana
yang tidak. Secara otolatis pebelajar juga bisa mengetahui mana tradisi arab dan mana
tradisi yang datang dari islam.
4. Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis perseorangan secara
tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing pembelajar harus dilihat sebagai manusia
mandiri dan unik dengan karakter dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini
menuntut seorang pebelajar harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan pembelajar
sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja yang cocok untuk pembelajar.
5. Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar untuk berlaku sopan
dan santun, damai, ramah, dan mencintai keindahan. Sebab segala materi kalau hanya
didekati secara doktrinal dan menekan adanya otoritas-otoritas kebenaran maka
pembelajar akan cenderung bersikap kasar. Sehingga mereka memerlukan pendekatan
ini untuk mengapresiasikan segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya
sebagai bagian dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6. Pendekatan Berprespektif Gender
Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada pembelajar untuk tidak
membedakan jenis kelamin karena sebenarnya jenis kelamin bukanlah hal yang
menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan ini, segala
bentuk konstruksi sosial yang ada di sekolah yang menyatakan bahwa perempuan
berada di bawah laki-laki bisa dihilangkan.
Keenam pendekatan ini sangat memungkinkan bagi terciptanya kesadaran
multikultural di dalam pendidikan dan kebudayaan. Dan tentu saja, tidak menutup
kemungkinan berbagai pendekatan yang lainnya, selain enam yang disebutkan tadi di
atas, sangat mungkin untuk diterapkan. Agar terwujudnya pendidikan yang
multikultural di negeri kita Indonesia.
7
E. Fungsi Pendidikan Multikultural
The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) mengajukan sejumlah
fungsi yang menunjukan pentingnya keberadaan dari pendidikan multikultural. Fungsi
tersebut adalah :
1. Memberi konsep diri yang jelas.
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari
sejarahnya.
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada
setiap masyarakat.
4. Membantu mengambangkan pembuatan keputusan (decision making), partisipasi
social, dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills)
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.3
8
orang tertentu.Keempat, masyarakat tidak menghendaki kekerasan dan kesewenang-
wenangan pelaksanaan hak setiap orang.Kelima, pendidikan multikultur sebagai
resistensi fanatisme yang mengarah pada berbagai jenis kekerasan dan kesewenang-
wenangan.Keenam, pendidikan multikultural memberikan harapan dalam mengatasi
berbagai gejolak masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini.ketujuh, pendidikan
multikultutral sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan, social, kalaman, dan keTuhanan.4
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
4
Maslikhah,Pendidikan Mulikultural,(Jawa Tengah:PT.Temprina Media Grafika,2007),hal 43
9
DAFTAR PUSTAKA
10