Makalah Promkes
Makalah Promkes
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosialyang memungkinkan
setiap orang hidup produktifsecara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan
nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar
manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangankerja dan
ketenteraman hidup.
Mengingat tugas kita sebgai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan
bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami
akan membahas tentang “Promosi Kesehatan”.
1
derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan
kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu
dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan.
Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan
teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan
bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan
.Kelima, Demokratisasi. Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin
maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan
paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan
yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu
Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang
bersifat proaktif.
Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang
diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui
kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif.Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif
bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air
bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan
yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong
menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang
memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health
promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their
health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri
orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang
akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus
mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan
agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan
sebagainya).
2
Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada
pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi
kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh
melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan
promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya
melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap
unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu
filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan
usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
d. Bagaimana kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam
etika promosi kesehatan?
n. Bagaimana kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam
etika promosi keperawatan
3
1.3 Tujuan Penulisan
d. Untuk mengetahui kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan
dalam etika promosi kesehatan.
e. Untuk mengetahui Analisis Masalah Kesehatan dan Perilaku dalam promosi kesehatan
n. Untuk mengetahui kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan
dalam etika promosi keperawatan
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri.
Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup
bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban),
cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.
Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya
menfasilitasi perubahan perilaku.
5
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pola Perilaku
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah
perilakunya, yaitu:
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya
menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks
pengetahuan lokal,
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat
menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
2.3.1 Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan
1. Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan
analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor
sendiri oleh masyarakat.
2. Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada tingkat
Kecamatan.
6
3. Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas program
di tingkat Kabupaten dan Propinsi.
Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu dilakukan dengan langkah
kegiatan sebagai berikut :
Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam pelaksanaan Proyek PAMSIMAS
telah dibentuk Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupten. Anggota Tim Teknis Propinsi
dan Tim Teknis Kabupaten, adalah para petugas fungsional atau structural yang menguasai
teknis operasional pada bidang tugasnya dan tidak mempunyai kendala untuk melakukan
tugas lapangan. Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM mengetahui
tentang Proyek PAMSIMAS termasuk Program
Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang dimaksud bisa berupa
dana, kebijakan politis, maupun dukungan kemitraan;
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif menjalin kemitraan
dengan TKC untuk :
Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat bingung masyarakat,
oleh karena itu perlu masyarakat memilih dua atau tiga perubahan perilaku terlebih dahulu.
Perubahan perilaku beresiko diprioritaskan dalam program higiene sanitasi pada Proyek
PAMSIMAS di sekolah dan di masyarakat :
Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat untuk merubah perilaku buang
kotoran ditempat terbuka menjadi perilaku buang kotoran di tempat terpusat (jamban),
masyarakat dapat mulaimembangun sarana sanitasi (jamban keluarga) yang harus dibangun
oleh masing-masing anggotarumah tangga dengan dana swadaya. Masyarakat harus
menentukan kapan dapat mencapai agarsemua rumah tangga mempunyai
jamban.Pembangunan sarana jamban sekolah, tempat cuci tangan dan sarana air bersih di
sekolah, menggunakan dana hibah desa atau sumber dana lain. Fasilitator harus mampu
memberikan informasipilihan agar masyarakat dapat memilih jenis sarana sanitasi sesuai
dengan kemampuan dan kondisilingkungannya (melalui pendekatan partisipatori).
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu:
Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat perlu
mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:
a. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan
kegiatan promosi kesehatan secara nasional
8
b. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk
pengembangan model promosi kesehatan di daerah
Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran tingkat Provinsi,
khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai
berikut:
9
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
Dilihat dari sisi seni, yakni aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang
bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah
ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan
dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-
sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
10
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja,
namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung
dalam membuat keputusan yang sehat.
Definisiyang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganyayang
menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasipengalaman belajar yang dirancang
untuk mempermudah adaptasi sukarelaterhadap perilaku yang kondusifbagi kesehatan.
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas.
Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau tujuan apa yang ingin
dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program
kesehatan lainnya.
Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas
dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan
dunia WHO(World Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : “Meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.”
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan
upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
1. Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para
penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal
11
ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan
(decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2. Menjembatani(Mediate)
3. Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan
kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang
tekanannya pada penyebaran informasi.
12
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang
berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan
suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup
promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu:
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
a. promotif,
b. preventif,
c. kuratif, dan
d. rehabilitatif.
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang
yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan dikelompok menjadi dua yaitu :
13
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
1).Advocacy,
3). Empowerment.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau
pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di
institusi pemerintah maupun swasta.
14
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam rangka
advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif.Kiat-kiatnya antara lain
sebagai berikut :
1.Jelas ( clear )
2.Benar ( correct )
3.Konkret ( concrete )
4.Lengkap ( complete )
5.Ringkas ( concise )
6.Meyakinkan ( Convince )
7.Konstekstual ( contexual )
8.Berani ( courage )
10.Sopan ( courteous )
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup
kegiatan persuasif ,memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau
tekanan kepada para pemimpin institusi.
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit
pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat
dibutuhkan advokasi yang baik.
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi
lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh
komitmen politik tersebut.
15
-Penerimaan sosial (Social acceptance )
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program
kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,maka langkah
selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan
masyarakat.
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja
yang jelas mendukung.
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-macam, yaitu :
2.Seminar/presentasi
3.Media
4.Perkumpulan
5.Membangun koalisi
16
3.Membangun kemitraan
4.Memobilisasi massa
5.Membangun kapasitas.
LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap Persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap Penilaian
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
17
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan
dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun
sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
I. ETIKA
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunaniethosyang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang
baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
–Drs. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
–Drs. Sidi Gajalbadalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal.
–Drs. H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
18
1. Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
2. Manner dan Custom,Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan
(adat) yang melekat dalam kodrat manusia(In herent in human nature)yang terikat
dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya;
antara lain:
a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari
hak(The principles of morality, including the science of good and the nature of the
right).
b. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari
kegiatan manusia(The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of
human actions).
c. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual.(The
science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual).
d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban(The science of duty).
- Macam-macam Etika
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau
etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia
secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas
keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan
jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di
dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua
macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
1.Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
19
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.
2.Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa
yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat
menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan
menjadi :
1.Etika umum;yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip
moral.
2.Etika khusus;terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
3. Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antarsesama manusia dalam
aktivitasnya,
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang
nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.Definisi tersebut tidak melihat
kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat,
akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam
20
hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan
merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.
Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua belas
prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
6. Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka
miliki yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan
harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang
mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh
masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling
meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
21
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang dapat membawa
kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu atau orang
lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan kompetensi profesional karyawan mereka.
Institusi kesehatan umum dan karyawan mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan
afiliasi dengan cara yang membangun kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
Kerangka kerja ini menekankan pentingnya hubungan yang kompleks antara orang-
orang. Hubungan tersebut adalah inti dari masyarakat, dan mendukung sejumlah prinsip
etika.
1. Apa tujuan kesehatan masyarakat dari program yang diusulkan, yaitu, dibingkai dalam
bentuk tujuan akhir dari mengurangi morbiditas dan kematian, bukan tujuan terdekat,
misalnya, mengubah perilaku
2. Seberapa efektif program dalam mencapai tujuannya dinyatakan, yaitu, apakah Program
akhirnya menurunkan morbiditas dan mortalitas;
3. Apa yang diketahui atau beban potensial program ini,termasuk risiko privasi dan
kerahasiaan, risiko atas kebebasan dan otonomi dan risiko ke pengadilan.
- Contoh dari Pedoman Perilaku Etis dalam Penelitian Kesehatan Aborigin dan Penduduk
Pribumi Selat Torres.Dokumen ini menggaris bawahi enam nilai pusat:
1. Timbal balik:harus ada keuntungan yang dihargai oleh masyarakat, memberikan kontribusi
untuk masyarakat persatuan dan kemajuan kepentingan mereka;
2. Respect:harus ada rasa hormat terhadap, dan penerimaan dari, nilai-nilai yang beragam;
3. Kesetaraan:semua orang harus diperlakukan sama, dan harus ada pemerataan manfaat
22
4. Kelangsungan Hidup dan Perlindungan:menghindari merugikan Aborigin dan Torres
Strait Islander (ATSI) keunikan budaya dan pengakuan dari sejarah dan pengalaman
masyarakat ATSI;
J. MENETAPKAN SASARAN
1. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau
promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan
menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan
remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan
untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil
pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan
contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social
support).
23
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun
daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan – kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku
para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran
primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan
strategi advokasi.
K. MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
24
1. Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
5. Imunisasi
7. Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat
kesehatan yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan
25
penyelenggaraan yang efisien mutlak diperlukan disamping harus berdasarkan :
Perikemanusiaan, Kesehatan sebagai hak asasi, Pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat
12. Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi pembangunan
kesehatan (DepKes RI, 1999)
14. Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program
pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua
kebijakan pembangunannya. Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan
Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan
kesehatan.
16. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
17. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
18. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan
mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
19. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya
20. Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan
adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
26
22. Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup
garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan
tersebut. Beberapa hal penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999):
pembangunan berwawasan kesehatan
4. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut
melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
5. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.
6. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai
kelompok sasaran.
27
P. HUBUNGAN DENGAN KLIEN
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini
ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah perilaku
masyarakat menuju hidup bersih dan sehat. Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat
yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk
mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh
masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan
masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V
dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan
kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta
memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan
menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi
kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam
promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup
berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk
dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka
bekerja.
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor perilaku)
dan Non Behavioral factor (faktor non perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor
utama yaitu :
28
a. Faktor – faktor predisposisi, yaitu faktor – faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan sebagainya.
b. Faktor – faktor pemungkin, yaitu faktor – faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan.
c. Faktor – faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku.
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus
diluar dirinya.
3. Teori WHO
a. Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat
R. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ETIS
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
29
1. Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi, dilihat
dari status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada klien, mereka
berusaha mengikuti perkembangan promosi kesehatan
2. Promotor kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses
kecuali atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak
kompoten bisa kerjakan.
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung.
Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin
dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar
membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga
berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening takanan darah. Pendekatan
ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medic dan tanggung jawab profesi
kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat,
sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain mengajarkan orang
bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alcohol “ wajar “, mendorong
orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik dan
seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya
hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai
tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya
hidup sehat yang menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
30
dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan
dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan baru dapat
pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan membantu
murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya.
orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses
pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan
melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan
kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan
pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor
kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-
kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka butuhkan
agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai
central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri.
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Suatu masalah adalah suatu
masalah atau kendala yang membuatnya sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
objektif atau tujuan. Ini mengacu pada situasi, kondisi, atau masalah yang belum
31
terselesaikan. Dalam arti luas, sebuah masalah ada ketika seorang individu menjadi sadar
akan perbedaan yang signifikan antara apa yang sebenarnya dan apa yang diinginkan. Dalam
melakukan upaya promkes masalah yang ada perlu dianalisis secara cermat agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Analisis masalah kesehatan merupakan upaya sistematis untuk
mengidentifikasi masalah yang hendak ditanggulangi, dengan mengumpulkan data dasar,
membuat rumusan masalah, mencari “akar” masalah dan prioritas masalah sehingga hasil
analisis harus dapat dirumuskan secara jelas. Perilaku, promosi kesehatan sebagai proses
perubahan perilaku. Tujuan promosi kesehatan adalah mengubah perilaku individu,
kelompok, dan masyarakat menuju hal-hal positif secara terencana melalui proses belajar.
Perubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Melalui promosi kesehatan (perilaku sehat) akan terjadi emosi yang positif,
pengetahuan yang baik, pikiran sehat, keinginan yang realistis, dan lain sebagainya yang
selanjutnya perilaku tersebut di aplikasikan secara nyata oleh tiap-tiap individu dalam
lingkungan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sasaran perlu ditetapkan agar promosi kesehatan dapat tercapai sesuai dengan yang
diinginkan. Missal sasaran pada ibu hamil, balita, lansia, penyakit khusus dengan resiko
tinggi. Juga menyangkut strategi individu, kelompok, dan masyarakat. Kelompok sasaran:
jelas,realistis,dan bisa diukur. Telah di sebutkan di atas bahwa tujuan akhir atau visi promosi
kesehatan adalah kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri. Dari visi ini jelas bahwa yang menjadi sasaran utama promosi kesehatan
adalah masyarakat, khususnya lagi perilaku masyarakat. Namun demikian, karena terbatasnya
sumber daya, akan tidak efektif apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan, baik yang di
selenggarakan oleh pemerintah maupun swasta itu, langsung di alamatkan kepada
masyarakat. Oleh sebab itu perlu di lakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan.
Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran di bagi dalam 3
kelompok sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
Begitu juga tujuan yang diharapkan harus dirumuskan pula secara jelas. Apa akan dicapai
dalam jangka pendek,menengah atau jangka panjang. Tujuan utama promosi kesehatan
adalah menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,memahami apa yang dapat
mereka lakukan terhadap masalahnya dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah
32
dengan dukungan dari luar, serta memutuskan kegiatan yang paling tepat guna meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahtaraan masyarakat. Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat
,bangsa,dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku
dan dalam lingkungan sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu,adil,dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah Indonesia. Tujuan biasanya merupakan hal yang paling penting dalam proses dan
produk. “Proses” promosi kesehatan mencakup cara individu mendapatkan informasi dan
wawasannya, serta bagaimana kemampuan pengambilan keputusan mengalami kemajuan
sejak menggunakan atau membuang informasi yang ia anggap tepat. “Produk” promosi
kesehatan atau hasil akhir, seringkali tidak dapat dihitung sehingga sulit untuk di ukur, tanpa
memerhatikan secara signifikan jumlah sampel, dan jutaan faktor lain yang dapat
menyebabkan efek yang tidak diperhitungkan (Crafter, 1997).
Kehamilan remaja adalah contoh yang baik untuk menformulasikan tujuan aktifitas promosi
kesehatan. Dalam konteks proses, bidan dapat memutuskan mengarahkan tujuan yang di
tetapkan untuk meningkatkan kesadaran masalah seksual di antara ibu remaja pertama kali,
dan memfasilitasi suatu forum tempat membahas dan menggali secara terbuka metode
kontrasepsi, nilai personal, dan menjalin hubungan. Tujuan produk setelah aktivitas seperti
ini mungkin meningkatkan jarak waktu antara bayi pertama dan bayi kedua.
Tujuan dari aktivitas atau proyek promosi kesehatan sebaiknya mencerminkan kebutuhan
pengguna, bukan kebutuhan bidan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang
masalah seksual pada remaja, beberapa di antaranya memilih untuk merencanakan kehamilan
mereka yang tampak menjadi momok kondisi sosialnya, meskipun dapat di perdebatkan
bahwa hal ini mengenai faktor pendidikan dan sosioekonomi yang buruk, bukan pada pilihan
yang sesungguhnya (Teenage Pregnancy Unit [TPU] 2003). Mungkin sulit bagi bidan untuk
menerima keputusan individu mengenai hidupnya, tetapi ini bukan berarti tidak
memperbolehkan bidan untuk menentukan apa yang baik lagi wanita muda tersebut. Ibu usia
remaja sendiri juga harus menentukan masalah karena mereka yang mengetahui dengan baik
tekanan, masalah dan realitas dalam kehidupan mereka, dan mereka menjadi kunci
bagaimana area ini dapat menjadi target yang baik (Social Exclucion Unit [SEU], Health
Develompment Agency, 2004).
33
Bidan yang baik menyadari bahwa hanya dengan perempuan orang per orang atau satu orang
dengan kelompok kecil akan member dampak yang lebih sedikit terhadap alasan mengapa ibu
usia remaja yang hamil pertama kali akan cepat mengandung anak yang ke dua. Berbagai
kasus dalam contoh ini akan lebih baik di bahas pada tingkat komunitas dibandingkan per
individu mengarah pada masalah pendidikan dan sosioekonomi yang memengaruhi ibu baru
usia remaja (SEU 1999, TPU 2003). Oleh sebab itu, aktivitas promosi kesehatan kebidanan
akan bekerja sama dengan lembaga lain, sebagai contoh Sure Start. The Sure Start dan
program Sure Start Plus, merupakan lembaga tempat banyak bidan Inggris Raya
berkecimpung di dalamnya, dan menggambarkan dengan sangat baik bagaimana contoh –
contoh di atas dapat diterapkan dalam praktik melalui kerja mandiri dan bekerja sama dengan
lembaga lain. Sure Start telah memberikan peggunanya pedoman yang sama dalam setiap
proyeknya, telah membawa bidan menjadi salah satu praktisi yang terlibat dan
memperlihatkan kemampuan bidan untuk bekerja sama (Doh 1999b, Wiggins et al. 2003).
Pesan adalah informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi
wajah. Pesan yang akan disampaikan dalam promosi kesehatan adalah pesan yang terus
diingat, dapat juga digunakan sewaktu-waktu oleh sasaran, cara penyampaian menarik,
menggunakan kata-kata yang baik serta ekspresi wajah dan intonasi yang membuat klien
nyaman. Penyebab alasan sasaran lupa pesan yang disampaikan meliputi alasan psikologis,
merasa kurang tertarik dengan pesan yang disampaikan, ingatan (fading), pesan tidak
dipergunakan dalam waktu yang lama, blocking, serta banyak pesan-pesan baru, sedangkan
pesan lama belu melekat secara mantap. Pesan dalam program pembangunan dikelompokkan
dalam pokok-pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan
pembangunan sector lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Ada tujuh
program pembangunan kesehatan yaitu (Depkes, 1999):
34
6. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan;
Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting
untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan sepuluh program
unggulan kesehatan (Depkes,1999):
Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara – cara atai metode
alat – alat bantu atau media yang di gunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan.
Dengan perkataan lain, metode dan teknik promosi kesehatan, adalah dengan cara dan alat
apa yang di gunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan – pesan
kesehatan atau mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat.
Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :
Metode ini di gunakan apabila promoter kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat
berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui sasaran
komunikasi lainnya, misalnya telepon. Cara ini paling efektif, karena antara petugas
35
kesehatan dengan klien dapat saling dialog, saling merespons dalam waktu yang bersamaan.
Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan
alat bantu peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan,
antara lain:
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi
oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku).
2. Wawancara (interview)
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia
tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan,
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar
pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.
Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini di gunakan untuk sasara kelompok.
Sasaran kelompok di bedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil dan kelompok besar.
Disebut kelompok kecil kalau kelompok sasaram terdiri antara 6 – 15 orang, sedang
kelompok besar bila sasaran di atas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode
promosi kesehatan kelompok juga di bedakan menjadi 2 yaitu :
1) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya : diskusi
kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran
(role play), kelompok kecil (buzz group) metode permainan simulasi (simulation game), dan
sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini perlu di bantu dengan alat bantu atau media,
misalnya : lembar balik (flip chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.
2) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya : metode
ceramah yang di ikuti atau tanpa di ikuti dengan Tanya jawab, seminar, loka karya, dan
sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu di bantu pula dengan alat bantu
misalnya,overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.
36
c. Metode promosi kesehatan massa
Apabila sasaran promosi kesehatan adalah massal atau public, maka metode – metode dan
teknik promosi kesehatan tersebut tidak akan efektif, karena itu harus di gunakan metode
promosi kesehatan massa. Merancang metode promosi kesehatan massal memang paling
sulit, sebab sasaran publik sangat hiterogen, baik di lihat dari kelompok umur, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosio – budaya dan sebagainya. Kita memahami masing
– masing kelompok sasaran sangat variatif tersebut berpengaruh terhadap cara merespons,
cara mempersepsikan dan pemahaman terhadap pesan – pesan kesehatan. Padahal kita harus
merancang dan meluncurkan pesan – pesan kesehatan tersebut kepada massa tersebut dengan
metode, teknik, dan isi yang sama. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk massa yang
sering di gunakan adalah :
1) Ceramah umum (public speaking), misalnya di lapangan terbuka dan tempat – tempat
umum (public place).
2) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televise. Penyampaian pesan
melalui radio dan TV ini dapat di rancang dengan berbagai bentuk, misalnya : sandiwara
(drama), talk show,dialog interaktif, simulasi, spot dan sebagainya.
3) Penggunaan media cetak, seperti Koran, majalah, buku, leaflet, selebaran, poster, dan
sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak ini juga bermacam – macam, antara lain :
artikel, Tanya jawab, komik, dan sebagainya.
4) Penggunaan media di luar ruangan, misalnya : billboard, spanduk, umbul – umbul dan
sebagainya.
Selanjutnya Saluran Komunikasi atau Media promosi kesehatan adalah semua sarana
atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik, dan media luar ruang sehingga sasaran
dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya
kearah positif terhadap kesehatan.
Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan
Promosi Kesehatan antara lain:
37
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi
a. Media cetak, yaitu media yang mengutamakan pesan-pesan visual umumnya terdiri
dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Macam-macam dari media
cetak antara lain: poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan
pamflet.
b. Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektonika. Adapun macamnya antara lain
televise, radio, video, slide, flim, cassette, CD dan VCD.
c. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar ruang secara
umum, misalnya papan reklame, spanduk, banner dan TV layar lebar.
5. Imunisasi;
38
Pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehatan yang layak
bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian, dan penyelenggaraan yang efisien mutlak
diperlukan di samping harus berdasarkan hal-hal berikut:
Kamus Oxford Concise Dictionary of Current English (Allen 1993) mendefinisikan evaluasi
sebagai “suatu proses pengkajian dan penilaian”. Evaluasi merupakan proses yang kita
lakukan setiap hari, baik oleh profesional maupun individu. Jika evaluasi dikaitkan dengan
pengkajian dan penilaian kelayakan suatu aktivitas, berarti kita melakukan proses tersebut
untuk merefleksikan tindakan kita dan kemudian memperbaiki tindakan tersebut atau
melanjutkannya (Katz dan Perberdy 2001).
Dalam promosi kesehatan evaluasi diselenggarakan dalam praktik dan ditujukan untuk
merefleksikan atau membentuk praktik promosi kesehatan secara eksplisit. Tones dan Tilford
(1994, hlm. 49) menyatakan bahwa:
Evaluasi berfokus pada pengkajian suatu aktivitas terhadap nilai dan tujuan dalam beberapa
cara yang hasilnya dapat berkontribusi dalam pembuatan keputusan dan/ suatu kebijakan di
masa datang.
39
jawaban atau pertanyaan di atasa atau bekerja sama dengan pihak yang terlibat, untuk
diperlukan pesan-pesan sederhana,positif,dan menarik yang dirancang untuk
dikomunikasikan lewat sarana local seperti poster, leaflet.
4. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut
melalui diskusi terfokus,wawancara dan uji coba perilaku
5. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.
6.Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai
kelompok sasaran.
40
lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi, dan menyampaikan informasi
secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengn promosi kesehatan. Tenaga kesehatan
masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat
melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga
kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada
waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
Bagi orang yang berbeda, kesehatan adalah hasil interaksi berbagai faktor,baik faktor
internal (fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik,
ekonomi, pendidikan, dan sebagainya). Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain diluar masalah kesehatan itu sendiri. Menurut Henrik L.Blum
(1974)seperti dikutip Azwar (1983), terdapat empat faktor yang memiliki pengaruh besar
terhadap kesehatan, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan yang saling memengaruhi. Perilaku adalah resultan antarstimulus (faktor
eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku
tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik
dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini
disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada tiga teori yang sering menjadi
acuan dalam penelitian kesehatan.
Ada dua determinan masalah kesehatan tersebut yaitu faktor perilaku (behavioural factor) dan
faktor nonperilaku (non behavioural factor). Faktor-faktor tersebut ditentukan oleh tiga
faktor utama. Pertama, faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,keper
cayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Kedua, faktor-faktor pemungkin, yaitu faktor-
faktor yang memungkinkan atau yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku serta
tindakan. Ketiga faktor-faktor penguat,yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku.
41
dukungan dari masyarakt sekitar (social support),terjangkaunya informasi yaitu tersediannya
informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang., adanya
otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan, dan adanya kondisi dan situasi
yang memungkinkan.
Ada empat determinan yaitu pemikiran dan perasaan yang merupakan modal awal untuk
bertindak atau berperilaku, adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang
dipercaya,sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat, dan sosiobudaya yang merupakan faktor eksternal untuk
terbentuknya perilaku seseorang.
Kini makin disadari kesehatan dipengaruhi oleh determinan sosial dan lingkungan, fisik dan
biologi. Ada sepuluh determinan sosial yang dapat memengaruhi kesehatan.
1. Kesenjangan Sosial
Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi lemah, biasanya sangat rentan dan beresiko
terhadap penyakit, serta memiliki harapan hidup yang rendah.
2. Stress
Stress merupakan keadaan psikologis/jiwa yang labil. Kegagalan menanggulangi stress, baik
dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di lingkungan kerja, akan memengaruhi kesehatan
seseorang.
3. Pengucilan Sosial
Kehidupan di pengasingan atau perasaan terkucil akan menghasilkan perasaan tidak nyaman,
tidak berharga, kehilangan harga diri,akan memengaruhi kesehatan,fisik,dan mental.
4. Kehidupan dini
Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal kehidupan. Pertumbuhan
fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang kurang baik pada awal kehidupan akan
memberi dampak pada kesehatan fisik,mental dan kemampuan intelektual masa dewasa.
42
5. Pekerjaan
Stress ditempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian. Syarat-syarat
kesehatan ditempat kerja akan membantu meningkatkan derajat kesehatan.
6. Pengangguran
Pekerjaan merupak penopang biaya kehidupan. Jaminan pekerjaan yang mantap akan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, bagi diri dan keluarganya.
7. Dukungan Sosial
Hubungan sosial termasuk diantaranya adalah persahabatan serta kekerabatan yang baik
dalam keluarga dan juga ditempat kerja.
8. Penyalahgunaan Napza
9. Pangan
Ketersediaan pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga untuk pangan, serta cara makan
berpengaruh terhadap kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kekurangan gizi maupun
kelebihan gizi berdampak terhadap kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Etika pada umunya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai otonomi moral.
Manusia mempunyai hak kewajiban untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya,
sertamempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Keberadaan etika dalam strata
kehidupan sosial tidak terlepas dari system kemasyarakatan. Manusia terdiri atas aspek
jasmaniah dan aspek rohaniah. Etika bertujuan sebagai alat bantu utnuk mengukur perilaku
dan moral, menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat dan profesi
43
bidan. Menurut Americans Ethic Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi
adalah:
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yaitu petugas
kesehatan tidak boleh secara sengaja menunda pelayanan atau informasi peningkatan status
pengetahuan klien dapat bermanfaat terhadap pengembangan promosi kesehatan kepada klien
tersebut;petugas kesehatan menghargai kerahasiaan informasi klien kecuali atas permintaan
hukum atau demi kepentingan klien;dan petugas kesehatan yang tidak kompeten tidak boleh
mengerjakan kegiatan promosi kesehatan.
44
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunaniethosyang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang
baik.
B. Saran
1. Bidan
Dalam melakukan promosi kesehatan bidan harus menjaga hubungan dengan klien,
agar isi dari promosi kesehatan yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan oleh klien.
2. Klien
Dalam menerima promosi kesehatan klien harus berperan dalam menentukan keputusan
untuk dirinya sendiri.
45
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan
http://www.scribd.com/doc/71379835/Etika- Promosi-Kesehatan-Bagian-1
http://penerbitsalemba.com/v2/product/view/731
46