Anjjing Franco
Anjjing Franco
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penellitian Peendidikan
yang diampu oleh:
Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS AIFO
Disusun oleh :
HABIB NUR MUHAMMAD 1700433
ELYNADHITA SUPRIYATIN 1700565
ADITYA AL ASYARI SIRADJUDIN 1701337
MUHAMAD NAOVAL 1702541
YOGA ARDIANSYAH 1702909
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelsaikan makalah yang berjudul “Contoh Analisis Data dan
Pengujian Hipotesis” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah Penelitian Pendidikan.
Makalah ini merupakan pembelajaran atau sebagai sumber referensi
bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna untuk semua masyarakat,
mahasiswa, dan khusunya bagi pembaca makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini mempunyai kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun pada diri kami yang intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Agar pembaca mengetahui cara menganalisis data
1.3.2. Agar pembaca cara menguj hipotesis
1
1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah dan presentasi dari makalah tentang contoh
analisis data dan pengujian hipotesis adalah agar penulis dan mahasiswa PJKR B dapat
menganalis dan menguji hipotesis denganbaik sehingga dilancarkan dalam menulis
karya tulis ilmiah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Variabel Penelitian
Pada penelitian itu variabel penelitiannya adalah: gaya kepemimpinan kepala
sekolah (A1), dan situasi kepemimpinan (A2) sebagai variabel independen dan iklim
organisasi sekolah (B) sebagai variabel dependen.
3. Paradigma Penelitian
A1
A1 : Kepemimpinan KS
A2 : Situasi Kepemimpinan
B
B : Iklim kerja organisasi sekolah
A2
3
b. Guru berpendidikan S1 diambil sebanyak 14 orang dengan 10 orang pria dan
4 orang wanita.
c. Guru berpendidikan D3 diambil sebanyak 20 orang dengan 14 orang pria dan
6 orang wanita.
5. Rumusan Masalah
a. Rumusan Masalah deskriftif:
1) Seberapa baik gaya kepemimpinan kepala SMA Widyaloka?
2) Seberapa baik situasi kepemimpinan di SMA Widyaloka?
3) Seberapa baik iklim oraganisasi SMA Widyaloka?
b. Rumusan Masalah Asosiatif (Hubungan):
1) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan
kepala sekolah dengan iklim kerja oraganisasi SMA Widyaloka?
2) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara situasi kepemimpinan
dengan iklim oraganisasi SMA Widdyaloka?
3) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan
kepala sekolah dengan situasi kepemimpinan di SMA Widyaloka?
4) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala
sekolah dan situasi kepemimpinan seccara bersama-sama dengan iklim
organisasi SMA Widyaloka
c. Rumusan Masalah Komparatif: ( yang dikomparasasikan adalah persepsi
antara kelompok guru berdasarkan jenjang pendidikan S2, S1, D3, dan jenis
kelamin pria wanita terhadap nilai variabel yang diteliti)
1) Adakah perbedaan gaya kepemimpinan kepala sekolah yang signifikan
menurut persepsi guru yang berpendidikan S2, S1, dam D3?
2) Adakah perbedaan situasi kepemimpinan yang signifikan menurut
persepsi guru yang berpendidikan S2, S1, dan D3?
3) Adkah perbedaan iklim kerja organisasi sekolah secara sIgnifikan menurut
persepsi guru yang berpendidikan S2, S1, dan D3?
4
4) Adakah perbedaan gaya kepemimpinan kepala saekolah yang signifikan
berdasarkan persepsi guru pria dan wanita?
5) Adakah perbedaan situasi kepemmpinan yang signifikan berdasarkan
persepsi guru pria dan wanita?
6) Adakah perbedaan iklim kerja organisasi sekolah yang signifikan
berdasarkan persepsi guru pria dan wanita?
5
2) Terdapat perbedaan situasi kepemimpinan yang signifikan berdasarkan
persepsi kelompok guru pria dan wanita.
3) Terdapat perbedaan iklim organisassi SMA yang signifikan berdasarkan
persepsi kelompok guru pria dan wanita.
4) Terdapat perbedaan gaya kepempinan kepala sekolah yang signifikan
berdasarkan persepsi guru yang berpendidikan S2, S1, D3?
5) Terdapat perbedaan situasi kepemimipinan yang signifikan berdasarkan
persepsi guru yang berpendidikan S2, S1 dan D3?
6) Terdapat perbedaan iklim organaisasi SMA yang signigfikan berdasarkan
persepsi guru yang berpendidikan S2, S1 dan D3?
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan instrument seperti yang tertera pada Bab
Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian. Terdapat tiga instrument yaitu intrumen
gaya kepemimpinan dengan tiga indicator dan 18 butir (no 19 s/d 24tidak dipakai), situasi
kepemimpinan dengan 3 indikator dan 18 butir , dan iklim organisasi dengan 7 indikator
dan 14 butir pertanyaan atau pernyataan.
6
antara lain dengan Kertas Peluang dan Chi Kuadrat. Pada kesempatan ini digunakan Chi
Kuadrat untuk menguji normalitas data.
Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai
berikut:
1. Merangkum data seluruh variable yang akan diuji normalitasnya. Dalam
hal ini data gaya kepemimpinan,situasi kepemimpnan, dan iklim kerja
organisasi yang ada pada table 9.1,9.2, dan 9,3 dirangkum ke dalam table
9.4 berikut.
2. Menentukan jumlah kelas interval. Dalam hal ini jumlah kelas
intervalnya=6, karena luas kurve normal dibagi menjadi enam, yang
masing-masing luasnya adalah: 2,7%; 13,34%; 33,96%; 33,96%, 13,34%,
2,7%.
3. Menentukan panjang kelas interval yaitu:
(data terbesar-data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval (6).
4. Menyusun ke dalam table distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan
table penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat (lihat contoh
berikut).
5. Menghitung frekuensi yang diharapkan (𝑓ℎ ), dengan cara mengalikan
persentase luas tiap bidang kurve normal dengan jumlah anggota sampel.
6. Memasukkan harga-harga 𝑓ℎ ke dalam table kolom 𝑓ℎ , sekaligus
(𝑓𝑜 −𝑓ℎ )2
menghitung harga-harga (𝑓𝑜 -𝑓ℎ ) dan dan menjumlahkannya.
𝑓ℎ
(𝑓𝑜 −𝑓ℎ )2
Harga adalah merupakan harga Chi Kuadrat (𝑥ℎ2 ) hitung.
𝑓ℎ
Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga
Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat table(𝑥ℎ2 ≤ 𝑥𝑡 2 )
maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal.
a) Pengujian Normalitas Data Gaya Kepemimpinan (x_1)
Seperti telah dikemukakan dalam langkah-langkah pengujian normalitas data,
maka data variable gaya kepemimpinan kepala sekolah ke dalam table
penolong yaitu table 9.5.
7
Bedasarkan perhitungan, ditemukan harga Chi Kuadrat hitung =10,7. Harga tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat Tabel (Lampiran Tabel VI), dengan
dk (derajat kebebasan) 6-1 = 5. Bila dk 5 dan taraf kesalahan 5%, maka harag Chi
Kuadrat Tabel = 11,070. Karena harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Chi
Kuadrat table (10,7< 11,070), maka distribusi data gaya kepemimpinan kepala sekolah
(𝑥1 ) tersebut normal.
b) Pengujian Normalitas Data Situasi Kepemimpinan (𝒙𝟐 )
Cara pengujian normalitas data untuk variabel situasi kepemimpinan dan
iklim organisasi SMA seperti cara pengujian normalitas data untuk variabel gaya
kepemimpinan. Data untuk variabel situasi kepemimpinan (𝑥2 ) disusun ke dalam
table 9.6 dan variabel iklim kerja organisasi (Y) disusun ke dalam table 9.7.
Berdasarkan perhitungan ditemukan harga Chi Kuadrat hitung =3,8. Harga
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat Tabel, dengan dk
(derajat kebebasan) 6-1 =5. Bila dk 5 dan taraf kesalahan 5%, maka harga Chi
Kuadrat Tabel= 11,070. Karena harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga
Chi Kuadrat table (3,8< 11,070), maka distribusi data variabel situasi
kepemimpinan (𝑥2 ) tersebut normal.
8
10. Teknik Statistik untuk Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Berbagai Teknik Statistik yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis dapat
dilihat pada table 8.1 yaitu Pedoman memilih teknik statistic untuk pengujian
hipotesis(Bab VIII).
Pertimbangan yang diperlukan adalah jenis data dan bentuk hipotesis.
Hipotesis deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel secara mandiri
antara data sampel dan data populasi (jadi bukan dugaan nilai komparasi atau asosiasi).
Namun dalam penelitian social, hipotesis deskriptif ini jarang dirumuskan. Bila hipotesis
deskirptif tidak dirumuskan, maka analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah, sehingga tidak menguji hipotesis. Analisis dilakukan dengan cara melakukan
perhitungan sehingga setiap rumusan masalah dapat ditemukan jawabannya secara
kuantitatif. Data hasil analisis deskriptif dapat disajikan dalam bentuk tabulasi silang,
table distribusi frekuensi, grafik batang, grafik garis, dan piechart.
Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan
penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan
jelas dari hasil analisis deskritif ini. Seperti telah dikemukakan dalam contoh ini terdapat
tiga rumusan masalah deskriptif yang harus dijawab yaitu:
a.) Seberapa baik Gaya Kepemimpinan Kepala SMA Widyaloka?
b.) Seberapa baik situasi Kepemimpinan di SMA Widyaloka?
c.) Seberapa baik Iklim Organisasi SMA Widyaloka?
Untuk dapat menjawab ke tiga rumusan masalah deskriptif tersebut, maka
petama-tama ditentukan terlebih dulu skor ideal/kriterium. Skor ideal adalah skor yang
ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden pada setiap pertayaan memberi
jawaban dengan skor tertinggi. Selanjutnya untuk menjawab ke tiga rumusan masalah
tersebut, dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah skor hasil penelitian denga skor
ideal.
Skor ideal untuk gaya kepemimpinan kepala sekolah = 4 x 18 x 44 = 3,168 (4 =
skor tertinggi, 18 jumlah butir instrument gaya kepemimpinan, dan 44 jumlah
responden). Skor ideal situasi kepemimpinan pada SMA = 4 x 18 x 44 = 3,168. Skor
ideal iklim organisasi SMA = 4 x 14 x 44 = 2,464. Berdasarkan hal tersebut, maka
masing-masing rumusan masalah deskriptif dapat dihitung nilainya.
9
Rumusan masalah no 1 adalah: Seberapa baik Gaya kepemimpinan para eselon di
Kabupaten Pringgondani? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dapat dihitung
dengan cara sebagai berkut. Berdasarkan data yang terkumpul (table 9.1) setelah
dihitung dapat ditemukan bahwa jumlah skor variabel gaya kepemimpinan kepala
sekolah yang diperoleh melalui pengumpulan data = 2,072. Dengan demikian nilai
gaya kepemimpinan kepala sekolah SMA Widyaloka yang ditampilkan adalah 2,072 :
3,168 = 0,65 = 65% dari yang diharapkan. Jadi nilai gaya kepemimpinan pimpinan
eselon di Kabupaten Pringgondani = 65% dari yang diharapkan. Hasil yang
diharapkan adalah 100%.
Rumusan masalah no 2 adalah: Seberapa baik situasi kepemimpinan di Kabupaten
Pringgondani? Jumlah skor yang diperoleh melalui pengumpuan data = 2055 (table
9.2). Jadi nilai situasi kepemimpinan di SMA Widyaloka = 2055 : 3,168 = 0,65 atau
65% dari yang diharapkan.
Rumusan masalah no 3 adalah: Seberapa baik iklim organisasi SMA Widyaloka?.
Jumlah skor ideal iklim organisasi SMA 4 = 4x 14 x 44 = 2,464. Jumlah skor data
yang terkumpul melalui penelitian 1,601. Dengan demikian nilai iklim kerja
organisasi SMA = 1,601 : 2,464 = 0,649 atau 64,9% dari yang diharapkan.
Hasil peneletian ini akan dapat dideskripsikan lebih rinci apabila setiap pertayaan
dalam setiap instrument dihitung nilainya. Dengan demikian setiap pertanyaan dari
setiap instrument untuk seluruh responden dapat diketahui mana yang mendapat nilai
rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata. Untuk variabel gaya kepemimpinan kepala
sekolah, terdapat 18 data, situasi kepemimpinan 18 data dan iklim kerja organisasi 14
data yang harus disajikan.
Analisis deskriptif juga dapat dilakukan pada setiap indicator. Sebagai contoh
untuk variabel Kepemimpinan terdapat tiga indicator yaitu kepemimpinan direktif,
kepemimpinan suportif dan kepemimpinan partisipatif. Berdasarkan tiga indicator
tersebut akan dapat diketahui, indicator kepemimpinan mana yang lebih baik menurut
persepsi responden. Untuk itu dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut.
1. No butir untuk gaya kepemimpinan direktif ada 6 butir yaitu No.1, 4, 7, 10, 13,
16. Jumlah nilai untuk tersebut (Tabel 9.1 bawah) 116 + 138 + 123 + 113 + 118
10
+ 113 = 721. Skor idealnya = 4 x 6 x 44 = 1056. Jadi kualitas gaya
kepemimpinan direktif = 721 : 1056 = 0,68 atau 68% dari yang diharapkan.
2. No butir untuk gaya kepemimpinan supportive ada 6 butir yaitu No 2, 5, 8, 11,
14, 17. Jumlah nilai untuk butir tersebut (Tabel 9.1 bawah) 111 + 119 + 122 +
111 + 94 + 121 = 678. Skor idealnya = 4 x 6 x 44 = 1056. Jadi kualitas gaya
kepemimpinan direktif = 678 : 1056 = 0,640 atau 64,2% dari yang diharapkan.
3. No butir untuk gaya kepemimpinan partisipatif ada 6 butir yaitu No 3, 6, 9, 12,
15, 18. Jumlah nilai untuk butir tersebut (Tabel 9.1 bawah) 120 + 102 + 119 +
117 + 106 + 109 = 673. Skor idealnya 673 : 1056 = 0,640 atau 64,0% dari yang
diharapkan.
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa nilai gaya
kepemimpinan direktif = 68% kepemimpinan suportif 64,2% dan kepemimpinan
partisipatif 64,0% dari yang diharapkan. Jadi yang terbaik adalah kemampuan
pemimpin dalam menampilkan gaya kepemimpinan direktif dengan nilai 68%.
Untuk variabel peneletian yang lain, kualitas nilai setiap indicator dapat dianalisis
dengan cara melakukan perhitungan seperti contoh tersebut di atas.
1) Hipotesis Deskriptif
Bila hipotesis deskriptif dirumuskan maka perlu diuji. Berdasarkan
pedoman memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis (tabel 8,1) maka uji
hipotesis deskriptif no. 1, 2 dan 3 adalah digunakan t-test satu sampel (karena
data interval atau ratio). Untuk hipotesis no. 1 digunakan uji pihak kanan, no. 2 uji
pihak kiri dan no.3 uji dua pihak. Dikatakan uji pihak kanan karena harga t table
diletakkan pada bagian sebelah kana kurve, dikatakan uji pihak kiri karena harga t
table diletakkan pada sebelah kiri kurve, dan dikatakan uji dua pihak karena harga
t table dibagi dua dan diletakkan pada sebelah kana dan kiri kurve.
2) Hipotesis Asosiatif (hubungan)
Hipotesis asosiatif no. 1, 2 dan 3 diuji dengan Korelasi Product Moment.
Hipotesis no. 4 dengan korelasi ganda. Bila ingin memprediksi bagaimana
11
pengaruuh variabel independen terhadap variabel depende maka dianalisis dengan
regresi. Bila ingin mengetahui sumbangan efektif setiap variabel terhadap variabel
independen maka dianalisis dengan korelasi parsial.
3) Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif no. 1, 2 dan 3 diuji dengan t-test dua sampel, dan
hipotesis no. 4, 5 dan 6 diuji dengan analisis varian satu jalan (one way anova).
Dimana:
t = nilai t yang dihitung
X= niai rata-rata
𝜇𝑜 = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
Langkah-langkah pengujian hipotesis deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Menghitung skor ideal untuk variabel yang diuji, Skor ideal adalah skor
tertinggi karena diasumsikan setiap responden memberi jawaban dengan
skor yang tertinggi.
b. Menghitung rata-rata nilai variabel (menghitung X).
c. Menentukan nilai yang dihipotesiskan (menentukan 𝜇𝑜 ).
12
d. Menghitung nilai simpanan baku variabel (menghitung s).
e. Menentukan jumlah anggota sampel.
f. Memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus 9.1.
13
yang untuk 43 tidak ada. Oleh karena itu dilakukan dengan interpolasi, sehingga
ditemukan harga t table 1,682). Harga-harga ini dapat ditunjukkan pada gambar
9.1. Harga -7,007 terletak pada daerah penerimaan Ho.
Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala
sekolah SMA paling tinggi 75% dari yang diharapkan dapat diterima, atau tidak
terdapat perbedaan antara yang diduga dalam populasi dengan data yang
terkumpul dari sampel. Dari perhitungan sampel ditemukan rata-rata kualitas gaya
kepemimpinan = 65% dari yang diharapkan.
14
4. Terdapat hubungan yang positif dang signifikan antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah dan situasi kepemimpinan secara bersama-
sama dengan iklim organisasi SMA Widyaloka.
5. Bila variabel situasi kepemimpinan dikendalikan atau dibuat tetap,
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan
kepala sekolah dan iklim organisasi SMA Widyaloka.
Rumusan korlasi product moment antara lain seperti rumus 9.2 dan 9.3.
Σxy
𝑟𝑥𝑦 = Rumus 9.2
√(Σ𝑥 2 )(Σ𝑦 2 )
𝑛Σ𝑥𝑖𝑦 −(Σ𝑥 )(Σ𝑦 )
𝑖 𝑖 𝑖
𝑟𝑥𝑦 = Rumusan 9.3
√{𝑛Σ𝑥𝑖2 −(Σ𝑥𝑖 )2}{𝑛Σ𝑦𝑖 2−(Σ𝑦𝑖 )2}
10
𝑟= = 0,9129
√(20)(6)
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubunan yang
positif sebesar 0,9129 antara penghasilan dan pengeluaran. Utnuk dapat
15
memberi interpretasi terhadap kuatnya hubunngan itu, maka dapat
digunakan pedoman yang tertera pada table 9.9.
Rata-rata 𝑋̅ = 70 : 10 = 7 ∑(𝑥2) = 20 ∑ 𝑥𝑦 = 10
Rata-rata 𝑌̅ = 20 : 10 = 2 ∑(𝑦2) = 6
TABEL 9.9
PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN
KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
16
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
𝑟√𝑛 − 2
r= √1− 𝑟 2
Rumus 9.4
0,9129√10 − 2
t= = 6,33
√1− 0,9129
17
pengeluaran 83,33 % ditentukan oleh varian yang terjadi pada variabel penghasilan.
Pengertian ini sering diartikan pengaruh penghasilan terhadap pengeluaran = 83,33 %,
dan sisanya 16,67 % ditentukan faktor lain, seperti pengeluaran yang tak terduga.
Misalnya karena keluarga sakit mendadak.
1. Pengujian hipotesis asosiatif No. 1 hhipotesisnya berbunyi:
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan anatar gaya kepemimpnan
kepala sekolah dan iklim organisasi SMA Widyaloka.
Perhitungan korelasi dapat menggunakan penolong seperti ditunjukan
pada tabel 9.10
∑ 𝑥𝑦 495,45
rxy = = = 0,39
√∑𝑥 2 −(∑ 𝑥𝑦 2 ) √1839,64 x 876,43
∑ 𝑥𝑦 351,02
rxy = = = 0,38
√∑𝑥 2 −(∑ 𝑥𝑦 2 ) √985,16 x 876,43
18
menyatakan “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemmpinan
kepala sekolah dengan situasi kepemimpinan di SMA Widyaloka”
TABEL 9.15
TABEL PENOLONG UNTUK PERHITUNGAN ANOVA GAYA KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH
No X1 X1” X2 X2” X3 X3” X X”
1 50 2500 32 1024 45 2025 127 5549
2 61 3721 55 3025 43 1849 159 8595
3 36 1444 49 2401 45 2025 132 5870
4 54 2916 55 3025 42 1764 151 7705
5 53 2809 40 1600 55 3025 148 7434
6 58 1444 46 2116 57 3249 141 6809
7 49 2401 44 1936 46 2116 139 6453
8 40 1600 45 2025 48 2304 133 5929
9 55 3025 43 1849 44 1936 142 6810
10 39 1521 39 1521 49 2401 127 5443
11 45 2025 47 2209 92 4234
12 42 1764 44 1936 86 3700
13 49 2401 57 3249 106 5650
14 57 3249 45 2025 102 5274
15 55 3025 55 3025
16 55 3025 55 3025
17 48 2304 48 2304
18 49 2401 49 2401
19
19 41 1681 41 1681
20 39 1521 39 1521
Jml 477 23381 641 29961 954 46070 2072 99412
Jml n1= 10 n2= 14 n3= 20 Ʃn= 44
Hasil perhitungan melalui tabel tersebut diatas, selanjutnya dimasukan kedalam tabel
ringkasan anova berikut, seperti ditunjukan pada tabel 9.16
TABEL 9.16
TABEL RINGKASN ANOVA UNUK MENGUJI HIPOTESIS & SAMPEL
Sumber dk Jumlah MK Fh Ftab Keputusan
Variasi Kuadrat
Total 44- 1839,636 -
1=4 4
3
Antar 3- 34,979 17,489 0,39 5%=3,22 Fh<Ftab(0,397<3,25<5,
Kelompo 1=2 6 7 5 21)
k 1%=5,16 Jadi Ha ditolak baik
5 untuk 1% &5%
Dalam 44- 1804,657 44,016
Kelompo 3=4 4
k 1
20
untuk kesalahan 1%. Maupun untuk kesalahan 5%, maka Ho diterima (berarti Ha
ditolak).
Jadi kesimpulannya tidak terdapat perbedaan gaya kepemimpinan kepala sekolah
yang signifikan berdasarkan persepsi guru yang berpendidikan S2, S1. Dan D3 baik
untuk kesalahan 5% mapun 1%. Artinya tiga kelompok guru yang berpendidikanS2, S1,
dan D3 memberikan persepsi yang sama terhadap gaya kepemimpinan kepalal sekolah
SMA Widyaloka.
Bila hasil pengujian menunjukan adanya perbedaan yang signifikan maka perlu
dilanjutkan dengan uji perbedaan gaya kepemimpinan antara kelompok guru
berpendidikan S2, S1, dan D3. Hasil pengujian yang berbeda mungkin antara kelompok
S2 dan D3 atau tiga-tiganya. Pengujian dengan t-tes seperti yang telah diberikan sepertti
contoh diatas.
21
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Di dalam sebuah penulisan karya ilmiah yang berdasarkan data-data
penelitian, pengolahan data dan analisis data merupakan hal mutlak yang harus
dijabarkan oleh penulis. Karena tujuan pokok dari suatu penelitian adalah
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
22
DAFTAR PUSTAKA
23