Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN

SIMBOL – SIMBOL PANCASILA

MATA KULIAH PANCASILA

DISUSUN OLEH :

Nur Aini (5306)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna karunia dan
rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan laporan Pancasila yang berjudul “Pancasila
sebagai sistem filsafat dan Simbol-Simbol Pancasila“. Laporan ini disusun dengan tujuan
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pancasila. Saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Allah SWT
2. Ibu Yayuk Hidayah selaku dosen mata kuliah Pancasila
3. Bapak dan Ibu pegawai Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini belumlah sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan untuk menyempurnakan
makalah ini agar terciptanya laporan yang lebih baik lagi kedepannya nanti.

Yogyakarta , 06 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2
2.1 Pancasila sebagai sistem filsafat .................................................................. 2
2.1.1 Pengertian Sistem Filsafat .................................................................. 2
2.1.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem .......................................................... 4
2.1.3 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafatt ............................................ 5
2.2 Simbol-Simbol Pancasila .............................................................................. 9
2.2.1 Pengertian Simbol ............................................................................... 9
2.2.2 Makna dari Lambang Garuda Pancasila ............................................. 10
2.2.3 Makna Simbol-Simbol Dalam Pancasila (1,2,3,4,dan 5).................... 11
2.2.4 Makna Nilai-Nilai Pancasila Sila 1,2,3,4,dan 5................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila merupukan landasan berpikir sekaligus visi bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai sistem nilai mengadopsi lima nilai dasar didalamnya. Nilai ketuhanan, Nilai
kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai Demokrasi yang mengutamakan musyawarah, serta
Nilai Keadilan sosial.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat mencerminkan nilai-nilai dan pandangan hidup
bangsa Indonesia dan dijadikan landasan berfikir dalam melaksanakan apapun. Pancasila
sebagai sistem filsafat merupakan suatu yang khas dan berbeda dalam sistem-sistem filsafat
lainnya.
Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia yang dalam pembentukannya
memiliki maksud dan tujuan serta makna yang berbeda dalam setiap bagiannya.
Dari uraian diatas, saya akan membahas Pancasila sebagai sistem filsafat dan
simbol-simbol Pancasila secara mendalam dengan judul laporan “ PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT & SIMBOL-SIMBOL PANCASILA “.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dari sistem filsafat?
2. Apa yang dimaksud pancasila sebagai sistem ?
3. Apa yang dimaksud pancasila sebagai suatu sistem filsafat?
4. Apa pengertian simbol Garuda Pancasila?
5. Apa makna dari simbol-simbol Pancasila ?

1.3 Tujuan Masalah


Untuk memahami Pancasila sebagai suatu sistem filsafat secara mendalam dan
mengetahui makna dari lambang Garuda Pancasila serta simbo-simbol yang ada dalam
Pancasila baik dalam sila 1,2,3,4 dan sila 5

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila sebagai sistem Filsafat


2.1.1 Pengertian Sistem Filsafat
Secara etimologis istilah “filsafat” atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi” berasal
dari bahasa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” .
kata kearifan juga bisa berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti
cinta kebijaksanaan, berdasarkan makna kata tersebut, maka mempelajari filsafat berarti
merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi
konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradapan manusia.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang di cita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu
sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam
dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam ilmu adalah :
a. Materalisme, yang berpendapat bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta
badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya aliran spritual
b. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya
rohani atau intelegensi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan aliran objektif.
c. Realisme, yang berpendapat bahwa dunia batin/ rohani dan dunia materi merupakan
hakikat yang asli dan abadi.
d. Pragmatisme, merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak, tidak
doktriner tetapi relatif tergantung kemampuan manusia.
1. Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam –dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan rasio/pikiran belaka. Dibawah ini adalah beberapa pengertian
filsafat menurut para ahli .
a. Menurut Harun Nasution, adalah berpikir menurut tata tertib dengan bebas dan
dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
b. Menurut Plato, filsafat adalah pengetahan tentang segala yang ada.
c. Aristoteles, filsafat adalah menyelidiki sebab dan segala asas benda.
d. Marcul Tullius Cicero, filsafta adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung
dan usaha untuk mencapainya.

2
2. Pembagian Bidang Filsafat
Dalam tradisi filsafat barat , dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut
tema tertentu, yaitu;
a. Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan
keberadaan secara umum di kaji secara khusus dalam ontologi. Adapun hakikat
manusia dan alam akan di bahas dalam kosmologi.
b. Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta
kebenaran suatu pengetahuan.
c. Aksiologi membahas masalah nilai dan norma yang berlaku pada kehidupan manusia.
d. Etika membahas bagaimana manusia seharusnya bertindak dan mempertanyakan
bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu. Topik yang dibahas disini adalah soal
kebaikan, kebenaran , tanggung jawab, suara hati, dan sebagainnya.
e. Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari
estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau apek seni dari berbagai
macam hasil budaya.
3. Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dapat digolongkan filsafat dalam arti produk sebagai pandangan hidup, dan
dalam arti praktis. Ini berarti filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
hari, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangas indonesia.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan nilai dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Menurut Ruslan Abdul Gani,
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai isi fleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar negar dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Kalau dibedakan antara filsafat yang religius dan filsafat non religius maka filsafat
Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti, bahwa filsafat Pancasila dalam hal
kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk
kemampuan berpikinya.
Jika filsafat dibedakan dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis, filsafat Pancasila
digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa, filsafat Pancasila didalam mengadakan

3
pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan
kebeijaksanaan, tidak sekeder untuk memenuhi hasrat ingin tahu manusia yang tidak habis-
habisnya, tetapi juga hasil pemikiran filsafat Pancasila tersebut digunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari agar hidup dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik didunia
maupun di akhirat .
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat sebagai berikut:
a. Kebenaran indra (pengetahuan biasa)
b. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan)
c. Kebenaran filosofis (filsafat)
d. Kebenaran religius (religiI)

2.1.2 Pancasila sebagai suatu sistem


Sistem adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian itu mempunyai fungsi sendiri
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan
4. Untuk mencapai tujuan bersama
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pancasila yang terdi atas bagian-bagian yatu sila-sila Pancasila , setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu ases sendiri, fungsi sendiri-sendiri untuk tujuan tertentu, yaitu
suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Isi sila-sila Pancasila paa
hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Maka dasar filsafat negara Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bersiftat
majemuk tunggal (majemuk artinya jamak) (tunggal artinya satu). Konsekuensinya setiap sila
dan berdiri sendiri terpisah dari sila yang lainnya.
Sila-sila Pancasila merupakan sistem filsafat pada hakikatnya menjadi suatu kesatuan
organis. Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan , bahkan saling
mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasi oleh sila-sila lainnya. Pancasila pada
hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian sila-silanya saling
berhubungan secara erat, sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila
sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam

4
Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangasa yang nilai-
nilainya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan suatu
sistem dalam pengertian kefilsafatan sebagaimana sistem filsafat lainnay antara lain
materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, sosialisme, dan sebagainnya.
Kenyataan Pancasila yang demikian itu disebut kenyataan objektif, yaitu bahwa
kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain, atau terlepas dari
pengetahuan orang. Kenyataan objektif yang ada dan terlekat pada Pancasila, sehingga
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat
yang lainnya misalnya liberalisme, materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang
laiinnya. Oleh karena itu Pancasila sebagai suatu sistem akan memberikan ciri-ciri yang khas,
yang khusus yang tidak terdapat pada sistem lainnya.

2.1.3 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan induktif.
1. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
2. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada haikatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian bagian yang saling berhubungan,
saling berkerja sama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan satu kesatuan
yang utuh.
Sila sila pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan yang organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi pemikiran dasar yang terkandung dalam
Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri
sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat, yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa
Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan
dengan sistem-sistem filsafta lainnya, seperti materialisme, realisme, ideolisme, rasionalisme,
liberalisme, komunisme dan sebaginnya.

5
1. Ciri sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda
dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain:
a. Sila-sila Pancasila merupakan satu satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata
lain, apabila tidak bulat dan utuh satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu
bukan Pancasila.
b. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai
berikut:

Atau dapat digambarkan sebagai berikut :

Kedua gambar diatas menunjukkan bahwa:


1. Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4,dan 5;
2. Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1 dan mendasari dan menjiwai sila 3,4,dan 5;
3. Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3 dan mendasari dan menjiwai sila 4,5;
4. Sila 4, diliputin, didasari, dijiwai sila 1,2,3 dan mendasari dan menjiwai sila 5;
5. Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

6
Inti sila – sila Pancasila meliputi:
 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosia satu, yaitu kesatuan memiliki
kepribadian sendiri.
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus berkerja sama dan gotong royong.
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan otologi, epistemologi, dan
aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kemestaan. Oleh karena itu,
berikut ini saya akan membahas landasan ontologis Pancasila, epistemologis Pancasila, dan
aksiologi Pancasila.
2. Landasan Filasafat Pancasila
a. Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi , menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyeldiki hakikat sesuatu tentang ada,
keberadaan, atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah ontologi
antara lain: apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang tampak ini suatu realitas
sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebgaimana
yang tampak pada makhluk hidup?
Secara Ontologis, penyelidikan pancasila sebagai dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap
sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendidiri-sendiri, melainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat
mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subjek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.
Adapun manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memilik
hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosia serta sebagai
makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hierarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya.

7
b. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,syarat,susunan, metode dan
validitas ilmu pengetahuan,
Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses, dan syarat terjadinya pengetahuan,
batas, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologis adalah ilmu tentang ilmu atau teori
terjadinya ilmu.
Secara epistemologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem
filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Panacasila telah
menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu,
Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem
pengetahuan.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah
nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri, nilai-niai tersebut merupakan kausa
materalis Pancasila. Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka
pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila
adalah bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal.
Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun kuantitasnya juga
menyangkut isi arti Pancasila tersebut. Sila ketuhan yang maha esa memberi landasan
kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi.
Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa maka sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologis Pancasila juga
mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang
tingi.
Sebagai suatu paham epistemologis maka Pancasila mendasarkan pandangannya bahwa
ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka
moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
c. Landasan Aksiologis Pancasila
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki suatu kesatuan dasar aksiologis,
yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Aksiologis Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi
Pancasila mengandung arti, bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.

8
Istialah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos
yang artinya pikiran, ilmu, atau teori. Aksiologis adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang
diinginkan, disukai, atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, dan
kedudukan metafiska suatu hal.
Nilai berasal dari kata latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian
filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai
”keberhargaan” atau “kebaikan”. Nilai itu sesuatu yang diinginkan. Nilai adalah suatu
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Nilai itu
suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai praktis.
1. Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebaga dalil yang bersifat mutlak, sebagai
sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari , Pancasila
adalah nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
2. Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisaisi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga
negara.
3. Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini
merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental ini benar-benar hidup
didalam masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etika atas nilai moral merupakan nilai dasar
yang mendasari instrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai-nilai Pancasila, yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan, dan berkeadila sosial. Pengakuan, penerimaa, dan
penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu tampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai manusia indonesia.
2.2 Simbol-simbol Pancasila
2.2.1 Pengertian Simbol
Lambang Negara Indonesia adaalah Garuda Pancasila. Garuda Pancasila sendiri
adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa
Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda
digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa
yang besar dan negara yang kuat.

9
2.2.2 Makna dari lambang Garuda Pancasila
Bagian-Bagian di Burung Garuda Makna
Warna Kuning Emas Bangsa yang besar dan berjiwai sejati/keagungan dan kejayaan
Warna Kuning Kebesaran, kemegahan, dan keluhuran
Warna Putih Kesucian, kebenaran, dan kemurnian
Warna Hitam Makna keabadian
Warna Merah Keberanian
Warna Hijau Kesuburan dan Kemakmuran
Kepala Burung Garuda yang Dianggap arah yang baik
menoleh ke kanan
Sayap mengembang ke angkasa Melambangkan dinamika dan semangat untuk mnjunjung tinggi
nama baik bangsa dan negara.
Perisai  Perisai adalah temeng yang telah lama dikenal dalam
kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata
yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan
perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
 Ditengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam yang
menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa
membentang dari timur ke barat.
 Warna dasar pada ruang perisai adalah warna benderan
kebangsaan Indonesia “merah-putih”. Sedangkan pada bagian
tengahnya berwarna dasar hitam.
 Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan
dasar negara pancasila. Pengaturan lambang padaruang
perisai adalah sebagai berikut:
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan
dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang
bersudut lima berlatar hitam;
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di
bagian kiri bawah perisai berlatar merah;
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia dilambangkan dengan

10
pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih;
4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas
perisai berlatar merah ; dan
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah
perisai berlatar putih.
Jumlah Bulu pada Burung Garuda Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain:
1. Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
2. Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
3. Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
4. Jumlah bulu pada leher berjumlah 45
Bhinneka Tunggal Ika kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.
Kata"bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata
"tunggal" berarti satu, kata "ika" berarti itu. Secara harfiah
Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap
adalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa
Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan
Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri
atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa,
agama dan kepercayaan..

2.2.2 Makna Simbol-Simbol Pancasila Sila 1,2,3,4, dan 5


1. Bintang melambangkan sila Ketuhan Yang Maha Esa (sila ke-1)
Bintang pada lambang sila pertama artinya adalah menerangi dan memberi cahaya
bagi bangsa dan negara. Terus memberi cahaya seperti Tuhan yang maknanya adalah
jalan terang agar negara dapat menepuh jalan yang benar.
2. Rantai melambangkan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (sila ke-2)

11
Rantai merupakan lambang dari sila kedua. Rantai ini memilik makna yang sangat
besar dan terdiri dari rantai bulat(melambangkan perempuan) dan rantai persegi
(melambangkan laki-laki). Rantai yang saling berkait melambangkan bahwa setiap
rakyat baik perempuan dan laki-laki harus bersatu padu untuk bisa menjadi kuat
seperti rantai.
3. Pohon beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia (sila ke-3)
Pohon beringin merupakan pohon yang besar dan memiliki ranting luas yang dapat
menjadi
4. Kepala benteng melambangkan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikamt
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan (sila ke-4)
Kepala benteng memiliki makna hewan yang suka berkumpul dan memiliki kepala
yang tanguh. Benteng merupakan hewan yang memiliki jiwa sosial yang tinggi dan
suka berkumpul. Artina kita harus rajin bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu
masalah dan dalam mengambil keputusan.
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
(sila ke-5)
Padi dan Kapas ini melambangkan kebutuhan dasar manusia, padi yang menjadi dasar
kebutuhan dasar sandang jadi lambang ini bertujuan untuk memberikan kebutuhan
dasar setiap Bangsa Indonesia secara merata dan adil.

2.2.3 Makna Nilai-Nilai Pancasila Sila 1,2,3,4,dan 5


Makna kelima sila dalam Pancasila memiliki makna sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusian
yang adil dan beradab.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

12
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
 Mengakui dan memeperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
c. Persatuan Indonesia
 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
Bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan .
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsaa.
 Mengembangkan rasa kebanggan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia,
d. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Megutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
 Menghormati hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan diatas, maka dapat saya tarik
kesimpulan sebagai berikut :
Didalam pancasila setiap sila merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling
berhubungan satu sama lain. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem merupakan pandangan
hidup bangsa Indonesia dan dijadikan sebagai sumber hukum dasar bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan
kebijaksanaan, tidak sekeder untuk memenuhi hasrat ingin tahu manusia yang tidak habis-
habisnya, tetapi juga hasil pemikiran filsafat Pancasila tersebut digunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari agar hidup dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik didunia
maupun di akhirat.
Lambang negara Indonesia adalah garuda Pancasila yang didalamnya terdapat bagian-
bagian yang dibentuk secara detail yang tentunya memiliki maksud, makna dan tujuan yang
sengaja dibentuk sebagai harapan dari bangsa Indonesia. Baik dari sila 1 sampai sila ke 5
memiliki makna masing-masing namun, tetap saling berhubungan satu sama lain.

14
DAFTAR PUSAKA

 Aryanto, Bagus Dwi. 2017. Panduan Sukses CPNS-ASN. Jakarta: Infinity CPNS.
 Bakry,Noor Ms. 2017. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
 Rahayu,Ani Sri. 2013. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi
Aksara.
 Kaelan. 2016. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
 Wasitaatmadja,F.F., Heri Herdiawanto, dan Jumanta Hamdayama 2018. Spritualisme
Pancasila. Jakarta :Prenadamedia Group

15

Anda mungkin juga menyukai