Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR DAN PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KONDISI

SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DI KABUPATEN BANTUL. KASUS DAERAH


PERKOTAAN, PINGGIRAN DAN PEDESAAN TAHUN 2001-2010

Ika Pewista
ikapewista@gmail.com

Rika Harini
harini_rika@yahoo.co.id

Abstract
Number of people, which continuously increase, affect on the need of land for live need
fulfilling such as housing, industry and service so that it finally will become function change process
of agriculture land because of limited land. This research aim are: (1) to know social economical
characteristic (2) factor that influence, (3) influence (4) relation between owned agriculture land wide
with agriculture business continuity.
Agricultural land conversion has characteristics of low education, as a farmer with income
<Rp 1,500,000. Land prices to be most influential factor in Panggungharjo and location in Bantul and
Kebonagung. Land conversion can to be bring livelihoods is trader and entrepreneur. Survival
strategy with narrow, which continues to organize the land that still had to continue farming. The
desire to be agriculture land conversion is inversely to the sustainability of agriculture.

Keywords: land function change, social economy condition

Abstrak
Jumlah penduduk yang meningkat berdampak pada kebutuhan lahan, seperti permukiman,
industry, jasa sehingga terjadi alih fungsi lahan pertanian karena lahan terbatas. Tujuan penelitian (1)
mengetahui karakteristik sosial ekonomi, (2) faktor yang mempengaruhi, (3) pengaruh (4) hubungan
luas lahan pertanian dengan keberlangsungan usahatani.
Lokasi penelitian di Desa Panggungharjo, Desa Bantul dan Desa Kebonagung. Metode
penelitian adalah survai. Analisis data deskriptif menggunakan tabel frekuensi, tabel silang dan regresi
binary.
Penduduk yang mengalihfungsikan lahan memiliki pendidikan rendah, sebagai petani dengan
pendapatan <Rp 1.500.000. Harga jual lahan berpengaruh terhadap alih fungsi lahan di
Panggungharjo, di Bantul dan Kebonagung yaitu lokasi lahan. Munculnya jenis pekerjaan sebagai
pedagang dan wiraswasta. Pendapatan cenderung menurun, terutama pemilik lahan sempit dan
menggantungkan usahanya di sektor pertanian. Strategi bertahan hidup dengan lahan sempit yaitu
mengusahakan lahan yang masih dimilikinya sehingga usahatani terus berlanjut. Keinginan
mengalihfungsikan lahan pertanian berbanding terbalik terhadap keberlangsungan usahatani.

Kata kunci: Alih fungsi lahan, kondisi sosial ekonomi

96
3.810,78 ha (7,52 %), hutan seluas 1.385,00 ha
PENDAHULUAN (2,73 %), tanah tandus seluas 573,00 ha
Lahan menjadi salah satu unsur utama (1,13%), dan lain-lain penggunaan lahan seluas
dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi 5.630,21 ha (11,11 %). Lahan-lahan yang
lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk tersebar di Desa Bangunharjo dan
mempertahankan eksistensinya. Penggunaan Panggungharjo mayoritas digunakan untuk
lahan yang semakin meningkat oleh manusia, perumahan dan gedung perkantoran. Dua desa
seperti untuk tempat tinggal, tempat melakukan tersebut merupakan wilayah padat penduduk dan
usaha, pemenuhan akses umum dan fasilitas lain berbatasan dengan Kota Yogyakarta. Kecamatan
akan menyebabkan lahan yang tersedia semakin lain paling sering terjadi penyempitan lahan
menyempit. Timbulnya permasalahan penurunan sawah adalah di Kecamatan Banguntapan,
kualitas lingkungan nantinya akan mengganggu Kasihan dan Kecamatan Bantul.
keseimbangan ekosistem. Hal tersebut Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
dikarenakan penggunaan lahan yang tidak penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai
memperhatikan kemampuan lahan, daya dukung “Faktor dan Pengaruh Alih Fungsi Lahan
dan bentuk peruntukannya. Pertanian terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Lahan selalu mengalami perubahan dari Penduduk di Kabupaten Bantul. Kasus Daerah
waktu ke waktu seiring meningkatnya Pinggiran, Perkotaan dan Pedesaan” penting
kebutuhan manusia akan lahan. Perubahan untuk dilakukan mengingat sektor pertanian
tersebut dikarenakan memanfaatkan lahan untuk merupakan sektor yang amat penting sebagai
kepentingan hidup manusia. Oleh karena itu penyedia bahan pangan terutama beras yang
kajian ini menarik untuk diteliti. Kebutuhan merupakan makanan pokok bagi sebagian besar
akan lahan non pertanian cenderung terus masyarakat di Yogyakarta pada khususnya dan
mengalami peningkatan, seiring pertumbuhan Indonesia pada umumnya.
dan perkembangan peradaban manusia, maka Tujuan yang ingin dicapai dalam
penguasaan dan penggunaan lahan mulai penelitian ini adalah (1) mengetahui
beralihfungsi. Alih fungsi lahan pertanian yang karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi
tidak terkendali apabila tidak ditanggulangi penduduk yang melakukan alih fungsi lahan
dapat mendatangkan permasalahan yang serius, pertanian ke non pertanian di daerah penelitian
antara lain dapat mengancam kapasitas (2) mengetahui faktor yang berpengaruh
penyediaan pangan (Iqbal dan Sumaryanto, terhadap alih fungsi lahan pertanian ke non
2007). Kecenderungan terus meningkatnya pertanian di daerah penelitian (3) mengetahui
kebutuhan akan lahan ini menyebabkan alih dampak alih fungsi lahan pertanian ke non
fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari. pertanian terhadap kondisi sosial ekonomi
Tingginya alih fungsi lahan di wilayah penduduk di daerah penelitian (4) mengetahui
DIY, seperti di Kabupaten Bantul dan Sleman hubungan antara luas lahan pertanian setelah
akan berdampak pada keberlangsungan usaha alih fungsi lahan dengan keberlangsungan
pertanian. Saat ini pembangunan perumahan usahatani.
memang marak terjadi, hal tersebut disebabkan
lokasinya dekat dengan Kota Yogyakarta
sehingga menjadi daya tarik untuk membangun METODE PENELITIAN
perumahan di sana. Hampir setengah dari luas Lokasi penelitian dipilih di Kabupaten
wilayah Kabupaten Bantul merupakan kawasan Bantul karena sektor pertanian Bantul
budidaya pertanian dengan tingkat kesuburan memberikan sumbangan besar dalam
yang cukup tinggi dengan didukung irigasi perekonomi dan memiliki lahan pertanian yang
teknis pada sebagian besar areal persawahan subur sehingga kegiatan pertanian dapat
yang ada. Proporsi penggunaan lahan tahun berkembang. PDRB pada sektor pertanian di
2009 menurut data Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Gunungkidul lebih besar
(BPN) Kabupaten Bantul (2010), meliputi kebun dibandingkan dengan Kabupaten Bantul. Namun
campur seluas 16.602,4557 ha (32,76 %), sawah jika dikaji dari lahannya, Bantul memiliki lahan
seluas 16.046,22 ha (31,66 %), tegalan seluas yang lebih subur dibanding dengan Gunungkidul
6.637,39 ha (13,10 %), kampung seluas yang relatif tandus danproduktivitasnya rendah.

97
Dengan kondisi lahan yang subur diharapkan bentuk tabel frekuensi, tabel silang (crosstabs)
nilai PDRB Bantul pada sektor pertanian dapat dan regresi linier berganda.
meningkat dibanding dengan Gunungkidul.
Lokasi penelitian berada di Desa
Panggungharjo, Sewon; Desa Bantul, Bantul dan
Desa Kebonagung, Imogiri Kabupaten Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi dipilih HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan purposive yang artinya penentuannya Tingkat pendidikan pemilik lahan pada
dengan pertimbangan zonasi Kabupaten Bantul ketiga desa tidak terlalu berbeda, urutan tingkat
menjadi 3 zonasi, yakni pinggiran, perkotaan pendidikan dari yang terbaik yaitu desa Bantul,
dan pedesaan. Kebonagung dan Panggungharjo Namun secara
Metode yang digunakan untuk keseluruhan tingkat pendidikan dapat
memperoleh data primer dalam penelitian ini digolongkan rendah. Hal Hal ini nampaknya
adalah survai melalui wawancara terstruktur tidak berhubungan dengan fasilitas pendidikan
dengan menggunakan kuesioner dan observasi. yang ada, seperti halnya perbandingan fasilitas
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pendidikan yang ada di Panggungharjo dengan
studi pustaka dan inventarisasi data sekunder. Kebonagung. Fasilitas pendidikan di
Populasi yang diteliti adalah masyarakat Pangungharjo tergolong lebih baik jika
Desa Panggungharjo, Desa Bantul dan Desa dibandingkan dengan Kebonagung tidak
Kebonagung yang masing-masing terdiri dari menjamin tingginya pendidikan penduduknya,
14, 12 dan 5 pedukuhan akan diambil 5 dukuh dalam hal ini pendidikan pemilik lahan yang
secara random sampling (kecuali Desa mengalihfungsikan lahan pertaniannya.
Kebonangung tidak dilakukan pengambilan Hubungan pendidikaan yang ditamatkan
sampel secara acak, namun digunakan semua dengan pekerjaan menunjukkan bahwa
pedukuhan yang ada). mayoritas penduduk lulusan sekolah dasar
Responden dalam penelitian ini yaitu bekerja sebagai petani. Menurut pengakuan
penduduk yang memiliki lahan pertanian dan beberapa penduduk, persaingan di sektor non
mengalihfungsikan lahan pertaniannya menjadi pertanian dengan hanya lulusan sekolah dasar
lahan non pertanian, masih memiliki lahan sangatlah berat oleh karena itu mereka lebih
pertanian serta masih tinggal di daerah memilih bekerja di sektor pertanian. Selain itu
penelitian tahun 2001-2010. dengan bekerja di sektor pertanian dapat
Teknik pemilihan responden yang meneruskan keberlangsungan usahatani yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode turun temurun di keluarganya.
sensus. Metode penelitian sensus digunakan Karakteristik penduduk dengan jumlah
untuk mengumpulkan informasi dan data secara tanggungan keluarga 4-6 orang mendominasi
keseluruhan dari populasi tanpa diambil sampel. keluarga pemilik lahan pada ketiga desa. Hal ini
Metode ini dipilih karena jumlah penduduk yang mengindikasikan bahwa penduduk dengan
masuk dalam kategori responden jumlahnya jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang yang
sedikit yaitu 70 responden, hal tersebut paling banyak melakukan alih fungsi lahan
dikarenakan telah pindah, meninggal dunia, pertaniannya. Telah kita ketahui bahwa semakin
serta penduduk yang tidak melapor kepada banyaknya tanggungan keluarga tentunya
kepala dukuh atau ketua kelompok tani ketika pengeluaran keluarga juga semakin besar. Untuk
mengalihfungsikan lahan pertaniannya. Oleh mendapatkan penghasilan rumah tangga yang
karena itu jumlah penduduk yang masuk dalam besar tentunya akan dilakukan berbagai upaya,
kategori responden yang ada tersebut diambil tidak sedikit orang yang memiliki lahan
sebagai responden, walaupun jumlahnya sedikit. pertanian akan mengalihfungsikan lahan
Analisis data yang digunakan dalam pertaniannya untuk menghasilkan tambahan
penelitian ini adalah analisis deskriptif. Tujuan agar dapat mencukupi kebutuhan hidup
dari analisis ini untuk menjelaskan atau keluarganya.
mendukung analisis statistik dengan Mayoritas penduduk tidak memiliki
mengembangkan konsep dan menghimpun fakta pekerjaan sampingan sebanyak 49 orang atau
dari analisis statistik yang disajikan dalam 70%. Dengan tidak dimilikinya pekerjaan
sampingan maka tidak ada pula tambahan
98
penghasilan yang diperoleh. Hal ini akan dengan kota Yogyakarta sehingga dapat terkena
menjadikan salah satu pendorong bagi seseorang imbas perkembangan yang pesat. Sedangkan
pemilik lahan pertanian untuk faktor yang paling berpengaruh terhadap alih
mengalihfungsikan lahan pertaniannya. fungsi lahan di desa Bantul dan Kebonagung
Dominasi pendapatan pokok kepala yaitu lokasi lahan pertanian. dengan lokasi lahan
keluarga di ketiga desa < Rp 1.500.000, namun pertanian yang strategis menjadi daya tarik
di desa Bantul pendapatan > Rp 3.000.000 juga tersendiri bagi peruntukan penggunaan lahan
mendominasi. Hal ini dikarenakan pemilik non pertanian, sehingga alih fungsi lahan sulit
lahan bekerja sebagai PNS dan wiraswasta untuk dihindari.
memiliki pendapatan lebih menjanjikan di Faktor ekonomi merupakan salah satu
bandingkan pekerjaan di bidang pertanian. penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian
Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa ke non pertanian, seperti yang telah dijelaskan
pendapatan di bidang pertanian akan sebelumnya. Hal ini mendorong para pemilik
mendapatkan hasil yang lebih besar lahan pertanian khususnya sawah untuk menjual
dibandingkan pekerjaan di sektor non pertanian. lahan yang dimilikinya karena terdesak
Hal ini berkaitan dengan luas lahan yang kebutuhan hidup. Iming-iming harga jual lahan
dimilikinya sehingga berpengaruh pada jumlah yang tinggi juga akan menjadi daya tarik yang
produksi yang dihasilkan. kuat dari para makelar tanah.
Sebanyak 37 responden atau 57,86% Harga jual lahan nampaknya berkorelasi
memiliki pendapatan pokok <Rp 1.500.000 dengan aksesbilitas yang ada, seperti jalan,
paling banyak mengalihfungsikan lahan fasilitas umum penunjang, dsb. Namun beberapa
pertaniannya, sehingga dapat dikatakan bahwa responden tidak sependapat dengan hal tersebut,
faktor penghasilan menjadi salah satu penyebab lokasi yang terbilang strategis terpaksa dijual
tingginya kegiatan alih fungsi lahan pertanian. karena lahan sekitarnya akan direncanakan
pembangunan perumahan oleh investor. Harga
Kepala keluarga yang memiliki lahan yang dibayarkan sering kali lebih rendah
pendapatan < Rp 1.000.000 paling banyak daripada pembeli lahan yang sifatnya
mengalihfungsikan lahan pertaniannya, seperti perseorangan, dimana investor membeli lahan
halnya yang terjadi dengan kepala keluarga dengan sistem borongan sehingga harganya
dengan penghasilan pokok < Rp 1.500.000 yang malah lebih rendah.
telah dijelaskan sebelumnya. Kepala keluarga Bagi pemilik lahan pertanian yang hanya
yang memiliki pendapatan sampingan tidak menggantungkan kehidupannya pada usaha
menjamin bahwa kehidupan perekonomiannya pertanian akan sulit dipisahkan dari lahan
akan lebih baik dari orang yang tidak memiliki pertanian yang dimilikinya. Mereka tidak berani
penghasilan sampingan. menanggung resiko atas ketidakpastian
Alih fungsi lahan pertanian dapat terjadi penghidupannya setelah lahan pertaniannya
karena latar belakang sosial maupun ekonomi berpindah alih kepada orang lain. Disamping itu,
pemilik lahannya, seperti halnya yang terjadi status sosial penduduk pedesaan masih ada yang
pada penelitian ini. Disini akan diprediksi faktor dikaitkan dengan luas kepemilikan lahannya
yang paling dominan mempengaruhi terjadinya (Witjaksono, 1996 dalam Ilham dkk, 2004).
alih fungsi lahan pertanian antara pengaruh Degradasi sosial dan budaya telah
pendapatan dibidang pertanian, harga jual lahan banyak terjadi di masyarakat akibat pengaruh
pertanian dan lokasi lahan pertanian dari perkembangan daerah perkotaan. Kondisi
menggunakan analisis regresi binary. ini juga berimbas pada lahan pertanian, dimana
Hasil menunjukkan bahwa faktor yang lahan pertanian memiliki nilai sosial tersendiri
paling berpengaruh terhadap alih fungsi lahan di bagi pemiliknya. 87,14% pemilik lahan setuju
desa Panggungharjo yaitu harga jual lahan jika luas lahan pertanian merupakan simbol
pertanian. Harga jual lahan yang tergolong kekayaan, hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi menjadikan daya tarik tersendiri bagi luas lahan yang dimiliki maka investasi juga
pemilik lahan untuk menjual lahan pertaniannya besar. Selain itu luasan lahan pertanian juga
untuk dialihfungsikan penggunaan lahannya. dapat berhubungan dengan status sosial di
Hal ini mengingat bahwa desa Panggungharjo lingkungan masyarakat, dimana akan merasa
terletak di pinggiran kota yang berbatasan lebih dihormati jika lahan pertanian yang
99
dimiliki luas serta dapat mempekerjakan orang tabel 6.1. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan
untuk menggarap lahannya. yang sebelumnya kurang mendapatkan hasil
Bagi pemilik lahan pertanian, yang memuaskan sehingga seseorang memilih
mempertahankan lahan warisan orang tua untuk beralih profesi dengan harapan mendapat
merupakan perbuatan yang mulia. Mayoritas hasil yang lebih baik. Berdasarkan hasil tersebut
responden setuju dengan pernyataan tersebut. dapat dilihat bahwa matapencaharian kepala
Namun fakta yang terjadi di lapangan banyak keluarga tidak berpengaruh besar terhadap
sekali lahan yang telah beralih kepemilikan kegiatan alih fungsi lahan pertanian yang telah
dengan transaksi jual beli lahan pertanian. Hal dilakukan. Pada sebagian besar responden yang
ini karena terdesak kebutuhan yang segera untuk masih bekerja sebagai petani beranggapan
dipenuhi sehingga memaksa pemilik lahan bahwa penghasilan yang diperoleh dari usaha
menjual sebagian lahannya karena tidak ada bertani akan lebih menjanjikan karena sifatnya
pilihan lain. berkelanjutan dan telah menguasai tekniknya,
Peraturan dan perundang-undangan jika dibandingkan sektor lain yang telah banyak
sudah banyak dikeluarkan pada dasarnya untuk peminatnya akan mengecilkan peluangnya
mengantisipasi masalah yang diperkirakan akan dalam berusaha.
timbul dari adanya alih fungsi lahan. Namun Kebanyakan penduduk yang ada di desa
kenyataannya tidak berjalan efektif. Sejauh ini Pangungharjo dan Kebonagung mengaku bahwa
keterkaitan berbagai instansi dalam proses dengan adanya alih fungsi lahan yang telah
perizinan bukan memperkuat, tetapi justru dilakukan berdampak pada penghasilan yang
memperlemah fungsi pengontrol yang ada. cenderung menurun. Salah satu penyebabnya
Dengan demikian perlu adanya sikap proaktif karena luas lahan pertanian yang dimiliki telah
dan konsisten pelaksanaan dalam penetapan berkurang sehingga produksi pertanian juga
peraturan dan perundang-undangan yang akan berkurang dan berimbas pada pendapatan
didukung berbagai upaya seperti pembenahan yang menurun. Sedangkan kebanyakan
sistem administrasi pertanahan yang masih responden di desa Bantul cenderung mengalami
lemah, peningkatan koordinasi antarlembaga peningkatan pendapatan yang diperoleh, salah
terkait, sosialisasi untuk meningkatkan satu alasannya dengan menjual lahan
pemahaman tentang kerugian akibat konversi pertaniannya seseorang dapat menggunakan
lahan pertanian, pengendalian pemanfaatan uang hasil penjualan tersebut sebagai modal
lahan sesuai rencana tata ruang, dsb (Rai, 2011). usaha di bidang lain yang dianggap lebih
Diversifikasi jenis matapencaharian menguntungkan dan dapat meningkatkan
terjadi sebagai upaya strategi dalam bertahan pendapatannya.
hidup, dimana seseorang akan meninggalkan Hasil secara keseluruhan terdapat
pekerjaan sebelumnya dan berpindah pekerjaan 42,86% pemilik lahan menyatakan bahwa
lain yang dianggap akan lebih menguntungkan. dengan kegiatan alih fungsi lahan pertaniannya,
Di desa Panggungharjo tidak terjadi perubahan pendapatannya mengalami penurunan. 32,86%
jumlah petani setelah terjadi alih fungsi lahan pemilik lahan mengaku pendapatannya
pertanian, ini berarti mereka masih menjaga mengalami peningkatan. Sedangkan 24,29%
keberlangsungan usahatani dengan pemilik lahan mengaku bahwa pendapatannya
memanfaatkan lahan yang masih dimilikinya. tidak mengalami perubahan akibat kegiatan alih
Penduduk di desa Bantul dan desa fungsi lahan pertanian yang dilakukan.
Kebonagung juga melakukan diversifikasi Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
matapencaharian, dimana masing-masing 3 bahwa pendapatan yang diperoleh setelah
orang yang sebelumnya bekerja sebagai petani terjadinya alih fungsi lahan cenderung menurun,
memilih untuk bekerja di sektor lain karena terutama pada responden pemilik lahan yang
sektor pertanian dianggap kurang sempit dan masih menggantungkan usahanya di
menguntungkan. Jenis pekerjaan yang sektor pertanian.
berkembang yaitu sebagai pedagang dan Luas kepemilikin lahan pertanian
wiraswasta. berpengaruh pada kehidupan ekonomi maupun
Kegiatan alih fungsi lahan pertanian juga kehidupan sosial pemiliknya. Bagi seorang
memunculkan jenis pekerjaan baru bagi petani, lahan pertanian sangat penting karena
sebagian pelakunya seperti yang terlihat pada menjadi modal dan tempat bekerja. Menurut
100
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan terhadap keberlangsungan usaha pertanian.
pertanahan Nasional (1995) lahan bersifat unik Dengan luas lahan pertanian yang masih
dan strategis, baik dari segi penguasaan maupun dimilikinya pemilik lahan berusaha di bidang
penggunaannya. Dari segi penguasaannya, pertanian, tetapi ada juga yang berkeinginan
selain memiliki nilai sosial, budaya, ekonomi, kembali mengalihfungsikan lahan pertanian
dan politik, lahan juga mengandung nilai sakral yang masih dimiliki. Keinginan menjual lahan
bagi pemiliknya terutama masyarakat pedesaan, pertanian yang dimilliki menjadi salah satu
sehingga persepsi masyarakat sangat faktor yang mempengaruhi keberlangsungan
dipengaruhi oleh adat dan budaya setempat. Dari usaha pertanian. Makin lama keingingan pemilik
segi penggunaannya, terdapat saling keterkaitan untuk menjual lahan, maka makin tinggi pula
penggunaan dengan penggunaan-penggunaan di keberlangsungan usaha pertanian.
sekitarnya (Rai, 2011). Sehingga tak sedikit Lahan pertanian yang telah
pemilik lahan yang mengalihfungsikan lahan dialihfungsikan mengalami perubahan bentuk
pertaniannya karena sudah terjepit penggunaan penggunaan lahan yang bervariasi. desa
lahan non pertanian. Panggungharjo memiliki perubahan penggunaan
Luasan lahan penduduk sebelum dan lahan yang paling besar diantara ke tiga desa,
setelah penjualan lahan pertanian jumlahnya dimana dominasi perubahan penggunaan lahan
sangat berbeda jauh. Dimana mayoritas digunakan untuk permukiman penduduk. Lahan
responden di desa Panggungharjo sebelum pertanian di desa Panggungharjo dominasi
terjadinya penjualan lahan pertanian memiliki peruntukan lahan setelah alih fungsi yakni untuk
luas lahan >1.000 m2, responden desa Bantul perumahan, bahkan dalam satu dusun terdapat
memiliki lahan 1.000-2.000 m2, sedangkan desa lebih dari satu perumahan yang baru dibangun.
Kebonagung memiliki lahan pertanian 1.000- Hal ini dikarenakan lokasi desa Panggungharjo
2.000 m2. Namun setelah terjadi penjualan yang berada di pinggiran sehingga menjadi daya
lahan, luasan lahan yang dimiliki di desa tarik tersendiri bagi seorang untuk melakukan
Panggungharjo dan Bantul dominan dengan urbanisasi spasial dan akan terjadi
luasan < 1.000 m2, sedangkan desa Kebonagung perkembangan aksesbilitas yang pesat guna
dominan dengan luasan lahan 1.000-2.000 m2. memenuhi kebutuhan penduduknya. Sedangkan
Jika dibandingkan luasan lahan pertanian pada di desa Bantul dan desa Kebonagung juga
ketiga desa maka luasan yang banyak berkurang berkembang peruntukan lahan pertanian untuk
secara berurutan yaitu desa Bantul, perumahan. Namun di desa Kebonagung
Panggungharjo dan Kebonagung. Hal ini pembangunan homestay juga marak terjadi
didasarkan pada perubahan klasifikasi luasan mengingat daerah ini menjadi salah satu desa
lahan pertanian penduduk. wisata yang ada di Kecamatan Imogiri, sehingga
Pada luas lahan pertanian < 1.000 m2, perkembangannya juga pesat yang
dimana sebelum terjadi alih fungsi berjumlah 10 mengakibatkan lahan pertanian beralih fungsi
orang atau 14,29%, tetapi kini meningkat penggunaannya.
menjadi 42 orang atau 60%. Untuk kepemilikan Desa Panggungharjo, Desa Bantul dan
lahan 1.000 – 2.000 m2 sebelum alih fungsi Desa Kebonagung hanya merupakan beberapa
lahan ada 45 orang atau 64,29% tetapi setelah contoh desa yang mengalami perubahan
alih fungsi mengalami penurunan menjadi 22 penggunaan lahan pertanian, terutama sawah
orang atau 31,43%. Sedangkan pemilik lahan > yang cukup tinggi. Beralihfungsinya lahan
2.000 m2 juga mengalami penurunan sawah yang terjadi pada daerah penelitian dapat
kepemilikan lahan dari 15 orang atau 21,42% disajikan pada peta yang terlampir, seperti
menjadi 6 orang atau 8,57%. Penurunan halnya desa Panggungharjo yang letaknya
kepemilikan lahan pertanian yang cukup drastis berada di pinggiran kota yang berbatasan
terjadi pada luasan 1.000 – 2.000 m2, dimana dengan kota Yogyakarta telah banyak
sebagian besar telah menyusut menjadi < 1.000 mengalami perubahan penggunaan lahan sawah
m2. Oleh sebab itulah kepemilikan lahan dengan menjadi non pertanian. Jika tidak dikendalikan
luas < 1.000 m2 mengalami peningkatan yang maka akan berdampak pada stabilitas nasional,
drastis pula. karena kurang tersedianya bahan pangan
Kegiatan alih fungsi lahan yang telah khususnya beras sehingga menimbulkan
dilakukan sebelumnya memberikan pengaruh ketergantungan pada beras impor. Kasus yang
101
terjadi pada daerah penelitian, keinginan pemilik paling berpengaruh di desa Bantul dan desa
lahan untuk mengalihfungsikan lahan pertanian Kebonagung yaitu lokasi lahan pertanian
dalam waktu < 5 tahun ke depan dan 5-10 tahun yang tergolong strategis.
ke depan tergolong cukup tinggi yang berarti 3) Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap
keberlangsungan usaha pertanian di lokasi matapencaharian penduduk di desa
penelitian cukup baik dalam kurun waktu Panggungharjo tidak berpengaruh besar,
tersebut. Walaupun dapat muncul kemungkinan dimana jumlah petani masih tetap. Alih
bahwa pemilik lahan pertanian fungsi lahan yang dilakukan dapat
mengalihfungsikan lahannya dalam kurun waktu memunculkan jenis pekerjaan baru bagi
dekat apabila terdesak biaya kebutuhan. Namun sebagian pelakunya, seperti yang terjadi pada
besar harapan agar pemilik lahan pertanian tetap penduduk desa Bantul dan desa Kebonagung
mempertahankan usaha pertaniannya agar dapat yang melakukan diversifikasi
memberikan sumbangsih pemenuhan kebutuhan matapencaharian yaitu sebagai pedagang dan
pangan khususnya beras yang kebutuhannya wiraswasta. Pada penelitian ini secara
akan terus meningkat.  dominan matapencaharian kepala keluarga
tidak berpengaruh besar terhadap kegiatan
alih fungsi lahan pertanian yang telah
KESIMPULAN dilakukan. Sedangkan pendapatan yang
Hasil akhir yang diperoleh dari diperoleh setelah terjadinya alih fungsi lahan
penelitian ini dapat diambil beberapa cenderung menurun, terutama pada penduduk
kesimpulan, antara lain: yang memiliki lahan yang sempit dan masih
1) Penduduk desa Pangungharjo dan desa menggantungkan usahanya di sektor
Kebonagung yang melakukan alih fungsi pertanian.
lahan pertanian memiliki karakteristik 4) Strategi bertahan hidup penduduk dengan
pendidikan rendah yang bekerja sebagai lahan sempit yaitu terus mengusahakan lahan
petani dengan pendapatan < Rp 1.500.000 yang masih dimilikinya sehingga usahatani
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup terus berlanjut. Dengan ini keinginan
4-6 orang anggota keluarganya. Sedangkan mengalihfungsikan lahan pertanian
penduduk desa Bantul dominasi bekerja berbanding terbalik terhadap
sebagai PNS dan petani dengan penghasilan keberlangsungan usaha pertanian. Makin
< Rp 1.500.00 dan > Rp 3.000.000 digunakan rendah keinginan untuk mengalihfungsikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup 4-6 orang lahan pertanian maka keberlangsungan usaha
anggota keluarganya. Dengan kondisi pertanian akan makin tinggi dan sebaliknya.
tersebut, penduduk mengaku bahwa Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini
pendapatan yang diperoleh kurang dapat yakni :
memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga 1) Perlu dilakukan pencatatan secara sistematis
alih fungsi lahan pertanian dapat terjadi mengenai kegiatan alih fungsi lahan
ketika penduduk dalam keadaan terdesak. pertanian yang terjadi melalui perangkat-
Dalam keadaan mendesak menjual lahan perangkat desa dan dapat secara jelas
pertanian menjadi solusi untuk memenuhi diketahui seberapa besar kegiatan tersebut
kebutuhan hidupnya, terlebih lagi jika mereka telah terjadi sehingga dapat dilakukan
tidak memiliki kemampuan lain di luar sektor penanggulangan secara tepat terhadap
pertanian. Dominasi penduduk yang berusaha kegiatan alih fungsi lahan yang marak terjadi.
di bidang pertanian yaitu sebagai petani 2) Melakukan upaya intensifikasi pertanian agar
subsisten dikarenakan kemampuan yang lahan dapat berproduksi secara optimal
dimiliki terbatas dan persaingan di sektor non sehingga keberlangsungan usaha pertanian
pertanian sangat tinggi sehingga memaksa dapat terus berlangsung sehingga kebutuhan
penduduk berusaha di bidang pertanian akan pangan (beras) dan kesejahteraan petani
sebagi usaha untuk bertahan hidup dan dapat terjamin.
menjaga keberlangsungan usahatani. 3) Perlu adanya sosialisasi mengenai
2) Harga jual lahan menjadi faktor yang paling perundang-undangan tentang alih fungsi
berpengaruh terhadap alih fungsi lahan di lahan pertanian dan penindakan secara tegas
desa Panggungharjo, sedangkan faktor yang terhadap pelanggaran, mengingat hal tersebut
102
dapat berdampak pada stabilitas nasional
mengenai pengadaan pangan yang sifatnya
sangat vital.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bantul. (2010). Sertifikasi Lahan
Minimalisir Alih Fungsi Lahan. Diakses
tanggal 6 Agustus 2011, dari
http://dipertahut.bantulkab.go.id/berita/baca/
2010/07/05/094637/sertifikasi-lahan-
minimalisir-alih-fungsi-lahan
Ilham, N. (2004). Perkembangan dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan
Sawah serta Dampak Ekonominya.
Bandung: Sekolah Pascasarjana IPB.
Iqbal, M dan Sumaryanto. (2007). Strategi
Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat.
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor : Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Rai, I. N., & Adnyana, G. M. (2011).
Persaingan Pemenfaatan Lahan dan Air
Perspektif Keberlanjutan Pertanian dan
Kelestarian Lingkungan. Bali: Udayana
University Press.

103

Anda mungkin juga menyukai