Anda di halaman 1dari 42

1

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Jalan R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta 12410
Telepon: (021) 7694140, 75902679, Fax. 7696033
Laman: www.psma.kemdikbud.go.id

Koordinator Pengembang Modul

Dra. Hastuti Mustikaningsih, M.A.
Kepala Sub Direktorat Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMA

Koordinator Pelaksana

Dr. Junus Simangunsong, MT
Kepala Seksi Penilaian, Sub Direktorat Kurikulum
Direktorat Pembinaan SMA

Penulis Modul

Hendri Prastiyono, M.Pd., Dipl.Ed. (SMA Wachid Hasyim 2 Taman)
H. Satiri, M.Pd (SMAN 1 Kibin)
Fajar Heryadi, M.Pd (SMAN 1 Pabayuran Bekasi)
Fitri Sekar, S.Si Pd (SMAN 1 Kramatwatu)
Aris Widodo, S.Pd (SMAN 1 Pontianak)
Laili Hadiati, S.Pd (SMAN 2947 Jakarta)
Ana Widiyati, S.Si, M.Pd (SMAN 1 Cijeruk)
Wiwin Ratna Rahayu, S.Pd (SMAN 3 Bogor)
Dra. Sutarti (SMAN 1 Krian)
Alfian Akbar Yusuf, MS.Pd., M.Si (SMAN 4 Malang)

Penanggung Jawab Kegiatan

Syamsudin, M.Pd

Layout

Arso Agung Dewantoro, S.Pd









i
Kata Pengantar


Keberhasilan sebuah SMA umumnya ditentukan oleh banyaknya peserta didik yang lulus
Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, serta banyaknya yang melanjutkan studi kependidikan
tinggi. Lebih spesifik lagi keberhasilan dalam ujian, hanya melihat dari hasil Ujian
Nasional sebuah sekolah. Ujian Sekolah seakan dipandang sebelah mata walaupun yang
menjadi pertimbangan kelulusan dari sebuah SMA adalah hasil dari Ujian Sekolah.
Masyarakat luas memandang bahwa hasil Ujian Nasional (UN) lebih objektif untuk
menilai keberhasilan sebuah sekolah, karena pembuatan naskah soal dan koreksi tidak
dilaksanakan oleh pihak sekolah tetapi oleh lembaga independen, dalam hal ini
diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Walaupun UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran
strategisnya sebagai pemetaan mutu pendidikan. Dengan demikian hasil UN sebuah
sekolah menjadi sangat prestisius yang berdampak kepada nilai jual sekolah tersebut.
Akibatnya upaya-upaya untuk meningkatkan hasil UN menjadi sangat penting untuk
meningkatkan nilai jual sekolah di samping meningkatkan mutu pendidikan. Upaya untuk
meningkatkan hasil UN bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah dan stake
holdersnya tetapi juga menjadi program Direktorat Pembinaan SMA.

Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian
Nasional (IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis
Komputer (UNBK), namun masih terdapat ribuan sekolah yang memiliki nilai mata
pelajaran di bawah 55 atau di bawah kriteria minimal lulus ujian nasional.
Memperhatikan kondisi tersebut Direktorat Pembinaan SMA melakukan Bimbingan
Teknis (Bimtek) Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) kepada guru-guru mata
pelajaran yang diujikan secara nasional dari sejumlah SMA. Bimtek ini bertujuan agar
nilai UN pada tahun mendatang meningkat sebagaimana hasil bimtek Pasca EHB pada
tahun-tahun sebelumnya. Sebagai tindak lanjut bimtek ini sekolah diharapkan dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang mengarah pada berpikir tingkat tinggi.

Modul ini disusun untuk digunakan sebagai salah satu pedoman dalam kegiatan Bimtek
Pembinaan Pasca EHB. Di samping itu modul ini diharapkan dapat digunakan juga oleh
guru-guru lain yang tidak berkesempatan untuk mengikuti Bimtek.



Jakarta, September 2019
Direktur Pembinaan SMA,




Drs. Purwadi Sutanto, M.Si
NIP. 196104041985031003

ii
Daftar Isi


Kata Pengantar ii
Daftar Isi

iii

Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Bahan Bacaan 2
C. Tujuan 2

D. Hasil yang Diharapkan 2

Unit 1 Analisis Materi Daya Serap Rendah 3
A. Pemetaan MDSR 3
B. Penugasan 14
C. Refleksi

14

Unit 2 Strategi Penyajian Materi Daya Serap Rendah 15
A. Uraian Singkat Materi 15
B. Penugasan 21
C. Refleksi 21

Unit 3 Strategi Pembelajaran 22
A. Uraian Singkat Materi 22
B. Penugasan 30
C. Refleksi

30

Lembar Kerja 1 32
Lembar Kerja 2 35
Lembar Kerja 3
37

iii
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perubahan komposisi kemampuan berpikir tingkat tinggi pada Keterampilan Abad 21
sebagai konsekuensi perubahan tuntutan standar-standar pendidikan yang menghendaki
lulusan yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Berdasarkan kebutuhan lulusan ini,
diterbitkanlah standar kompetensi lulusan (SKL) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016. Selanjutnya standar kompetensi lulusan
tersebut dipergunakan sebagai dasar menentukan isi kurikulum dan mata pelajaran yang
dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi. Mengacu pada Standar Isi tersebut ditetapkan langkah-langkah
pembelajaran yang tepat dalam rangka mencapai kompetensi yang dibutuhkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses. Dalam rangka memastikan proses tersebut mencapai kompetensi yang diharapkan
diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian.

Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian, Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu bentuk penilaian hasil belajar
terhadap peserta didik oleh pemerintah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu. Walaupun UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan,
UN tidak kehilangan peran strategisnya yaitu (1) sebagai pemetaan mutu program dan/atau
satuan pendidikan; (2) sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu; (3) sebagai bahan
pertimbangan dalam melanjutkan pendidikan. Atas dasar tuntutan penilaian terhadap
ketercapaian kebutuhan kompetensi inilah, soal-soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
(Higher Order Thinking Skills, HOTS) dimasukkan dalam soal Ujian Nasional (UN).

Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional
(IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Namun seperti pada https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/, dimana masih terdapat
11.188 sekolah yang memiliki nilai di bawah 55 atau di bawah kriteria minimal lulus ujian
nasional. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan proporsi soal-soal berpikir tingkat
tinggi, yaitu menjadi sepuluh sampai dengan dua puluh persen.

Berdasarkan hasil UN SMA tahun 2019 di atas, Direktorat Pembinaan SMA memprogramkan
Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) kepada guru dari SMA
dengan hasil UN kategori kurang atau nilai mata pelajaran yang diujikan di bawah 55. Mata
pelajaran yang menjadi sasaran Bimtek Pembinaan Pasca EHB meliputi: 1) Bahasa Indonesia,
2) Bahasa Inggris, 3) Matematika, 4) Fisika, 5) Kimia, 6) Biologi, 7) Ekonomi, 8) Geografi, 9)
Sosiologi, dan 10) Antropologi. Oleh karena itu, agar bimtek ini berjalan dengan lancar maka
disusun lah modul Pasca EHB sebagai pedoman kegiatan bimtek untuk semua mata pelajaran.

1
Materi dalam modul ini difokuskan pada materi-materi yang memiliki daya serap rendah dan
yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Materi tersebut disusun sesuai
kebutuhan evaluasi pasca EHB yang meliputi: (1) Unit 1, Analisis Materi-Materi Daya Serap
Rendah; (2) Unit 2, Soal-soal UN Daya Serap Rendah dan Pembahasannya; (3) Unit 3, Strategi
Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi. Secara umum setiap modul berisi uraian
singkat materi, fokus unit, penugasan, dan refleksi.

B. Bahan Bacaan

Materi-materi terkait untuk memperkaya wawasan agar kegiatan Bimtek Pembinaan Pasca
EHB dapat berjalan dengan lancar adalah sebagai berikut:
1. Implementasi Higher Order Thinking Skills dalam Pembelajaran dan Penilaian;
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang terkait dengan Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian;
3. Panduan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Pemerintah;
4. Panduan Pengembangan Kisi-kisi dan Butir Soal;
5. Hasil Ujian Nasional SMA Tahun 2019 (https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/).

C. Tujuan

Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) bertujuan:
1. Mengembangkan kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap
rendah.
2. Mengembangkan kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal
berpikir tingkat tinggi
3. Mengembangkan keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi berpikir tingkat
tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

D. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan Bimtek Pembinaan Pasca EHB adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap
rendah.
2. Meningkatnya kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal
berpikir tingkat tinggi.
3. Meningkatnya keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi yang menuntut
berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh
peserta didik.






2
Unit 1
Analisis materi Daya Serap Rendah

A. Pemetaan Materi Daya Serap Rendah (MDSR)

Analisis hasil UN yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Balitbang
Kemdikbud, menunjukkan bahwa daya serap soal UN setiap tahun berubah-ubah sesuai dengan
tingkat kesulitan soal UN pada tahun itu. Pada beberapa materi hampir setiap UN, daya serapnya
selalu rendah (kurang dari 50%). Contohnya beberapa pokok bahasan pada mata pelajaran
Geografi program IPS yang seringkali mendapatkan daya serap rendah adalah sebagai berikut.

1. Materi dasar peta untuk menentukan proyeksi yang sesuai informasi suatu wilayah
Materi ini tergolong berdaya serap rendah karena materi ini membutuhkan pemahaman
konsep tentang dasar pemetaan. Berdasarkan data Puspendik daya serap nasional untuk
materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 26,81%. Materi berdaya serap rendah ini selalu
muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN tahun 2017 muncul materi jenis peta untuk
daerah rawan banjir. Pada UN tahun 2018 materi yang muncul adalah interpretasi skala.
Sedangkan UN tahun 2019 berdasarkan analisis kelompok Geografi, yang muncul adalah
materi menentukan interpretasi jarak.
Materi ini tergolong kompleks dengan karakteristik materi yang bersifat prosedural,
dimana pembelajaran menuntut banyak praktik atau unjuk kerja atau proyek, sementara
pembelajaran di kelas lagi-lagi lebih banyak menghafal, guru masih sebagai pusat belajar,
dan belum berbasis pada aktivitas. Ruang lingkup yang harus dikuasai adalah Peta dan
pemetaan (prinsip dasar peta dan pemetaan serta keterampilan menggunakan peta).
Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, materi-materi ini hendaknya menjadi perhatian
khusus para guru Geografi. Dalam pembelajaran di kelas, diharapkan dapat memberikan
penekanan-penekanan pada pokok-pokok materi tersebut sehingga hasil belajar peserta
didik dapat ditingkatkan.

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Peta
UN 2017 UN 2018 UN 2019
39. Peta yang digunakan untuk 38. Interpretasi dari 6. Interpretasi dari
memeroleh informasi ilustrasi gambar berikut ilustrasi seperti gambar
daerah rawan banjir adalah adalah …. adalah ….
….
A. Peta Topografi, Peta
Persebaran Penduduk,
dan Peta Urnum
B. Peta Chorografi, Peta
Tataguna Lahan, dan A. jarak sebenarnya A
Peta Kontur ke B pada peta 1 dan
2 adalah sama

3
UN 2017 UN 2018 UN 2019
C. Feta Topografi, Peta A. skala peta X sama B. jarak sebenarnya A
Curah hujan, dan Peta besar dengan skala ke B pada peta 1 dan
Tataguna Lahan peta Y 2 lebih dekat
D. Peta Umurn, Peta B. peta X dan peta Y daripada peta 2
Topografi, dan Peta merupakan peta C. jarak sebenarnya A
Curah hujan tematik ke B pada peta 1 dan
E. Peta Tematik, Peta C. pajang garis A - B 2 lebih jauh daripada
Kepadatan Penduduk, pada kedua peta peta 2
dan Peta Curah hujan adalah sama D. jarak sebenarnya A
D. jarak sebenarnya ke B pada peta 1 dan
antara A dan B 2 mengalami
menjadi berubah perubahan skala
E. jarak sebenarnya diperkecil
antara dan B tetap E. sudut dan jarak pada
gambar peta 1 kepeta
2 tidak mengalami
perubahan


Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya belum tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum paham konsep dasar peta,
b. Belum mampu menginterpretasi skala dan jarak berdasarkan informasi pada peta.

2. Materi dasar penginderaan jauh untuk menentukan unsur dalam proses
memperoleh citra
Materi ini tergolong berdaya serap rendah karena materi ini membutuhkan pemahaman
konsep tentang dasar penginderaan jauh. Berdasarkan data Puspendik daya serap
nasional untuk materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 30,88%. Materi berdaya serap
rendah ini selalu muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN tahun 2017 muncul
interpretasi objek pada citra. Pada UN tahun 2018 muncul Pemanfaatan citra
penginderaan jauh dalam bidang meteorologi. Sedangkan UN tahun 2019 berdasarkan
analisis kelompok Geografi, muncul analisis interpretasi ciri spektral rona pada objek air.
Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, materi-materi ini hendaknya menjadi perhatian
khusus para guru Geografi. Dalam pembelajaran di kelas, diharapkan dapat memberikan
penekanan-penekanan pada pokok-pokok materi tersebut sehingga hasil belajar peserta
didik dapat ditingkatkan.

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.



4
Tabel 2. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Dasar Penginderaan Jauh
UN 2017 UN 2018 UN 2019
Citra dengan karakteristik objek Pemanfaatan citra Proses penginderaan jauh
sebagai berikut: bentuk penginderaan jauh dalam pada objek air sungai (C)
memanjang, lebar seragam bidang meteorologi adalah seperti gambar akan
sempit, relatiflurus, dan …. terekam pada F berupa ….
bertekstur halus. Objek A. mendeteksi keberadaan
tersebut dapat pesawat yang jatuh
diinterpretasikan sebagai …. B. memantau daerah
A. jembatan terkena badai topan
B. sungai C. mengatur rute
C. selokan penerbangan pesawat
D. jalan D. mengamati pasang
E. batas wilayah surut air laut
E. membantu analisis A. sinar matahari mengenai
perawanan objek sehingga tampak
pada citra
B. objek memantulkan
cahaya pada citra terang
C. sensor merekam obyek
dan tampak pada peta
D. objek menyerap
gelombang
elektromagnetik dan
rona objek gelap
E. objek memantulkan
gelombang dan warna
objek pada citra abu-abu


Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya belum tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum paham konsep dasar penginderaan jauh,
b. Belum mampu menginterpretasi keterkaitan antara ciri spektral pada objek.

3. Materi mengenal bumi untuk menentukan bentuk muka bumi di Indonesia sebagai
akibat pergerakan lempeng
Materi ini tergolong berdaya serap rendah karena materi ini membutuhkan pemahaman
konsep tentang mengenal bumi. Berdasarkan data Puspendik daya serap nasional untuk
materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 34,76%. Materi berdaya serap rendah ini selalu
muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN tahun 2017 muncul bentuk hasil gerakan
lempeng bertumbukan. Pada UN tahun 2018 muncul dampak dari gerakan sesar
mendatar. Sedangkan UN tahun 2019 berdasarkan analisis kelompok Geografi, muncul
hasil gerakan sesar mendatar di daerah Palu. Sesuai dengan kondisi tersebut di atas,
materi-materi ini hendaknya menjadi perhatian khusus para guru Geografi. Dalam

5
pembelajaran di kelas, diharapkan dapat memberikan penekanan-penekanan pada
pokok-pokok materi tersebut sehingga hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Mengenal Bumi
UN 2017 UN 2018 UN 2019
Bentuk muka Bumi seperti Dampak yang ditimbulkan Wilayah di Indonesia yang
gambar rnerupakan bentukan oleh gerakan lempeng terbentuk dari hasil gerakan
gerakan Iempeng … seperti gambar adalah …. lempemg tektonik seperti
gambar adalah ....


A. muncul aktivitas
A. mendatar vulkanisme
B. berpapasan B. pelebaran batas mid
C. bertubrukan oceanic ridge
D. rnenjauh A. Gunung Kidul,
C. menimbulkan zona
E. memusat Yogyakarta
subduksi
B. Dataran Tinggi Dieng,
D. muncul pegunungan
Jawa Tengah
lipatan
C. Daerah Banjar,
E. memicu sesar mendatar
Kalimantan Selatan

D. Palu-Koro, Sulawesi
Tengah
E. Krakatau, Lampung

Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya belum tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum paham konsep dasar mengenal bumi,
b. Belum mampu menganalisis keterkaitan antara lokasi sesar yang ada di Indonesia.

4. Materi mengenal bumi untuk menentukan daerah persebaran gempa tektonik
Materi ini tergolong memiliki daya serap rendah karena materi ini membutuhkan
pemahaman konsep tentang konsep dinamika litosfer. Berdasarkan data Puspendik daya
serap nasional untuk materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 41,89%. Materi berdaya serap
rendah ini selalu muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN tahun 2017 muncul
dampak vulkanisme. Pada UN tahun 2018 muncul fenomena vulkanisme. Sedangkan UN
tahun 2019 berdasarkan analisis kelompok Geografi, muncul wilayah potensi gempa di
Indonesia. Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, materi-materi ini hendaknya menjadi
perhatian khusus para guru Geografi. Dalam pembelajaran di kelas, diharapkan dapat
memberikan penekanan-penekanan pada pokok-pokok materi tersebut sehingga hasil
belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

6

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Mengenal Bumi
UN 2017 UN 2018 UN 2019
1. Dampak yang ditimbulkan 10. Pernyataan: 21. Wilayah Indonesia yang
dari terjadinya gempa (1) erupsi efusif; berpotensi gempa
vulkanik adalah .... (2) ekstrusi areal; akibat pertemuan
A. sering terjadi banjir (3) terbentuk sesar; lempeng Indo Australia
lahar dingin (4) muncul gas mofet; dengan lempeng Eurasia
B. penanda aktivitas (5) terbentuk tanah sesuai gambar peta
magma meningkat karst. terdapat pada angka ....
C. kebakaran hutan di Fenomena Vulkanisme
puncak gunung terdapat pada angka ….
D. penanda keluarnya A. (1), (2), dan (3)
cadangan minyak B. (1), (2), dan (4)
E. indikator pembentukan C. (1), (3), dan (5)
berbagai jenis batuan D. (2), (4), dan (5)
E. (3), (4), dan (5)
A. (1), (2), dan (4)
B. (3), (4), dan (8)
C. (6),( 12), dan (14)
D. (7), (13), dan (15)
E. (9), (10), dan (11)

Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya tidak tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum memahami konsep litosfer,
b. Belum memahami lokasi-lokasi potensi gempa di Indonesia.

5. Materi litosfer untuk mengidentifikasi jenis batuan berdasarkan siklus batuan
Materi ini tergolong memiliki daya serap rendah karena materi ini membutuhkan
pemahaman konsep tentang jenis dan siklus batuan. Berdasarkan data Puspendik daya
serap nasional untuk materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 25,39%. Materi berdaya serap
rendah ini selalu muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN tahun 2017 muncul bentuk
muka bumi yang dihasilkan oleh proses kiemiawi. Pada UN tahun 2018 muncul siklus
batuan. Dan untuk UN tahun 2019 berdasarkan analisis kelompok Geografi, muncul juga
siklus batuan. Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, materi-materi ini hendaknya
menjadi perhatian khusus para guru Geografi. Dalam pembelajaran di kelas, diharapkan
dapat memberikan penekanan-penekanan pada pokok-pokok materi tersebut sehingga
hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 5.

7

Tabel 5. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Litosfer
UN 2017 UN 2018 UN 2019
8. Bentuk Bumi seperti gambar 7. Batuan angka 2 berubah 28. Siklus batuan
dihasilkan oleh tenaga …. menjadi angka 3 seperti berlangsung melalui
gambar disebabkan oleh beberapa tahapan seperti
…. pada gambar. Salah satu
tahapan bertanda x
terjadi di perairan sungai
sehingga membentuk
batuan ….

A . pelapukan kimia dan
pengendapan A. pelarutan dan
B . pelapukan mekanik dan pendinginan
pengendapan B. pelarutan dan
C . pengikisan dan pemanasan
pengendapan C. pendinginan dan
D. pelapukan dan A. gabro
pengendapan
pengikisan B. granit
D. pengangkutan dan
E. erosi glasial dan pengendapan C. pasir
sedimentasi E. pendinginan dan D. absidian
pengangkutan E. batu apung

Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya belum tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum memahami konsep dasar siklus batuan,
b. Belum mampu menganalisis jenis batuan dan proses berdasarkan siklus.

6. Materi atmosfer untuk mengidentifikasi karakteristik jenis hujan tertentu
Materi ini tergolong memiliki daya serap rendah karena materi ini membutuhkan
pemahaman konsep tentang dinamika atmosfer. Berdasarkan data Puspendik daya serap
nasional untuk materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 36,7%. Materi berdaya serap rendah
ini selalu muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN tahun 2017 dan UN Tahun 2018
muncul jenis hujan. Sedangkan UN tahun 2019 berdasarkan analisis kelompok Geografi,
muncul karakteristik hujan. Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, materi-materi ini
hendaknya menjadi perhatian khusus para guru Geografi. Dalam pembelajaran di kelas,
diharapkan dapat memberikan penekanan-penekanan pada pokok-pokok materi tersebut
sehingga hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 6.


8
Tabel 6. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Atmosfer
UN 2017 UN 2018 UN 2019
14. Pemanasan Matahari yang 15. Ciri daerah: 23. Pernyataan:
tinggi sehingga uap air naik (1) terletak di daerah (1) mengikuti
secara vertikal di daerah tropis; perubahan daerah
tropis hingga menyebabkan (2) terjadi hujan pada konvergensi;
hujan. Jenis hujan yang waktu siang hari; (2) biasanya terjadi
sesuai dengan fenomena (3) terjadi pertemuan pada tengah hari dan
tersebut adalah .... angin pasat timur tegak lurus;
A. hujan frontal laut dan Tenggara (3) lokasi di wilayah
B. hujan zenithal Jenis hujan yang sering tropis;
C. hujan orografis terjadi di daerah (4) terjadi siang hari di
D. hujan muson tersebut adalah …. lereng gunung;
E. hujan musim dingin A. hujan frontal (5) disebabkan
B. hujan siklon pertemuan angin
C. hujan orografis barat dan angin
D. hujan zenital timur.
E. hujan musim dingin
Karakteristik hujan
konveksi terdapat pada
angka ....
A. (1), (2), dan (3)
B. (1), (2), dan (4)
C. (1), (3), dan (5)
D. (2), (4), dan (5)
E. (3), (4), dan (5)
Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya tidak tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum mampu memahami konsep unsur cuaca,
b. Belum mampu mengidentifikasi karakteristik hujan.

7. Materi kependudukan untuk menganalisis permasalahan penduduk pada piramida
penduduk
Materi ini tergolong memiliki daya serap rendah karena materi ini membutuhkan
pemahaman konsep tentang kependudukan dan piramida penduduk. Berdasarkan data
Puspendik daya serap nasional untuk materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 26,6%. Materi
berdaya serap rendah ini selalu muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN tahun 2017
muncul dampak piramida ekspansif. Pada UN tahun 2018 juga muncul permasalahan
piramida eskpansif. Sedangkan UN tahun 2019 berdasarkan analisis kelompok Geografi,
muncul permasalahan piramida konstruktif. Sesuai dengan kondisi tersebut di atas,
materi-materi ini hendaknya menjadi perhatian khusus para guru Geografi. Dalam
pembelajaran di kelas, diharapkan dapat memberikan penekanan-penekanan pada
pokok-pokok materi tersebut sehingga hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

9
Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Kependudukan
UN 2017 UN 2018 UN 2019
30. Dampak piramida 28. Permasalahan 39. Permasalahan
penduduk seperti gambar kependudukan seperti kependudukan yang
di masa mendatang adalah gambar adalah …. timbul dari piramida
…. penduduk seperti
gambar adalah ....


A. persaingan dalam mencari A. pemberian tunjangan
kerja hari tua meningkat
B. pelayanan kesehatan B. persebaran penduduk
meningkat tidak merata
C. kuantitas penduduk C. kebutuhan pendidikan A. banyaknya wanita
menurun dasar meningkat yang tidak menikah
D. pendapatan masyarakat D. kebutuhan tenaga B. kurangnya ahli
meningkat kesehatan meningkat tenaga kesehatan
E. harapan hidup meningkat E. berdaya serap rendah C. kesempatan
mencari lapangan mendapatkan
pekerjaan di kota pendidikan rendah
D. jumlah kebutuhan
tunjangan pensiun
meningkat
E. kualitas gizi pada
balita terus
menurun


Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya tidak tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum mampu memahami konsep kependudukan,
b. Belum mampu menganalisis permasalahan beserta dampak piramida penduduk.

8. Materi sebaran dan pengelolaan sumber daya untuk menentukan barang tambang
yang dihasilkan dari daerah tertentu pada peta
Materi ini tergolong memiliki daya serap karena materi ini membutuhkan pemahaman
konsep tentang sebaran barang tambang. Berdasarkan data Puspendik daya serap
nasional untuk materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 41,18%. Materi berdaya serap
rendah ini selalu muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN tahun 2017 muncul
persebaran minyak bumi dan batu bara. Pada UN tahun 2018 muncul persebaran minyak

10
bumi dan bijih besi. Sedangkan UN tahun 2019 berdasarkan analisis kelompok Geografi,
muncul persebaran tembaga dan emas. Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, materi-
materi ini hendaknya menjadi perhatian khusus para guru Geografi. Dalam pembelajaran
di kelas, diharapkan dapat memberikan penekanan-penekanan pada pokok-pokok materi
tersebut sehingga hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Sebaran Barang Tambang
UN 2017 UN 2018 UN 2019
26. Barang tambang yang 25. Wilayah angka 1 dan 2 36. 3Barang tambang yang
dihasilkan wilayah yang seperti gambar banyak dihasilkan di
bertanda X dan Y pada merupakan persebaran daerah bertanda huruf P
gambar adalah …. barang tambang …. adalah ....


A. minyak bumi dan A. batubara dan intan
A. batubara dan bauksit B. timah dan bauksit
bijih besi
B. timah dan tembaga C. tembaga dan emas
B. nikel dan emas
C. minyak bumi dan D. minyak bumi dan
C. tembaga dan minyak
batubara kaolin
bumi
D. aspal dan bijih besi E. nikel dan andesit
D. batubara dan aspal
E. emas dan gas alam
E. gas alam dan intan

Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya tidak tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum mampu memahami konsep SDA,
b. Belum mampu menganalisis keterkaitan lokasi SDA dengan potensi barang tambang.

9. Materi interaksi keruangan desa-kota untuk menentukan titik henti antara dua
buah tempat
Materi ini tergolong memiliki daya serap rendah karena materi ini membutuhkan
pemahaman konsep tentang interaksi keruangan desa-kota dan teori interaksi.
Berdasarkan data Puspendik daya serap nasional untuk materi ini, pada UN tahun 2019
hanya 33,62%. Materi berdaya serap rendah ini selalu muncul pada 3 (tiga) tahun
terakhir. Pada UN tahun 2017 muncul menghitung titik henti. Pada UN tahun 2018 juga
selalu muncul menghitung titik henti. Sedangkan UN tahun 2019 berdasarkan analisis
kelompok Geografi, bahwa setiap tahun selalu muncul soal menghitung titik henti. Sesuai
dengan kondisi tersebut di atas, materi-materi ini hendaknya menjadi perhatian khusus
para guru Geografi. Dalam pembelajaran di kelas, diharapkan dapat memberikan

11
penekanan-penekanan pada pokok-pokok materi tersebut sehingga hasil belajar peserta
didik dapat ditingkatkan.

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Interaksi Keruangan Desa-Kota
UN 2017 UN 2018 UN 2019
48. Penduduk kota A = 46. Jumlah penduduk di 46. Pemerintah akan
5.000.000 jiwa, kota B = kota A sebanyak 16.000 membangun rumah
200.000 jiwa. Sedangkan jiwa. Jumlah penduduk sakit antara kota X
jarak kota A ke kota B = 60 di kota B sebanyak dengan kota Z.
km. Jika antara kota A dan B 4.000 jiwa. Jarak kedua Penduduk kota X
akan didirikan Rumah Sakit, kota tersebut adalah 18 berjumlah 800.000 jiwa
maka lokasi ideal yang tepat km. Jika pemerintah dan penduduk kota Z
adalah …. akan membangun berjumlah 7,2 juta jiwa.
A. 10 km dari A rumah sakit, maka Jika jarak X-Z = 20 Km,
B. 10 km dari B lokasi yang tepat adalah maka pembangunan
C . 2 0 k m da r i B …. rumah sakit sebaiknya
D. 25 km dari B A. 3 km dari kota A pada jarak ....
E. 4 0 k m d a r i B B. 3 km dari kota B A. 6,7 km dari kota Z
C. 6 km dari kota A B. 6,7 km dari kota X
D. 6 km dari kota B C. 5 km dari kota Z
E. 10 km dari kota B D. 5 km dari kota X
E. 4 km dari kota X

Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya tidak tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum mampu memahami konsep interaksi desa-kota,
b. Belum mampu mengaplikasikan teori interaksi Reily tentang titik henti(Break event
point/BEP)

10. Materi kewilayahan untuk menganalisis dampak pola pemanfaatan ruang
berdasarkan ilustrasi
Materi ini tergolong berdaya serap rendah karena materi ini membutuhkan pemahaman
konsep tentang teori lokasi dan analisis pengembangan wilayah. Berdasarkan data
Puspendik daya serap nasional untuk materi ini, pada UN tahun 2019 hanya 35,32%.
Materi berdaya serap rendah ini selalu muncul pada 3 (tiga) tahun terakhir. Pada UN
tahun 2017 muncul faktor pertumbuhan penduduk suatu wilayah. Pada UN tahun 2018
muncul faktor penyebab pusat pertumbuhan. Sedangkan UN tahun 2019 berdasarkan
analisis kelompok Geografi, muncul dampak pembangunan dan alternatif solusi terhadap
masalah. Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, materi-materi ini hendaknya menjadi
perhatian khusus para guru Geografi. Dalam pembelajaran di kelas, diharapkan dapat
memberikan penekanan-penekanan pada pokok-pokok materi tersebut sehingga hasil
belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

12

Butir-butir soal UN yang muncul berdasarkan materi berdaya serap rendah di atas, dalam
3 tahun terakhir disajikan pada Tabel 10.


Tabel 10. Soal UN Berdaya Serap Rendah Materi Konsep Wilayah dan Pewilayahan
UN 2017 UN 2018 UN 2019
47. Pernyataan: 47. Pernyataan: 48. Berikut adalah sketsa
(1) kaya dengan (1) pusat pendidikan; salah satu wilayah
sumberdaya alarn; (2) kawasan industri ; perkotaan di Pulau
(2) sarana dan prasarana (3) lokasi yang Sumatera.
transportasi yang strategis;
memadai; (4) kualitas penduduk
(3) kondisi iklim yang rendah;
bervariasi; (5) miskin sumber daya
(4) sumberdaya manusia alam.
yang baik; Faktor penyebab suatu
(5) luas wilayah yang wilayah menjadi pusat
cukup. pertumbuhan terdapat
Faktor yang menentukan pada angka …. Dampak yang terjadi jika
suatu wilayah dijadikan A. (1), (2), dan (3) terdapat rencana
sebagai pusat perturnbuhan B. (1), (3), dan (4) pembangunankawasani
terdapat pada angka …. C. (1), (4), dan (5) ndustri non migas di
A. (1), (2), dan (3) D. (2), (4), dan (5) lokasi X adalah …,
B. (1), (2), dan (4) E. (3), (4), dan (5) sehingga pemerintah
C. (1), (3), dan (5) daerah perlu ….
D. (2), (3), dan (4) A. kerusakan kawasan
E. (3), (4), dan (5 pesisir; melakukan
penanaman pohon di
sepanjang pesisir
B. kerusakan jalan;
membuat jalu
rkhusus dari
kawasan industry ke
lokasi sumber bahan
baku
C. aglomerasi kawasan
industri; menambah
akses dan
infrastruktur
kawasan
D. pergeseran tenaga
kerja dari petani
keburuh pabrik;
menyiapkan

13
UN 2017 UN 2018 UN 2019
pelatihan kerja untuk
industri
E. perluasan Central
Bussines District
(cbd); membuat
master plan kawasan
perekonomian
terpadu.

Bagi peserta didik yang kemampuan nalarnya belum tinggi akan mengalami kesulitan
dalam memecahkan persoalan di atas. Perkiraan faktor penyebab kesulitan adalah
sebagai berikut:
a. Belum mampu memahami konsep dasar wilayah dan pewilayahan,
b. Belum mampu menganalisis dampak pembangunan dan alternatif solusi terhadap
masalah

B. Penugasan

Kerjakan LK 1 untuk mengidentifikasi lebih cermat dan mendalam materi-materi berdaya
serap rendah yang dijumpai peserta didik pada sekolah Anda. Untuk mengisi LK 1 tersebut
Anda wajib melihat Data Hasil UN dari Puspendik Balitbang Kemdikbud di web
https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id

C. Refleksi

1. Peserta
a. Menyampaikan keberhasilan berupa kemampuan melakukan analisis materi yang
memiliki daya serap rendah yang dialami oleh peserta didik di sekolahnya masing-
masing.
b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada unit 1 modul ini
sehingga masih ada yang belum dipahami atau membingungkan.
c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menerapkan hasil yang
diperoleh dari unit 1 modul ini.

2. Fasilitator
a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan selama kegiatan.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam mengidentifikasi materi/pokok
bahasan yang memiliki daya serap rendah sesuai dengan Data Daya Serap Hasil UN
Mata Pelajaran Geografi dari Puspendik.





14
Unit 2
Strategi Penyajian Materi Daya Serap Rendah

A. Uraian Singkat Materi

Strategi pembelajaran yang disajikan dalam unit 2 modul ini, diharapkan dapat menginspirasi
Anda untuk menemukan ide-ide inovatif dalam pembelajaran. Disadari bahwa pembelajaran dan
penilaian merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran
yang baik pada umumnya dapat meningkatkan hasil belajar, karena secara logika dengan
pembelajaran yang baik maka penguasaan materi peserta didik dapat ditingkatkan. Bila
penguasaan materi peserta didik baik, maka hasil belajar yang dicapai juga akan meningkat.

Berikut ini disajikan beberapa alternatif yang dapat Anda pilih ketika menyajikan materi-materi
berdaya serap rendah, sesuai dengan identifikasi materi berdaya serap rendah pada Unit 1 Modul
ini.

1. Materi dasar peta untuk menentukan proyeksi yang sesuai informasi suatu
wilayah
Materi dasar peta diberikan pada kelas X. Pada UN 2019, muncul submateri tentang
menentukan proyeksi yang sesuai informasi suatu wilayah. Secara konsep, submateri
tersebut termasuk level 2 (aplikasi). Soal yang muncul sebenarnya mudah, tetapi
karena peserta didik sulit membedakan kedua peta maka terjebak pada option
jawaban lain/tidak bisa dalam menjawab. Untuk menentukan proyeksi skala
berdasarkan informasi suatu wilayah, untuk itu guru harus berupaya memaksimalkan
peserta didik untuk meningkatkan keterampilan cara berpikirnya. Langkah-langkah
untuk mengajarkan materi ini, sebagai berikut:
a. Mengajarkan submateri ini harus dimulai dengan persyaratan peserta didik
menguasai perhitungan dasar.
b. Guru bisa menggunakan pendekatan saintifik melalui model project based
learning dengan metode perancangan.
c. Guru menyiapkan media yang sesuai, terutama contoh stimulus dengan
menampilkan gambar/sketsa peta sesuai informasi suatu wilayah.
d. Guru memberikan mencari contoh dalam kehidupan sehari-hari; kemudian
menanyakan pada siswa komponen/unsur peta yang ada pada pada gambar.
e. Peserta didik harus menguasai terlebih dahulu menghitung skala dan jarak.
f. Guru menyajikan rumus skala, peserta didik mengidentifikasi data yang dapat
diperoleh berdasarkan peta tersebut.
g. Guru menyajikan dua peta yang memiliki skala berbeda, kemudian menganalisis
peta tersebut berdasarkan isi peta dan perbandingan keduanya.

2. Materi dasar penginderaan jauh untuk menentukan unsur dalam proses
memperoleh citra
Materi dasar penginderaan jauh diberikan pada kelas X. Pada UN 2019, muncul
submateri tentang menentukan unsur dalam proses memperoleh citra penginderaan
jauh. Secara konsep, submateri tersebut termasuk level 2 (aplikasi). Soal yang muncul

15
sebenarnya mudah, tetapi karena peserta didik sulit menentukan interpretasi yang
tepat pada sistem penginderaan jauh maka terjebak pada option jawaban lain/tidak
bisa dalam menjawab. Perlunya materi prasyarat pengetahuan yang harus dikuasai
seperti sistem penginderaan, unsur-unsur interpretasi, tahap-tahap interpretasi.
Namun pembelajaran tidak sampai disitu, peserta didik harus diarahkan untuk
melakukan praktik interpretasi sebagai aplikasi dari apa yang telah mereka pelajari
dengan cara memberi tugas mencari contoh citra, kemudian membaca dan
menginterpretasi obyek pada citra dengan matriks interpretasi kemudian
melaporkan dan mempresentasikan hasil interpretasi citra penginderaan jauh
mereka.
Untuk itu guru harus berupaya memaksimalkan peserta didik untuk meningkatkan
keterampilan cara berpikirnya. Langkah-langkah untuk mengajarkan materi ini,
sebagai berikut:
a. Mengajarkan submateri ini harus dimulai dengan persyaratan peserta didik
menguasai sistem penginderaan jauh dan interpretasi citra.
b. Guru bisa menerapkan model pembelajaran discovery atau inquiry, dimana
peserta didik lebih banyak mencari, menemukan dan memikirkan secara logis
sehingga mereka membangun sendiri pengetahuannya.
c. Guru mengunakan media yang dapat memvisualkan materi konkrit seperti objek
perairan dan non perairan di citra.
d. Guru memberikan contoh cara menginterpretasi sebuah objek pada citra.
e. Untuk menguji pemahaman peserta didik, buatlah kompetisi antar kelompok
dengan menginterpretasi objek lain pada citra, mereka akan
berdebat/berargumentasi di setiap kelompok.

3. Materi mengenal bumi untuk menentukan bentuk muka bumi di Indonesia
sebagai akibat pergerakan lempeng
Materi mengenal bumi diberikan pada kelas X. Pada UN 2019, muncul submateri
tentang menentukan bentuk muka bumi di Indonesia sebagai akibat pergerakan
lempeng. Secara konsep, submateri tersebut termasuk level 2 (aplikasi). Materi yang
muncul setiap tahun selalu sama pergerakan lempeng, tetapi UN tahun 2019 peserta
didik disuruh menentukan lokasi pergerakan lempeng di Indonesia pada gambar.
Berdasar itu, peserta didik sulit menentukan lokasi yang tepat sehingga terjebak pada
option jawaban lain/tidak bisa dalam menjawab. Langkah-langkah untuk
mengajarkan materi ini, sebagai berikut:
a. Mengajarkan submateri ini harus dimulai dengan persyaratan peserta didik
memahami karakteristik lokasi geologi kepulauan Indonesia.
b. Guru bisa menerapkan model pembelajaran discovery atau inquiry, dimana
peserta didik lebih banyak mencari, menemukan dan memikirkan secara logis
sehingga mereka membangun sendiri pengetahuannya.
c. Guru bisa menampilkan media pergerakan lempeng di Indonesia beserta
karakteristik ke-geologi-an daerahnya.
d. Guru bersama siswa menemukan 3 daerah besar akibat dari pergerakan lempeng
di Indonesia dengan melihat peta pergerakan lempeng dan peta geologi
Indonesia, misalnya:
1) konvergen di daerah Selatan Sumatera, jawa dan NTT

16
2) divergen di daerah tidak terdapat Indonesia
3) Transform di daerah Sesar sorong, di papua, sesar semangko di sumatera,
sesar palu koro di Sulawesi
e. Guru memberikan contoh cara memahami karakteristik lempeng yang ada di
Indonesia kemudian peserta didik bisa mengikuti tahapan proses berpikir.
f. Untuk menguji pemahaman peserta didik, buatlah presentasi kelompok untuk
daerah-daerah yang berpotensi terkena dampak pergerakan lempeng

4. Materi mengenal bumi untuk menentukan daerah persebaran gempa tektonik


Materi mengenal bumi diberikan pada kelas X. Pada UN 2019, muncul submateri
tentang menentukan daerah persebaran gempa tektonik. Secara konsep, submateri
tersebut termasuk level 2 (aplikasi). Materi yang muncul setiap tahun berbeda-beda
sehingga hampir materi terkait lempeng tektonik muncul bergantian seperti teori
Alfred wagener, dampak pergerakan, tenaga penggerak, bentukan hasil gerakan
lempeng. UN tahun 2019, peserta didik disuruh menentukan lokasi persebaran gempa
tektonik di Indonesia berdasarkan peta yang ada. Berdasar itu, peserta didik sulit
menentukan lokasi yang tepat sehingga terjebak pada option jawaban lain/tidak bisa
dalam menjawab. Langkah-langkah untuk mengajarkan materi ini, sebagai berikut:
a. Mengajarkan submateri ini harus dimulai dengan persyaratan peserta didik
memahami submateri gempa di kepulauan Indonesia.
b. Guru bisa menerapkan model pembelajaran discovery atau inquiry, dimana
peserta didik lebih banyak mencari, menemukan dan memikirkan secara logis
sehingga mereka membangun sendiri pengetahuannya.
c. Guru bisa menampilkan media peta potensi gempa di Indonesia.
d. Guru memberikan contoh cara menentukan lokasi gempa yang ada di Indonesia
kemudian peserta didik bisa mengikuti tahapan proses berpikir.
e. Untuk menguji pemahaman peserta didik, buatlah presentasi kelompok untuk
daerah yang berpotensi terkena gempa

5. Materi litosfer untuk mengidentifikasi jenis batuan berdasarkan siklus batuan
Materi litosfer diberikan pada kelas X. Pada UN 2019, muncul submateri tentang
mengidentifikasi jenis batuan berdasarkan siklus batuan. Secara konsep,
mengidentifikasi termasuk level 1 (Pemahaman) tetapi dikaitkan dengan submateri
lainnya sehingga bisa termasuk menentukan dari apa yang sudah dipahami. Hal
tersebut masuk ke dalam level 2 (Aplikasi). Materi yang muncul setiap tahun selalu
sama tentang siklus batuan, tetapi UN tahun 2019 peserta didik disuruh
mengidentifikasi jenis batuan berdasarkan siklus. Berdasar itu, peserta didik sulit
mengidentifikasi jenis batuan yang tepat sehingga terjebak pada option jawaban
lain/tidak bisa dalam menjawab. Langkah-langkah untuk mengajarkan materi ini,
sebagai berikut:
a. Mengajarkan submateri ini harus dimulai dengan persyaratan peserta didik
memahami submateri siklus batuan beserta prosesnya.
b. Guru bisa menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing, dimana peserta
didik lebih banyak mencari, menemukan dan memikirkan secara logis dengan
bantuan sumber.

17
c. Materi ini tergolong materi konkrit, yakni fenomena yang terjadi di permukaan
bumi sehingga guru dapat menyajikan media siklus dan jenis batuan.
d. Guru memberikan contoh pemodelan pembentukan batuan kemudian peserta
didik bisa mengikuti tahapan proses berpikir secara logis dan sistematis.
e. Untuk menguji pemahaman peserta didik, buatlah penugasan fieldwork untuk
pengamatan jenis batuan.

6. Materi atmosfer untuk mengidentifikasi karakteristik jenis hujan tertentu
Materi atmosfer diberikan pada kelas X. Pada UN 2019, muncul submateri tentang
mengidentifikasi karakteristik jenis hujan tertentu. Secara konsep, submateri tersebut
termasuk level level 1 (Pemahaman). Materi yang muncul setiap tahun selalu sama
tentang jenis hujan, tetapi UN tahun 2019 peserta didik disuruh mengidentifikasi jenis
hujan konveksi. Berdasar itu, peserta didik sulit mengidentifikasi jenis hujan yang
tepat sehingga terjebak pada option jawaban lain/tidak bisa dalam menjawab.
Langkah-langkah untuk mengajarkan materi ini, sebagai berikut:
a. Guru bisa menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing, dimana peserta
didik lebih banyak mencari, menemukan dan memikirkan secara logis dengan
bantuan sumber.
b. Materi ini tergolong materi konkrit, yakni fenomena yang terjadi di permukaan
bumi berupa objek material sebaiknya guru memberikan orientasi kepada peserta
didik untuk mengamati tayangan video dan gambar hujan
https://www.youtube.com/watch?v=qfjdu1fpdks
http://www.ebiologi.net/2016/09/jenis-jenis-hujan-dan-gambarnya.html
c. guru memfasilitasi peserta didik agar berpikir kritis untuk dapat mengeksplorasi
dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tayangan video, gambar
tersebut
d. peserta didik secara mandiri dan bekerja sama mencari serta mengumpulkan
data/informasi yang berkaitan dengan pengertian hujan, jenis-jenis hujan,
karakteristik hujan yang didapat dari buku paket geografi kelas x atau sumber lain
yang relevan, termasuk penggunaan sumber digital berdasarkan lembar
penugasan
e. peserta didik bekerjasama dalam kelompok untuk berdiskusi melakukan
pencatatan jurnal khusus sesuai dengan tugas yang telah diberikan oleh guru
f. peserta didik mengomunikasikan hasil kerja kelompoknya dengan presentasi di
depan kelas
g. guru membantu peserta didik membuat kesimpulan dan evaluasi

7. Materi kependudukan untuk menganalisis permasalahan penduduk pada
piramida penduduk
Materi kependudukan diberikan pada kelas XI. Pada UN 2019, muncul submateri
tentang menganalisis permasalahan penduduk pada piramida penduduk. Secara
konsep, submateri tersebut termasuk level level 3 (Penalaran). Materi yang muncul
setiap tahun selalu sama tentang piramuda penduduk, tetapi UN tahun 2019 peserta
didik disuruh menganalisis permasalahan yang timbul dari gambar piramida.
Penguasan konsep piramida yang tidak komprehensif menyebabkan peserta didik
sulit menganalisis permasalahan yang tepat sehingga terjebak pada option jawaban

18
lain/tidak bisa dalam menjawab. Langkah-langkah untuk mengajarkan materi ini,
sebagai berikut:
a. Mengajarkan submateri ini harus dimulai dengan persyaratan peserta didik
memahami submateri karakteristik piramida penduduk.
b. Guru bisa menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan
menggunakan metode problem solving.
c. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengamati media
gambar piramida penduduk.
d. Setelah pengamatan, siswa untuk diminta untuk mengidentifikasi masalah.
e. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang ciri-ciri piramida penduduk.
f. Setelah dilakukan stimulus, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi masalah yang timbul dari masing – masing jenis-jenis
piramida
g. peserta didik melakukan analisis data permasalahan yang ada pada masing-
masing jenis piramida.
h. guru membimbing peserta didik untuk melakukan secara cermat untuk
menyimpulkan permasalahan yang timbul dari masing-masing piramida.
8. Materi sebaran dan pengelolaan sumber daya untuk menentukan barang
tambang yang dihasilkan dari daerah tertentu di peta
Materi sebaran dan pengelolaan sumber daya diberikan pada kelas XI. Pada UN 2019,
muncul submateri tentang menentukan barang tambang yang dihasilkan dari daerah
tertentu di peta. Secara konsep, submateri tersebut termasuk level level 2 (Aplikasi).
Materi yang muncul setiap tahun selalu sama tentang barang tambang di daerah
tertentu, tetapi UN tahun 2019 peserta didik disuruh menentukan barang tambang
yang ada di Papua. Berdasar itu, peserta didik sulit menentukan barang tambang yang
tepat sehingga terjebak pada option jawaban lain/tidak bisa dalam menjawab.
Langkah-langkah untuk mengajarkan materi ini, sebagai berikut:
a. Guru bisa menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan
menggunakan metode problem solving.
b. Pemberian rangsangan (stimulation) berupa pemutaran film melalui youtube,
contoh: persebaran barang tambang di indonesia (youtouber : lukman afrianto)
c. Membuat pernyataan/identifikasi masalah (problem statment) , misalnya
“indonesia dikepung barang tambang”
d. Pengumpulan data (data colection) dengan cara membuat resume sebaran
barang tambang di indonesia, misalnya studi literatur
e. Pengolahan data(data processing) : data diolah dalam bentuk tabel tentang
sebaran barang tambang di indonesia
f. Pembuktian (verification): melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar/tidaknya sebaran barang tambang pada daerah tertentu
dikaitkan dengan pengolahan data dengan cara mengamati peta sebaran barang
tambang, melalui diskusi kelompok.
g. Membuat rumusan hasil dari pembuktian berupa hasil pengamatan pada peta
sebaran barang tambang di indonesia

19
9. Materi interaksi keruangan desa-kota untuk menentukan titik henti antara dua
buah tempat
Materi interaksi keruangan desa-kota diberikan pada kelas XII. Pada UN 2019, muncul
submateri tentang menentukan titik henti antara dua buah tempat. Secara konsep,
submateri tersebut termasuk level level 2 (Aplikasi). Materi yang muncul setiap tahun
selalu sama tentang teori interaksi Reilly, tetapi UN tahun 2019 peserta didik disuruh
menentukan titik henti. Peserta didik sangat lemah konsep saat menghitung break
event point (BEP). Berdasar itu, peserta didik sulit menentukan jarak yang tepat yang
tepat sehingga terjebak pada option jawaban lain/tidak bisa dalam menjawab.
Langkah-langkah untuk mengajarkan materi ini, sebagai berikut:
a. Guru bisa menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing, dimana peserta
didik lebih banyak mencari, menemukan dan memikirkan secara logis dengan
bantuan sumber.
b. Guru memberikan pokok materi tentang teori interaksi wilayah,
c. Membentuk kelompok belajar (beranggotakan 4-5 siswa)
d. Peserta didik mencari informasi terkait materi yang akan dibahas dari buku,
artikel, berita-berita online.
e. Guru memberikan contoh kontekstual teori interaksi melalui Lembar Kerja
f. Setiap kelompok memanfaatkan media peta digital (google map) untuk
menentukan lokasi dua wilayah yang akan didiskusikan kekuatan interaksinya.
Kemudian, mencari informasi yang diperlukan melalui webiste yang terkait
(webiste wilayah kota/kab), diantaranya data jumlah penduduk
g. Peserta didik mendiskusikan dan mengerjakan soal menghitung kekuatan
interaksi pada lembar kerja yang telah disiapkan. Dimulai dari memahami
rumus, memasukkan angka-angka yang telah diperoleh datanya dari media
digital
h. Peserta didik menggambarkan peta seperti pada google map di papan tulis dan
menentukan lokasi titik hentinya.
i. Melakukan kegiatan tanya jawab berupa kuis berkaitan dengan pembelajaran
yang telah dilakukan berbais IT (misal Google Form, KAHOOT)
j. Guru memberikan penghargaan kepada tim yang memiliki skor terbaik

10. Materi kewilayahan untuk menganalisis dampak pola pemanfaatan ruang
berdasarkan ilustrasi
Materi kewilayahan diberikan pada kelas XII. Pada UN 2019, muncul submateri
tentang menganalisis dampak pola pemanfaatan ruang berdasarkan ilustrasi. Secara
konsep, submateri tersebut termasuk level level 3 (Penalaran). Materi yang muncul
setiap tahun biasanya tentang penyebab faktor pusat pertumbuhan tetapi UN tahun
2019 peserta didik disuruh menganalisis dampak rencana pembangunan kawasan
industri dan mencari solusi untuk pemerintah. Peserta didik sangat lemah terhadap
konsep keruangan. Berdasar itu, peserta didik sulit menganalisis dampak dan
memberikan solusi yang tepat sehingga terjebak pada option jawaban lain/tidak bisa
dalam menjawab. Langkah-langkah untuk mengajarkan materi ini, sebagai berikut:
a. Mengajarkan submateri ini harus dimulai dengan persyaratan peserta didik
memahami submateri pengembangan dan pembangunan wilayah.

20
b. Guru bisa menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan
menggunakan metode problem solving.
c. Mengenalkan ke peserta didik dalam membaca peta dan peka terhadap informasi
dalam peta tersebut.
d. Penanaman konsep tentang keterkaitan ruang dengan pemanfaatan ruang oleh
penduduk. Contoh: daerah tanjung memiliki hubungan yang erat dengan perairan
dalam sehingga cocok untuk kawasan ekonomi khusus/pelabuhan
e. Setelah itu, berikan tugas kepada peserta didik untuk mengamati kondisi
lingkungan sekitar kemudian menerapkan/melihat konsep yang mereka pelajari
dalam kehidupan yang sesungguhnya. Mintalah mereka membuat laporan dan
mempresentasikan hasil pengamatan lapangan.
f. Identifikasi masalah
g. Mencari informasi yang releven dan mengembangkan solusi;
h. Mengevaluasi hasil solusi dengan mencocokkan jawaban pada option yang ada
i. Untuk menguji pemahaman peserta didik, buatlah penugasan fieldwork sejenis.

B. Penugasan

Kerjakan LK 2 untuk meningkatkan kompetensi penyajian materi/pokok bahasan berdaya
serap rendah di kelas.Untuk mengisi LK 2 tersebut Anda wajib menyiapkan Kompetensi Dasar
(KD) dan indikator pencapaian kompetensi (IPK) sesuai dengan materi/pokok bahasan.

C. Refleksi

1. Peserta
a. Menyampaikan keberhasilan berupa kemampuan menyajikan materi berdaya
serap rendah yang dialami oleh peserta didik di sekolahnya masing-masing.
b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada unit 2 modul ini
sehingga masih ada yang belum dipahami atau membingungkan.
c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menerapkan hasil yang
diperoleh dari unit 2 modul ini.
2. Fasilitator
a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan selama kegiatan.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam penyajian materi/pokok
bahasan berdaya serap rendah sesuai dengan Data Daya Serap Hasil UN Mata
Pelajaran Geografi dari Puspendik.







21
Unit 3
Soal UN Yang Memiliki Daya Serap Rendah Dan
Pembahasannya

A. Uraian Singkat Materi

Soal-soal UN yang berdaya serap rendah pada pembahasan ini, diidentifikasi dari butir soal
UN yang memiliki daya serap rendah secara nasional. Mungkin saja soal-soal UN yang
dianggap berdaya serap rendah dalam unit 3 modul ini, tidak merupakan soal yang berdaya
serap rendah di sekolah Anda. Bisa juga sebaliknya, soal-soal UN yang tidak dianggap berdaya
serap rendah secara nasional menjadi soal-soal berdaya serap rendah di sekolah Anda. Hal ini
sangat tergantung dari karakteristik peserta didik di sekolah Anda, tentu saja berbeda dengan
peserta didik di sekolah lainnya. Soal-soal UN berdaya serap rendah dan pembahasannya yang
disajikan dalam unit 3 modul ini diharapkan dapat menambah wawasan Anda tentang
beberapa alternatif penyelesaian soal-soal UN yang dianggap berdaya serap rendah oleh
sebagian besar peserta didik.

Berikut ini disajikan 10 butir soal UN tahun pelajaran 2018/2019 dan pembahasannya, yang
dianggap berdaya serap rendah dan memiliki daya serap rendah oleh sebagian besar peserta
didik secara nasional.

Butir Soal

1. Interpretasi dari ilustrasi seperti gambar adalah ….


A. jarak sebenarnya A ke B pada peta 1 dan 2 adalah sama
B. jarak sebenarnya A ke B pada peta 1 dan 2 lebih dekat daripada peta 2
C. jarak sebenarnya A ke B pada peta 1 dan 2 lebih jauh daripada peta 2
D. jarak sebenarnya A ke B pada peta 1 dan 2 mengalami perubahan skala diperkecil
E. sudut dan jarak pada gambar peta 1 kepeta 2 tidak mengalami perubahan

22
2. Proses penginderaan jauh pada objek air sungai (C) seperti gambar akan terekam pada F
berupa ….


A. sinar matahari mengenai objek sehingga tampak pada citra
B. objek memantulkan cahaya pada citra terang
C. sensor merekam obyek dan tampak pada peta
D. objek menyerap gelombang elektromagnetik dan rona objek gelap
E. objek memantulkan gelombang dan warna objek pada citra abu-abu

3. Wilayah di Indonesia yang terbentuk dari hasil gerakan lempemg tektonik seperti gambar
adalah ....


A. Gunung Kidul, Yogyakarta
B. Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
C. Daerah Banjar, Kalimantan Selatan
D. Palu-Koro, Sulawesi Tengah
E. Krakatau, Lampung

4. Wilayah Indonesia yang berpotensi gempa akibat pertemuan lempeng Indo Australia
dengan lempeng Eurasia sesuai gambar peta terdapat pada angka ....


A. (1), (2), dan (4)
B. (3), (4), dan (8)
C. (6),(12), dan (14)
D. (7), (13), dan (15)
E. (9), (10), dan (11)

23

5. Siklus batuan berlangsung melalui beberapa tahapan seperti pada gambar. Salah satu
tahapan bertanda x terjadi di perairan sungai sehingga membentuk batuan …


A. gabro
B. granit
C. pasir
D. absidian
E. batu apung

6. Pernyataan:
(1) mengikuti perubahan daerah konvergensi;
(2) biasanya terjadi pada tengah hari dan tegak lurus;
(3) lokasi di wilayah tropis;
(4) terjadi siang hari di lereng gunung;
(5) disebabkan pertemuan angin barat dan angin timur.

Karakteristik hujan konveksi terdapat pada angka ....
A. (1), (2), dan (3)
B. (1), (2), dan (4)
C. (1), (3), dan (5)
D. (2), (4), dan (5)
E. (3), (4), dan (5)

7. Permasalahan kependudukan yang timbul dari piramida penduduk seperti gambar
adalah ....


A. banyaknya wanita yang tidak menikah
B. kurangnya ahli tenaga kesehatan
C. kesempatan mendapatkan pendidikan rendah
D. jumlah kebutuhan tunjangan pensiun meningkat
E. kualitas gizi pada balita terus menurun

24

8. Barang tambang yang banyak dihasilkan di daerah bertanda huruf P adalah ....


A. batubara dan intan
B. timah dan bauksit
C. tembaga dan emas
D. minyak bumi dan kaolin
E. nikel dan andesit

9. Pemerintah akan membangun rumah sakit antara kota X dengan kota Z. Penduduk kota X
berjumlah 800.000 jiwa dan penduduk kota Z berjumlah 7,2 juta jiwa. Jika jarak X-Z = 20
Km, maka pembangunan rumah sakit sebaiknya pada jarak ....
A. 6,7 km dari kota Z
B. 6,7 km dari kota X
C. 5 km dari kota Z
D. 5 km dari kota X
E. 4 km dari kota X


10. Berikut adalah sketsa salah satu wilayah perkotaan di Pulau Sumatera.


Dampak yang terjadi jika terdapat rencana pembangunankawasani ndustri non migas di
lokasi X adalah …, sehingga pemerintah daerah perlu ….
A. kerusakan kawasan pesisir; melakukan penanaman pohon di sepanjang pesisir
B. kerusakan jalan; membuat jalurkhusus dari kawasan industry ke lokasi sumber bahan
baku
C. aglomerasi kawasan industri; menambah akses dan infrastruktur kawasan
D. pergeseran tenaga kerja dari petani keburuh pabrik; menyiapkan pelatihan kerja
untuk industri
E. perluasan Central Bussines District (cbd); membuat master plan kawasan
perekonomian terpadu.

25

Pembahasan

Pembahasan No.1
Untuk menyelesaikan soal tersebut maka kita dapat menampilkan rumus menghitung skala
yaitu:
Skala = jarak pada peta
jarak sebenarnya
Berdasarkan gambar maka dapat diketahui:
1. jarak pada peta sudah ada
2. Skala sudah ada

Sehingga pada soal tersebut kita hanya menentukan /mengecek jarak yang sebenarnya
dimana jarak yang sesungguhnya pada peta dapat dirumuskan :

Maka Jarak Sebenarnya Pada Peta 1 = JARAK PADA PETA X PENYEBUT SKALA
= 4 X 3000.000
= 12.000.000 cm
Maka Jarak Sebenarnya Pada Peta 1 = JARAK PADA PETA X SKALA
= 12X 1000.000
= 12.000.000 cm
Jadi soal tersebut Jarak Sesungguhnya pada peta 1 dan 2 sama
Jawaban: A

Pembahasan No. 2
1. Identifikasi Sistem Penginderaan Jauh
2. Memadukan konsep interpretasi objek pada citra
3. Pahami konsep interpretasi tubuh perairan (Objek Sungai):
a. Menyerap gelombang elektromagnetik
b. Memiliki rona gelap

Jawaban: D.

Pembahasan Soal No. 3
Vulkanisme, Tektonisme dan seisme
1. Vulkanisme adalah merupakan peristiwa yang berhubungan dengan aktivitas gunung api,
yakni pergerakan magma dari dalam litosfer
2. Tektonisme adalah pergerakan lempeng
a. Batas Divergen.
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling menjauh.
b. Batas Konvergen.
Terjadi apabila dua lempeng saling bertabrakan
c. Batas Transform.
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling bergeser (transform fault).
3. Seisme : Gempa Bumi

Analisanya:
Pilihan Jawaban A, B, E adalah akibat vulkanisme
Pilihan Jawaban C tidak terdapat gunung api dan bukan daerah patahan di Kalimantan
Pilihan Jawaban D karena di wilayah Sulawesi terdapat pergeseran lempeng
Jawaban: D

26
Pembahasan Soal No. 4
Wilayah yang terpengaruh akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng
Eurasia adalah pulau Sumatera, pulau Jawa, dan pulau Nusa Tenggara.

Jawaban: E

Pembahasan Soal No. 5


Batuan beku, terjadi karena pembekuan magma. Jenisnya adalah;
Ø Batuan beku dalam (intrusive) / holokristalin seperti granit, diorite, peridotit
Ø Batuan beku korok / gang / hypokristalin
Ø Batuan beku luar (ekstrusif) / porfir / hololyalin seperti andesit, basalt, apung

Batuan sedimen, terjadi karena diendapkan dari hasil perusakan batuan oleh tenaga air, angin,
es, dan makhluk organik. Jenis batuan sediment :
Ø Batuan sedimen aquatis, diendapkan oleh air / tanah liat ct : konglomerat, breksi
Ø Batuan sedimen aeris, diendapkan oleh angin atau pasir ct : regosol
Ø Batuan sedimen glassial, diendapkan oleh es / batu moreina
Ø Batuan sedimen non klastis ct : gamping, coral
Ø Batuan sedimen kimiawi ct : kapur

Batuan metamorf
Batuan yang telah berubah baik komposisi, tekstur, maupun struktur batuannya karena
pengaruh temperature dan tekanan yang tinggi. Jenis batuan ini yaitu;
Ø Batuan metamorf kontak, karena suhu yang tinggi (batubara)
Ø Batuan metamorf dynamo, karena tekanan yang tinggi (batu tulis)
Ø Batuan metamorf pneumatolistik, terjadi karena pada waktu kontak disertai dengan
tenaga tambahan mineral lain yang masuk (marmer)

Jawaban: C

Pembahasan Jawaban No. 6
Hujan konveksi terjadi akibat adanya pertemuan angin pasat timur laut dengan angin pasat
tenggara, sehingga membentuk gumpalan dan naik secara vertikal karena terkena pemanasan
ke atas awan. Hujan konveksi terjadi hanya di wilayah tropis pada tengah hari. Hal ini terjadi

27
karena tejadi perubahan daerah konvergensi sehingga hujan terjadi mengikuti perubahan
tersebut.
Sedangkan hujan orografis terjadi pada siang hari di lereng gunung karena angin yang
mengandung uap air bergerak secara horizontal dan melewati gunung yang menyebabkan
suhu angin menjadi dingin dan terjadilah hujan.
Jawaban: A


Pembahasan Soal No. 7
Untuk menyelesaikan soal tersebut maka kita mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis
piramida dan ciri-cirinya.Jenis-jenis piramida penduduk
1. Piramida muda(ekspansif)
a. sebagian besar berada pada kelompokpenduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi
2. Ciri-ciri Piramida Penduduk Stasioner :
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama
b. Tingkat kelahiran rendah
c. Tingkat kematian rendah
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat.
3. Piramida Penduduk Tua (Constructive)
a. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit.
b. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian.
c. Pertumbuhan penduduk terus berkurang.

Jawaban: D

Pembahasan Soal No. 8
Barang tambang dan persebarannya itu meliputi:
• Minyak Bumi
a) Ada banyak tambang minyak bumi di Indonesia. Daerah-daerah penghasil
tambang minyak sebagai berikut;
Tambang minyak di pulau Sumatera terdapat di Aceh (Lhoksumawe dan
Peureula); Sumatera Utara (Tanjung Pura); Riau (Sungaipakning, Dumai); dan
Sumatera Selatan (Plaju, Sungai Gerong, Muara Enim).
b) Tambang minyak di pulau Jawa terdapat di Wonokromo, Delta (Jawa Timur);
Cepu, Cilacap di (Jawa Tengah); dan Majalengka, Jatibarang (Jawa Barat).
c) Tambang minyak di pulau Kalimantan terdapat di Balikpapan, Pulau Tarakan,
Pulau Bunyu dan Sungai Mahakam (Kalimantan Timur) serta Amuntai, Tanjung,
dan Rantau (Kalimantan Selatan)
d) Maluku (Pulau Seram dan Tenggara), serta
e) Irian Jaya (Klamono, Sorong, dan Babo).
• Bauksit (bijih aluminium)
Penambangan bauksit berada di daerah Riau (Pulau Bintan) dan Kalimantan Barat
(Singkawang).
• Batu bara
Penambangan batu bara terdapat di Sumatera Barat (Ombilin, Sawahlunto),
Sumatera Selatan (Bukit Asam, Tanjungenim), Kalimantan Timur (Lembah Sungai
Berau, Samarinda), Kalimantan Selatan (Kotabaru/Pulau Laut), Kalimantan tengah
(Purukcahu), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua (Klamono).
• Besi
Penambangan besi terdapat di daerah Lampung (Gunung Tegak), Kalimantan

28
Selatan (Pulau Sebuku), Sulawesi Selatan (Pegunungan Verbeek), dan Jawa Tengah
(Cilacap).
• Timah
Penambangan timah terdapat di daerah Pulau Bangka (Sungai Liat), Pulau Belitung
(Manggara), dan Pulau Singkep (Dabo).
• Emas
Penambangan emas terdapat di daerah Nangroe Aceh Darussalam (Meulaboh), Riau
(Logos), Bengkulu (Rejang Lebong), Sulawesi Utara (Bolaang Mongondow,
Minahasa), Kalimantan Barat (Sambas), Jawa Barat (Cikotok, Pongkor), dan Freeport
(Timika, Papua).
• Tembaga
Penambangan tembaga terdapat di daerah Irian Jaya (Tembagapura).
• Nikel
Ditambang dari daerah Sulawesi Tenggara (Soroako).
• Marmer
Ditambang dari daerah Jawa Timur (Tulungagung), Lampung, Makassar, Timor.
• Mangan
Ditambang dari daerah Yogyakarta (Kliripan), Jawa Barat (Tasikmalaya), dan
Kalimantan Selatan (Martapura).
• Aspal
Ditambang dari daerah Sulawesi Tenggara (Pulau Buton).
• Belerang
Ditambang dari daerah Jawa Barat (Gunung Patuha), Jawa Timur (Gunung Welirang).
• Yodium
Ditambang dari daerah Jawa Tengah (Semarang), Jawa Timur (Mojokerto)

Jawaban: C

Pembahasan Soal No. 9
Rumus Titik Henti (Break Event Point, Reilly)



Jadi, titik henti berada 5 Km dari kota X


Pembahasan Soal No. 10
Rencana pembangunan kawasan industri non migas di lokasidekat perkotaan akibat adanya
aktivitas tidak tertampungnya di pusat kota. Kemudian, kegiatan tersebut menyebabkan
terjadinya pemusatan daerah baru (Aglomerasi). Mengapa dekat pusat kota? Untuk
menciptakan pusat baru dibutuhkan magnet besar seperti pusat kota untuk mempercepat

29
pembangunan. Maka dari itu, pemerintah seharusnya perlu menambah akses dan
infrastruktur untuk mempercepat pertumbuhan industri di kawasan tersebut.
Jawaban: C


B. Penugasan

Kerjakan LK 3 untuk meningkatkan kompetensi melakukan pemetaan dan kemampuan
menyelesaikan soal UN yang dianggap berdaya serap rendah oleh peserta didik di sekolah
masing-masing.Untuk mengisi LK 3 tersebut Anda wajib menyiapkan soal UN yang diujikan di
sekolah masing-masing.


C. Refleksi

1. Peserta
a. Menyampaikan keberhasilan berupa melakukan pemetaan dan kemampuan
menyelesaikan soal UN yang dianggap berdaya serap rendah oleh peserta didik di
sekolah masing-masing.
b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada unit 3 modul ini
sehingga masih ada yang belum dipahami atau membingungkan.
c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menerapkan hasil yang
diperoleh dari unit 3 modul ini.

2. Fasilitator
a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan selama kegiatan.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam melakukan pemetaan dan
kemampuan menyelesaikan soal UN yang dianggap berdaya serap rendah oleh
peserta didik di sekolah masing-masing.


















30
Daftar Pustaka

Barell, J. (2010). Problem-based learning: The foundation for 21st century skills. 21st century
skills: Rethinking how students learn, 175-199.
Bell, S. (2010). Project-based learning for the 21st century: Skills for the future. The clearing
house, 83(2), 39-43.
Bintarto, R. (1983). Interaksi desa-kota dan permasalahannya. Ghalia Indonesia.
Brookhart, S. M. (2010). How to assess higher-order thinking skills in your classroom. ASCD.
Depdiknas. (2008). Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Dirjen Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah
Dewi, D. K., Soekamto, H., & Herlambang, S. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran Geografi
Berbasis Pendekatan Saintifik. Jurnal Pendidikan Geografi: Kajian, Teori, dan Praktek
dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi, 22(1), 10-15.
Guru, D. J., & Kependidikan, T. Profesional: GEOSFER Pedagogik: Pengantar Pembelajaran.
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Geografi Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Madrasah Aliyah (MA)
Krathwohl, D. R., & Anderson, L. W. (2009). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A
revision of Bloom's taxonomy of educational objectives. Longman.
Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., & Caspari, A. K. (2015). Guided inquiry: Learning in the 21st century:
Learning in the 21st century. ABC-CLIO.
Mantra, I. B. (2000). Demografi umum. Pustaka Pelajar.
Miswar, D. (2010). Pengantar Kartografi Tematik. Bahan Ajar. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Katili, J. A., & Marks, P. (1963). Geologi. Departemen Urusan Research Nasional.
Wahyunani, Etty. (2013). Pengembangan Modul Geografi Model Depdiknas Kelas XI Sakolah
Menengah Atas. Tesis. Jurusan Pendidikan Geografi, Program Pascasarjana Universitas
Negeri Malang
Lillesand, T. M., Kiefer, R. W., Dulbahri, Suharsono, P., Hartono, Suharyadi, & Sutanto.
(1993). Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University.
Wahyunani, Etty. (2013). Pengembangan Modul Geografi Model Depdiknas Kelas XI Sakolah
Menengah Atas. Tesis. Jurusan Pendidikan Geografi, Program Pascasarjana Universitas
Negeri Malang
Waryono, R. A., & Gunawan, D. H. (1987). Pengantar Meteorologi dan Klimatologi [Introduction to
Meteorology and Climatology]. Surabaya: PT. Bina Ilrnu













31
LEMBAR KERJA 1

ANALISIS MATERI DAYA SERAP RENDAH



RENCANA PENYAJIAN MATERI POKOK


Unit 1 : Analisis Materi Berdaya serap rendah
Waktu : 4x60 Menit


Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi Kegiatan Awal
(5 menit) (20 menit) (45 menit)

§ Membangun pengetahuan
§ Mengkondisikan peserta, termasuk § Membangun motivasi peserta untuk
pengkoordinasian kelas fokus dalam kegiatan terhadap hasil evaluasi belajar
§ Menyampaikan tujuan § Membangun ingatan peserta terhadap (UN)
§ Membaca Unit 1 Modul Analisis
§ Menyampaikan strategi dan metode hasil evaluasi belajar (UN)
§ Ice breaking 1 (harapan dan materi daya serap rendah
bimtek
kekhawatiran)




Kesimpulan dan Penutup Presentasi Kegiatan Inti
(20 menit) (60 menit) (90 menit)

§ Merumuskan kesimpulan § Ice breaking 2
§ Melakukan refleksi hasil kegiatan § Mempresentasikan kerja
§ Mengerjakan LK 1
kelompok produk LK 1
§ Membangun komitmen


32
LEMBAR KERJA 1
ANALISIS MATERI BERDAYA SERAP RENDAH

Lembar Kerja (LK) 1 ini akan memandu Anda melakukan analisis materi berdaya

serap rendah. Materi daya serap rendah untuk peserta didik di sekolah Anda mungkin

berbeda dengan materi daya serap rendah di sekolah teman Anda. Solusi untuk

mengatasi kesulitan di sekolah Anda tentu berbeda juga dengan solusi di sekolah teman

Anda. Oleh karena itu, terlebih dahulu lakukan analisis yang diperkirakan menjadi

penyebab kesulitan yang dialami peserta didik Anda. Untuk kegiatan ini, lakukan

langkah-langkah analisis materi daya serap rendah sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Materi Berdaya serap rendah

Mata Pelajaran : .........................................
Tahun Pelajaran : .........................................

No Materi/Pokok Bahasan Daya Serap Perkiraan Faktor Penyebab







Untuk menghasilkan produk (hasil kerja) seperti pada Tabel 1 di atas, ikuti satu persatu instruksi
kerja berikut.
1. Identifikasi materi/pokok bahasan berdasarkan data hasil UN dari Puspendik, dengan daya
serap terendah di sekolah Anda. Materi pokok dapat dibaca pada kompetensi yang diuji.
2. Tuliskan daya serap kompetensi materi/pokok bahasan yang diujikan pada sekolah Anda.
3. Perkiraan faktor penyebab diisi berdasarkan hasil tes diagnostik atau berdasarkan profesional
judgement (pengalaman) yang sering dilakukan oleh peserta didik.


















33

Tuliskan materi/pokok bahasan
berdasarkan data hasil UN dari Tuliskan perkiraan penyebab
tidak dikuasainya dengan baik
Puspendik, daya serap terendah di
materi/pokok bahasan.
sekolah Anda. Materi pokok dapat
dibaca pada kompetensi yang diuji.



No Materi/Pokok Bahasan Daya Serap Perkiraan Faktor Penyebab








Tuliskan daya serap materi/pokok
bahasan kompetensi yang diuji
berdasarkan data hasil UN dari
Puspendik di sekolah Anda.

Gambar 1. Tahapan Analisis Kompetensi

4. Setelah Anda memahami cara melakukan analisis materi/pokok bahasan daya serap rendah,
dilanjutkan dengan mengisi tabel analisis materi/pokok bahasan berdaya serap rendah
sebagai berikut.

No Materi/Pokok Bahasan Daya Serap Perkiraan Faktor Penyebab






5. Presentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
6. Refleksikan pengalaman Anda terkait dengan kemampuan menganalisis materi/pokok
bahasan berdaya serap rendah dalam LK 1 ini.

34

LEMBAR KERJA 2

SOAL-SOAL UN BERDAYA SERAP RENDAH DAN PEMBAHASANNYA




PENYAJIAN MATERI POKOK

Unit 2 : Soal-Soal UN Berdaya Serap Rendah dan Pembahasannya
Waktu : 4x60 Menit


Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi Kegiatan Awal
(5 menit) (20 menit) (45 menit)


§ Mengkondisikan peserta, termasuk § Membangun pengetahuan
pengkoordinasian kelas § Membangun motivasi peserta untuk
terhadap penyelesaian soal
fokus dalam kegiatan
§ Menyampaikan tujuan § Membangun ingatan peserta terhadap materi daya serap rendah.
§ Menyampaikan strategi dan metode penyelesaian soal materi daya serap § Membaca Unit 2 Modul Soal-
bimtek rendah Soal UN Berdaya serap
§ Ice breaking 1 rendah dan Pembahasannya




Kesimpulan dan Penutup Presentasi Kegiatan Inti
(20 menit) (60 menit) (90 menit)

§ Ice breaking 2
§ Merumuskan kesimpulan § Mempresentasikan kerja
§ Mengerjakan LK 2
§ Melakukan refleksi hasil kegiatan kelompok produk LK 2
§ Membangun komitmen




















35

LEMBAR KERJA 2
Soal-Soal UN Berdaya serap rendah dan Pembahasannya

Lembar Kerja (LK) 2 ini akan memandu Anda untuk menyelesaikan Soal-Soal
UN Berdaya Serap Rendah. Soal-soal UN berdaya serap rendah pada sekolah
yang satu tidak sama dengan sekolah lainnya. Sesuai dengan hasil identifikasi

materi daya serap rendah pada Tabel 1 pada LK 1, pilihlah 10 butir soal UN yang

berdaya serap rendah oleh peserta didik Anda. Untuk kegiatan ini, lakukan
langkah-langkah penyelesaian Soal-Soal UN Berdaya Serap Rendah sebagai
berikut.
1. Pilihlah 10 butir soal UN yang dianggap berdaya serap rendah oleh peserta didik Anda.
2. Buatlah penyelesaian soal-soal tersebut dengan singkat dan jelas, isikanlah pada Tabel 3 yang
telah disediakan.
3. Diskusikan dan presentasikanlah hasil kerja Anda di depan kelas.

Tabel 3.Pembahasan Butir Soal UN yang Berdaya Serap Rendah

No. Butir Soal UN Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

4. Refleksikan pengalaman Anda terkait dengan kemampuan menyelesaikan soal-soal UN
berdaya serap rendah dalam LK 2 ini.

36
LEMBAR KERJA 3

STRATEGI PENYAJIAN MATERI BERDAYA SERAP RENDAH



RENCANA PENYAJIAN MATERI POKOK

Unit 3 : Strategi Penyajian Materi Berdaya Serap Rendah
Waktu : 4x60 Menit


Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi Kegiatan Awal
(5 menit) (20 menit) (45 menit)


§ Mengkondisikan peserta, termasuk § Membangun motivasi peserta untuk § Membangun pengetahuan
pengkoordinasian kelas fokus dalam kegiatan terhadap model-model
§ Menyampaikan tujuan § Membangun ingatan peserta terhadap pembelajaran berbasis
§ Menyampaikan strategi dan metode model-model pembelajaran berbasis saintifik.
bimtek saintifik § Membaca Unit 3 Modul
Strategi Pembelajaran Materi
§ Ice breaking 1
Daya Serap Rendah



Kesimpulan dan Penutup Presentasi Kegiatan Inti
(20 menit) (60 menit) (90 menit)

§ Ice breaking 2
§ Merumuskan kesimpulan
§ Melakukan refleksi hasil kegiatan § Mempresentasikan kerja
§ Mengerjakan LK 3
kelompok produk LK 3
§ Membangun komitmen



LEMBAR KERJA 3
Strategi Penyajian Materi Berdaya Serap


Lembar Kerja (LK) 3 ini akan memandu Anda melakukan Strategi Penyajian Materi

Berdaya Serap. Untuk kegiatan ini, lakukan langkah-langkah Strategi Penyajian

Materi Berdaya Serap Rendah sebagai berikut.


1. Setelah teridentifikasi soal-soal UN yang berdaya serap rendah, langkah selanjutnya adalah
menyusun RPP yang akan disajikan dalam bentuk Peer Teaching.
2. Susunlah sebuah RPP yang menggambarkan skenario pembelajaran materi/pokok bahasan
yang berdaya serap rendah. Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP menggunakan
pendekatan saintifik (bagi sekolah pelaksana Kurikulum 2013) atau memuat kegiatan
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (bagi sekolah pelaksana Kurikulum 2006).
3. Format dan komponen RPP mengacu pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.
4. Presentasikan RPP tersebut dalam bentuk kegiatan Peer Teaching.
5. Refleksikan pengalaman Anda terkait dengan kemampuan menyajikan materi/pokok
bahasan berdaya serap rendah dalam LK 3 ini.

37

38

Anda mungkin juga menyukai