Anda di halaman 1dari 2

Hipotermia

Selain adanya perubahan tampilan fisik, kehilangan kulit juga menyebabkan masalah lainnya.
Hipotermia dapat terjadi akibat hilangnya panas tubuh lewat luka dan ditandai pada suhu inti
tubuh kurang dari 98,6◦F (37◦C). Hipotermia sangat berbahaya karena menyebabkan menggigil,
yang lalu menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan kalorik serta
vasokontriksi pada ferifer hipotermia sering terjadi pada cedera luas selama beberapa jam
pertama setelah cedera, evakuasi, dan transport ke fasilitas luka bakar.

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Kehilangan air lewat penguapan melalui luka bakar berperan terhadap hilangnya volume
cairan klien dan status hidrasi yang terganggu. Kehilangan lewat penguapan yang tidak
dikompensasi dengan penggantian cairan ditandai dengan tekanan darah yang rendah, penurunan
keluaran urine, membrane makus yang kering, dan buruknya turgor kulit. Hipotermia,
hypernatremia, dan hyperkalemia adalah kelainan elektrolit yang memengaruhi klien dengan
cedera luka bakar pada titik-titik yang berbeda selama proses pemulihan. Luka bakar luas (lebih
besar dari 25% area permukaan tubuh total) menyebabkan edema tubuh generalisata yang
memengaruhi baik jaringan yang terbakar maupun tidak dan penurunan volume darah
intravascular. Angka hematocrit meningkat 24 jam pertama setelah cedera, menunjukkan
hemokonsentrasi dari hilangnya cairan intravascular. Selain itu, kehilangan cairan melalui
penguapan pada luka bakar 4 hingga 20 kali lebih banyak dari pada normal dan tetap meningkat
hingga penutupan luka secara utuh tercapai. Akibatnya adalah penurunan perfusi organ. Jika
ruang intravascular tidak diganti dengan cairan intravena (IV), syok hipovolemik (luka bakar),
dan tentu saja kematian mengancam korban dengan luka bakar luas.

Keluaran urine untuk klien dewasa yang mendapatkan penggantian cairan setelah cedera
luka bakar mayor berkurang hingga kurang dari 30ml/jam. Temuan fisik sampel urine
memperlihatkan adanya dehidrasi, yang ditandai oleh urine yang terkonsentrasi berwarna kuning
gelap dan peningkatan gravitasi spesifik. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan
kadar nitrogen urea darah (BUN) hingga klien terhidrasi memadai. Manifestasi motilitas
gastrointestinal yang menurun setelah cedera luka bakar mayor mencakup hilangnya bising usus,
kotoran, atau buang gas, mual dan muntah, serta distensi perut. Setelah resusitasi cairan yang
memadai motilitas gastrointestinal kembali, ditandai oleh kembali munculnya rasa lapar dan
nafsu makan, bising usus, dan buang gas, dan produksi kotoran. Pada kurang lebih 18 hingga 36
jam setelah cedera luka bakar, integritas membran kapiler mulai kembali. Peningkatan awal pada
hematocrit, terlihat dini setelah cedera, turun hingga dibawah normal pada hari ketiga atau hari
keempat setelah cedera. Turunnya hematocrit terjadi akibat hilangnya sel darah merah dan
kerusakan yang terjadi pada saat cedera. Selama hari-hari dan minggu-minggu berikutnya, tubuh
mulai menyerap cairan edema dan kelebihan cairan dikeluarkan lewat diuresis.
Manajemen Medis pada Fase Resusitatif Cedera Luka Bakar

Kaji Keparahan Luka Bakar

Asosiasi luka bakar Amerika (American Burn Association) telah memublikasikan daftar
klasifikasi keparahan untuk cedera luka bakar, terlihat pada fitur Penghubung ke Perawatan
Kritis. Pedomsn ini ditujuksn untuk memandu klinisi dalam menentukan keparahan cedera untuk
klien luka bakar. Daftar klasifikasi memisahkan cedera menjadi kategori mayor, moderat, dan
minor. Klien dengan luka bakar mayor dikirim ke fasilitas luka bakar khusus setelah penanganan
kegawatdaruratan lokal telah dilakukan. Klien dengan luka bakar moderat biasanya dapat
dikelola dengan prinsip rawat inap dirumah sakit penerima. klien dengan luka bakar minor
biasanya mendapatkan perawatan awal diunit gawat darurat dan kemudian dipulangkan untuk
perawatan tindak lanjut dengan prinsip lawat jalan. Keparahan cedera luka bakar diklasifikasi
berdasarkan risiko kematian dan risiko cacat fungsional atau pun kosmetik. Beberapa factor yang
mempengaruhi keparahan cedera:

Kedalaman luka bakar. Semakin dalam luka bakar, semakin gawat cederanya. Luka bakar
ketebalan-sebagian dalam dan ketebalan sebagian penuh cenderung menjadi infeksi. Memiliki
efek sistemik yang bermakna, dan sering dihubungkan dengan parut dan terjadinya kontraktur
kulit.

Ukuran luka bakar. Ukuran luka bakar (persentase kulit yang cedera, dengan tidak
memasukkan luka bakar derajat satu) ditentukan oleh dari tiga teknik; (1) aturan Sembilan (Rules
of Nine); (2) metode telapak tangan; (3) diagram atau bagan spesifik usia. Ukuran luka bakar
dinyatakan sebagai persentase dari area permukaan tubuh total (TBSA). Aturan Sembilan
diperkenalkan pada akhir 1940-an sebagai alat pengkajian cepat untuk memperkirakan ukuran
luka bakar pada dewasa. Dasar aturan tersebut adalah tubuh dibagi menjadi bagian-bagian
anatomis, yang masing-masingnya mewakili 9% atau kelipatan 9%, dari TBSA. Metode ini
mudah dan tidak membutuhkan diagram untuk menentukan persentase TBSA yang cedera.
Metode kedua, untuk memperkirakan ukuran luka bakar adalah metode telapak tangan. Telapak
tangan klien dan jari-jarinya mewakili kira-kira 1% area permukaan tubuh total (TBSA).
Persentase luka bakar didapatkan dengan melihat jumlah tangan klien yang dibutuhkn untuk
menutupi seluruh area luka bakar. Metode ini berguna ketika area yang terbakar kecil, kurang
dari 5%. Terakhir diagram luka bakar memetakan persentase segmen tubuh berdasarkan usia dan
menyediakan perkiraan ukuran luka bakar yang lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai