Tugas Parameter Kula G
Tugas Parameter Kula G
NIM : 17/414682/PN/15263
1.2.DO
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/ DO) adalah total jumlah oksigen yang ada
(terlarut) di air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disampingitu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik (Hamuna et al.,
2018). Pada saat cuaca mendung atau hujan dapat menghambat pertumbuhan
fitoplankton karena kekurangan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Kondisi
ini akan menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut karena oksigen tidak dapat
diproduksi sementara organisme akuatik tetap mengkonsumsi oksigen.
Keterbatasan sinar matahari menembus badan air dapat juga disebabkan oleh
tingginya partikel yang ada dalam kolom air, baik karena bahan organik maupun
densitas plankton yang terlalu tinggi. DO diukur menggunakan Metode Winkler
1000
dengan rumus 𝐷𝑂 = × 𝐴 × 0,1 𝑚𝑔/𝐿 dimana A merupakan volume titrasi
50
1/80 N Na2S2O3.
1.3. BOD5
Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. BOD adalah
angka indeks untuk tolak ukur pencemar dari limbah yang berada dalam suatu
perairan. Makin besar kosentrasi BOD suatu perairan, menunjukkan konsentrasi
bahan organik di dalam air juga tinggi (Yudo, 2010). Rumus yang digunakan untuk
1000
mencari BOD5 yaitu BOD5 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × (𝐵 − 𝐴) × 0,1𝑚𝑔/𝐿 dimana A
merupakan hasil analisis kandungan O2 terlarut segera atau BOD0 dan B
merupakan hasil analisis kandungan O2 terlarut 5 hari atau BOD5.
2. Fisika
2.1.Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara
visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan kita
dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi
dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh, dan yang paling keruh. Perairan
yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat
memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel tersuspensi
dalam perairan tersebut.
2.2.Suhu Udara
Suhu merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola kehidupan
organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalitas. Suhu
juga akan menyebabkan kenaikan metabolisme organisme perairan, sehingga
kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat (Nybakken 1988). Salah satu faktor
yang mempengaruhi suhu yaitu ketinggian suatu tempat. Semakin tinggi kedudukan
suatu tempat menyebabkan temperatur udara di tempat tersebut akan semakin
rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu tempat
menyebabkan temperatur udara akan semakin tinggi (Pratiwi 2004). Suhu udara
diukur menggunakan termometer.
3. Biologi
3.1. Densitas dan Diversitas Plankton
Densitas plankton merupakan kepadatan populasi plankton yang terdapat pada
ekosistem. Semakin padat populasi plankton suatu perairan, maka semakin baik
perairan tersebut. Sedangkan diversitas plankton menunjukkan banyaknya jenis
plankton yang hidup pada ekosistem sungai tersebut. Semakin banyak diversitas
menandakan semakin baik perairan tersebut (Nugroho 2006). Parameter diversitas
plankton ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur apakah perairan sungai masih alami
ni 2 ni
atau sudah tercemar. Rumus untuk diversitas plankton yaitu H = − ∑ N log N
dimana H adalah indeks keanekaragaman, Ni adalah cacah individu suatu genus,
dan N adalah cacah individu seluruh genera. Rumus yang digunakan untuk densitas
𝑂𝑖 𝑋 𝑉𝑟 𝑋 𝑛
plankton adalah 𝑁 = 𝑂𝑝 𝑋 𝑉𝑜 𝑥 𝑉𝑠 𝑋 𝑃 dimana N adalah jumlah plankton per liter, Oi
adalah luas gelas penutup preparat, Op adalah luas lapangan pandang, Vr adalah
volume air tersaring, Vo adalah volume air diamati, Vs adalah jumlah air yang
disaring, n adalah jumlah plankton pada seluruh bidang pandang, dan P adalah
jumlah bidang pandang yang teramati.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Cetakan Kelima. Yogjakarta: Kanisius.
Hamuna, B., Tanjung, R.H.R., Suwito, Maury, H.K. & Alianto. 2018. Kajian Kualitas Air Laut
dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik
Depapre Jayapura. J. Ilmu Lingkungan 16 (1): 35-43.
Kusumaningtyas, M.A., Bramawanto, R., Daulat, A. & Pranowo, W.S. 2014. Kualitas perairan
Natuna pada musim transisi. Depik 3 (1): 10-20.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti, Jakarta.
Nybakken, JW. 1988. Marine Biology: An Ecological Approach. PT. Gramedia, Jakarta.
Pratiwi, dkk. 2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. Bogor.
Simanjuntak, M. 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika terhadap distribusi plankton
di perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Journal of Fisheries Sciences, 11(1): 31-
45.
Yudo, S. 2010. Kondisi kualitas air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta ditinjau dari
parameter organik, amoniak, fosfat, deterjen dan bakteri coli. Jurnal Akuakultur
Indonesia 6 (1): 34-42.