Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
bagi pemerintah Belanda karena gama Kristen mengajarkan perdamaian. Oleh karena
(Tapanuli) 3, yaitu lembaga Pekabaran Injil Baptis di Inggris tahun 1820. Kemudian
zending Amerika, tahun 1834. Setelah itu masuk Zending Ermello dari kota Ermello,
Belanda, yang tiba di Sumatera Mei 1856 dan berpos di Sipirok, tahun 1857.
Kristenisasi yang selanjutnya adalah RMG 4 dari Jerman. Fabri, salah seorang tokoh
pimpinan RMG pergi ke Negeri Belanda untuk menemui pemerintah Belanda agar
1
Usaha yang dilakukan untuk menjadikan penganut (pemeluk) agama Kristen; menjadikan
Kristen.
2
Istilah Zending digunakan bagi Badan Penginjilan Protestan, sedangkan Zendeling digunakan untuk
menyebut Pendeta – pendeta Protestan dalam melakukan penyebaran agam Kristen Protestan. Jan S.
Aritonang, Sejarah Pendidikan Kristen Di Tanah Batak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988, hlm, 3.
Untuk seterusnya istilah-istilah ini akan digunakan untuk menyebutkan Pendeta – pendeta Protestan
dan Badan yang mengutus mereka.
3
Tanah Batak yang dimaksud di sini adalah mencakup wilayah masyarakat Batak Toba (Silindung,
Toba, Samosir, Humbang).
4
Rheinische Missions Gesselschaft (RMG) adalah badan Zending asal Jerman yang menyebarkan
agama Kristen. J.R. Hutauruk, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di Dalam Kristus. Sejarah 150 Tahun
HKBP: 7 Oktober 1861 – 7 Oktober 2011, Pearaja Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2011, hlm. 35.
tempat penyebaran injil RMG. Pemerintah Belanda pun mengizinkan zending RMG
melakukan tugasnya di Tanah Batak dan bekerja sama dengan zending Ermelo.
Pada 7 Oktober 1861, missionaris RMG dan Ermelo melakukan rapat pembagian
tugas. Dari hasil rapat tersebut diambil keputusan pembagian tugas dan tempat kerja
Tanggal pembagian tugas inilah yang kemudian dicatat sebagai hari jadi atau lahirnya
sistem sosial, politik, budaya, agama. Perjumpaan masyarakat batak dengan Zending
RMG mengalami perubahan dalam beberapa hal, seperti : kepercayaan yang mereka
anut lambat laun mereka tinggalkan, kemudian menganut agama Kristen, yang
akan menjadi sumber rejeki dalam mengolah sawah, namun seiring masuknya
Batak semakin meluas. 6Pada tanggal 23 juni tahun 1862 RMG mengirim kembali
misionaris yang bernama Ingwer Ludwig Nommensen, I.L Nommensen adalah orang
yang sangat berperan penting dalam sejarah perkembangan HKBP. Zending RMG di
5
End, Van Den, Harta Dalam Bejana – Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1982, hlm. 175.
6
Jan S Aritonang, op.cit., hlm 7.
yang lebih cocok untuk melayani sebagai pendeta bagi orang Kristen Batak itu sendiri
untuk memenuhi keinginan itu para misionaris ini melakukan pendekatan terutama
melalui pendidikan.
pengetahuan umum yang diikuti dengan pendidikan agama Kristen. Salah satu yang
dapat dilihat bahwa semangat penginjilan oleh para misionaris tempo dulu telah
pendidikan ini sangat besar dalam proses penginjilan dan pada masa tertentu
Hal itu terjadi karena para misionaris telah diinstruksikan untuk membuka sekolah
teologi, dan untuk itu mereka sudah dibekali dengan pedagogi teoritis maupun
terbaik orang Batak. Putra – putri hasil dari didikan misionaris inilah kemudian
7
Ibid., hlm. 26.
salah satu pilar yang paling menentukan dalam penyebaran Injil oleh para misionaris.
berkembang dengan pesat, hampir di setiap gereja yang didirikan oleh para misionaris
pendidikan ditengah – tengah bangsa Indonesia yang semakin maju. Sehingga dalam
Sinode Agung HKBP tahun 1952 diputuskan bahwa HKBP akan mendirikan
universitas. 9Sinode Agung menerima usulan tersebut dan membentuk suatu Panitia
Persiapan Pendirian dengan jangka waktu kerja satu tahun. Pada Sinode Agung tahun
1953, panitia ini bertugas melaporkan hasil kerja yang kemudian diterima dan
disahkan oleh pimpinan HKBP pada sinode tersebut. Selama dua tahun bekerja,
staf pengajar) di bekas Kompleks Rumah Sakit Pantoan milik Marjanji Estate
8
Ibid., hlm. 28.
9
J.R. Hutauruk, op.cit., hlm. 210.
10
Wawancara, dengan Jubil Raplan Hutauruk, Kompleks Pemda Tk II Jalan Flamboyan I,
Medan, 30 Mei 2016
tingkat kepedulian HKBP yang berperan dalam bidang sosial masyarakat. Alasan
Pematangsiantar sebagai kota transit untuk wilayah Sumatera Utara dan kota yang
mulai berkembang pasca Indonesia merdeka. Selain itu, menandakan bahwa Gereja
dan lembaga pendidikannya (Theologi) ikut dalam arus kemajuan masyarakat, bangsa
dan negara.
Sejak tahun 1883 sampai tahun 1941, seminari yang didirikan oleh missionaris
HKBP dengan alasan agar pendidikan para calon pendeta lebih dekat kepada Gereja
suatu lembaga pendidikan theologi HKBP, yang bertujuan untuk mempersiapkan para
calon pendeta bagi HKBP dan bagi Gereja-gereja Protestan lain di Indonesia.
Penulis mengangkat judul penulisan ini karena Fakultas Theologi merupakan fakultas
pertama yang berdiri di Universitas HKBP Nommensen yang pada tahun 1954
Skop temporal penelitian ini diawali pada tahun 1954 hingga 1978. Penetapan tahun
1954 sebagai awal penelitian adalah untuk mengkaji tonggak awal pendirian
perdananya. Batas akhir penelitian pada tahun 1978 merupakan tahun yang penting
bagi Fakultas Theologi karena pada tahun ini Fakultas Theologia berkembang
menjadi Sekolah Tinggi Theologi HKBP. Perkembangan yang dapat kita lihat dari
sebuah fakultas menjadi sekolah tinggi yaitu dari peningkatan mutu pendidikan guna
melahirkan pendeta bagi HKBP dan Gereja - gereja Protestan lain di Indonesia. Maka
12
Ibid., hlm. 211.
(1954 - 1978). Untuk membatasi permasalahan yang dikaji maka penulis membatasi
Sesuai dengan pokok pemikiran di atas, terdapat tujuan yang hendak dicapai
1954 di Pematangsiantar.
pendidikan
kepustakaan berupa buku-buku dan laporan sebagai bentuk studi kepustakaan yang
akan dilakukan selama penelitian. Ada banyak kajian tentang pendidikan Kristen,
Adapun buku-buku yang peneliti gunakan sebagai acuan tinjauan pustaka ini
antara lain adalah J.R Hutauruk dalam Tuhan Menyertai UmatNya. Garis-garis besar
Sejarah 125 tahun HKBP : 7 Oktober 1861 – 1986. Pearaja Tarutung: Kantor Pusat
HKBP, 1986. Dalam buku ini menjelaskan HKBP sebagai Gereja yang mendirikan
sekolah-sekolah pendeta yang didirikan untuk kebutuhan jemaat pada awalnya serta
menjadi Sekolah Tinggi Theologi. Bahasan lain dalam buku ini adalah menguraikan
secara jelas Sejarah Pekabaran Injil di tengah-tengah masyarakat Batak yang diawali
dari sejarah penginjilan oleh para penginjil Barat dari Lembaga Pekabaran Injil
Rheinische Missionsgesselschaft.
Selain itu kajian lain adalah Uli Kozok, dalam Utusan Damai di Kemelut
Perang – Peran Zending dalam Perang Toba. Mengulas perjalanan seorang zending
Nomensen di Tanah Batak. Uli kozok lebih menjelaskan perjumpaan para zending
dengan masyarakat Batak Toba. Uli Kozok menulis peran Misi Protestan Jerman
menganeksasi daerah Silindung dan Toba, bahkan ikut sendiri secara fisik dalam
Perang Batak I, pada tahun 1878. Uli Kozok menuliskan secara rinci pengalaman
para penginjil (zending) di Tanah Batak. Dia menuliskan sejarah masuknya injil ke
Tanah Batak, melalui tokoh-tokoh. Buku ini secara beruntun memaparkan tokoh-
Suatu Deskripsi, Medan: Monora, 1998. Di dalam buku ini secara detail menjelaskan
motip, sebab dan akibat perpindahan penduduk dari dataran tinggi toba ke luar
Tapanuli Utara. Bagi etnis Toba migrasi ini adalah perpindahan keluar dari desa
asalnya yang dimotivasi oleh nilai-nilai 3H, Hamoraon, Hagabeon dan Hasangapon.
Hal yang menyebabkan orang batak Toba pindah ke luar Tapanuli adalah, kehadiran
Jerman yang pada waktu itu juga ikut melebarkan misi penginjilannya keluar dari
itu dalam buku ini juga dijelaskan keadaan orang batak Toba diluar Tapanuli Utara
dimulai dari masa kolonial, masa pendudukan Jepang dan masa revolusi kemerdekaan
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992. Buku ini menjelaskan bagaimana Gereja Batak
menuju kemerdekaannya terlepas dari pengaruh bangsa barat. Selain itu juga
1988 yang menjelaskan secara rinci awal penyebaran agama Kristen di Tanah Batak.
Dimana para Zending ini awalnya mendirikan pendidikan formal sejak awal kiprah
agama Kristen dan orang-orang yang mereka injili dapat dapat membaca Alkitab dan
dibidang pendidikan.
Dalam penulisan sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah yang ilmiah
sangatlah penting. Metode penelitian sejarah lazim disebut dengan metode sejarah.
Metode itu sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksana atau petunjuk teknis. 13
membantu setiap penelitian di dalam merekonstruksi kejadiann pada masa yang telah
berlalu.
sumber objek yang diteliti. Dalam hal ini dengan menggunakan metode penelitian
13
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruz Media Group,
2007, hlm. 53.
berkaitan dengan judul yang dikaji. Kemudian penelitian lapangan akan dilakukan
STT HKBP, serta alumni dari Fakultas Thelogi memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam penulisan ini. Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam
tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari
kesahihan sumber tersebut baik dari segi substansial (isi) yakni dengan cara
menganalisis sejumlah sumber tertulis misalnya buku-buku atau dokumen. Kritik ini
disebut kritik intern. Mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau
palsukah sumber tersebut agar diperoleh keautentikannya, kritik ini disebut kritik
ekstern.
Tahapan ketiga adalah interpretasi, dalam tahapan ini data yang diperoleh
dianalisis sehingga melahirkan satu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif
dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta
minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan
dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang
objektif.
dipercaya tersebut menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha
adalah deskriptif analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada
dan ke-21 ini para sejarawan telah membiasakan diri mengenal dan menggunakan
sejumlah konsep-konsep, baik yang dikenal dari dalam lingkungan sejarah sendiri
maupun yang diangkat dari ilmu-ilmu sosial lain. Ketika menganalisis berbagai
berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajian. Ini dikenal dengan
“ilmiah” kepada sejarah. Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini
semakin jelas. 14
14
Ibid. hal. 303-304.