Contoh Makalah Tentang MEKANISME PEMBORA
Contoh Makalah Tentang MEKANISME PEMBORA
(SURFACE MINING)
ABSTRAK
Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi
peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang
nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan. Bukan hanya
untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran memiliki fungsi lain seperti
pengumpulan data sebaran cadangan. Karena pentingnya kegiatan pemboran maka
perlu adanya materi yang menjelaskan tetang pemboran serta segala sesuatu yang ada
di dalam kegiatan pemboran secara terperinci sebagai bahan acuan dalam melakukan
kegiatan pemboran.
Untuk daerah-daerah tertentu memiliki struktur batuan yang beragam sehingga
sangat penting untuk mengetahui jenis alat bor yang sesuai. Pemboran bukan hanya
dilakukan untuk proses pembuatan lubang ledak tetapi juga dapat digunakan untuk
pengumpulan data persebaran cadangan,pengambilan semple,perhitungan volume dan
lain sebagainya yang sangat penting untuk proses penambangan batu bara
selanjutnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pemboran antara lain geometri
peledakan, keterampilan operator serta kondisi alat bor yang digunakan dalam proses
pemboran. Hal tersebut wajib diketahui jika diinginkan hasil pemboran yang maksimal
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Dalam masing-masing metode pemboran
yang digunakan memiliki kelebihan serta kekurangan yang harus dipertimbangkan agar
mendapat metode pemboran yang paling sesuai dengan keadaan dilapangan.
Kata kunci : Proses, Efisien, Sample, faktor, Metode, Produksi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan tugas Teknik Penulisan
Tulisan Ilmiah (TPTI). Tugas ini disusun dengan judul ’’ Mekanisme Pemboran Pada
Tambang Terbuka (Surface Mining)”
Tugas ini berisikan materi tentang Pemboran yang dapat membanru Mahasiswa D3
Pertambangan maupun S1 yang ingin mempelajari tentang Pemboran pada tambang
terbuka (surface mining). Atas terselasainya tugas Teknik Penulisan Tulisan Ilmiah ini,
penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Dharma Widada,
MT, selaku dosen pembimbing mata kuliah Teknik Penulisan Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian tugas Teknik Penulisan Tulisan Ilmiah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan baik berupa saran
dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya laporan Tugas Akhir (TA) yang
akan dilakukan di masa yang akan datang.
Akhinya penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat untuk memperluas
pengetahuan dan menambah wawasan serta bermanfaat bagi pembaca dan diri penulis
pribadi.
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDU ............................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTA R........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 LatarBalakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pemboran ............................................................................ 3
2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran ................................... 3
2.3 Pemilihan Alat Bor ................................................................................ 8
2.4 Geometri Pemboran ............................................................................. 9
2.5 Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling) ..................... 12
2.6 Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive........................... 13
2.7 Kegiatan Dasar pada Pemboran Rotary-Percussive ............................ 16
2.8 Estimasi Produksi Mesin Bor ................................................................ 17
Meskipun banyak sistem pemboran yang dapat dipilih, kegiatan pemboran untuk
penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya dilakukan dengan mesin sistem
mekanik (perkusif, rotari, dan rotari-perkusif) dengan berbagai ukuran dan kemampuan,
tergantung pada kapasitas produksi yang diinginkan yang didasarkan pula pada
pertimbangan teknik dan ekonomi, sistem pemboran secara mekanik lebih applicable
dari pada sistem pemboran yang lain. Oleh sebab itu maka sangat penting untuk
mengetahui produktivitas alat bor untuk pembuatan lubang ledak untuk masing-masing
jenis batuan,sehingga di peroleh hasil yang maksimal dalam proses produksi.
Pemboran memiliki banyak fungsi antara lain :
a. Explorasi tubuh bijih
b. Informasi stratigrafi
c. Survey seismik (pembacaan gelombang pada batuan)
d. Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia
e. Kontrol kadar bijih
f. Perhitungan cadangan bijih
g. Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir dll)
1.2 Tujuan
Mengerti apa yang di maksud dengan pemboran
Mengerti manfaat dari pemboran
Mengeti mekanisme pemboran
Mengetahui hal – hal yang mempengaruhi kinerja alat bor
Mengetahui macam alat bor
Mampu memilih alat bor sesuai keadaan dilapangan
BAB II
PEMBAHASAN
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang dibor, rock
drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator.
2. Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan terhadap gaya dari luar,
baik bersifat static maupun dinamik. Kekuatan batuan dipengaruhi oleh komposisi
mineralnya, terutama kandungan kuarsa. Batuan yang kuat memerlukan energi yang
besar untuk menghancurkanya.
Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan pemboran, kemampuan
mesin bor akan menurun sehingga sangat berpengaruh pada kecepatan pemboran.
Umur mata bor dan batang bor ditentukan oleh meter kedalaman yang dicapai dalam
melakukan pemboran. Untuk menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan
mengetahui empat tingkat ketersediaan alat, yaitu:
MA = x 100%
Keterangan:
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh operator
untuk melakukan kegiatan pemboran.
R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan untuk perbaikan
dan waktu yang hilang akibat menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu
penyediaan suku cadang serta waktu perawatan.
b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk beroperasi didalam seluruh waktu
kerja yang tersedia. Persamaan dari ketersediaan fisik adalah :
PA = x 100%
Keterangan:
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan padahal
alat tersebut siap beroperasi
(W+R+S) = jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalanmatau jumlah
jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.
c. Penggunaan Efektif
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh alat
untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif
sebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari kesediaan
penggunaan efektif adalah:
EU = x 100%
d. Pemakaian Ketersediaan (Use of Availability, UA)
Ketersediaan Penggunaan menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh
alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif
EUsebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari ketersediaan
penggunaan adalah:
UA = x 100%
Penilaian Ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan
alat bor untuk menyediakan lubang ledak. Kesediaan alat dikatakan sangat baik jika
persen ≥90%, dikatakan sedang jika berkisar antara 70%-80%, dikatakan buruk (kecil)
jika persen kesediaan alat ≤70%.
Sedangkan dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan quarry yang
memakai metoda peledakan jenjang, ada beberapa factor yang harus diperhatikan,
antara lain : ukuran dan kedalaman lubang ledak, jenis batuan, kondisi lapangan dan
lain sebagainya,
a. Jenis Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau rotary-rushing,
dipakai untuk batuan yang keras, rotary-cutting dipakai untuk batuan sedimen.
b. Tinggi Jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi jenjang
ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau ditentukan setelah
mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang terbuka dan quarry diusahakan
tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu, dengan beracuan pada peralatan bor yang
tersedia. Tinggi jenjang jarang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain.
c. Diameter Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter lubang
ledak adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar akan memberikan
laju produksi yang tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan ukuran diameter
lubang ledak adalah fragmentasi batuan yang dikehendaki dan batasan getaran yang
diijinkan.
d. Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan.
e. Fragmentasi, adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah
peledakan dan pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses selanjutnya.
diameter lubang tembak yang terlalu kecil menyebabkan faktor energi yang
dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan yang
akan diledakkan, sedang jika diameter lubang tembak terlalu besar maka lubang
tembak tidak cukup untuk menghasilak fragmentasi yang baik, terutama pada batuan
yang banyak terdapat kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi.
diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran yang lebih
baik pada bagian atap jenjang. hal ini berhubungan dengan stemming, dimana lubang
tembak yang besar maka panjang stemming juga aka semakin besar dikarenakan untuk
menghindari getaran dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan lubang tembak
yang kecil maka panjang stemming dapat dikurangi.
ukuran diameter lubang ledak yang akan dipilih akan tergantung pada :
1. volume massa batuan yang akan dibongkar (vulome produksi)
arah pemboran yang kita ketahui ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan arah
pemboran miring. arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejjajar untu k
mrnjamin keseragaman burden yang ingin didapatkan dan spasi dalam geometri
peledakan. lubang tembak yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai jenjang aan
menerima gelombang tekan yang besar, sehingga menimbulkan tonjlan pada lantai
jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan seagian akan dipantulkan pada bidang
bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada abgian bawah lantai jenjang.
pola pemboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka biasanya menggunakan
dua macam pola pemboran yaitu :
Mechanical drilling terbagi menjadi tiga macam berdasarkan cara penetrasi terhadap
batuan, yaitu: rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive drilling.
d. GD or HL – Thread
Thread ini mempunyai karakteristik diantara R- thread dan T – thread. Thread ini
mempunyai asymmetrical ‘sawtooth’ profil dan digunakan pada batang bor berukuran
25 – 57 mm.
2) Shank Adaptor
Shank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama yang menstransmisikan
energi pukulan dari piston ke batang bor. Shank adaptor ini terletak didalam mesin bor
dandihubungkan dengan couplings ke batang bor pertama.
3) Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi pukulan dari shank
adaptor ke mata bor. Pada pemboran dengan top hammer batang bor merupakan
komponen setelah drill chuck dan dapat berbentuk hexagonal maupun round cross –
section.
4) Couplings
Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang satu dengan batang bor
lainnya. Tujuan penggunaan coupling untuk memperoleh kedalaman yang diinginkan.
5) Mata bor
Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan tumbukan dari batang bor ke
batuan. Alat bor rotary-percussive drill terdiri dari 2 jenis mata bor, yaitu:
a. Button Bit
Button bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan button bit terbesar tungstan
carbide dalam berbagai bentuk dengan diameter antara 50 mm – 251 mm. button bit ini
lebih cocok digunakan pada rotary-percusive drilling, mempunyai kecepatan yang lebih
tinggi daripada insert bit, lebih resisten terhadap pengerutan dan cold-pressing, dan
mampu meneruskan energy dari batang bor secara lebih efektif. (Gambar 3.10) Sleeve-
type Semi-bridge type Full-bridge type Helical-splines type
b. Insert Bit
Insert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bits dan X-bits. Cross bits terdiri dari
empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 90o sedangkan X-bits
terdiri dari empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 75o dan 105o.
Insert bits memiliki ukuran diameter mulai dari 35 mm sampai 57 mm untuk cross bits
dan 64 mm untuk Xbits.(
2.7.4 Flushing
Flushing adalah semburan udara, air, atau busa ke dalam lubang bor untuk
mengeluarkan cutting dari dalam lubang bor serta bertujuan untuk membersihkan
lubang bor.
Ct = Bt + St + At + Pt + Dt
Keterangan :
Ct = Waktu edar (menit)
Bt = Waktu pemboran (menit)
St = Waktu menyambung batang bor (menit)
At = Waktu melepas batang bor (menit)
Dt = Waktu untuk mengatasi hambatan (menit)
Pt = Waktu pindah ke lubang yang lain, dan mempersiapkan alat bor hingga
siap untuk melakukan pemboran (menit)
Keterangan :
Dr1 : Kecepatan pemboran bersih (meter/menit)
H : Kedalaman lubang tembak (meter)
Ct – Dt : Waktu edar pemboran tanpa hambatan (menit)
P = Veq x GDR x EK x 60
Keterangan :
P = produksi alat bor (m3/jam/alat)
60 = konversi dari menit ke jam
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian dari bab- bab sebelumnya maka dapat diambil beberapa
kesimpulan
dan saran sebagai berikut:
3.1 Kesimpulan
1. Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri pertambangan.
Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya penambangan.
Pemboran masuk dalam kegiatan eksplorasi detail yaitu pengambila conto sistematik
dengan pemboran inti.
2. Pemboran sangat bermanfaat dalam berbagai kegiatan dalam proses penambangan
dari sebelum dilakukan kegiatan penambangan contohnya survey tinjau dan prospeksi
umum yaitu sampling batuan sedangkan dalam proses pemanbangan pemboran
sangan di perlukan dalam proses pembokaran burden atau tanah penutup dengan
menggunakan peledak serta pemetaan geologi daerah persebaran bahan galian.
3. Mekanisme pemboran berhubungan dengan berbagai hal seperti jenis batuan di
lapangan, kondisi geologi dan keahlian dari operator alat itu sendiri.
4. Pemilihan alat bor didasarkan pada:
a. Jenis Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau rotary-
rushingdipakai untuk batuan yang keras, rotary-cutting dipakai untuk batuan sedimen.
b. Tinggi Jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi
jenjanditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau ditentukan
setelah mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang terbuka dan quarry
diusahakan tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu, dengan beracuan pada peralatan
bor yang tersedia. Tinggi jenjang jarang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan
lain.
c. Diameter Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter
lubangledak adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar akan
memberikan laju produksi yang tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan
ukuran diameter lubang ledak adalah fragmentasi batuan yang dikehendaki dan
batasan getaran yang diijinkan.
d. Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan.
e. Fragmentasi, adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan
setelah peledakan dan pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses selanjutnya.
5. Dalam kegiatan pemboran penting agar operator dapat memilih alat bor sesui
keadaan dilapangan hal ini sangat berhubungan erat dengan skil dari oporator alat bor
dan pengalaman di bagian pemboran.
3.2 Saran
1. Sebaiknya saat melakukan pemboran sumber air harus benar memadai untuk
menghidari kerusakan alat bor dan kesinambungan proses pemboran.
2. Untuk mempertahankan kecepatan pemboran maka perlu adanya penajaman
kembali mata bor (Bit Grinding) dengan alat yang dinamakan grinder sehingga
kedalaman yang dihasilkan memuaskan dan mencapai target. Hal ini dilakukan juga
untuk memperpanjang umur mata bor.
3. Untuk memperpanjang umur batang bor, diupayakan agar operator menggunakan
WI (Work Instruction) dan SOP (Standar Operational Prosedure) pemboran yang telah
ditetapkan dan tetap menjaga kestabilan penyediaan air dan angin untuk pemboran.
4. Efisiensi pemboran dapat kita lakukan dengan cara memperkecil waktu hambatan
yang berupawaktu perbaikan, perawatan, persiapan pemboran serta melakukan
scalling dan washing secara bersamaan serta menekan waktu persiapan pulang. Maka
dengan demikian produksidapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA