Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS NOVEL

AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG


Identitas Novel

Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong


Pengarang : Tere Liye
PenerbiT : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Cetakan : April 2011
Tebal Buku : 304 Halaman; 20 cm
No. ISBN : 978-979-22-6905-5

Sinopsis Novel

A. Tahap Eksposisi atau Pengenalan

Novel ini bercerita tentang seorang ayah dengan cara hidup yang sangat
sederhana, mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan hidup tersebut pada anaknya.
Sang anak, Dam, akhirnya tumbuh menjadi sosok yang sama rendah hatinya.
Bagi Dam, ayahnya adalah sosok yang menjadi panutannya. Ayah adalah idola
nomor satunya. Sang ayah selalu bercerita tentang segala kisah yang penuh
dengan nilai moral dan Dam menyukai cerita-cerita ayahnya. Tentang El
Capitano yang juga Dam idolakan, suku penguasa angin, legenda apel emas dan
segala cerita lainnya.

Dam berhasil tumbuh dengan pemahaman berbeda dan karakter yang


baik. Meski Ia sering bertengkar dengar Jarjit, karena mengejeknya dengan
sebutan keriting dan pengecut. Cerita Sang Kapten, pemain bola kesayangannya
membuat Dam lebih sabar pada setiap hal yang diucapkan Jarjit. Ayahnya
bercerita bahwa Ia pernah bertemu dengan Sang Kapten dan menyaksikan Sang
Kapten kecil yang berlatih dengan bola kasti kumal yang ditemukan di tempat
sampah.

B. Tahap Konflik Awal


Dam mengingat pesan Ayahnya bahwa cerita itu adalah rahasia antara Ia
dan Ayahnya. Hanya Taani, yang ia percaya untuk mendengar cerita hebat itu.
Suatu hari Taani membuat semua orang di sekolah Dam mengetahui bahwa
Ayah Dam mengenal Sang Kapten, pemain sepak bola nomor satu. Semua
orang berebut ingin mendengar cerita Dam dan menitipkan barang agar nanti di
tandatangani saat Sang Kapten mengadakan kunjungan ke kota mereka.
Dam marah karena dengan ceroboh Taani meninggalkan buku hariannya
di laci meja kelas. Dan buku harian itu berisi semua cerita dari Ayah Dam.
Taani berusaha agar teman-temannya tak mempercayai buku harian itu. Bahkan
Taani kembali sengaja meninggalkan buku hariannya, namun dengan cerita
yang berbeda, semua Ia lakukan agar Dam memaafkannya.

C. Tahap Komplikasi

Dam melanjutkan sekolahnya di sebuah asrama bernama Akademi Gajah.


Di sana, banyak hal baru yang bisa Dam temukan. Hingga akhirnya ia
mengalami kejadian yang membuatnya akhirnyamempertanyakan setiap cerita
yang selama ini ia dengar dari Ayahnya. Dam menemukan buku tua di
Perpustakaan. Buku tua itu bercerita tentang suku Penguasa Angin. Itu adalah
kisah yang pernah di ceritakan Ayahnya. Yang membuat Dam paham bahwa
kekerasan bukan untuk di balas dengan kekerasan pula. Dongeng itulah yang
membuat Dam dulu, melawan Jarjit dengan mengajaknya berlomba renang.
Agar Jarjit tak lagi menyebutnya pengecut.

Dam penasaran dengan buku tersebut. Ia tak yakin jika cerita Ayahnya itu
bohong. Hal itu kemudian membuat Dam nekat membawa buku tersebut saat
musim liburan tiba, Dam ingin menunjukkannya pada Ayah. Namun, sesaat
sebelum kereta berangkat, petugas perpustakaan datang menjemputnya,
mengambil dengan galak buku yang dikatakan satu-satunya di dunia itu.

Ayah Dam marah, ketika Dam tak sengaja menanyakan kebenaran dari
dongeng-dongeng ayahnya selama ini. Ayahnya selalu berkata “Ayah tidak
bohong, Dam”. Hal itu membuat Dam berjanji untuk tidak lagi membicarakan
hal itu. Ia percaya bahwa Ayahnya adalah orang paling jujur, bahkan terlalu
jujur seperti kata kepala sekolahnya dahulu.

D. Tahap Klimaks

Tinggal menghitung hari Dam akan melakukan ujian akhir, tahun


terakhirnya di Akademi Gajah. Hingga kepala sekolah memberitahu Dam agar
segera berkemas. Ia harus pulang, Ibunya di rawat di rumah sakit. Seperti orang
kehilangan arah, Dam mengemasi pakaiannya. Ibu Dam mengidap penyakit
serius sejak Dam belum dilahirkan. Tapi Dam tidak pernah mengetahui tentang
penyakit yang diderita ibunya.
Dam marah pada Ayahnya, menurutnya Ayahnya tidak berusaha untuk
menyembuhkan Ibunya. Selama ini Ibunya tak pernah di rawat sama sekali.
Dam yang saat itu membawa uang hasil kerjanya selama di Akademi Gajah,
bertekad untuk melakukan usaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan
penyakit ibunya.

Ayah Dam bercerita tentang si Raja Tidur. Si Raja Tidur mengatakan, Ibu
Dam tidak akan bertahan lama. Tak mungkin bisa hidup lebih dari dua tahun,
kecuali karena bahagia. Sejak saat itu, Dam berhenti untuk mempercayai
ayahnya yang hal itu justru membuat ayahnya kecewa dan marah. Ibunya
meninggal. Wajah ibunya terlihat lelah, bagaimana mungkin Ibunya bahagia
selama ini. Sejak saat itu pula hubungan Dam dan Ayahnya tidak harmonis.
Dam kembali kepada kehidupannya di Akademi Gajah. Dam menerima
surat kelulusan tanpa mengikuti ujian. Bagi kepala sekolah Akademi Gajah,
kelulusan di tentukan oleh kegiatan pendidikan selama 3 tahun, 24 jam di
Akademi Gajah. Dam juga mendapatkan surat pengantar dari Akademi Gajah.
Surat yang tidak mungkin di tolak oleh univesitas di seluruh dunia. Dam
melanjutkan kehidupan. Dengan kesaktian surat tersebut Dam berhasil masuk di
jurusan Arsitek di universitas ternama tanpa melalui tes apapun.
Dam memang telah membenci dongeng-dongeng Ayahnya, Ia tidak bisa
menyangkal bahwa pemahaman baik yang ia dapatkan sekarang adalah karena
dongeng tersebut. Bahkan Dam dalam mendesain bangungan ia banyak
terispirasi dari dongeng Apel Mas dan Penguasa Angin. Akhirnya Ia menjadi
arsitek yang hebat.
Dam dewasa menikah dengan Taani, mereka dipertemukan kembali di
universitas yang sama. Memilki dua anak, Zas dan Qon. Ayah Dam sering
menceritakan dongeng kepada cucu-cucunya, dan itu membuat Dam keberatan.
Ia tak ingin cerita bohong Ayahnya meracuni pikiran anak-anaknya. Hingga
akhirnya Zas dan Qon bertanya mengenai kebenaran cerita kakeknya itu pada
Dam. Dam semakin kesal, ia mendesak Ayahnya agar mengatakan bahwa
dongeng-dongeng itu bohong, agar anak-anaknya berhenti mencari
kebenarannya. Namun Ayah Dam tetap bersikukuh baahwa Ia tidak berbohong.
Dam hilaang kendali, ia meminta Ayahnnya untuk meninggalkan rumahnya.
E. Tahap Anti Klimaks
Dam menemukan keanehan pada laptopnya. Ia mencari informasi dengan
kata kunci Akademi Gajah. Namun pencarian tidak di temukan. Tak ada hasil
untuk kata kunci tersebut. Ia terbelalak, tak percaya. Dengan surat pengantar
khusus yang tak mungkin di tolak oleh universitas manapun di dunia, tak ada
sedikitpun jejaknya di internet. Ia mulai menyesali perlakuan terhadap
Ayahnya.
Esoknya, ia mendapat kabar bahwa Ayahnya tengah dirawat di sebuah
rumah saki. Semua rasa benci Dam hilang seketika, ketika melihat Sang Ayah
terbaring lemah di ruang perawatan. Dongeng terakhir yang diceritakan
Ayahnya mengenai Danau Para Sufi yang berkisah tentang perjalanan Ayah
Dam mencari arti dari kebahagiaan sejati. Kebahagiaan itu bersumber dari hati
yang bersih, sebagaimanapun sekitar berusaha membuat keruh, ia akan tetap
jernih. Tetap bahagia, meski hidup penuh kesederhanaan. Itulah alasan mengapa
Ibu Dam dulu tak ingin hidup bermewah-mewahan. Ia bahagia, hanya dengan
melihat Dam tumbuh dengan pemahaman yang berbeda tentang kehidupan dan
memiliki karakter yang baik.
F. Tahap Penyelesaian

Penyesalan selalu berada diakhir cerita. Itulah yang Dam rasakan. Sang
ayah meninggal dan Dam harus menyaksikan sebuah kejadian luar biasa yang
tak pernah terlintas di pikirannya sama sekali. Pemakman sang ayah dipenuhi
banyak orang, termasuk sosok-sosok yang selalu ayahnya ceritakan padanya.
Dan hari itu pula, Dam menyadari, Ayahnya bukan seorang pembohong

Unsur Intrinsik

A. Tema :
Hubungan antara Ayah dan anak. Rasa sayang orangtua kepada anak-
anaknya.

B. Tokoh
1. Tokoh Utama
a. Dam
b. Ayah Dam
2. Tokoh Pembantu
a. Ibu Dam
b. Taani
c. Zas
d. Qon
e. Retro
f. Jarjit
3. Tokoh Figuran
a. Kepala sekolah
b. Guru dam
c. Sang Kapten
d. Si Nomor Sepuluh
C. Penokohan
1. Dam
Baik: “Dia anak yang baik. Dia menjaga wanita tua ini sepanjang
perjalanan” (hal 172)
Penasaran: "Teruskan. Yah. Teruskan…..” (hal 13)
Pantang menyerah: “Tangan dan kakiku terus mengayuh. Setengah
jam berlalu, satuanak sudah berhenti di ujung kolam
tersengal dan menyerah” (hal 27)
Tegas: “Ayahku bukan pembohong. Seluruh kota tahu ayahku jujur…..
” (hal 163)
Ramah, baik hati dan ringan tangan: “Dam yang ramah, baik hati,
dan ringan tangan membantu”. Hlm 273

2. Ayah
Bijaksana: “Yang menghina belum tentu lebih mulia dibandingkan ya
ng dihina”
Peduli: “Bagaimana sekolahmu di tahun kedua, Dam?” (hal 17)
Jujur dan sederhana: Ayah terlalu jujur dan sederhana. Hlm 52

3. Ibu
Peduli: “Kau belum menyisir rambutmu Dam!” (hal 19)
Baik: “Ibu percaya Dam.”
Pengertian: “Ibu menatapku lamat-
lamat, lantas mengelus rambutku...” (hal 109)
Tegas: “Siapa dia boleh makan kue itu? Dia masih dihukum!” (hal 38)

4. Taani
Peduli: “Kaki kau pegal, Dam?” (hal 20)
Pengertian: “Ayah tinggal sendirian, Dam. Tidak ada yang memaksa
apakah ayah sudah makan atau belum, mencuci pakaian, atau
membereskan rumah……” (hal 265)
Pintar: “Taani bahkan sudah menyelesaikan tugas akhirnya, lulus
lebih cepat disbanding siapapun—sejak SMP ia memang paling
pintar” (hal 249)

5. Zas dan Qon


Penuh rasa ingin tau: “Rahasia apa?” Zas dan Qon tertarik (hal
Menggemaskan: “Iya Pa, setengah jam lagi please.” Qon memasang
ekspresi terlucu yang ia punya. Rambut ikalnya jatuh di dahi, membuat
wajah itu tidak bisa ditolak. (hal 61)
Baik hati, penurut dan mandiri: “ Mereka anak yang hebat, Dam.
Baik hati, penurut, dan mandiri seperti kau kecil dulu. Hlm 165
6. Jarjit
Sombong: “sepertinya dugaanku benar, kawan. Rambut jeleknya
membuat dia tenggelam…..” (hal 36)

D. Latar atau Setting


1. Latar tempat :
1) Tadi pagi, seluruh teman di sekolah sibuk meributkan pertandingan
ini,... Hlm 8
2) Lima belas detik ruang keluarga lengang. Hlm 16
3) …. Ibu guru menyuruhku berdiri di pojok kelas. Hlm 20
4) Kolam renang kota ramai oleh anak-anak… Hlm 23
5) Beranda rumah kami, tiga puluh tahun lalu. Hlm 32
6) Esok harinya, di halaman sekolah, aku bertengkar dengan Jarjit.
Hlm 35
7) Ruangan kepala sekolah, tiga puluh tahun lalu. Hlm 63
8) Ketika memangkunya, di atas angkutan umum, mata kami
bersitatap sejenak. Hlm 72
9) Malam kesekian di asrama, kamarku dan Retro disesaki teman-
teman. Hlm 125
10) Pagi yang indah, didepan rumah kami. Hlm 134
11) Seperti yang kuduga aku akan menemukan buku itu esok harinya
saat melanjutkan hukuman membersihkan perpustakaan sekolah.
Hal 147
12) Pagi pertama tahun ketiga di Akademi Gajah. Hlm 197
13) Melihat anggota Tim pemburu memasuki lobi sekolahku benar-
benar menghilangkan seleraku. Hlm 211
14) Di halaman rumah sakit, petugas penjaga... Hlm 284
15) Di tepi pemakaman terdengar teriakan teriakan. Hlm 296

2. Latar waktu :
1) Maka malam ini, ketika Ayah dengan riang menemani anak-anakku
Zas dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada masa
mudanya, aku hanya bisa menghela napas tidak suka. Hlm 5
2) Tiga puluh tahun lalu. Hlm 8
3) Tadi pagi, seluruh teman di sekolah sibuk meributkan pertandingan
ini,... Hlm 8
4) Dini hari itu, dua puluh tahun silam, sambil menggeser gelas
coklat yang telah dingin ke arahku, Ayah memulai cerita hebatnya.
Hlm 13
5) Empat jam kemudian, esok harinya. Hlm 19
6) Beranda rumah kami, tiga puluh tahun lalu. Hlm 32
7) Esok harinya, di halaman sekolah, aku bertengkar dengan Jarjit.
Hlm 35
8) Malam harinya. Suasana hatiku berangsur normal. Hlm 37
9) Masih pagi, sekolah belum ramai saat Taani tergopoh- gopoh
datang. Hlm 40
10) Itu sore yang memalukan walau Ayah malamnya hanya tertawa
ringan, menceritakan kepada Ibu. Hlm 45
11) Dini hari, pertandingan putaran kedua semifinal Liga Champions
Eropa tiga puluh tahun lalu. Hlm 49
12) Semalam, pukul sepuluh, ketika Ibu sudah mematikan lampu,
Ayah sudah bilang selamat tidur, Taani menelponku.
13) Persis pukul lima sore, tibalah pertandingan besar itu. Hlm 105
14) Malam kesekian di asrama, kamarku dan Retro disesaki teman-
teman. Hlm 125
15) Pagi yang indah, didepan rumah kami. Hlm 134
16) Malam ketiga Ayah tinggal di rumah kami. Hlm 145
17) Pagi yang cerah, hari libur, deadline desainku tinggal seminggu.
Hlm 188
18) Malam itu lewat telepon, Retro bersikeras bahwa aku harus
menanyakan... Hlm 190
19) Pagi pertama tahun ketiga di Akademi Gajah. Hlm 197
20) Pagi ini Ayah dimakamkan. Hlm 295

3. Latar suasana
1) Maka malam ini, ketika Ayah dengan riang menemani anak-anakku
Zas dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada masa
mudanya, aku hanya bisa menghela napas tidak suka. Hlm 5
2) Ayah benar, aku tiba-tiba menjadi orang paling sedih sedunia. Hlm
11
3) Aku punya energi bahagia tidak terbilang pagi ini, tidak akan habis
walau sepanjang hari diolok-olok atau dihukum. Hlm 20
4) Lapangan sekolah ramai oleh anak- anak yang bermain kasti.
Tertawa,saling kejar dan... Hlm 21
5) Aku tersengal menahan marah. Hlm 47
6) Ayah marah besar, menyuruhku masuk kamar, dan baru keluar
kalau aku sudah minta maaf. Hlm 56
7) Pagi ini duduk berdua di ruang ganti, menunggu pelatih memanggil
kami, rasanya amat aneh. Hlm 75
8) Aku selalu senang menceritakan semua itu pada Taani...Hlm 80
9) Aku sudah berseru senang. Hlm 83
10) ..., kemudian takut untuk kembali ke kamar masing-masing, tapi
tidak ada hantu -hantu itu. Hlm 114
11) Hari ini kebanggaan menyelimuti keluarga mereka. Hlm 160
12) Rumah sepi, anak-anak masih di sekolah, istriku memeriksa
laporan bulanan di toko bunga. Hlm 218
13) Ruang kerjaku lengang, menyisakan denging laptop. Hlm 189
14) Aku terharu menciumi pipi tembamnya. Hlm 273
15) Ayah mendesah kecewa, kemana lagi dia harus mencari tahu. Hlm
289

E. Alut atau Plot :


Alur campuran. Diawal novel bercerita tentang kehidupan Dam
saat Dam dewasa dan telah memiliki dua anak. Selanjutnya diceritakan
masa-masa saat Dam kecil, saat Dam kulliah, saat Ibu Dam meninggal,
penyebab ia membenci dan menganggap Ayahnya adalah pembohong,
dengan menyelipkan cerita saat Dam sekarang ( memiliki dua anak). Dan
diakhiri dengan meninggalnya Ayah Dam, yang membuat Dam kembali
percaya bahwa Ayahnya bukan seorang pembohong, dan cerita dongeng
yang diceritakan Ayahnya adalah benar.

F. Sudut Pandang :
Sudut pandang orang pertama( tokoh utama). Terlihat dari cerita
dalam novel ini, penulis seolah-olah masuk kedalam cerita dengan
menggunakan kata “aku”. Yang mana “aku” disini adalah sosok Dam
yang merupakan tokoh utama dalam cerita di novel ini (firts person
central).

G. Ciri kebahasaan/ Majas:

Hiperbola

“Sejak aku tahu Ibu sakit-sakitan, paham bahwa ibu punya kelainan
bawaan yang membuat ia seperti rumus matematika...”(hal 174)

“Terlambat, perayaan ulang tahun Ibu hancur berkeping-keping.(hal 192)

Personifikasi

“Retro tertawa lebar melihat ikan-ikan itu berlompatan berusaha kabur


dari jaringnya saat berhasil di angkat.”(hal 203)
H. Amanat :
Jangan pernah berburuk sangka kepada orang tua kita sendiri,
karena semua yang mereka lakukan kepada kita adalah hal yang terbaik
untuk diri kita

Unsur Ekstrinsik
A. Latar Belakang Pengarang:

Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia lahir pada
tanggal 21 mei 1979. Tere Liye menikah dengan Ny. Riski Amelia dan di
karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai. Ia berasal dari keluarga
sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam
dari tujuh bersaudara ini berprofesi sebagai penulis, sampai saat ini telah
menghasilkan 18 karya. Bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar
lebar. Berdasarkan email yang di jadikan sarana komunikasi dengan para
penggemarnya yaitu darwisdarwis@yahoo.com. Bisa di simpulkan sederhana
bahwa namanya adalah Darwis.

B. Kisah Yang Mengispirasi:

Ide awal novel ini adalah tentang anak yang dibesarkan dengan dongeng-
dongeng, tentang definisi kebahagiaan, tentang membesarkan anak-anak dengan
sederhana. Sudah cukup lama ide ini tersimpan di kepala, tapi baru bisa ditulis
ketika anak kami, Pasai, berusia tujuh bulan di kandungan. Naskah selesai
sebulan sebelum Pasai lahir, Juni 2010. Saya berusaha agar detail cerita,
karakter, plot, penjelasan, dongeng, konteks, ditulis seorisinal mungkin—yang
boleh jadi tetap saja dipengaruhi oleh ratusan film, buku-buku, cerita, serta
artikel yang pernah saya tonton, baca, dan lihat.

Saat naskah ini selesai, diserahkan ke penerbit, dibaca awal oleh beberapa
pencinta buku, saya menerima e-mail yang menyebutkan gaya penceritaan
novel ini sama dengan novel Big Fish. Saya belum pernah membaca novel Big
Fish. Yang bersangkutan menjelaskan persamaan novel saya dengan novel Big
Fish adalah di “gaya penceritaan”: tentang anak yang dibesarkan dengan
dongeng-dongeng.

Andai kata ada pencinta buku yang sudah pernah membaca novel Big
Fish, maka pastilah bisa menyimpulkan dengan baik apakah novel ini
menjiplak/terinspirasi atau tidak. Saya serahkan kesimpulan itu pada pembaca.

Pada akhirnya, konsen saya menulis novel ini sesimpel ide ceritanya:
bahwa kebahagiaan itu sederhana. Dunia anak-anak selalu indah. Kasih sayang
keluarga adalah segalanya. Pemahaman ini terus paralel dengan novel-novel
saya sebelumnya.

Kelebihan Novel
Novel ini disajikan dengan apik oleh Darwis Tere Liye dengan latar yang
mengagumkan dan bahasa yang mudah dipahami. Begitu banyak kata-kata
mutiara dan kalimat sarat makna disetiap paragrafnya. Isinya membuat kita
perlu memperbanyak rasa cinta kita pada keluarga, terlebih pada ayah.
Seperti pertanyaan yang disampaikan Tere Liye di blurb novel,”kapan
terakhir kali kita memeluk ayah kita ? menatap wajahnya, lantas bilang kita
sungguh sayang padanya ? kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa
gelak, bercengkrama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh
bangga padanya ?” pertanyaan itu benar-benar menyentak. Membuat sadar
betapa selama ini begitu menyia-nyiakan waktu bersama ayah. Tere Liye benar-
benar membuat kita menyatu dengan cerita, membuat kita seakan-akan berada
disana dan menyaksikan apa yang dialami Dam.
Membaca ini, membuat saya mengerti apa hakikat kebahagiaan yang
sebanarnya. Mengerti betapa penting dan berharganya arti sebuah kejujuran itu.
satu hal kecil yang bisa membuat semua orang menghargai kita. Kata-kata
motivasinya tidak pernah bosan untuk menasihati saya secara tidak langsung.
Membuat saya terinspirasi untuk bisa menjadi seperti tokoh-tokoh dalam Novel
ini.
Kelemahan Novel
Ada beberapa kesalahan penulisan dibeberapa tempat. Contohnya saja
dihalaman 62 dimana Dam seharusnya menyebutkan “ayah” tapi yang tertulis
malah “kakek”. Dan lagi, latar-latar yang dipaparkan tidak bisa diterima akal
manusia. Contohnya saja Negeri Penguasa Angin. Kita sulit menggunakan
logika untuk hal-hal diluar nalar manusia. Karena latar tersebut tidak pernah ada
di dunia nyata.

Anda mungkin juga menyukai