Anda di halaman 1dari 27

1.

Menentukan Makna Istilah

RINGKASAN MATERI
istilah/is·ti·lah/ n kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu (https://kbbi.web.id/istilah)
Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna kata leksikal. Makna
kata leksikal merupakan makna yang terdapat pada kata dasarnya tanpa bergabung dengan
bentuk lain. Makna leksikal dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Paragraf disusun menggunakan kalimat-kalimat yang saling berkaitan. Kalimat dalam setiap
paragraf disusun dari beberapa kata. Setiap kata tersebut memiliki makna atau arti. Oleh karena
itu, dalam membentuk kalimat atau paragraf sebuah kata harus benar-benar dipilih agar mampu
menyampaikan maksud penulis.
Kesalahan penggunaan kata-kata atai istilah akan menimbulkan penafsiran berbeda. Kata-kata
atau istilah yang digunakan dapat berupa kata baku, kata bersinonim, kata berantonim, kata
yang bermakna konotasi dan denotasi, dan kata yang mengalami perubahan makna. Istilah
berhubungan dengan pengungkapan makna konsep, proses, serta keadaan, atau sifat di bidang
tertentu.
Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna kata leksikal. Makna
kata leksikal merupakan makna yang terdapat pada kata dasarnya tanpa bergabung dengan
bentuk lain. Makna leksikal dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

2. Menentukan Maksud Kalimat/Kalimat Pro dan Kontra Klik


RINGKASAN MATERI
KALIMAT PENDAPAT PENDUKUNG/PRO DAN PENENTANG/KONTRA
Pendukung memiliki arti orang yang mendukung;penyokong; pembantu; penunjang;
(https://kbbi.web.id/dukung). Kalimat yang merupakan pendapat pendukung adalah kalimat
yang berisi pernyataan mendukung, menunjang atau menyokong pendapat orang lain.
Pernyataan pendapat pendukung disebut juga kalimat persetujuan atau pendapat pro.
Kalimat persetujuan adalah kalimat yang berisi persetujuan, dukungan, dan keberpihakan
seseorang atas suatu ide atau gagasan. Sebaliknya, kalimat yang berisi penentangan atau
ketidaksetujuan terhadap suatu pendapat disebut dengan pendapat kontra.

3. Pernyataan yang Sesuai Isi Teks

PERNYATAAN YANG SESUAI DENGAN ISI TEKS


Bacaan atau paragraf memuat informasi tersurat dan tersirat. Informasi tersurat adalah
informasi yang tertulis secara jelas dalam bacaan. Informasi tersirat adalah informasi yang
tidak tertulis secara jelas/tersembunyi.
Pokok-pokok informasi terangkum dalam rumus 5W + 1H. Dalam bahasa Indonesia, pokok-
pokok informasi itu dapat pula disingkat dengan ADIKSIMBA (Apa, DI mana, SIapa,
Mengapa, BAgaimana) .

a. Apa (what) peristiwanya?


Jawaban sesuatu/perihal peristiwa dalam bacaan

b. Siapa (who) yang mengalami peristiwa itu?


Jawaban: Pihak (subjek) yang diinformasikan

c. Di mana (where) terjadinya peristiwa itu?


Jawaban: tempat terjadinya peristiwa

d. Kapan (when) terjadinya peristiwa itu?


Jawaban: Waktu terjadinya peristiwa

e. Mengapa (why) peristiwa itu terjadi?


Jawaban: alasan/penyebab terjadinya peristiwa

f. Bagaimana (how) proses peristiwanya?


Jawaban: proses terjadinya peristiwa

Untuk menentukan pernyataan yang isi teks kita harus memahami isi teks secara keseluruhan.
Setelah itu, kita membandingkan pernyataan pada pilihan jawaban dengan isi teks.

4. Kalimat Hubungan Pertentangan


RINGKASAN MATERI
MACAM-MACAM KATA PENGHUBUNG
Berdasarkan fungsinya konjungsi atau kata hubung terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Konjungsi Aditif atau Gabungan
Konjungsi aditif atau gabungan merupakan konjungsi yang berfungsi menghubungkan antar
klausa, kalimat dan paragraf yang memiliki kedudukan yang sama. Kata hubung yang sering
digunakan untuk konjungsi ini adalah : dan, lagipula, dan serta. Contoh :

 Ibu sedang memasak dan Ayah membaca koran.


 Ayah, Ibu serta Kakak akan ke Bandung minggu depan.
2. Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan merupakan bentuk kata hubung yang menghubungkan dua buah
kalimat, kata, ataupun klausa yang sederajat namun mempertentangkan kedua bagian
tersebut. Kata hubung yang biasa dipakai pada konjungsi ini
adalah tetapi, melainkan dan sedangkan. Contoh :

 Rumah itu besar tetapi tidak terawat.


 Banyak yang ingin sekolah tetapi tidak punya biaya.
 Mereka tidak berbohong, melainkan mengatakan yang sebenarnya.
3. Konjungsi Pilihan
Konjungsi pilihan atau disjungtif adalah bentuk konjungsi yang berfungsi menghubungkan
dua unsur kalimat atau lebih dengan tujuan untuk memilih. Kata hubung yang biasa
digunakan adalah : atau, ataupun, maupun. Contoh :

 Kamu mau membeli sepatu atau tas?


 Nasi goreng ataupun Mie goreng sama saja, keduanya dia suka.
 Baik pagi, siang maupun malam, kerjanya bermalas-malasan saja.
4. Konjungsi Waktu
Konjungsi waktu memiliki fungsi sebagai kata hubung yang menjelaskan hubungan waktu
antara dua hal. Konjungsi waktu bisa menjelaskan hubungan yang sederajat maupun tidak
sederajat. Contoh kata hubung yang biasa digunakan
adalah sebelumnya, selanjutnya, bilamana,sejak, sesudah dan lainnya. Contoh :

 Setelah kata sambutan dari kepala sekolah acara selanjutnya adalah pentas seni.
 Mereka sudah ada disana sejak hujan turun.
 Gita membaca buku yang sebelumnya dia pinjam dari perpustakaan.
5. Konjungsi Tujuan
Konjungsi tujuan adalah konjungsi yang menjelaskan maksud, tujuan suatu kejadian atau
tindakan. Kata hubung yang biasa digunakan diantaranya adalah : guna, untuk, agar,
dansupaya. Contoh :

 Ibu membuat sarapan untuk Aldi.


 Mereka membersihkan kali supaya tidak banjir lagi saat musim penghujan.
 Polisi mengatur lalu lintas agar jalanan tidak macet.
 Ibu menghukumnya guna memberinya pelajaran.
6. Konjungsi Sebab
Konjungsi sebab atau kausal merupakan bentuk kata hubung yang menjelaskan kejadian yang
terjadi akibat suatu sebab tertentu/khusus. Kata hubungnya adalah : sebab dan karena.
Contoh :

Banjir yang terjadi kemarin karena saluran air tersumbat.


Aldi jatuh sakit karena bekerja terlalu keras.
Mereka percaya dengan cerita itu sebab mereka sudah mengalaminya sendiri.
7. Konjungsi Akibat
Konjungsi akibat atau konsekutif merupakan bentuk kata hubung yang menerangkan bahwa
suatu keadaan tersebut dapat terjadi karena penyebab yang lainnya. Contoh kata hubung yang
digunakan adalah : Sehingga, sampai, dan akibatnya. Contoh :

 Gugun malas belajar akibatnya dia tidak lulus ujian.


 Anak-anak terlalu asyik bermain sampai mereka lupa hari sudah malam.
8. Konjungsi Syarat
Konjungsi syarat atau kondisional adalah jenis kata hubung yang menerangkan bahwa
kejadian tersebut dapat terjadi apabila syarat-syaratnya terpenuhi. kata hubung yang sering
digunakan adalah jika, jikalau, kalau, dan apabila. Contoh :

 Semua siswa pasti lulus kalau rajin belajar.


 Aldi tidak akan sakit apabila kemarin tidak berhujan-hujanan.
 Ani akan datang jika ada yang menjemputnya.
9. Konjungsi tak Bersayarat
Kata penghubung ini berfungsi menyatakan bahwa suatu hal bisa terjadi tanpa perlu ada
syarat yang harus terpenuhi. Contoh kata hubung yang sering digunakan adalah
: walaupun, meskipun, dan biarpun. Contoh dalam kalimat :

 Mereka tetap bermain walaupun hujan deras.


 Rudi tetap pergi sekolah meskipun sedang sakit.
 Kakak tetap pergi biarpun Ayah sudah melarangnya.
10. Konjungsi Perbandingan
Kata hubung ini berguna untuk menghubungkan dua hal dan kemudian membandingkannya.
Kata yang sering dipakai diantaranya adalah : seperti, sebagai, bagai, dan bagaikan. Contoh :

Anak kembar yang mirip itu bagaikan pinang dibelah dua


Jalannya sangat lambat seperti siput.
Mereka selalu bertengkar bagai kucing dan anjing.
11. Konjungsi Korelatif
Kata hubung ini bertujuan untuk menghubungkan dua kalimat yang masih memiliki
hubungan sehingga bagian yang satu langssung mempengaruhi bagian yang lain atau kalimat
yang satu melengkapi kalimat yang lain. contoh kata hubung nya adalah : tidak
hanya….tetapi juga,sedemikian rupa…sehingga, dan bukannya…melainkan. Contoh :

 Kakaknya tidak hanya Mahasiswa tetapi juga seorang Wiraswasta.


 Baik Messi maupun Ronaldo keduanya adalah pemain sepak bola yang hebat.
12. Konjungsi Penegas
Kata hubung ini berfungsi sebagai penegas atau meringkas bagian kalimatnya sebleumnya.
contoh kata yang serin dipakai adalah : bahkan, apalagi, yaitu, dan yakni. Contoh :

 Dia orang yang sangat kaya bahkan melebihi kekayaan seorang Presiden.
 Jalanan Jakarta selalu macet apalagi dikala hujan.
 Beberapa tempat liburan favoritnya, yaitu pantai, perdesaan dan pegunungan.
13. Konjungsi Penjelas
Kata hubung ini berfungsi untuk menjelaskan kalimat sebelumnya agar lebih terperinci. kata
yang sering dipakai diantaranya adalah bahwa. Contoh :

 Mereka yakin bahwa Dia bukan pelakunya sebenarnya.


 Ibu bilang bahwa Ayah akan pulang larut malam hari ini.
 Pencuri itu berjanji bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
14 Konjungsi Pembenaran
Kata hubung ini biasa disebut juga dengan konsesif adalah suatu kata hubung yang berfungsi
menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan suatu hal sekaligus menolak hal lainnya.
Contoh kata hubung pada konjungsi ini adalah : walaupun, meskipun, biar, dan biarpun.
Contoh :

 Mereka tetap diam walaupun tahu siapa pelakunya.


 Anak-anak itu tetap bermain meskipun sudah dilarang,
 makanan itu tetap laku meskipun hampir semua tahu makanan itu kurang sehat.
15. Konjungsi Urutan
Konjungsi ini berfungsi menyatakan urutan suatu hal. Kata hubung yang sering dipakai
diantaranya adalah : lalu dan kemudian. Contoh kalimat :

Panaskan dulu minyaknya, setelah panas baru kemudian masukan bumbu-bumbunya.


Kita mampir ke Bandung terlebih dahulu lalu baru kita ke Lembang.
16 Konjungsi Pembatas
Konjungsi ini bertujuan untuk menyatakan suatu batasan terhadap suatu keadaan/kejadian.
Kata hubung yang sering digunakan adalah : kecuali, selain, dan asal. Contoh :

 Mereka belum boleh pulang kecuali ada mereka sudah menyelesaikan tugas tersebut.
 Peserta rapat menyetujui usulan ketua asal keinginan mereka juga dipenuhi.
 Selain petugas perpustakaan, yang lain dilarang masuk.
https://dosenbahasa.com/macam-macam-kata-penghubung)

5. Ide Pokok Paragraf

RINGKASAN MATERI
MENENTUKAN IDE POKOK PARAGRAF
Ide pokok atau gagasan pokok adalah gagasan utama atau gagasan yang paling penting dalam
paragraf. Ide pokok terdapat dalam kalimat utama. Ide pokok dan kalimat utama berfungsi
memberitahu pembaca tentang apa yang diperbincangkan dalam paragraf itu dan menjadi
sandaran bagi kalimat-kalimat lain dalam paragraf itu.
Langkah-langkah menentukan ide pokok adalah sebagai berikut.

1. Menentukan kalimat utama dalam paragraf


Cara menentukan kalimat utama dalam paragraf, yaitu dengan membandingkan kalimat-
kalimat dalam paragraf.
Ciri kalimat utama dalam paragraf sebagai berikut.

a. memberitahu pembaca tentang apa yg diperbincangkan dalam paragraf itu;


b. memberi arah/pengendali terhadap permasalahan yang akan dibicarakan;
c. sandaran bagi kalimat-kalimat lain dalam paragraf itu menjadi titik tolak dari kalimat
pengembang
Sedangkan kalimat penjelas memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri


2) Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea
3) Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau
kalimat transisi
4) Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat
topik

2. Menentukan inti kalimat dari kalimat utama


Untuk menemukan ide pokok paragraf kita harus memahami inti kalimat utama. Inti kalimat
adalah satuan proporsi singkat yang terbentuk di dalam sebuah kalimat yang kompleks.
Umumnya inti kalimat dibentuk oleh pasangan fungsi gramatik minimal yaitu subjek dan
predikat; atau subjek, predikat, dan objek pada kalimat dengan verba transitif.
Contoh
Kalimat utama: Sikap kritis masyarakat terhadap layanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga medis masih sangat diperlukan
Inti kalimat:

a. Sikap kritis terhadap layanan kesehatan diperlukan. atau


b. Sikap kritis diperlukan terhadap layanan kesehatan.
3. Mengubah inti kalimat yang ditemukan menjadi frasa

6. Kalimat Utama Paragraf

KALIMAT UTAMA PARAGRAF

Kalimat utama merupakan kalimat berisi ide pokok. Kalimat utama juga sering disebut
sebagai kalimat topik. Kalimat utama ini dijelaskan oleh kalimat-kalimat lain dalam paragraf
tersebut, yang disebut dengan kalimat penjelas. Kalimat penjelas yaitu kalimat yang
isinya memperjelas, menguraikan, atau berupa rincian-rincian tentang kalimat utama.

Kalimat utama dapat ditemukan di awal, di tengah, di akhir, di awal dan akhir, atau di
seluruh paragraf.

Ciri kalimat utama di antaranya:

1. mengandung permasalahan yang dapat diuraikan lebih lanjut;

2. biasanya berupa kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;

3. mempunyai arti jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain;

4. dapat dibentuk tanpa kata sambung transisi; dan


5. dalam paragraf induktif, kalimat utama sering ditandai kata-kata kunci,
seperti jadi ataudengan demikian.

Sedangkan kalimat penjelas memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri

b. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea

c. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau
kalimat transisi

d. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat
topik

7. Kalimat Simpulan Paragraf

RINGKASAN MATERI
MENYUSUN KALIMAT SIMPULAN PARAGRAF
Kalimat simpulan adalah kalimat yang berisi opini atau pendapat akhir atas data-data yang
ada dalam teks. Rumusan kalimat simpulan bukan berupa salah satu kalimat dalam teks.
Langkah-langkah menyusun kalimat simpulan paragraf
1. Identifikasilah hal-hal penting dalam teks.
2. Buatlah opini atau pendapat yang mencakupi keseluruhan hal penting tersebut.

Mengidentifikasi kalimat simpulan paragraf


1. Perhatikan ciri khusus kalimat simpulan dalam paragraf misalnya kata jadi, oleh karena itu,
dengan demikian, dan sebagainya
2. Perhatikan isi kalimat/pernyataan. Kalimat simpulan berisi opini atau pendapat akhir yang
meliputi keseluruhan isi paragraf.

8. Ringkasan Teks

RINGKASAN MATERI

PENGERTIAN RINGKASAN DAN LANGKAH-LANGKAH MERINGKAS TEKS

A. Pengertian Ringkasan

Ringkasan adalah hasil meringkaskan; ikhtisar; singkatan cerita (https://kbbi.web.id/ringkas).


Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu teks. Ringkasan memuat ide-ide pokok
yang mewakili setiap bagian bacaan aslinya.
Ringkasan disusun untuk mempermudah dan mempercepat seseorang memahami isi pokok
teks.

B. Langkah-Langkah Meringkas Isi Teks Nonsastra

Langkah-langkah meringkaskan teks adalah sebagai berikut.

1. Membaca secara cermat seluruh teks asli untuk menangkap seluruh informasi teks.

Membaca tulisan asli terkadang tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan
berkali- kali. Membaca seluruh teks asli bertujuan menemukan kalimat/ ide pokok mana yang
harus diambil dan dijadikan ringkasan. Membaca tulisan asli juga dapat membantu pembuat
ringkasan dalam mengambil simpulan dan intisari teks.

2. Menuliskan gagasan atau ide-ide pokok teks.

Pada saat membaca seluruh teks, pembuat ringkasan harus mencatat dan menuliskan ide-ide
pokok atau gagasan utama paragraf. Ide-ide pokok inilah yang menjadi bahan untuk membuat
ringkasan.

3. Menyusun ide-ide pokok paragraf menjadi ringkasan teks.

Setelah mencatat ide-ide pokok paragraf, pembuat ringkasan dapat merangkai dan menyusun
ringkasan berdasarkan ide-ide pokok tersebut menjadi paragraf baru yang lebih singkat dari
tulisan aslinya.

9. Perbandingan Penggunaan Bahasa Dua Teks

RINGKASAN MATERI
Membandingkan Penggunaan Bahasa Dua Teks
Ragam Bahasa
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
B. Jenis-Jenis Ragam Bahasa
1. Jenis-jenis Ragam Bahasa dari Segi Pemakaian
Dari segi pemakaian ragam bahasa dibagi menjadi 3 jenis yaitu: ( a) berdasarkan media (b)
berdasarkan hubungan antarpembicara (c) berdasarkan topik pembicaraan.
a. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Media
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri dari: (1) Ragam bahasa lisan (2) Ragam bahasa tulis.
Ciri-ciri ragam lisan: (a) Memerlukan orang kedua/teman bicara; (b) Tergantung situasi,
kondisi, ruang & waktu; (c)Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu
intonasi serta bahasa tubuh. (d) Berlangsung cepat; (e) Sering dapat berlangsung tanpa alat
bantu; (f) Kesalahan dapat langsung dikoreksi; (g) Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan
mimik wajah serta intonasi.
Contoh ragam lisan : (1) Nia sedang baca surat kabar. (2) Ari mau nulis surat.
Ciri-ciri ragam tulis: (a)Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara; (b)Tidak tergantung
kondisi, situasi & ruang serta waktu; (c) Harus memperhatikan unsur gramatikal; (d)
Berlangsung lambat; (e) Selalu memakai alat bantu; (f) Kesalahan tidak dapat langsung
dikoreksi; (g) Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu
dengan tanda baca.
Contoh ragam tulis: (1) Nia sedang membaca surat kabar (2) Ari ingin menulis surat.
b. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Hubungan Antarpembicara
Menurut akrab tidaknya pembicara, ragam bahasa dibedakan dibedakan menjadi: 1) Ragam
bahasa resmi,
2) ragam bahasa santai, 3) ragam bahasa akrab.
c. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Topik Pembicaraan
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau
register.
Fungsiolek yaitu variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau
bidang apa. Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan sebagai Berikut:
1) Ragam hukum: Dia dihukum karena melakukan tindak pidana
2) Ragam bisnis: Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.
3) Ragam sastra: Cerita itu menggunakan unsur flashback .
4) Ragam kedokteran: Anak itu menderita penyakit kuorsior .
5) Ragam psikologi: Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif.
6) Ragam Olahraga: Hari ini PON XIX/2016 mulai memperebutkan medali emas.
7) Ragam Bahasa Ilmiah: Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter.
Filter pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin.
2. Jenis Ragam Bahasa Ditinjau dari Sudut Pandang Penutur
Ragam bahasa ditinjau dari sudut pandang penutur dibedakan menjadi
a. ragam bahasa menurut daerah
b. ragam bahasa menurut pendidikan formal.
c. ragam bahasa menurut sikap penutur
Penjelasan:
a. Ragam Bahasa Menurut Daerah
Ragam bahasa menurut daerah dapat dibedakan menjadi dialek dan kronolek. Dialek, yaitu
variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu
tempat, wilayah, atau area tertentu. Misalnya, Bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan,
Surabaya, dan lain sebagainya. Kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Contoh : Misalnya, bahasa Melayu
masa kerajaan Sriwijaya berbeda dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir
Munsji dan berbeda pula dengan bahasa Melayu Riau sekarang.

b. Ragam Bahasa Menurut Pendidikan Formal /Status Sosial


Ragam bahasa menurut pendidikan formal, menunjukkan perbedaan yang jelas antara kaum
yang berpendidikan formal (terpelajar) dan yang tidak. Bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-
ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran orang yang tidak bersekolah atau hanya
berpendidikan rendah.
Contoh Pengucapan kata film oleh orang
berpendidikan/terpelajar [film]. Sedangkanpengucapan oleh orang yang tidak
terpelajar [pilm].
Dalam ragam ini dikenal istilah Sosiolek, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah
pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan,
keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.
c. Ragam Bahasa Menurut Sikap Penutur
Ragam ini dapat disebut langgam atau gaya berbahasa seseorang atau idiolek. Idiolek adalah
variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai
variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Idiolek bergantung pada sikap penutur
terhadap orang yang diajak berbicara atau pembacanya. Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain
oleh umur dan kedudukan yang disapa, tingkat keakraban antarpenutur, pokok persoalan
yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya.
3. Ragam Bahasa Berdasarkan Keformalan
a. Ragam Beku (Frozen)
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi
hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagainya. Ciri ragam ini adalah
cenderung tetap.

b. Ragam Resmi (Formal)


Ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat
dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya. Lebih fleksibel

c. Ragam Usaha (Konsultatif)


Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan
biasa di sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
d. Ragam Santai (Casual)
Ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk
berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan
sebagainya. Misalnya penggunaan kata sapaan mas, mbak.
e. Ragam Akrab (Intimate)
Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya
sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas. Sapaan dab yg
berarti mas di jogja

C. RAGAM BAKU DAN RAGAM TIDAK BAKU


Ragam baku dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Ragam baku
memiliki kaidah-kaidah paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa
yang lain.
Pemakaian ragam baku tercermin dalam situasi berikut ini.
1) Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi-instansi resmi, penamaan dan
peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.
2) Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karya ilmiah.
3) Pembicaraan di depan umum, yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan sebagainya.
4) Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
Secara umum, fungsi bahasa baku adalah sebagai berikut.

1. Pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu
kesatuan masyarakat bahasa.

2. Pemberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat
pemakai bahasa lainnya.

3. Pembawa kewibawaan, pemakai bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan


pemakainya.

4. Kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa
seseorang atau sekelompok orang.
Sikap terhadap bahasa baku setidak-tidaknya mengandung tiga dimensi, yaitu (1) sikap
kesetiaan bahasa, (2) sikap kebanggaan bahasa, dan (3) sikap kesadaran akan norma dan
kaidah bahasa. Ketiga sikap tersebut terkait erat dengan keempat fungsi bahasa baku.

10.Pola Pengembangan Cerita

Ringkasan Materi
Membandingkan Isi, Pola Penyajian, dan Bahasa Karya Sastra (Berdasarkan Gaya,
Tema, Unsur)

Karya sastra dapat dibandingkan isi, pola penyajian, dan bahasanya berdasarkan daya, tema,
dan unsur. Karya sastra berupa novel dapat dibandingkan dengan cerpen.

Novel merupakan cerita mengisahkan konflik pelaku sehingga terjadi perubahan nasib tokoh.
Unsur intrinsik novel sama dengan unsur instrinsik cerpen. Perbedaan terletak pada alur
kompleks novel.

Setiap novel memiliki karakteristik atau ciri tersendiri. Karakteristik novel dapat diketahui
dari gaya kepenulisan pengarang dan "suara zaman". Karakteristik gaya kepenulisan
pengarang dapat diketahui dari gaya bahasa yang digunakan novel Angkatan 20-an (Balai
Pustaka), Angkatan 30-an (Pujangga Baru), dan novel-novel modern. Novel Angkatan 20-an
seperti Sitti Nurbaya masih menyisipkan perumpamaan klise dan pepatah. Novel Angkatan
30-an seperti Layar Terkembang tidak menggunakan perumpamaan klise dan pepatah.
Sementara itu, gaya kepenulisan pengarang novel modern lebih bebas dan menggunakan
bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu,

Karakteristik "suara zaman" dapat diketahui dari periode angkatan novel tersebut ditulis.
Novel-novel yang diterbitkan dalam periode Angkatan 20-an di antaranya adalah Azab dan
Sengsara, Sitti Nurbaya, La - Hami, dan Di Bawah Lindungan Kaabah. Novel Angkatan 20-
an memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. lsi novel menggambarkan pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda.
2. lsi novel menampilkan persoalan kawin paksa.

3. Isi novel menggambarkan jiwa kebangsaan belum maju.

4. Gaya bahasa dalam novel lebih sering meng-gunakan syair, pantun, dan pepatah.

Novel Angkataa 30-an memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Pengarang lebih bebas menentukan nasib karya sastranya sendiri.

2. isi novel menampilkan persoalan yang dihadapi rnasyarakat kota,

3. Novel Angkatan 30-an menggambarkan cara menggunakan kebebasan dan fungsi


kebebasan dalam masyarakat.

4, Novel Angkatan 30-an tidak menggunakan pepatah. Bahasa dalam novel lebih
seringmenggunakan ungkapan.

Novel-novel modern memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Gaya bahasa lebih lugas.

2. Alur yang digunakan umumnya alur campuran.

3. Amanat tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang.

4. Tema yang digunakan lebih luas.

Adapun cerpen mempunyai karakteristik berikut.

1. Struktur ceritanya pendek sehingga dapat dibaca dalam sekali duduk (setengah sampai dua jam).

2. Alur dalam cerpen pada umumnya tunggal, hanya satu urutan peristiwa yang diikuti
sampai peristiwa berakhir.

3. Tema dalam cerpen hanya satu.

4. Tokoh-tokoh dalam cerpen diceritakan terbatas (singkat, tidak detail).

5. Latar dalam cerpen tidak memerlukan detail-detail khusus, misalnya menyangkut


keadaan tempat dan sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan latar secara garis besar
atau secara implisit.

11.Menentukan Makna Ungkapan


RINGKASAN MATERI

Pengertian Ungkapan

Ungkapan adalah kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus (makna
unsur-unsurnya sering kali menjadi kabur); (https://kbbi.web.id/ungkap)

Ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan
dengan makna unsur yang membentuknya.
(https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Ungkapan)

Contoh:

tinggi hati : 'sombong'

ringan kepala : 'mudah belajar'

darah daging : 'anak kandung'

dingin hati : 'tidak bersemangat

uang panas : 'uang tidak halal'

panas rezeki : 'sukar mencari rezeki'

Langkah-langkah menentukan ungkapan yang tepat sesuai ilustrasi

1. Bacalah dengan cermat ilustrasi yang dimaksud.


2. Data kejadian-kejadian atau penjelasan-penjelasan dalam ilustrasi.
3. Tentukan gagasan pokok sesuai dengan kejadian-kejadian atau penjelasan-penjelasan
dalam ilustrasi tersebut.
4. Cari dan tentukan ungkapan yang sesuai dengan gagasan pokok ilustrasi. Untuk dapat
menentukan ungkapan yang sesuai dengan ilustrasi harus memahami makna
ungkapan-ungkapan.

12.Menentukan Pernyataan yang Sesuai Isi Teks

RINGKASAN MATERI

MENENTUKAN PERNYATAAN YANG SESUAI DENGAN ISI TEKS


Bacaan atau paragraf memuat informasi tersurat dan tersirat. Informasi tersurat adalah
informasi yang tertulis secara jelas dalam bacaan. Informasi tersirat adalah informasi yang
tidak tertulis secara jelas/tersembunyi.

Pokok-pokok informasi terangkum dalam rumus 5W + 1H. Dalam bahasa Indonesia, pokok-
pokok informasi itu dapat pula disingkat dengan ADIKSIMBA (Apa, DI mana, SIapa,
Mengapa, BAgaimana) .

a. Apa (what) peristiwanya?

Jawaban sesuatu/perihal peristiwa dalam bacaan

b. Siapa (who) yang mengalami peristiwa itu?

Jawaban: Pihak (subjek) yang diinformasikan

c. Di mana (where) terjadinya peristiwa itu?

Jawaban: tempat terjadinya peristiwa

d. Kapan (when) terjadinya peristiwa itu?

Jawaban: Waktu terjadinya peristiwa

e. Mengapa (why) peristiwa itu terjadi?

Jawaban: alasan/penyebab terjadinya peristiwa

f. Bagaimana (how) proses peristiwanya?

Jawaban: proses terjadinya peristiwa

Untuk menentukan pernyataan yang isi teks kita harus memahami isi teks secara keseluruhan.
Setelah itu, kita membandingkan pernyataan pada pilihan jawaban dengan isi teks.

13.Menentukan Keistimewaan Tokoh dalam Teks Biografi

RINGKASAN MATERI
Menentukan Keistimewaan dan Keteladanan Tokoh pada Teks Biografi
Teks biografi adalah teks yang berisi kehidupan seorang tokoh untuk diambil nilai
kehidupannya baik pandangannya maupun perilakunya.
Keistmewaan seseorang merupakan sesuatu yang khas dan tdak semua orang
memilikinya. Sedangkan Keteladanan seorang tokoh merupakan sifat/perilaku baik yang
layak ditiru.
14.Menentukan Keteladanan Tokoh dalam Teks Biografi

RINGKASAN MATERI

Cara Menentukan keistimewaan dan keteladanan tokoh dalam teks biografi

Biografi merupakan catatan riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Biografi
berisi paparan hidup seorang tokoh dari kecil hingga tua.Bahkan,tokoh tersebut meninggal
dunia. Semua jasa,hasil karya, dan segala kegiatan yang dilakukan seorang tokoh juga
dijelaskan dalam buku biografi.

Tokoh dalam biografi tersebut memiliki keistimewahan dan


keteladanan. Keistimewaanmerupakan kelebihan khusus yang dimiliki oleh Tokoh dalam
kehidupannya misalnya: Tokoh tersebut seorang penyanyi maka kelebihannya adalah
memiliki suara yang merdu dan mengagumkan dengan suara khas yang tidak dimiliki oleh
penyanyi lain hingga ia di gemari banyak orang. Keteladanan merupakan sikap sikap terpuji
yang tergambarkan dalam biografi dan patut diteladani oleh pembaca.

Dalam biografi singkat biasanya hanya dipaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan
seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi informasi-
informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan
gaya bercerita yang baik. Biografi yang menarik tergantung dari keahlian penulis
mengkisahkan jalan hidup suatu tokoh secara mendetail dan tentunya tokoh itu harus
memiliki keistimewaan tersendiri. Pembahasan Biografi memiliki keistimewaan dan
keteladanan yang dapat menginspirasi kita. Keistimewaan merupakan klebihan khusus yang
dimiliki oleh tokoh dalam kehidupannya sedangkan ketaladanan merupakan sikap-sikap
terpuji yang tergambar dalam biografi dan patut diteladani oleh pembaca.

15.Menentukan Tokoh Utama Cerita

RINGKASAN MATERI
MENENTUKAN TOKOH UTAMA CERITA
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa di dalam cerita. Berkaitan dengan
tokoh, dikenal tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang senantiasa
ada dalam setiap peristiwa, banyak berhubungan dengan tokoh lain, dan paling banyak
terlibat dengan tema cerita. Adapun tokoh bawahan adalah tokoh yang menjadi pelengkap
dalam cerita.

16.Menentukan Latar Suasana Cerita

RINGKASAN MATERI
A. Pengertian Latar
Menurut Indrawati “2009:64” Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan suasana yang
digunakan dalam suatu cerita.
Menurut Kusnadi Dkk “2009:60” Latar tempat atau latar waktu dalam karya sastra akan
mempengaruhi inti cerita dan pengambilan nilai-nilai yang ingin diungkapkan pengarang.
Menurut KBBI online latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya
lakuan dalam karya sastra (https://www.kbbi.web.id/latar)
Menurut Suparmin “2009:54” Latar cerita atau setting ialah sesuatu keadaan yang melingkupi
pelaku dalam sebuah cerita.(http://www.gurupendidikan.co.id/latar-cerita-pengertian-
menurut-para-ahli-macam-fungsi/)
Berdasarkan beberapa pendapat disimpulkan pengertian latar adalah keterangan mengenai
ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra.
B. Macam-Macam Latar
Jenis atau macam-macam latar diantaranya sebagai berikut ini:

1.Latar waktu
Yaitu saat dimana tokoh ataupun si pelaku melakukan sesuatu pada saat kejadian peristiwa
dalam cerita yang sedang telah terjadi. Seperti misalnya: Pagi hari, siang hari, sore hari,
malam hari, di zaman dulu, dimasa depan, dan lain sebagainya.
2. Latar tempat
Yaitu dimana tempat tokoh atau si pelaku mengalami kejadian atau peristiwa didalam cerita.
Seperti misalnya: Didalam bangunan tua, di sebuah gedung, di lautan, didalam hutan, di
sekolah, di sebuah pesawat, di ruang angkasa, dan lain sebagainya.
3. Latar suasana
Yaitu situasi apa saja yang terjadi ketika saat si tokoh atau si pelaku melakukan sesuatu.
Seperti misanya: saat galau, gembira, lelah, dan lain sebagainya.
4. Latar alat
Yaitu peralatan apa saja yang diperlukan atau dipakai si pelaku dalam suatu cerita. Seperti
misalnya: Tombak, pistol, pedang, buku, pulpen, dan lain sebagainya.
C. Fungsi Latar
Fungsi dari latar sendiri yaitu untuk memberikan suatu gambaran yang jelas supaya
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu karya sastra benar-benar terjadi atau memberikan
informasi yang jelas mengenai situasi didalam sebuah cerita.
(http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-latar-dan-macamnya.html)
Contoh penjelasan latar pada cerpen Seno Gumira Ajidarma yang berjudul Ibu yang Anaknya
Diculik Itu:
Ibu terkulai di kursi seperti orang mati. Pintu, jendela, televisi, telepon, perabotan, buku,
cangkir teh, dan lain-lain masih seperti dulu—tetapi waktu telah berlalu sepuluh tahun.
Tinggal Ibu kini di ruang keluarga itu, masih terkulai seperti sepuluh tahun yang lalu.
Rambut, wajah, dan busananya bagai menunjuk keberadaan waktu.
Telepon berdering. Ibu tersentak bangun dan langsung menyambar telepon. Diangkatnya ke
telinga. Ternyata yang berbunyi telepon genggam. Ketika disambarnya pula, deringnya sudah
berhenti. Ibu bergumam.
Analisis unsur intrinsik setting atau latarnya.

 Latar tempat: ruang keluarga


 Latar waktu: masa kini
 Latar suasana: sedih (terkulai di kursi seperti orang mati.

17.Menentukan Cara Penggambaran Watak Tokoh dalam Cerita

RINGKASAN MATERI
Cara Penggambaran atau Pendeskripsian Watak Tokoh dalam Cerita
Pengarang dapat menyampaikan watak tokoh melalui cara langsung dan tidak langsung.
Penyampaian watak secara langsung (analitik) adalah melalui pengarang itu sendiri.
Pengarang akan mendeskripsikan seorang tokoh melalui penjelasan berupa kalimat-kalimat.
Cara ini mempermudah pembaca memahami karakter tokoh karena penyampaian watak-
wataknya dilakukan secara tersurat.
Penyampaian watak secara tidak langsung adalah melalui percakapan antartokoh, pikiran
tokoh, tindakan tokoh, serta pendapat tokoh lain. Dengan cara ini, pembaca mau tidak mau
harus berpikir sedikit lebih keras untuk memahami karakter tokoh, karena watak-wataknya
disampaikan secara tersirat.
Cara pengarang menggambarkan watak tokoh melalui:
a. Penjelasan langsung dari pengarang (tertulis) bahwa tokohnya berwatak baik, marah, sadis,
dengki, dan sebagainya
b. Cara tidak langsung

– Dialog antartokoh

– Tanggapan/reaksi dari tokoh lain terhadap tokoh utama

– Pikiran-pikiran dalam hati tokoh

– Lingkungan di sekitar tokoh atau penampilan tokoh (rapi, bersih, teratur)

– Bentuk fisik tokoh

– Tingkah laku, tindakan tokoh atau reaksi tokoh terhadap suatu masalah

Contoh Pendeskripsian Watak Tokoh dalam Cerita

1. “Sebelum subuh mereka telah bangun. Siti Rubiyah ikut bangun pagi dan memasak kopi
dan makanan pagi untuk mereka. Buyung merasa berat dalam hatinya berangkat. Dia teringat
Siti Rubiyah yang ditinggalkan sendiri dengan Wak Hitam yang masih sakit. Kemarin malam
panasnya naik lagi hingga dia mengerang-ngerang sepanjang malam dan sepanjang malam
terdengar dia tak tertidur.” (Harimau! Harimau! Muchtar Lubis)

Watak Buyung seorang yang perhatian dan peduli kepada orang lain dideskripsikan
pengarang dalam kutipan tersebut dengan ....pikiran-pikiran tokoh
2. “Aku merasa ringan, kini aku sudah menceritakan kepada kalian di depan Wak Katok beban
dosa yang selama ini menghimpit hatiku dan kepalaku. Aku sudah mengakui dosa-dosaku,
dan tolonglah doakan supaya Tuhan suka kiranya mengampuni dosa-dosa Wak Katok ...”.
Pak Balam mendekatkan kedua belah telapak tangan seperti orang berdoa, dan mulutnya
komat-kamit. Pak Haji bertakbir, perlahan-lahan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar!” (Harimau-Harimau,Muchtar Lubis)

Watak Pak Balam dalam kutipan tersebut adalah jujur, yaitu dia mengakui dosa yang telah
diperbuatnya di depan teman-temannya. Pengarang melukiskan watak tokoh melalui dialog
atau percakapan antartokoh

3. “Apa yang kurasa aneh, bahwa ibu tak menampakkan kesuraman wajah dan kesedihan hati
menjelang saat-saat perpisahan dengan ayah, seakan-akan berlawanan dengan wataknya yang
halus. Apakah ia memang hendak menyembunyikan air matanya, agar ia tidak tampak
sebagai orang yang sedang kehilangan pegangan? Karena bila kau memandangnya, matanya
tampak bersinar cerah.”

Pendeskripsian watak tokoh ibu di atas diuraikan melalui ....reaksi/tanggapan dari tokoh
lain

4. “Sukri menanti bis melintas di halte. Dia gemas melihat skuter melintas. Dia benci melihat
kendaraan itu. Dia raba pisau belati di pinggangnya. Dia buka pintu pagar rumah Sumarni.
Dia lihat skuter itu. Dia lihat Sumarni menerima pemuda pengendara skuter di ruang tamu.
Dia melompat ke balik semak-semak bunga mawar. Dia dengarkan percakapan Sumarni dan
pemuda pengendara skuter di ruang tamu.

“Kau cantik Sumarni. Baru saja aku melihatmu, aku telah mencintaimu. Benarkah bahwa kau
belum mempunyai kekasih?” (Sukri Membawa Pisau Belati, Hamsad Rangkuti)

Pendeskripsian bahwa watak Sukri ”seorang penuh curiga” dalam kutipan tersebut dapat
diketahui melalui ... . tindakan tokoh

18.Menentukan Makna Kata Simbolik

RINGKASAN MATERI
PENGERTIAN MAJAS SIMBOLIK
Majas simbolik termasuk dalam salah satu kategori majas perbandingan. Sesuai dengan
namanya, majas simbolik merupakan gaya bahasa yang membandingkan suatu hal dengan
simbol lain, dapat berupa lambang, tokoh, hewan, ataupun benda. Simbol yang digunakan
dalam majas ini mempunyai makna tertentu yang mewakili suatu hal yang ingin disampaikan.
Fungsi Majas Simbolik
Fungsi penggunaan majas simbolik adalah untuk memperhalus makna sesungguhnya yang
ingin disampaikan serta memberikan efek yang menarik bagi pendengar. Majas simbolik
dapat digunakan untuk menyampaikan gagasan, mengkritik atau beropini terhadap suatu hal
atau seseorang. Dengan kata lain, majas simbolik digunakan untuk menyampaikan pesan
secara tersirat atau implisit. Simbol yang digunakan merupakan simbol yang sudah umum
digunakan. Baik pembicara maupun lawan bicara sudah mengetahui tentang simbol yang
digunakan.
Contoh Majas Simbolik
Berikut disajikan beberapa penggunaan majas simbolik dalam kalimat:
1. Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian.
2. Warna merah pada bendera negara Indonesia melambangkan keberanian

19.Menentukan Amanat Cerita

RINGKASAN MATERI
MENENTUKAN AMANAT CERITA
Amanat adalah sebuah pesan moral dalam sebuah cerita atau karya lainnya yang ingin
disampaikan oleh si penulis atau pengarang kepada para pembacanya. Menurut Waluyo
(2006:29), jika tema memiliki kaitan dengan arti, maka sebuah amanat itu memiliki kaitannya
dengan makna. Kemudian jika tema memiliki sifat yang sangat lugas, khusus dan objektif,
maka amanat itu memiliki sifat kias, umum, dan subjektif.
Amanat dapat disampaikan secara langsung (tertulis) dan tidak langsung (tersirat). Amanat
tersurat adalah amanat atau pesan yang secara jelas atau eksplisit dijabarkan melalui kata-kata
dalam sebuah tulisan. Sedangkan amanat tersirat, yaitu amanat atau pesan yang dengan sengaja
tidak dijabarkan secara tertulis dalam sebuah karya. Meskipun demikian, pesan ini bisa
diketahui oleh pembaca dari alur cerita yang ada dalam tulisan tersebut. Jadi, amanat tersirat
ini bersifat implisit atau tersembunyi, namun tetap bisa diketahui dari jalan ceritanya atau
melalui dialog antartokoh cerita.
TIPS MENENTUKAN AMANAT CERITA
Untuk menentukan amanat cerita dapat dilakukan dengan mengetahui ciri-ciri amanat sebagai
berikut.

1. Amanat berisi saran, ajakan, atau imbauan.


2. Untuk hal-hal yang baik, pembaca diajak/diimbau untuk melakukan (biasanya ditandai
dengan kata kerja berpartikel –lah). Misalnya, pedulilah, bantulah, dsb.
3. Untuk hal-hal negatif, pembaca diimbau untuk tidak melakukan (biasanya ditandai
dengan penggunaan kata jangan).

20. Menentukan Nilai Moral dalam Cerita

RINGKASAN MATERI
Nilai-Nilai dalam Karya Sastra
Karya sastra (yang baik) senantiasa mengandung nilai (value). Nilai adalah "sesuatu" yang
dapat memperkaya wawasan dan/atau meningkatkan harkat hidup. Nilai dalam karya sastra
ada yang bersifat edukatif, menambah pengetahuan, memberikan hiburan, atau dapat
memanusiakan manusia sehingga berguna bagi manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan kata lain, dalam karya sastra ada sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Nilai dalam karya sastra dikemas dalam wujud struktur karya sastra, yang secara implisit
terdapat dalam alur, latar, tokoh, tema, dan amanat atau di dalam larik, rima, dan irama.
Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra , antara lain dapat dikemukakan
sebagai Berikut.
1. Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk
tingkah laku.
2. Nilai sosial/kemasyarakatan, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di
dalam masyarakat.
3. Nilai religius/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4. Nilai pendidikan/edukasi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku dari
tidak baik ke baik (pengajaran).
5. Nilai estetis/keindahan, yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang
enarik/menyenangkan (rasa seni).
6. Nilai etika, yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.
7. Nilai politis, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemerintahan.
8. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan adat istiadat.
9. Nilai kemanusiaan, yaitu nilai yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia. Nilai-nilai ini
ada yang bersifat ideologis, politis, ekonomis, sosiologis, budaya, edukatif, humoris, dan
sebagainya.

21.Menentukan Penyebab Konflik dalam Cerita

RINGKASAN MATERI
KONFLIK, PENYEBAB KONFLIK, DAN AKIBAT KONFLIK DALAM CERITA
Arti kata konflik adalah ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama
(pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara
dua tokoh, dan sebagainya); (https://kbbi.web.id/konflik)
Penyebab konflik adalah yang menyebabkan ketegangan atau pertentangan dalam cerita.
Akibat konflik adalah akhir atau hasil suatu konflik.

22.Menentukan Perbedaan Pola Pengembangan Cerita

Ringkasan Materi

Plot atau Alur


Plot atau alur adalah urutan peristiwa yang merupakan dasar terciptanya sebuah cerita. Alur
bisa tampak apabila pengarang dalam menyusun cerita antara tema pesan dan amanat saling
berhubungan.

Cerita bergarak dari peristiwa yang lain, masing-masing peristiwa itu disusun secara runtut,
utuh dan saling berhubungan. Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan banyak orang
menganggap sebagai unsur yang terpenting. Plot dapat mempermudah dalam memahami
suatu cerita. Tanpa adanya plot pembaca akan kesulitan dalam memahami suatu cerita.

Plot karya fiksi yang kompleks sulit dipahami hubungan sebab akibat antarperistiwanya,
menyebabkan ceritanya sulit dipahami. Dalam suatu cerita biasanya dituliskan berbagai
peristiwa dalam urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itulah yang disebut alur atau plot.
Adapun pengertiannya menurut Panuti Sudjiman (1998: 30) adalah jalinan peristiwa dalam
karya sastra untuk mencapai efek tertentu, lalu ia juga memberikan batasan bahwa alur adalah
rangkaian peristiwa yang dijalin dan direka secara seksama yang menggerakkan jalan cerita
melalui rumusan ke arah klimaks dan penyelesaian.

Penahapan plot dapat diuraikan sebagai berikut.

Tahapan plot: awal-tengah-akhir. Tahap awal sering disebut juga dengan tahap perkenalan.
Tahap ini berisi informasi-informasi penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang
akan dikisahkan berikutnya. Tahap tengah atau tahap pertikaian menampilkan konflik atau
pertentangan yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya. Adapun tahap akhir
atau tahap peleraian menampilkan adagan tertentu akibat klimaks. Pada bagian ini,
dimunculkan akhir dari cerita. (b) Tahapan plot menurut Richard Summers.Richard Summers
membagi plot menjadi lima tahapan yaitu tahap situation (tahap penyituasian) yaitu tahap
yang berisi pengenalan tokoh serta situasi yang ada dalam cerita, tahap generating
circumstances (tahap pemunculan konflik), tahap rising action (tahap peningkatan konflik),
tahap climax (klimaks) yaitu titik intensitas puncak konflik yang dialami tokoh, tahap
denouement (tahap penyelesaian).

Dari uraian pendapat yang telah dikemukakan, dapat dinyatakan bahwa plot mengandung
indikator-indikator berikut: (a) plot adalah kerangka atau struktur cerita yang merupakan
jalin-menjalinnya cerita dari awal sampai akhir, (b) dalam plot terdapat hubungan kausalitas
(sebab akibat) dari peristiwa-peristiwa, baik dari tokoh, ruang, maupun waktu. Jalinan sebab
akibat itu bersifat logis (masuk akal/dapat diterima akal sehat/mungkin terjadi), (c) jalinan
cerita dalam plot erat kaitannya dengan perjalanan cerita tokoh-tokohnya, (d) konflik batin
pelaku adalah sumber terjadinya plot dan berkaitan dengan tempat, dan waktu kejadian cerita,
dan (e) plot berkaitan dengan perkembangan konflik antara tokoh antagonis dengan tokoh
protagonis.

23.Menentukan Perbedaan Penggunaan Bahasa


 Ringkasan Materi

 Membandingkan Penggunaan Bahasa Cerpen/Fabel

 I. RAGAM BAHASA

 A. Pengertian Ragam Bahasa
 Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).

 B. Jenis-Jenis Ragam Bahasa
 1. Jenis-jenis Ragam Bahasa dari Segi Pemakaian
 Dari segi pemakaian ragam bahasa dibagi menjadi 3 jenis yaitu: ( a) berdasarkan
media (b) berdasarkan hubungan antarpembicara (c) berdasarkan topik pembicaraan.

 a. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Media
 Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam
bahasa terdiri dari: (1) Ragam bahasa lisan (2) Ragam bahasa tulis.
 Ciri-ciri ragam lisan: (a) Memerlukan orang kedua/teman bicara; (b) Tergantung
situasi, kondisi, ruang & waktu; (c)Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal,
hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh. (d) Berlangsung cepat; (e) Sering dapat
berlangsung tanpa alat bantu; (f) Kesalahan dapat langsung dikoreksi; (g) Dapat
dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
 Contoh ragam lisan : (1) Nia sedang baca surat kabar. (2) Ari mau nulis surat.
 Ciri-ciri ragam tulis: (a)Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara; (b)Tidak
tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu; (c) Harus memperhatikan unsur
gramatikal; (d) Berlangsung lambat; (e) Selalu memakai alat bantu; (f) Kesalahan
tidak dapat langsung dikoreksi; (g) Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan
mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
 Contoh ragam tulis: (1) Nia sedang membaca surat kabar (2) Ari ingin menulis surat.
 b. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Hubungan Antarpembicara
 Menurut akrab tidaknya pembicara, ragam bahasa dibedakan dibedakan menjadi: 1)
Ragam bahasa resmi,
2) ragam bahasa santai, 3) ragam bahasa akrab.
 c. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Topik Pembicaraan
 Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau
register.
 Fungsiolek yaitu variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan
sebagai berikut:

 1) Ragam hukum: Dia dihukum karena melakukan tindak pidana
 2) Ragam bisnis: Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.
 3) Ragam sastra: Cerita itu menggunakan unsur flashback .
 4) Ragam kedokteran: Anak itu menderita penyakit kuorsior .
 5) Ragam psikologi: Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif.
 6) Ragam Olahraga: Hari ini PON XIX/2016 mulai memperebutkan medali emas.
 7) Ragam Bahasa Ilmiah: Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak
berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi
menyaring nikotin.

 2. Jenis Ragam Bahasa Ditinjau dari Sudut Pandang Penutur
 Ragam bahasa ditinjau dari sudut pandang penutur dibedakan menjadi
 a. ragam bahasa menurut daerah
 b. ragam bahasa menurut pendidikan formal.
 c. ragam bahasa menurut sikap penutur
 Penjelasan:
 a. Ragam Bahasa Menurut Daerah
 Ragam bahasa menurut daerah dapat dibedakan menjadi dialek dan
kronolek. Dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Misalnya, Bahasa
Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. Kronolek atau
dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada
masa tertentu. Contoh : Misalnya, bahasa Melayu masa kerajaan Sriwijaya berbeda
dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsji dan berbeda pula
dengan bahasa Melayu Riau sekarang.
 b. Ragam Bahasa Menurut Pendidikan Formal /Status Sosial
 Ragam bahasa menurut pendidikan formal, menunjukkan perbedaan yang jelas antara
kaum yang berpendidikan formal (terpelajar) dan yang tidak. Bunyi /f/ dan gugus
konsonan akhir /-ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran orang yang tidak
bersekolah atau hanya berpendidikan rendah.
 Contoh Pengucapan kata film oleh orang
berpendidikan/terpelajar [film]. Sedangkanpengucapan oleh orang yang tidak
terpelajar [pilm].
 Dalam ragam ini dikenal istilah Sosiolek, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan
status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut
semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan,
tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.

 c. Ragam Bahasa Menurut Sikap Penutur
 Ragam ini dapat disebut langgam atau gaya berbahasa seseorang atau idiolek. Idiolek
adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang
mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Idiolek bergantung pada
sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau pembacanya. Sikapnya itu
dipengaruhi, antara lain oleh umur dan kedudukan yang disapa, tingkat keakraban
antarpenutur, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian
informasinya.
 3. Ragam Bahasa Berdasarkan Keformalan
 a. Ragam Beku (Frozen)
 Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-
situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagainya. Ciri
ragam ini adalah cenderung tetap.

 b. Ragam Resmi (Formal)
 Ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan,
rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya. Lebih fleksibel
 c. Ragam Usaha (Konsultatif)
 Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam
pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada
hasil atau produksi.
 d. Ragam Santai (Casual)
 Ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi
untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan
sebagainya. Misalnya penggunaan kata sapaan mas, mbak.

 e. Ragam Akrab (Intimate)
 Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang
hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.
Sapaan dab yg berarti mas di jogja

 C. RAGAM BAKU DAN RAGAM TIDAK BAKU
 Ragam baku dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Ragam
baku memiliki kaidah-kaidah paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan
ragam bahasa yang lain.

 Pemakaian ragam baku tercermin dalam situasi berikut ini.
 1) Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi-instansi resmi, penamaan
dan peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.
 2) Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karya ilmiah.
 3) Pembicaraan di depan umum, yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan
sebagainya.
 4) Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
 Secara umum, fungsi bahasa baku adalah sebagai berikut.

 1. Pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang
menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.

 2. Pemberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan
masyarakat pemakai bahasa lainnya.

 3. Pembawa kewibawaan, pemakai bahasa baku dapat memperlihatkan
kewibawaan pemakainya.

 4. Kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya
pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.

 Sikap terhadap bahasa baku setidak-tidaknya mengandung tiga dimensi, yaitu (1)
sikap kesetiaan bahasa, (2) sikap kebanggaan bahasa, dan (3) sikap kesadaran akan
norma dan kaidah bahasa. Ketiga sikap tersebut terkait erat dengan keempat fungsi
bahasa baku.
24. Menentukan Isi dan Nilai Cerita

Ringkasan Materi

Nilai-Nilai dalam Karya Sastra

Karya sastra (yang baik) senantiasa mengandung nilai (value). Nilai adalah "sesuatu" yang
dapat memperkaya wawasan dan/atau meningkatkan harkat hidup. Nilai dalam karya sastra
ada yang bersifat edukatif, menambah pengetahuan, memberikan hiburan, atau dapat
memanusiakan manusia sehingga berguna bagi manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan kata lain, dalam karya sastra ada sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.

Nilai dalam karya sastra dikemas dalam wujud struktur karya sastra, yang secara implisit
terdapat dalam alur, latar, tokoh, tema, dan amanat atau di dalam larik, rima, dan irama.

Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra , antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut.

1. Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk
tingkah laku.

2. Nilai sosial/kemasyarakatan, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di dalam
masyarakat.

3. Nilai religius/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.

4. Nilai pendidikan/edukasi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku dari
tidak baik ke baik (pengajaran).

5. Nilai estetis/keindahan, yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang enarik/menyenangkan
(rasa seni).

6. Nilai etika, yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.

7. Nilai politis, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemerintahan.

8. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan adat istiadat.

9. Nilai kemanusiaan, yaitu nilai yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia. Nilai-nilai ini
ada yang bersifat ideologis, politis, ekonomis, sosiologis, budaya, edukatif, humoris, dan
sebagainya.

25. Menentukan Keunggulan Cerita


RINGKASAN MATERI
RESENSI BUKU

A. Pengertian Resensi
Resensi berasal dari Bahasa Latin yaitu revidere atau recensie (Belanda) yang artinya adalah
menimbang, melihat kembali, atau menilai.
Dalam KBBI, resensi adalah ulasan dari sebuah buku. Jadi resensi merupakan ulasan
singkat/tulisan mengenai isi suatu buku, novel, majalah, drama ataupun film yang biasanya
disiarkan oleh media-media sosial. Orang yang melakukan resensi disebut peresensi. Orang
yang melakukan resensi harus objektif.
Tujuan meresensi buku antara lain mengajak para pembaca untuk berdiskusi lebih lanjut
tentang masalah yang diangkat dalam buku, memberikan pemahaman dan informasi terhadap
buku, memberikan pertimbangan kepada pembaca, dan memberikan jawaban /informasi atas
pertanyaan yang sering dilontarkan pembaca terhadap buku. Berikut adalah ciri-ciri teks
resensi.

B. Struktur

1. Judul resensi

Judul resensi merupakan identitas suatu karya tulis sama halnya dengan judul buku.
Contoh: The Coke Machine, Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan Favorit Dunia

2. Identitas buku, meliputi: judul buku, nama pengarang, nama penerbit, ketebalan buku, tahun
terbit, dan nomor edisi.

Contoh: 1. Identitas buku

Judul buku : Hujan Kepagian


Pengarang : Nugroho Notosusanto
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 2011
Jumlah Halaman : vi+62 halaman

3. Pendahuluan , berisi latar belakang pengarang, keahlian, sikap-sikap, dan karya-karya yang
dihasilkan olehnya. Biasanya kita bisa menemukan informasi mengenai pengarang pada bagian
awal atau akhir pada buku.

Edy Karsono ialah pengarang dari buku berjudul Pantai dan Kehidupannya yang
mengungkapkan bahwa pantai itu manfaatnya bukan hanya sebagai tempat berekreasi,
banyak sekali manfaat-manfaat pantai yang sangat penting bagi manusia. Contohnya saja
dalam bidang ekonomi, pantai sangat bermanfaat bagi penduduk sekitarnya untuk mencari
nafkah sebagai nelayan.

4. Inti/isi resensi, berisi ulasan utama tentang buku/novel.


Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri atas 6 buah cerita. Cerpen tersebut mengisahkan
tentang kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Perlu diketahui bahwa tidak banyak karya
sastra menampilkan kisah-kisah di revolusi, yang kisahnya dialami sendiri oleh
pengarangnya. Perang yang diceritakan dalam cerpen tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa
yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya. Dalam buku Hujan
Kepagian ini juga bisa dilihat banyak sisi yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri juga
terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan saat menjadi anggota tentara pelajar.

5. Keunggulan , berisi ulasan tentang kelebihan buku.

Keunggulan Isi Buku


· Organisasi Buku :
Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat menarik. Dalam buku ini antara
satu peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat keterkaitan sehingga mampu menarik
pembaca.
· Isi Buku :
Dilihat dari isinya ceritanya sangat unik, menarik sehingga layak untuk dibaca.
· Bahasa :
Dilihat dari segi bahasa yang digunakan pengarang sederhana, akan tetapi memikat. Kalimat-
kalimat dalam paragraf disusun secara runtut sehingga mudah dipahami.

6. Kekurangan, berisi ulasan yang berkaitan dengan kelemahan-kelemahan buku.

Kelemahan Isi Buku


Kelemahan buku ini adalah kebiasaan pengarang menggunakan beberapa kosakata
Belanda,sehingga pembaca kurang memahami arti kata tersebut.

7. Penutup, berisi simpulan/pandangan penulis atas buku atau novel.

Kesimpulan : Buku kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” ini cukup menarik, karena buku ini
menceritakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Dan hanya sedikit karya sastra yang
menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi yang dialami oleh si pengarang. Selain itu, buku
ini juga memilliki amanat yang mengajak kita generasi muda untuk tetap berjuang
mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dan selalu berbuat baik.

Anda mungkin juga menyukai