Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

Pembuatan Peta Situasi

DOSEN PEMBIMBING

Rendra Suprobo Aji S.T., M.T

DISUSUN OLEH :

Ichlasul Yusrizal H 171910301017


PENDAHULUAN

Peta situasi adalah peta topografi skala besar yang merupakan penyajian dari gambaran
permukaan bumi baik detil alam maupun buatan manusia yang digambar pada bidang datar
(kertas) dengan sistem proyeksi dan skala tertentu. Peta situasi dapat diperoleh dengan pemetaan
teristris, yaitu proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi
dengan peralatan ukur tertentu.
Dalam pemetaan terestris, gambaran objek-objek yang berada di permukaan bumi
dipresentasikan dalam titik-titik detil. Detil adalah segala obyek yang ada di lapangan, baik yang
bersifat alamiah, maupun hasil budaya manusia yang akan dijadikan isi dari peta yang akan
dibuat. Penentuan posisi dari titik-titik detil dengan cara diikatkan pada titik kerangka pemetaan
yang telah diukur sebelumnya. Pemilihan detil, distribusi dan teknik pengukurannya tergantung
dari skala dan tujuan peta itu dibuat. Penentuan posisi dari titik-titik detil diikatkan pada titik-
titik kerangka pemetaan terdekat yang telah diukur sebelumnya, atau dari garis ukur yang
merupakan sisi dari kerangka peta.
Metode penentuan posisi detil yang dilakukan untuk pemetaan situasi di Desa
Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten adalah metode koordinat kutub. Metode ini
mengukur posisi tiga dimensi (x, y, z) detil yang ditentukan dengan komponen azimuth (sudut,
arah dan beda tinggi dari titik ikat). Karena detil yang diukur banyak, pengukuran dilakukan
dengan teknik yang cepat, yang disebut takhimetri. Azimuth/sudut diukur dengan teodolit, jarak
diukur secara optis, dan beda tinggi diukur secara trigonometris.

PEMBAHASAN
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di
permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relatif sempit, sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan. Salah satu produk
keluaran dari ilmu ukur tanah adalah peta situasi.
Sedangkan geodesi mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas, tidak sekadar pemetaan
dan penentuan posisi di darat, namun juga di dasar laut untuk berbagai keperluan, juga penentuan
bentuk dan dimensi bumi baik dengan pengukuran di bumi dan dengan bantuan pesawat udara,
maupun dengan satelit dan sistem informasinya.
Peta situasi adalah peta topografi skala besar yang merupakan penyajian dari gambaran
permukaan bumi baik detil alam maupun buatan manusia yang digambar pada bidang datar (kertas)
dengan sistem proyeksi dan skala tertentu. Peta situasi dapat diperoleh dengan pemetaan teristris,
yaitu proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan
ukur tertentu.
Dalam pemetaan terestris, gambaran objek-objek yang berada di permukaan bumi
dipresentasikan dalam titik-titik detil. Detil adalah segala obyek yang ada di lapangan, baik yang
bersifat alamiah, maupun hasil budaya manusia yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat.
Penentuan posisi dari titik-titik detil dengan cara diikatkan pada titik kerangka pemetaan yang telah
diukur sebelumnya. Pemilihan detil, distribusi dan teknik pengukurannya tergantung dari skala dan
tujuan peta itu dibuat. Penentuan posisi dari titik-titik detil diikatkan pada titik-titik kerangka
pemetaan terdekat yang telah diukur sebelumnya, atau dari garis ukur yang merupakan sisi dari
kerangka peta.
Kerangka Kontrol Horizontal
1. Penentuan posisi jaringan kontrol horizontal utama menggunakan metode poligon
2. Jaring kontrol horizontal regu diikatkan pada jaringan kontrol utama , sehingga
membentuk geometri poligon terbuka terikat sempurna atau poligon tertutup
3. Sisi-sisi poligon diusahakan memiliki panjang yang sama, lebih kurang 100- 200
meter
4. Sisi poligon diukur pada dua arah ( pergi-pulang), jumlah pengulangan pengukuran
sisi-sisi poligon pada 1 arah sebanyak 5 kali.
5. Sudut titik –titik poligon diukur sebanyak 2 seri rangkap, selisih maksimum
antar sudut rerata dengan sudut tunggal sebesar

6. Azimuth salah satu poligon regu dihitung dari dua titik poligon utama yang sudah
diketahui koordinatnya yang salah satu titik poligon utama tersebut diikatkan pada titik
poligon regu
7. Kesalahan penutup sudut rangkaian poligon maksimum sebesar detik

8. Kesalahan penutup linier rangkaian poligon maksimum 1:7500

Kerangka Kontrol Vertikal


1. Alat penyipat datar dicek terlebih dahulu garis kolimasinya
2. Pengukuran beda tinggi harus menggunakan sepatu rambu
3. Pengukuran beda tinggi dilakukan pergi-pulang dalam satu hari
4. Kedudukan alat penyipat datar harus pada jarak yang sama antara jarak instrumen ke
rambu depan dan rambu belakang
5. Jarak maksimum antar alat dan sipat datar ke rambu 50 meter
6. Selisih maksimum jumlah jarak ke rambu depan dan jumlah jarak ke rambu
7. belakang sebesar 2%
8. Tinggi garis bidik terendah 0,3 meter
9. Kesalahan penutup maksimum ukuran pergi-pulang adalah 12mm√d (d dalam km)
Pengukuran detil
1. Penentuan posisi titik-titik detil dilakukan dengan metode ekstrapolasi, dengan koordinat
kutub yang terikat pada titik kontrol perapatan.

2. Detil yang tidak terjangkau oleh rangkaian titik kontrol perapatan harus dibuat poligon
cabang yang diikatkan pada titik kontrol perapatan. Jumlah titik poligon cabang (terikat
satu sisi) tidak boleh lebih dari satu kedudukan dengan jarak maksimum 100m.

3. Kerapatan titik detil tinggi (spot height) sebaiknya membentuk pola grid dengan
kerapatan :
Untuk kemiringan 00 -300 = 15 meter
Untuk kemiringan > 300 = 10 meter
4. Konsistensi kedudukan alat dalam pengambilan detil, artinya adalah apabila dalam pengukuran
detil dilakukan pada teropong kedudukan Biasa (F1), maka selama pengukuran berlangsung
harus dilakukan hal yang sama.
5. Cara pemberian nomor ID untuk setiap titik bagian detil harus unik dan urut untuk satu bentuk
detil yang sama (sejenis). Masing-masing detil harus dilengkapi sketsa yang rapi dan jelas pada
formulir ukuran guna membantu dalam penggambaran (plotting).

Penggambaran
1. Penggambaran hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan secara digital menggunakan
software Surpac atau software aplikasi pemetaan yang lain seperti AutoCAD Land
Development.

2. Skala peta 1:500 dengan interval kontur 0.25 m.

3. Jarak antar grid 5 cm.

4. Titik-titik spot height dan breaklines perlu dicantumkan di atas peta.

5. Layout peta dibuat dengan ukuran cetak kertas A1.

6. Lembar peta terdiri atas dua bagian yaitu bagian muka peta dan bagian informasi tepi.

7. Ukuran muka peta 50 x 50 cm.

8. Lebar kolom informasi peta 16 cm

9. Garis bingkai muka peta dan informasi tepi 1 cm dari tepi kertas.
Uji peta
1. Pengujian peta dilakukan dengan maksud untuk mengecek kelengkapan detil, kebenaran
arah, skala dan elevasi.
2. Pengujian kelengkapan detil dilakukan dengan pengecekan lapangan langsung, dengan
cara membandingkan kesesuaian hasil gambar peta dengan kondisi di lapangan.

3. Pengujian kebenaran arah, skala dan elevasi dilakukan dengan pengecekan langsung di
lapangan maupun dari angka koordinat x,y,z titik-titik sampel yang telah ditentukan dengan
cara melakukan pengukuran koordinat titik-titik sampel.
4. Jumlah detil pada pengukuran penampang memanjang minimal 20 buah (untuk uji jarak
dan uji elevasi).
5. Toleransi pengujian :
6. 90% dari elevasi/koordinat tinggi yang diuji kesalahannya harus <0.5 kali interval kontur.
7. 90% dari jarak/koordinat planimetrik yang diuji kesalahannya harus
<0.3mm kali faktor skala peta
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7140785/PEMBUATAN_PETA_SITUASI

http://geomaticsandsurveying.blogspot.co.id/2010/12/pembuatan-peta-situasi.html

https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JI/article/view/55
9

Anda mungkin juga menyukai