Anda di halaman 1dari 30

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu masalah yang sering terjadi
pada ibu hamil dan merupakan 5–15% penyulit dalam kehamilan.1 Tiga penyebab
utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam kehamilan (25%),
dan infeksi (12%) (OBST). Hipertensi dalam kehamilan termasuk di dalamnya
preeklampsia merupakan penyebab utama nomor dua kematian ibu di seluruh
dunia. 1
WHO memperkirakan kasus preeclampsia tujuh kali lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di Negara maju
adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% - 18%.5,6
Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar
5,3%.7 Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat
adanya penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia.5
Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki
tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena
preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga
menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai
organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya.5
Adanya angka yang cukup tinggi terhadap mortalitas dan morbilitas hipertensi
dalam kehamilan di Indonesia dapat disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas, dan
perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medis dan sistem
rujukan yang belum sempurna. Sehingga pengetahuan tentang pengelolaan
hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik
baik dipusat maupun di daerah.1

1
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Preeklamsia

2.1.1 Definisi Preeklamsia

Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan


adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik
dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Preeklampsia, sebelumya selalu
didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada
kehamilan (new onset hypertension with proteinuria).
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah
sistolik≥140 mmHg dan atau tekanan arah diastolik ≥90 mmHg. Signifikansi
setiap pengukuran tekanan darah berhubungan dengan usia gestasi dalam
kehamilan dan umumnya semakin awal hipertensi semakin besar kemungkinan
hipertensi tersebut menjadi kronis.2

2.1.2 Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya preeklamsia, adalah:

a. Usia
b. Nulipara
c. Jarak antar kehamilan
d. Riwayat preeklamsia sebelumnya
e. Riwayat keluarga perna preeklamsia atau eklamsia
f. Obesitas
g. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.1,5

2.1.3 Patofisiologi

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang di anggap mutlak benar. Teori-teori
sekarang banyak di anut adalah:

2
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskulartori genetik
5. Teori defesiensi gizi
6. Teori inflamasi1

2.1.4 Penegakkan Diagnosis Preeklamsia

Preeklamsia dapat ditegakkan dengan gejala sebagai berikut:

1. Hipertensi :Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90


mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakanlengan yang sama.
2. Protein urin :Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin
dipstik >positif 1 .

Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu
dibawah ini:

1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter


2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadarkreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4. Edema Paru
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta :Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).5

3
Penegakkan Diagnosis Preeklampsia Dengan Gejala Pemberat

Kriteria gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi pemberatan preeklampsia


atau preklampsia berat adalah salah satu dibawah ini :

1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg


diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.
2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan
ginjal lainnya
4. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
5. Edema Paru
6. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta:Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan absent orreversed end diastolic velocity (ARDV).5

2.1.5 Penatalaksanaan
Terdapat perbedaan manajemen hipertensi pada kehamilan dan di luar kehamilan.
Kebanyakan kasus hipertensi di luar ke hamilan merupakan hipertensi esensial
yang bersifat kronis. Terapi hipertensi di luar kehamilan untuk mencegah
komplikasi jangka panjang, seperti stroke dan infark miokard, sedangkan
hipertensi pada kehamilan biasanya kembali normal saat post-partum, sehingga
terapi tidak ditujukan untuk pencegahan komplikasi jangka panjang.
Preeklampsia berisiko menjadi eklampsia, sehingga diperlukan penurunan
tekanan darah yang cepat pada preeklampsia berat. Selain itu, preeklampsia
melibatkan komplikasi disfungsi endotel, meliputi kecenderungan protrombotik,
penurunan volume intravaskuler, peningkatan permeabilitas endotel.4

4
 Manajemen Ekspektatif atau Aktif. Tujuan utama dari manajemen
ekspektatif adalah untuk memperbaiki luaran perinataldengan mengurangi
morbiditas neonatal serta memperpanjang usia kehamilan tanpa
membahayakan ibu.

Bagan 1. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia tanpa gejala berat5

5
a. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia tanpa
gejala berat denganusia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi
maternal dan janin yang lebih ketat
b. Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklampsia
tanpa gejala berat.
c. Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
- Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
- Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis
- Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
- Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2
kali dalam seminggu)
- Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi
menggunakan doppler velocimetry terhadap arteri umbilikal
direkomendasikan

Bagan 2. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia Berat5

6
a. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia berat
dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu
dan janin stabil.
b. Manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat juga direkomendasikan
untuk melakukan perawatan di fasilitas kesehatan yang adekuat dengan
tersedia perawatan intensif bagi maternal dan neonatal
c. Bagi wanita yang melakukan perlawatan ekspektatif preekklamsia berat,
pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan
paru janin
d. Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan untuk melakukan
rawat inap selama melakukan perawatan ekspektatif

Tabel 5. Kriteria teriminasi kehamilan pada preeklampsia berat

Terminasi kehamilan Data maternal Data janin Hipertensi berat yang tidak
terkontrol:5

Terminasi Kehamilan

Data Maternal Data Janin

Hipertensi berat yang tidak terkontrol Usia kehamilan 34 minggu

Gejala preeklampsia berat yang tidak Pertumbuhan janin terhambat


berkurang (nyeri kepala, pandangan
Oligohidramnion presisten
kabur dan sebagainya)
Profil biofisik <4
Penurunan fungsi ginjal progresif
Deselarisasi variabel dan lambat pada
Trombositopenia persisten atau HELLP
NST
syndrome

Edema paru
Dopller arteri umbilicalis : reversed end
Eklampsia

7
Solusio plasenta diastolic flow

Persalinan/ketuban pecah Kematian janin

Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Penatalaksanaan yang
penting yaitu pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia berat memiliki
resiko edema paru dan oligouria, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan
hipovolemi, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradien tekanan
onkotik koloid. Oleh karena itu monitoring cairan input dan output sangat
penting.1

 MgSO4

Magnesium Sulfat merupakan senyawa kimia garam anorganik yang mengandung


magnesium, sulfar dan oksigen dengan rumus MgSO4.Magnesium sulfat bekerja
pada sebagian besar calcium channel di otot polos vascular dan mengurangi
kalsium intraseluler. Salah satu efek dari berkurangnya kalsium intraselular adalah
inaktivasi dan aktivitas calmodulin depedent myosin ligh chain kinase sehingga
mengurangi kontraksi menyebabkan relaksasi arterial berefek menurunkan
resisten vackular perifer dan cerebral, menghilangkan vasospasme dan
menurunkan tekanan arteri.3

Penggunaan MgSO4 jika melebihi dosis dapat menyebabkan intoksikasi


seperti menurunnya reflex seperti reflex tendon, depresi sitem saraf pusat dan
dapat menjadi apneu gejala akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.3

Cara pemberian MgSO4 ada 2 alternatif :

A. Alternatif 1 (pemberian kombinasi iv dan im)


Loading Dose

8
- Injeksi 4g iv bolus (MgSO4 20% 20cc selama 5 menit (jika tersedia
MgSO4 40% berikan 10cc encerkan dengan 10cc aquabidest) yang
di teruskan dengan 6gr MgSO4 40% dalam infus 500cc RL
(1gr/12jam atau 28 tetes/i). Dapat ditambahkan 1mL Lidokain 2%
untuk mengurangi rasa nyeri.
Maintanance Dose
- Injeksi 4-5g im (MgSO4 40%) 12,5 pelan, pada bokong bergantian
setiap 6 jam

B. Alternatif 2 (pemberian iv saja)


Initial Dose
- Injeksi 4g iv bolus (MgSO4 20%) 20cc selama 5 menit (jika
tersedia MgSO4 40%, berikan 10cc diencerkan dengan 10cc
aquabidest)
Atau dilanjutkan infuse drip

- Lanjutkan dengan pemberian MgSO4 1g/jam, contoh : sisa 15cc


atau 6g (MgSO4 40%) diencerkan dengan 500cc kristaloid dan
diberikan selama 6 jam (28 tetes/menit)

C. Jika didapatkan kejang ulangan setelah pemberian MgSo4


- Tambahkan 2g iv bolus (MgSO4 20%) 10cc (jika tersedia MgSO4
40% berikan 5cc diencerkan dengan 5cc aquabidest). Berikan
selama 2-5 menit dapat diulang selama 2 kali. Bila kejang kembali
dapat diberikan diazepam.
Kesimpulan pemberian magnesium sulfat adalah:
1. Pemberian magnesium sulfat bermakna dalam mencegah kejang dan
kejang berulang.
2. Pemberian magnesium sulfat tidak mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas maternal serta perinatal.

9
3. Efek samping minor kadang dijumpai pada penggunaan magnesium sulfat,
dimana yang terbanyak ditemukan adalah flushing.

4. Tidak ditemukan perbedaan kejadian toksisitas akibat pemberian


magnesium sulfat dibandingkan plasebo.

5. Penghentian pengobatan lebih sering terjadi pada pemberian magnesium


sulfat intramuskular. Hal ini disebabkan karena alasan nyeri pada lokasi
suntikan.

6. Belum ada kesepakatan dari penelitian yang telah dipublikasi mengenai


waktu yang optimal untuk memulai magnesium sulfat, dosis (loading dan
pemeliharaan), rute administrasi (intramuskular atau intravena) serta lama
terapi.

7. Pemberian magnesium sulfat lebih baik dalam mencegah kejang atau


kejang berulang dibandingkan antikonvulsan lainnya.

8. Mortalitas maternal ditemukan lebih tinggi pada penggunaan diazepam


dibandingkan magnesium sulfat.

9. Tidak ditemukan perbedaan bermakna morbiditas maternal dan perinatal


serta mortalitas perinatal antara penggunaan magnesium sulfat dan
antikonvulsan lainnya.5

 Pemberian antihipertensi
Keuntungan dan risiko pemberian antihipertensi pada hipertensi ringan - sedang
(tekanan darah 140 – 169 mmHg/90 – 109 mmHg), masih kontroversial.European
Society of Cardiology (ESC) guidelines 2010 merekomendasikan pemberian
antihipertensi pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg
pada wanita dengan hipertensi gestasional (dengan atau tanpa proteinuria),
hipertensi kronik superimposed, hipertensi gestasional, hipertensi dengan gejala
atau kerusakan organ subklinis pada usia kehamilan berapa pun. Pada keadaan
lain, pemberian antihipertensi direkomendasikan bila tekanan darah ≥ 150/95

10
mmHg..Menurut Belfort, penentuan batas (cut off) tekanan darah untuk
pemberian antihipertensi yang dipakai yaitu ≥160/110 mmHg dan MAP ≥ 126
mmHg. 1

Antihipertensi lini pertama

Nifedipin merupakan salah satu calcium channel blocker yang sudah digunakan
sejak decade terakhir untuk mencegah persalinan preterm (tokolisis) dan sebagai
antihipertensi. Berdasarkan RCT, penggunaan nifedipin oral menurunkan tekanan
darah lebih cepat dibandingkan labetalol intravena, kurang lebih 1 jam setelah
awal pemberian. Nifedipin selain berperan sebagai vasodilator arteriolar ginjal
yang selektif dan bersifat natriuretik, dan meningkatkan produksi urin. Nifedipin,
dosis 10-20 mg per oral, dulangi setelah 30 menit maksimum 120 mg dalm 24
jam.

Antihipertensi lini kedua

Sodium nitroprusside 0,25 µg iv/kg/menit, infus, ditingkatkan 0,25 µg iv/kg/5


menit. Diazokside 30-60 mg/iv/5menit atau intravena infus 10 mg/menit/dititrasi
Antihipertensi sedang dalam penelitian yaitu calcium channel blocker: isradipin,
1
nimodipin dan serotonin reseptor antagonis: ketan serin. Di Indonesia,
antihipertensi yang digunakan yaitu nifedipin 10-20 mg diulangi 30 menit bila
perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh diberikan
sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat sehingga hanya boleh diberikan
peroral. Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan
ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x24 jam.1

BAB 3 : LAPORAN KASUS

11
3.1 Status Ibu Hamil

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Ny. A

Umur : 17 Tahun

Suku : Jawa

Alamat : Dusun III Kel : Namorambe Deli Serdang

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : Tamat SLTA

Status Pernikahan : Menikah

Tanggal Masuk : 25 Juli 2019

Jam Masuk : 05.00 WIB

ANAMNESA PENYAKIT

Ny. A, 17 tahun, G1P0A0, Jawa, Islam, Tamat SLTA, Ibu Rumah Tangga. Datang
dengan keluhan :

Keluhan Utama : Mules mules mau melahirkan

Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluhkan mules mules dan


mengeluhkan keluar air-air 4 jam yang lalu pada pukul 23.00 dan pasien juga
mengeluhkan keluar lendir dan darah pada pukul 01.00 pagi ini,pasien juga
mengeluhkan sakit kepala sudah dialami pasien sejak 2 hari yang lalu, memberat
dalam satu hari ini,sakit kepala dirasakan terus menerus, pasien mengaku tidak
pernah mempunyai tekanan darah tinggi.

RPT : Tidak dijumpai

12
RPO : Vitamin

Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu ibu rumah tangga,
ekonomi menengah ke bawah dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.

RIWAYAT MENSTRUASI

Menarche : 12 Tahun

Lama : 7 hari

Siklus : 28 hari

Volume : ± 3 doek/hari

Nyeri : ada

HPHT : 28/10/2018

TTP : 05/08/2019

UK : 38 Minggu

ANC : 2x ke Bidan

RIWAYAT MENIKAH

Pasien menikah 1 kali pada usia 16 tahun

RIWAYAT PERSALINAN

1. Hamil saat ini

PEMERIKSAAN FISIK

13
Tanda Vital

KU/KP/KG: Sedang/Sedang/Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah: 180/110 mmHg

Nadi : 86 x/i

Pernafasan : 20 x/i

Suhu : 36,7oC

Tinggi Badan : 150 cm

Berat Badan : 44 Kg

IMT : 19, 55

Nyeri : Skala 10

STATUS GENERALISATA

Kepala : Dalam batas normal

Mata : Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sklera : Ikterik (-/-)

Refleks pupil (+/+)

Isokor ,ka=ki

Leher : Pembesaran KGB (-/-), TVJ R-2 cmH2O

Thorax

14
Inspeksi : Simetris fusiformis

Palpasi : SF kanan = kiri


Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi :
Jantung : S1 (N), S2 (N), S3 (-), S4 (-) reguler, murmur (-)

Paru : Suara Pernafasan : Vesikuler

Suara Tambahan : Tidak Ada

Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, Clubbing finger (-),

Oedem Pretibial (-/-) , Refleks KPR (+/+) kuat

STATUS OBSTETRI

Pemeriksaan Luar

Abdomen : Membesar asimetris

Tinggi Fundus Uteri : 3 jari dibawah processus xyphoideus

Tegang : Kanan

Terbawah : Kepala

Turun : 1/5

Gerak Janin : (+)

Denyut Jantung Janin : (+) 146 x/i, reguler

HIS : 4 x 40”/10’

PEMERIKSAAN DALAM

VT : Cervix anterior pembukaan 8cm (hampir lengkap)

15
Eff 100%, kepala hodge III-IV, UUK arah jam 12

ST : Lendir darah (+), air ketuban (+)

LABORATORIUM

25 July 2019

Test Result Unit References

Hemoglobin 12.90 g/Dl 12-14

Eritrosit 4.2 106/µL 4.5-5.50

Leukosit 18.050 103/µL 4.0-10.0

Hematokrit 93.0 % 36.0-42.0

Platelet 383 103/µL 150-400

Ureum 14 mg/dl 10.0-50.0

Creatinin 0.50 mg/dl 0.6-1.2

Uric Acid 9,00 mg/dl 3.5-7.0

Glukosa ad random 81 mg/dl <140

Natrium 140 mmol/L 136-155

Kalium 4.00 mmol/L 3.50-5.50

Klorida 118 mmol/L 95.00- 103.00

SGOT 38 U/L 0.00-40.00

SGPT 30 U/L 0.00-40.00

APTT 33,8 Detik 28.6- 42.2

PT 13.7 Detik 11.6-14.5

INR 0.87 Detik 1-1.3

Anti HCV Negatif Negatif

Anti HIV Negatif Negatif

16
Total Bilirubin 0.39 mg/Dl 0.00-1.20

Direct Bilirubin 0.21 mg/Dl 0.05-0.30

URIN RUTIN

25 Oktober 2018

Test Result References

Warna Kuning Kuning

Kekeruhan JERNIH Jernih

Protein Poitif + Negatif

Sedimen Eritrosit 0-3/lpb <3/lpb

Sedimen Leukosit 1-3/lpb <5/lpb

Sedimen Renal Epitel Negatif Negatif

Reduksi Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

PH 5.0 4.6-8.0

DIAGNOSA KERJA

PE with Severe Feature + KDR (38-39 Minggu) + Persentasi Kepala + Anak


Hidup + Inpartu

TATALAKSANA

17
1. TERAPI MEDIKAMENTOSA

- O2 2- 4 l/i
- MgSO4  4 gr loading dose bolus pelan selama 15 menit
- IVFD RL + MgSO4 12 gr, 40%  14tetes/menit
- Nifedipin 4 x 10 mg

2. - Awasi keadaan umum dan vital sign


- Konsul Interna dan konsul departemen anak
- Ikuti kemajuan persalinan
RENCANA
Persalinan pervaginam dengan persingkat kala II menggunakan ekstrasi vakum.

Jam 09.15 di dapatkan pembukaan lengkap, OS mulai mengedan dan dipersiapkan


untuk ekstraksi vakum

LAPORAN EKSTRAKSI VAKUM

WAKTU TINDAKAN

Dilakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui posisi kepala di


09.15-09.20 WIB
Hodge IV, apakah ubun-ubun kecil terletak di depan jam 11

09.20-09.25 WIB Dilakukan episiotomi mediolateral dengan anestesi lokal.

Dilakukan pemeriksaan dalam ulang dengan perhatian khusus pada


09.25-09.30 WIB pembukaan, sifat serviks dan vagina, turunnya kepala janin dan
posisinya.

Dimasukkan cup silikon no 5 ke dalam vagina dipasang di bagian


terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Pada presentasi
30 35
09. -09. WIB belakang kepala, pasang cup pada oksiput atau sedekat-dekatnya.
Jika letak oksiput tidak jelas atau pada presentasi lain, pasang cup
dekat sakrum ibu.

18
Dengan satu atau dua jari tangan, periksa sekitar cup apakah ada
09.35-09.40 WIB
jaringan serviks atau vagina yang terjepit.

Lakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2


kg/ cm2, tunggu selama 2 menit. Lalu naikkan tekanan – 0.2 kg/cm2
tiap 2 menit sampai sesuai tenaga vakum yang diperlukan yaitu 0,6
40 48
09. -09. WIB kg/cm2.

Dilakukan pemeriksaan dalam ulang, untuk memastikan apakah ada


09.48-10.53 WIB
bagian lain jalan lahir yang ikut terjepit.

Bersamaan dengan timbulnya his, dilakukan mengejan. Tarik cup


sesuai arah sumbu panggul dan mengikuti putaran paksi dalam. Ibu
jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan cup agar selalu dalam
10.53-10.15 WIB
posisi yang benar, sedang tangan kanan menarik pemegang. Traksi
dilakukan secara intermiten bersamaan dengan his. Jika his berhenti
traksi juga dihentikan.

Dilakukan Vacum dengan Tekanan 60 mmHg , kemudian lahir


kepala , putar paksi luar. Dengan pegangan biparietal dilahirkan bahu
10.15-10.45 – WIB anterior , bahu posterior. Dengan sanggah susur dilahirkan punggung
dan seluruh badan. Lahir bayi Perempuan, dengan BB : 2500 gram ,
PB : 46 cm , Apgar Score : 7/8.

Jepit tali pusat dengan klem ± 3 cm dari pusat bayi dan jepit kembali
45 48
10. -10. WIB dengan klem 2 cm distal dari klem pertama . Gunting tali pusat
diantaranya

Injeksi oxytosin 10 iu IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral agar


10.48-10.54 – WIB kontrksi adekuat untuk mengeluarkan plasenta. Plasenta dilahirkan
dnegan peregangan tali pusat terkendali. Kesan : lengkap

Massage fundus uteri , kontraksi (+) . identifikasi jalan lahir dan


54 15 –
10. -11. WIB perdarahan . kesan : laserasi perineum grade II. Dilakukan repait
laserasi perineum dengan vicryl 2-0 . evaluasi perdarahan .

Pemantauan Kala IV

19
Waktu 11.30 11.45 12.00 12.15 12.30 13.00 13.30

Tekanan darah 130/70 130/80 130/80 120/80 120/70 120/70 120/70


(mmHg)

Nadi (menit) 98 x/i 96 x/i 98 x/i 96 x/i 96 x/i 92 x/i 96 x/i

Pernapasan 21 x/i 21 x/i 22 x/i 21 x/i 20 x/i 20 x/i 20 x/i


(menit)

Suhu 36.4oC 36.5oC 36.9oC 36.9oC 36.9oC 36.4oC 36.9oC

Perdarahan + + + + + - -

Kontraksi uterus + + + + + + +

TFU 2 jari dibawah pusat

RENCANA TATALAKSANA POST PSP

Terapi Medikamentosa

- O2 2- 4 l/i
- IVFD RL + MgSO4 12 gr, 40%  14tetes/menit
- Nifedipin 4 x 10 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Cefadoxil tab 2x500 mg

Rencana Tindakan

- Cek lab darah rutin 2 jam post transfusi


- Awasi kontraksi uterus, vital sign, perdarahan pervaginam, dan tanda-
tanda eklamsia post partum.

BAB 4 : FOLLOW UP PASIEN

20
4.1 Follow Up Pasien
C Follow up

25 Juli 2019 S : Ibu ingin mengedan, Persiapan PSP

pukul 07.00 O : Tanda Vital


Sens : CM

TD : 150/90 mmHg

Nadi : 86 x/menit

Pernafasan : 19 x/menit

Suhu : 36,5oC

SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal

TFU : 3 jari di bawahpusat, kontraksi kuat

Teregang : Kanan

Terbawah : Kepala 1/5

DJJ : 136/i , Gerak (+)

HIS : 4X40”/10`

A : PE with Severe Feature + KDR (38-39 Minggu) +


Persentasi Kepala + Anak Hidup + kala II

P : - O2 2- 4 l/i
- IVFD RL + MgSO4 12 gr, 40%  14tetes/menit
- Nifedipin 4 x 10 mg
R/ Monitoring KU, Kontraksi Uterus , DJJ, ikuti kemajuan
persalinan dan tanda tanda persalinan psp dengan ekstrasi vakum
dengan tujuan mempersingkat kala II.

26 Juli 2019 S : post ekstrasi vakum

pukul 07.00 O : Tanda Vital :

21
Sens : CM

TD : 140/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5oC

SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal

TFU : 2 jari di bawahpusat, kontraksi kuat

P/V : (-) , Lochia (+) rubra

BAK : (+) via kateter UOP: 500cc/jam

BAB : (-), Flatus: (-)

A : Post Ekstraksi vacum a/i PE with Severe Feature +NH2

P: - IVFD RL + MgSO4 12 gr, 40%  14tetes/menit


- Cefadroxil 2x500 mg
- B. Comp 2x1
- Nipedifin 4x 10 mg
R/ Aff infus, Aff kateter.

S : post ekstrasi vakum


27 Juli 2019
O : Tanda Vital :
pukul 07.00

22
Sens : CM

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7oC

SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal

TFU : 2 jari di bawahpusat, kontraksi kuat

P/V : (-) , Lochia (+) rubra

BAK : (+)

BAB : (-), Flatus: (-)

A : Post Ekstraksi vacum a/i PE with Severe Feature +NH3

P: - Cefadroxil 2x500 mg
- B. Comp 2x1
- Nipedifin 4x 10 mg
R/ PBJ dan Kontrol PIH

23
BAB 5 : DISKUSI KASUS

TEORI KASUS

Definisi Sesuai dengan teori

Preeklampsia adalah hipertensi yang Ny. A, 17 tahun, G1P1A0 dengan usia


timbul setelah usia kehamilan lebih dari kehamilan 38-39 minggu datang
20 minggu disertai dengan gangguan dengan tekanan darah 180/110 mmHg
sistem organ lainnya.

Diagnosis Hasil pemeriksaan saat pasien pertama


kali datang sesuai dengan teori
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
diagnosis pada pasien ini diagnosa
kriteria preeklampsia dengan gejala
ditegakkan
pemberat bila ditemukan satu atau lebih
gejala sebagai berikut TD: 180/110 mmHg

 Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg Proteinuria : (+)


dan tekanan darah diastolik ≥ 110
Nyeri kepala (+)
mmHg. Tekanan darah ini tidak
menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
 Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau
(++/+++) dalam pemeriksaan
kualitatif
 Oligouria, yaitu produksi urin
kurang dari 500 cc/24 jam
 Kenaikan kreatinin plasma
 Gangguan visus dan serebral seperti
penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur

24
 Nyeri epigastrium atau nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
 Edema paru-paru dan sianosis
 Hemolisis mikroangiopatik
 Trombositopenia berat yaitu <
100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat
 Gangguan fungsi hepar (kerusakan
hepatoseluler yaitu peningkatan
alanin dan asparate aminotransferase
 Pertumbuhan janin intrauterin yang
terhambat
Penatalaksanaan Pasien dirawat pada tanggal 25 juli
2019 hingga 27 juli 2019.
 Rawat inap
 Pemberian obat anti kejang Terapi:
berupa MgSO4.
- O2 Nasal Kanul 2-4 L/menit
- IVFD RL + MgSO4 12 gr, 40%
 14gtt/menit (maintenance dose)
- Nipedifin 4x 10 mg  ekstra 1
tablet jika TD : >160/100 mmhg
p

25
Loading Dose

 Injeksi 4g iv bolus (MgSO4 20%


20cc selama 5 menit (jika
tersedia MgSO4 40% berikan
10cc encerkan dengan 10cc
aquabidest)
 Injeksi 10g im (MgSO4 40%) 25
cc pelan, masing-masing pada
bokong kanan dan kiri berikan
5g (12,5cc). Dapat ditambahkan
1mL Lidokain 2% untuk
mengurangi rasa nyeri.
Maintanance Dose

 Injeksi 4/ 5g im (MgSO4 40%)


12,5 pelan, pada bokong
bergantian setiap 6 jam

Antihipertensi lini kedua


 Sodium nitroprusside 0,25 µg
iv/kg/menit, infus, ditingkatkan
0,25 µg iv/kg/5 menit.
 Diazokside 30-60 mg/iv/iv/5
menit atau intravena infus 10
mg/menit/dititrasi

26
TEORI KASUS

Syarat Indikasi persalinan dengan  Pada pasien ini terdapat


ekstraksi vakum adalah : indikasi dilakukan ekstraksi
a)Ibu yang mengalami kelelahan tetapi vakum dikarenakan pasien
masih mempunyai kekuatan untuk dengan preeklampsia yang
mengejan. direncanakan persalinan
b) Partus macet pada kala II pervaginam harus dengan
c) Gawat janin memprsingkat kala II
d) Toksemia gravidarum  Dilakukan Ekstraksi Vakum
e) Ruptur uteri mengancam. pada Preeklampsia dengan
f) Preeklampsia dengan pervaginam pervaginam, yaitu untuk
menghindari mengejan yang
Syarat untuk melakukan ekstraksi mengakibatkan terjadinya
vakum adalah sebagai berikut : peningkatan tekanan perfusi.
a) Pembukaan lengkap  Syarat pada pasien ini
b) Penurunan kepala janin boleh pada terpenuhi sesuai teori :
Hodge III  Pembukaan lengkap
c) Presentasi kepala, janin aterm, TBJ  Kepala janin sudah di
>2500 g Hodge IV
d) Cukup bulan ( tidak prematur )  Cukup bulan
e) Tidak ada kesempitan panggul.  Presentasi kepala, janin
f) Kepala sudah masuk pintu atas aterm , TBJ >2790 g
panggul.
 Panggul adekuat
g) Anak hidup dan tidak gawat janin.
 Namun bila ditelaah lebih
h) Kontraksi baik.
dalam usia ibu 17 tahun ini
i) Ibu kooperatif dan masih mampu
adalah kehamilan yang
untuk mengejan.
berharga , sehingga tindakan
j) Ketuban sudah pecah / dipecahkan.
sectio ceasaria dapat
k) Analgesia yg sesuai.
dipertimbangkan
l) Kandung kencing ibu kosong

27
BAB 6 : CLINICAL SUMMARY

Ny. A, 17 tahun, G1P1A0, Jawa, Islam, Tamat SLTA, Ibu Rumah Tangga.Primi
gravida, datang ke rsupm dengan keluha sakit kepala (+), keluar lendir dan darah
(+). Dari pemeriksaan fisik dijumpai tekanan darah tinggi 180/110 mmHg.

Pada pasien ini memenuhi kriteria preeklampsia dengan gejala pembemberat .


Karena mengalami preeklampsia dengan gejala pemberat harus memepersingkat
kala II dengan menggunakan ekstraksi vacum. persalinan lancar, tidak ada
kendala , bayi lahir Perempuan, dengan BB : 2500 gram , PB : 46 cm , Apgar Score :
7/8. Pasien dapat pulang setelah 3 hari perawatan di RSUD Pirngadi Medan

Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu ibu rumah tangga,
ekonomi menengah ke bawah dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Siswishanto R. 2010. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam : Ilmu kebidanan


Sarwono Prawirohardjo. Bab 40 . Edisi keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
2. Robson SE. 2011. Hipertensi Kronis. Dalam : Patologi dalam kehamilan. Bab
3. Jakarta: EGC.
3. Anonymous,l. 2017. MgSO4 sebagai Terapi Pilihan Preeklamsia. Diperoleh
dari: https://www.scribd.com/document/339191144/MGSO4-Sebagai-Terapi-
Pilihan-Pre-eklampsia
4. Myrtha Risalina. PenatalaksanaanTekanan Darah pada Preeklamsia. 2015.
Surakarta: Fakultas Kedokteran Sebelah Maret.
5. Wibowo Noryono, dkk. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosa
dan Tatalaksana Preeklamsia. 2016. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Materna.
6. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I Edisi 2. Jakarta : EGC; 1998..
7. Pacarda M, Zeqiri F, Hoxha S, Dervishi Z, Kongjeli N, Qavdarbasha H, et al.
Impact of parity and intrauterine fetal condition during vacuum extraction.
Med arh [Internet] 2010 [cited 2010 Oct 5]; 64(3):175
8. Angsar D.M. Ilmu Bedah Kebidanan: Ekstraksi Vakum dan Forsep. Jakarta:
PT Bina Pustaka, 2010.
9. Obstetri Operatif. Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Padjadjaran; 2000.
10. Cunningham, F. G. (2005). Obstetri williams. Ed 21 Vol 1. Jakarta: EGC.
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan efektif turunkan angka kematian ibu di Indonesia [ Internet
]. C2010 [diakses pada 2018 Sept 18]. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1076-pertolongan-
persalinan-oleh-tenaga-kesehatan-efektif-turunkan-aki-di-indonesia.html.
12. Kusumawati, Y. (2006). Faktor – faktor yang berisiko yang berpengaruh
terhadap persalinan dengan tindakan (On-line). Terdapat pada

29
http://eprints.undip.ac.id/15334/1/tesis_yuli-kusumawati.pdf. Diakses 28
November 2011.
13. Saifuddin, A. B. (2009). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. .
14. American Family Physican. Assisted vaginal delivery using the vacuum
extractor [Internet]. C2000 [cited 2018 Sept 17]. Available from :
http://www.aafp.org/afp/2000/0915/p1316.html.
15. Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang: Bagian Obstetri dan Gynekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 1999.
16. Hadi R. Persalinan dengan cara ekstraksi vakum oleh bidan di RSUD DR
Soedono Madiun tahun 1998. Cermin Dunia Kedokteran.2001 :37(2):966-
970.
17. Sutoto dan Herman K. Ekstraksi vakum. Dalam; Ilmu Fhantom Bedah
Obstetri edisi 1999, Semarang, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro,
1999: 41-45.
18. Falah M. Karakteristik Ibu yang Bersalin dengan cara Ektraksi Vakum dan
Forceps di RSUP dr. Kariadi tahun 2009-2010. Dalam; Laporan Hasil Akhir
Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Bandung, UNPAD. 2012.
19. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ketuban Pecah Dini dan
Ekstraksi Vakum. Dalam; Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta, YBP-SP, 2002.

30

Anda mungkin juga menyukai