Anda di halaman 1dari 24

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM

PENDIDIKAN D III KEBIDANAN


YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1 Kebutuhan tenaga bidan di Indonesia saat ini.

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada

tahun 2012, AKI dan AKB di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu AKI sebesar

208/100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 32/1000 kelahiran hidup (Depkes

RI, 2012). Target MDGs 2015 diharapkan AKI menurun menjadi 102/100.000

kelahiran hidup dan AKB 23/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010). Salah satu

upaya untuk percepatan penurunan AKI dan AKB tersebut adalah dengan

menyediakan tenaga bidan yang ditempatkan di desa-desa.

Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama sebagai ujung

tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan AKI dan

AKB. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang terampil melakukan prosedural

klinis dengan kemampuan analisis, kritis, dan tepat dalam penatalaksanaan asuhan

pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan normal dan fisiologis sangat

menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan bayi oleh karena wewenang dan

tanggung jawab profesionalnya sangat berbeda dengan tenaga kesehatan lain

(Kepmenkes RI, 2010). Asuhan kebidanan kepada seorang perempuan selama

fase kritis (hamil, bersalin, dan nifas) sangat menentukan kualitas kesehatan

perempuan (ICM, 2005). Kondisi seorang perempuan selama menjalani

1
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kehamilan, persalinan dan masa nifas seharusnya terpantau oleh tenaga kesehatan

khususnya bidan.

Seiring semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

berdampak pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan mutu pelayanan

kesehatan khususnya pelayanan kebidanan dengan indikator keberhasilan

menurunnya AKI/AKB secara bermakna. Mutu pelayanan kebidanan identik

dengan bidan yang kompeten. Menurut Briggs dan Wagner (1992), ada hubungan

antara kinerja bidan dengan hasil belajar ketika mengikuti proses pembelajaran.

Hasil penelitian Helmawaty (2008), menunjukkan bahwa hasil belajar praktik

klinik kebidanan selama mengikuti pendidikan berhubungan secara bermakna

dengan kinerja bidan dalam memberikan asuhan kebidanan (Hamid, 2008).

Tenaga bidan yang bermutu, memiliki kemampuan komprehensif dan profesional

yang hanya dapat dihasilkan melalui institusi penyelenggara pendidikan bidan

yang berkualitas. Kualitas pendidikan bidan ditentukan oleh tersedianya SDM

(dosen), kualitas sarana prasarana, kurikulum pembelajaran kelas, laboratorium

dan praktik klinik serta keadaan lahan praktik (Depkes RI,2004).

Standar pendidikan bidan dari International Confederation of Midwifery

(ICM), menyatakan bahwa filosofi pendidikan bidan harus konsisten dengan

filosofi asuhan kebidanan (ICM, 2011). Filosofi asuhan kebidanan adalah

meyakini bahwa proses reproduksi perempuan merupakan proses alamiah dan

normal yang dialami oleh setiap perempuan (ICM, 2011). Bidan dalam

memberikan asuhan harus bermitra dengan perempuan, memberi kewenangan

pada perempuan, asuhan secara individual/perorangan, asuhan secara terus


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menerus dan berkelanjutan, praktik secara otonom, dan mempraktikkan asuhan

yang berbasis bukti (evidence based care) (ICM, 2005).

Berdasarkan filosofi tersebut, maka untuk menjamin proses alamiah

reproduksi perempuan, bidan mempunyai peran yang sangat penting dengan

memberikan asuhan kebidanan yang berfokus pada perempuan (woman centered

care) secara berkelanjutan (Continuity of Care). Bidan memberikan asuhan

komprehensif, mandiri dan bertanggung jawab terhadap asuhan yang

berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan perempuan (ICM, 2005).

Bidan sebagai mitra perempuan merupakan tenaga profesional yang

memberikan asuhan sesuai dengan filosofi sebagai dasar dalam model praktik

kebidanan. Saat ini asuhan kebidanan yang berkelanjutan sudah diupayakan

melalui pemberian Buku KIA sebagai alat bantu pemantauan kesehatan ibu dan

bayinya, sekalipun ibu pindah pelayanan. Namun demikian, keberadaan Buku

KIA yang diberikan kepada seorang ibu hamil pada kenyataannya belum

menjamin terdeteksinya kejadian komplikasi baik dalam kehamilan, persalinan,

maupun masa nifas seorang perempuan sehingga berujung pada keterlambatan

penanganan. Hal ini masih merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam

kasus kejadian kematian ibu maupun bayi dengan istilah tiga terlambat (3T),

yaitu: 1) terlambat mengenali masalah (di tingkat pasien), 2) terlambat mengambil

keputusan yang tepat (di tingkat pasien), dan 3) terlambat memperoleh

penanganan yang tepat dan cepat (Depkes RI, 2006).

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sistem pelayanan kesehatan ibu

dan anak belum berjalan dengan baik, dimana sistem rujukan kasus risiko tinggi
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang tidak tepat waktu berujung pada kematian ibu maupun bayi masih terjadi.

Peran bidan sebagai ujung tombak pelayanan terhadap perempuan, diharapkan

dapat berkontribusi dalam penurunan AKI dan AKB melalui penerapan model

asuhan kebidanan yang diilhami oleh filosofi bidan. Asuhan kebidanan terhadap

perempuan oleh bidan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan serta

bermitra dengan perempuan. Untuk maksud tersebut, maka pemahaman terhadap

filosofi asuhan kebidanan seharusnya sudah ditanamkan sejak masa pendidikan

melalui pembelajaran klinik.

1.1.2 Situasi penyelenggaraan pendidikan bidan di Indonesia saat ini

Kebutuhan tenaga bidan dalam rangka percepatan penurunan AKI dan

AKB, berdampak terhadap menjamurnya pendirian institusi pendidikan DIII

Kebidanan saat ini. Dari hasil pre-liminary survey HPEQ tahun 2010 dan Survey

WHO tahun 2011, menunjukkan kenaikan jumlah program studi DIII kebidanan

di Indonesia (sekitar 726 akademi kebidanan, 3 universitas dengan jurusan S-1

kebidanan dan 2 penyelenggara S-2 kebidanan). Jumlah siswa di sejumlah

akademi kebidanan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya, bahkan ada juga

yang sampai melebihi kuota. Diperkirakan lebih dari 29 ribu bidan baru yang

diluluskan setiap tahun (HPEQ, 2010; WHO, 2011).

Kondisi tersebut berdampak pada sulitnya penyediaan lahan praktik yang

memadai untuk memfasilitasi pembelajaran klinik bagi siswa. Data sumber daya

kesehatan (2010) tentang data fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa jumlah

seluruh rumah sakit di Indonesia sebesar 1.722 (termasuk Rumah Sakit Bersalin).
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sementara, data estimasi jumlah penduduk sasaran program pembangunan

kesehatan 2011-2014, perkiraan jumlah ibu hamil dan bersalin sebagai berikut:

Tabel 1.1 Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014


Estimasi Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Ibu hamil 5.060.637 5.136.041 5.212.568 5.290.235
Ibu bersalin 4.830.609 4.902.585 4.975.636 5.049.771
Ibu nifas 4.830.609 4.902.585 4.975.636 5.049.771
Sumber: Kemenkes RI, Pusdatin, Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan 2011-2014, Jakarta, 2011

Di sisi lain, model pembelajaran praktik klinik kebidanan yang diterapkan

pada Program Pendidikan DIII Kebidanan di Indonesia selama ini adalah model

target kasus, dengan memberikan sejumlah target kasus kepada siswa. Target

kasus selama pendidikan terbagi menjadi: 100 kasus asuhan kebidanan fisiologis

kehamilan, 50 kasus persalinan, nifas dan bayi baru lahir masing-masing 100

kasus, serta 50 kasus asuhan kebidanan patologi (Depkes RI, 2002; Sofyan dkk,

2006: 15). Berdasarkan data estimasi sasaran program pembangunan kesehatan,

khususnya ibu hamil dan ibu bersalin (Tabel 1.1), maka target kasus akan

terpenuhi apabila siswa ditempatkan di klinik dalam waktu yang cukup lama

(selama 1 tahun penuh) selama studi.

Sementara dalam struktur kurikulum DIII Kebidanan (Depkes RI, 2002),

model asuhan kebidanan yang diterapkan dalam pencapaian target kasus

dilaksanakan secara terputus-putus (fragmented care). Masing-masing kasus

diharapkan tercapai melalui tiga kali praktik klinik kebidanan (PKK) selama masa

studi, yang terdistribusi pada tiga semester yaitu : PKK I di semester III (4 SKS),
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

PKK II di semester IV (5 SKS) dan PKK III di semester V (6 SKS). Hal ini

dikarenakan target kompetensi pada masing-masing tahap PKK disesuaikan

dengan mata kuliah asuhan kebidanan yang sudah diberikan di kelas (Depkes RI,

2002). Siswa ditempatkan di lahan praktik dengan mengikuti pola alokasi praktik

klinik kebidanan secara bertahap (PKK I – III) di tiga semester yang berbeda beda

(8–10 minggu setiap semester), dengan total SKS sebesar 15 SKS atau setara 720

jam. Jumlah SKS tersebut masih sangat jauh dibandingkan standar minimal ICM

(1800 jam), dimana 80% penempatan klinik pada tahun ke-tiga studi (ICM, 2010).

Tabel 1.2 Perbandingan Alokasi Jumlah Jam Untuk Pembelajaran Klinik


Kebidanan di Beberapa Negara
Negara Target Jumlah Keterangan
Keterampilan Jam PKK
Australia - 100 ANC 1500 jam - Kasus FTE dihitung yang
- 40 INC termasuk dalam target
- 100 PNC keterampilan.
- 20 CoC/FTE - Dimulai pada 18 bulan
terakhir masa studi
- Minimal 8 FTE sampai selesai
studi.

UK - Mengikuti 50 1638 jam - Kasus CoC “Students


proses (60% dari caseloading” berbeda-beda
kelahiran total masa untuk tiap siswa (1-18)
studi) - Dimulai sejak tahun pertama

New Zeland - Mengikuti 30 1500 jam - Tahun I: 2-3 FTE (membantu)


proses - Tahun II: 8 FTE (sendiri di
kelahiran bawah pengawasan)
- Tahun III: ikut bidan mandiri
(28 minggu), tidak disebutkan
jumlah FTE

Indonesia - 100 ANC 720 jam - Tidak ada pengalaman CoC


- 50 INC - PKK dimulai pada tahun
- 100 PNC kedua (semester III)
Sumber : ANMC, 2009 ; NMC, 2010 ; Midwifery Council of New Zealand, 2010 ; Depkes RI,
2002.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dari hasil wawancara dan penelusuran alumni Akademi Kebidanan Estu

Utomo Boyolali tahun 2010, penerapan model pembelajaran klinik melalui asuhan

kebidanan dengan target kasus tersebut saat ini banyak mengalami kendala dalam

pelaksanannya. Dari hasil penelusuran alumni, sebagian besar alumni (87,7% atau

312 responden) menyatakan kesempatan memperoleh kasus di lahan praktik

sangat terbatas. Hal itu disebabkan antara lain oleh terbatasnya alokasi waktu

praktik klinik, sedikitnya kasus saat praktik klinik, persaingan dengan praktikan

dari institusi lain, dan kesempatan melakukan asuhan secara mandiri dengan

pendampingan pembimbing yang terbatas (Akbid EUB, 2010). Berdasarkan

laporan dari penanggung jawab praktik klinik Akbid EUB, diperoleh informasi

bahwa target kasus asuhan kebidanan persalinan sejumlah 50 kasus, yang

merupakan salah satu persyaratan bagi siswa untuk mengikuti ujian akhir

program, selama ini tidak pernah tercapai oleh siswa pada tingkat akhir. Kondisi

ini juga dirasakan oleh institusi penyelenggara pendidikan DIII Kebidanan lain.

Model target kasus dalam pembelajaran klinik kebidanan dinilai sudah

tidak relevan dengan banyaknya jumlah institusi penyelenggara pendidikan DIII

Kebidanan saat ini. Selain itu, model target kasus semata tanpa dibarengi dengan

pembekalan pengalaman asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care)

bertentangan dengan filososi asuhan kebidanan itu sendiri. Dengan demikian,

perlu diupayakan model pembelajaran klinik kebidanan sebagai alternatif solusi

guna menjawab permasalahan tersebut.


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.1.3 Tuntutan model pembelajaran klinik kebidanan yang diilhami oleh

filosofi asuhan kebidanan.

Guna membekali lulusan agar menjadi praktisi mandiri yang mampu

bekerja berdasarkan filosofi asuhan kebidanan, maka pola pendidikan bidan

diharapkan konsisten dengan filosofi asuhan kebidanan (ICM, 2011). Peserta

didik harus memiliki pengalaman praktis kebidanan yang cukup dalam berbagai

lahan praktik untuk mencapai kompetensi inti bidan melalui model asuhan yang

berkelanjutan (Continuity of Care/CoC) sejak hamil, bersalin hingga nifas dan

menyusui (ICM, 2010).

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa model asuhan

secara terus menerus dan berkelanjutan (Continuity of Care/CoC) merupakan

sebuah contoh praktik terbaik, yang memungkinkan siswa bidan mengembangkan

keterampilan bekerja secara kemitraan dan lebih percaya diri, saat mereka

mengalami model asuhan dengan mengikuti perempuan selama hamil-bersalin-

nifas (Rawnson at.al., 2009; Gray, 2010; Lee & Porteous, 2010). Melalui model

CoC, meningkatkan kepercayaan perempuan terhadap bidan, menjamin dukungan

terhadap perempuan secara konsisten sejak kehamilan, persalinan dan nifas

(Aune, 2010). CoC bertolak belakang dengan asuhan yang bersifat acak dan

terkotak-kotak, memungkinkan sebuah hubungan yang erat dan saling percaya

antara perempuan dengan bidan yang sangat berharga bagi keduanya (Kirkham,

2000; Lundgren, 2004; Collins at.al., 2010). Melalui pengalaman CoC selama

mengikuti perempuan sejak hamil, bersalin hingga masa nifas, membuat


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pembelajaran menjadi lebih bermakna karena lebih mengutamakan kualitas

dibanding kuantitas (Page, 2004).

Berdasarkan beberapa kajian literatur, model pembelajaran klinik pada

program pendidikan kebidanan untuk mencapai kompetensi asuhan kebidanan

saat ini adalah model fragmented care (praktik klinik secara periodik tanpa

mengikuti perempuan dari hamil, bersalin hingga nifas) dan model CoC (dengan

mengikuti perempuan sejak hamil hingga masa nifas). Model CoC diinisasi oleh

Australia dengan istilah Follow Through Experience/FTE dan UK dengan istilah

target kasus bagi siswa (student caseloading) (Anderson & Lewis, 2000; Leap,

2005; Gray, 2010; Rawnson at.al., 2008; Aune at.al., 2011).

Implementasi CoC dalam pembelajaran klinik kebidanan belum

sepenuhnya dapat berjalan dengan baik. Dari beberapa penelitian sebelumnya,

dapat diidentifikasi permasalahan terkait implementasi CoC dalam program

pendidikan bidan antara lain: penempatan dengan rotasi klinik, ketentuan jumlah

kasus, alokasi waktu, mentorship, rekrutmen perempuan, pendokumentasian

laporan, dan penilaian klinik (Passant at.al., 2002; Seibold, 2002; Sweet &

Glover, 2008; Aune at.al., 2011; Gray at.al., 2010).

CoC sebagai model pembelajaran klinik bagi siswa DIII kebidanan, hanya

bisa dilakukan apabila siswa bersama perempuan dan bidan pembimbing dalam

rentang waktu yang disesuaikan dengan rentang waktu seorang perempuan

mengalami kehamilan, melahirkan hingga masa nifas (Licqurish & Siebold, 2008;

Gray, 2010). Pengaturan penempatan klinik bagi siswa dengan demikian

membutuhkan alokasi waktu yang cukup lama. Di Australia penempatan klinik


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

untuk memperoleh pengalaman CoC bagi siswa dialokasikan waktu 18 bulan

terakhir dari tiga tahun masa studi (tiga semester terakhir) (Licqurish & Siebold,

2008; Gray, 2010). Australian College of Midwives (2009), merekomendasikan

agar siswa memperoleh minimum 30 pengalaman CoC selama 3 tahun pendidikan

diploma kebidanan, yang diturunkan menjadi 20 pada tahun 2010 (ANMC, 2009).

Dengan demikian kebutuhan panduan praktik klinik kebidanan yang

memuat kejelasan peran masing-masing unsur terkait sangat penting untuk

dipersiapkan dengan baik. Dalam program pendidikan kebidanan di Indonesia,

panduan praktik klinik dibuat oleh masing-masing institusi pendidikan

berdasarkan pemahaman terhadap kurikulum pendidikan DIII Kebidanan (Depkes

RI., 2002), dengan tanpa melibatkan pembimbing dari lahan praktik maupun

siswa (Akbid EUB, 2010). Panduan praktik klinik memuat penjelasan tentang

target kompetensi masing-masing tahap parktik klinik (PKK I-III), tata tertib bagi

siswa selama mengikuti praktik klinik, tata tertib bagi pembimbing akademik,

proses bimbingan, dan proses penilaian. Tidak ada sosialisasi panduan praktik

klinik yang dibuat oleh institusi pendidikan secara khusus kepada pembimbing

lahan (Akbid EUB, 2010).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dalam rangka

mengembangkan model pembelajaran klinik kebidanan yang diilhami oleh filosofi

kebidanan. Masalah utama penelitian ini adalah kurangnya kompetensi lulusan

DIII Kebidanan yang berhubungan dengan permasalahan kendala model target


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

kasus dalam pembelajaran klinik kebidanan. Kurikulum pembelajaran klinik

kebidanan di Indonesia yang masih menerapkan model target kasus saat ini sulit

dipenuhi oleh mahasiswa oleh karena rasio jumlah siswa yang jauh lebih banyak

dibandingkan jumlah lahan praktik yang menyediakan kasus kebidanan.

Disisi lain ada tuntutan bahwa pembelajaran klinik kebidanan seharusnya

memfasilitasi pengalaman siswa dalam hal memberikan asuhan kebidanan yang

diilhami oleh filosofi bidan “women centred care”. Kesempatan belajar

memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan hanya dapat diperoleh apabila siswa

ditempatkan bersama bidan komunitas (BPM atau bidan desa) dalam waktu yang

disesuaikan dengan rentang kehamilan sampai dengan nifas seorang perempuan.

Dengan demikian diperlukan alokasi waktu praktik klinik yang cukup lama (6-9

bulan) agar siswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan tersebut.

Pengaturan penempatan siswa di lahan praktik yang dibagi secara bertahap di tiap

semester, sulit untuk memberi kesempatan belajar kepada siswa memberikan

asuhan kebidanan secara berkelanjutan (CoC).

Asuhan kebidanan yang diilhami oleh filosofi bidan dilaksanakan dalam

sebuah model hubungan kemitraan antara bidan dan kliennya (partnership-

relationship care). Model pembelajaran klinik target kasus dengan alokasi waktu

praktik klinik yang terbagi dalam 3 periode (semester I-II-III) menyediakan model

asuhan kebidanan yang terfragmentasi. Dengan demikian, model askeb target

kasus tidak diilhami oleh filosofi asuhan kebidanan yang seharusnya dibekalkan

kepada siswa selama masa studi.


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

Berbagai studi mengenai model asuhan kebidanan dalam pembelajaran

klinik telah diinisiasi oleh Australia dan United Kingdom (UK), yang telah

menggali beberapa permasalahan dalam penerapan model asuhan kebidanan CoC.

Namun demikian, belum ada hasil penelitian tentang petunjuk yang jelas untuk

menerapkan model asuhan kebidanan CoC dalam pembelajaran klinik. Hal itu

juga mengarahkan bagaimana panduan umum penerapan model asuhan kebidanan

CoC dalam pembelajaran klinik yang telah dikembangkan di beberapa negara

sebelumnya, agar dapat diterapkan di Indonesia. Dengan demikian, sangat perlu

dilakukan penelitian tentang pendekatan yang tepat untuk menerapkan model

asuhan kebidanan CoC dalam pembelajaran klinik, yang sesuai dengan budaya di

Indonesia.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mengembangkan model pembelajaran klinik kebidanan yang diilhami oleh

filosofi asuhan kebidanan pada Program Pendidikan D III Kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menggali pemahaman filosofi asuhan kebidanan pada pembelajaran

klinik kebidanan Program Pendidikan D III Kebidanan yang masih

menggunakan model target kasus.

2. Mengembangkan model pembelajaran klinik kebidanan dengan CoC

pada Program Pendidikan D III Kebidanan.


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

3. Mengetahui indikator pemahaman terhadap filosofi asuhan kebidanan

berdasarkan penerapan model pembelajaran klinik Continuity of Care.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi siswa DIII kebidanan, dapat terfasilitasi dalam menerapkan model

asuhan kebidanan berkelanjutan (CoC) sebagai bekal menjadi praktisi

mandiri yang berfokus pada perempuan (women center care).

1.4.2 Bagi institusi pendidikan DIII kebidanan, hasil penelitian dapat

memberikan rekomendasi dalam mempersiapkan program praktik klinik

terutama dalam penyusunan panduan praktik klinik kebidanan.

1.4.3 Advokasi bagi organisasi profesi (IBI), sebagai masukan untuk perbaikan

kurikulum pendidikan DIII Kebidanan terutama dalam memfasilitasi

pembelajaran klinik dengan menerapkan filosofi bidan yang berfokus pada

perempuan dengan model asuhan kebidanan berkelanjutan (CoC).

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka dalam bagian

keaslian penelitian ini akan dipaparkan perkembangan penelitian yang telah

menerapkan model CoC dalam program pendidikan kebidanan, termasuk

perbedaan dan persamaan dengan studi yang akan dilaksanakan.

Penelitian tentang penerapan CoC dalam pembelajaran klinik kebidanan

dipelopori oleh beberapa negara antara lain di Australia yang memulai penerapan

CoC dengan memberikan sejumlah target kasus kepada siswa untuk diikuti sejak
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

hamil, bersalin hingga masa nifas pada tahun 2002 dengan istilah Follow Through

Experience/FTE (Seibold, 2002). Di UK penerapan CoC dengan istilah student

caseloading dimulai sejak tahun 2004. Perbedaan CoC dengan student

caseloading di UK adalah pada peran siswa sebagai pemberi asuhan kebidanan

dan waktu pelaksanaan program. Pada CoC, pengalaman mengikuti perempuan

dalam rentang proses kelahiran (childbearing continuum) sejak kehamilan,

persalinan hingga masa nifas sudah dimulai sejak tahun pertama studi, dimana

siswa hanya sebagai observer saja dan semakin bertambah perannya sebagai

pemberi asuhan secara mandiri pada tahun ke-3 (Seibold, 2002). Pada student

caseloading, pengalaman mengikuti perempuan dalam rentang proses kelahiran

baru dimulai pada 18 bulan terakhir dari 3 tahun studi, dan siswa merupakan

pemberi asuhan kebidanan yang utama terhadap perempuan yang menjadi

kasusnya (Rawnson at.al, 2007).

Dari dua model penerapan CoC yang telah diinisiasi oleh kedua negara

tersebut, kemudian diikuti oleh beberapa negara antara lain di New Zealand,

Norwegia, dan Ireland. Sebagian besar studi yang sudah dilakukan masih bersifat

pilot project, sehingga belum ditemukan sebuah model penerapan CoC dalam

program pendidikan kebidanan dengan panduan yang jelas. Hal itu didukung oleh

beberapa hasil studi yang mengeksplorasi pengalaman siswa tentang penerapan

CoC dalam pembelajaran klinik mereka (Begley, 2001; Passant at.al., 2002;

Seibold, 2002; Licqurish, 2007; Rawnson at.al., 2007; Rawnson, 2010; Aune

at.al., 2011; Gray at.al., 2011). Sedangkan penelitian dengan melibatkan seluruh

unsur terkait dalam pembelajaran klinik untuk mendesain model pembelajaran


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

klinik dalam program pendidikan bidan baru dilakukan oleh Rawnson at.al

(2009), namun belum melibatkan unsur perempuan. Berikut studi yang pernah

dilakukan dan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan:

1. Seibold (2002) melakukan penelitian kualitatif tentang pengalaman dari siswa

dalam 3 tahun studi program pendidikan kebidanan dalam menerapkan

asuhan kebidanan dengan model CoC. Model CoC dengan istilah FTE

merupakan ketentuan Australian College of Midwives (ACM, 2001) yang

mensyaratkan 30 FTE bagi siswa bidan dalam standar pendidikan diploma

bidan. Model tersebut baru pertama kali diterapkan dalam pendidikan bidan

di Australia dan dievaluasi secara kohort. Ditemukan dua faktor yang

berkontribusi terhadap keberhasilan FTE yaitu tugas bidan pembimbing dan

peran perempuan. Rekruitmen perempuan untuk terlibat dalam proyek juga

disampaikan sebagai sebuah masalah. Siswa juga berpendapat bahwa

dokumentasi terkait FTE kurang penting dan terlalu menyulitkan. Penelitian

yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran klinik

kebidanan yang diilhami oleh filosofi asuhan kebidanan (CoC) dengan

melibatkan semua unsur terkait (dosen, siswa, bidan dan perempuan).

2. Passant & Homer (2003), melakukan studi evaluasi prospektif-longitudinal

terhadap 4 orang siswa bidan baru lulus yang mengikuti program pelatihan

sebagai persyaratan untuk registrasi. Program pelatihan menerapkan model

TANGO (Towards a New Group Practice Option), dimana siswa bekerja

bersama 4 bidan senior dalam mengelola perempuan. Bidan melakukan

praktik berkelompok (Midwifery Group Practice/MGP), dengan beban


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

16

masing-masing MGP sebesar 20 perempuan/bulan. Model TANGO

dilaksanakan yang diilhami oleh filosofi asuhan kebidanan CoC, dimana

MGP mengikuti perempuan sejak hamil hingga masa nifas, termasuk pada

saat perempuan mengalami komplikasi dan harus dirujuk ke spesialis. Asuhan

berkelanjutan dilakukan hingga perempuan pulang kembali ke rumah dengan

melakukan kunjungan rumah (home visite). Perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan adalah bahwa CoC yang dirancang sebagai sebuah model

pembelajaran klinik, akan dilaksanakan oleh siswa yang belum lulus.

Perancangan model pembelajaran klinik kebidanan CoC dengan melibatkan

seluruh unsur terkait (dosen, siswa, bidan dan perempuan).

3. Davis & McIntosh (2005), mendeskripsikan keterlibatan pengguna pelayanan

(dalam berbagai tingkatan) pada program pendidikan bidan (jalur umum) di

Politeknik Otago (New Zealand). Sejak dimulainya pendidikan bidan di

sekolah tersebut, secara aktif dilakukan kerjasama kemitraan dengan

perempuan. CoC sebagai sebuah model asuhan kebidanan yang diilhami oleh

filosofi bidan dirancang sebagai bagian dari kurikulum pendidikan bidan

dengan melibatkan perempuan sbb: 1) di tahun I terutama dalam

menanamkan pemahaman siswa tentang pengalaman perempuan selama

menjalani proses kehamilan dan kelahiran, 2) di tahun ke II dengan

memberikan feedback atas keterampilan dan peran sebagai bidan dari siswa,

3) di tahun III memberikan feedback sebagai bagian dari penilaian klinik

siswa. Dalam paper ini terdapat beberapa panduan dalam merancang

kurikulum pembelajaran, terutama yang memfasilitasi penyediaan


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

17

pengalaman klinik dalam memberikan asuhan kebidanan yang diilhami oleh

filosofi bidan (CoC), dengan melibatkan perempuan.

Panduan meliputi target keterlibatan perempuan di setiap tahun selama 3

tahun studi, serta lama penempatan klinik, namun tidak menjelaskan tentang

proses rekrutmen perempuan, jumlah pengalaman CoC, model bimbingan,

dan model pendokumentasian laporan. Ada persamaan dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu pada pendekatan kemitraan dengan perempuan

dalam memfasilitasi pembelajaran klinik dengan memberikan asuhan.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ialah pada tahapan penelitian

untuk mengembangkan model pembelajaran klinik kebidanan, dengan

mempertimbangkan penyediaan panduan pelaksanaan CoC (seting praktik

klinik, proses rekrutmen perempuan, jumlah pengalaman CoC, model

bimbingan, dan model pendokumentasian laporan).

4. Rolls & McGuinness (2005), melakukan studi deskriptif eksploratori untuk

menggali pengalaman perempuan yang berpartisipasi dalam program

pendidikan bidan di Australia Catholic University, yang menerapkan model

CoC (Follow Trough Journey/FTJ). Keseluruhan perempuan menyatakan

bahwa askeb yang diberikan oleh siswa dengan pendekatan women centered,

merupakan model asuhan yang berbeda dibandingkan dengan askeb oleh para

bidan di rumah sakit. Model CoC dalam studi ini, memberikan manfaat

berupa pendekatan askeb dalam kontinum proses kelahiran (childbearing

continuum). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan, bahwa CoC

dengan istilah FTJ diterapkan dalam program pendidikan bidan 3 tahun.


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

18

Perbedaannyaa ialah bahwa CoC dengan istilah FTJ baru diterapkan pertama

kali dan dievaluasi dari persepsi perempuan saja (sampel kecil). Tidak

ditemukan panduan yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan CoC (FTJ).

5. Rawnson at.al. (2008) melakukan action research dengan mendesain target

kasus bagi siswa (student caseloading) sebagai sebuah pendekatan dalam

pendidikan diploma kebidanan. Model student caseloading dalam hal ini

merupakan sejumlah target kasus yang diberikan kepada siswa bidan mulai

18 bulan terakhir masa studi. Target kasus adalah beberapa perempuan yang

harus diberikan asuhan oleh siswa sejak kehamilan, persalinan hingga masa

nifas. Jumlah kasus bagi masing-masing siswa dinegosiasi berdasarkan

kualifikasi akademik mereka, dalam rentang antara 1-18 perempuan, dan

disarankan minimal 3 perempuan bagi setiap siswa. Dari 4 paper yang

dipublikasikan, menunjukkan bahwa model target kasus bagi siswa

merupakan model praktik terbaik (best practice) dalam pembelajaran klinik

kebidanan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-

sama sebuah penelitian tindakan untuk merancang model pembelajaran klinik

bidan yang bertujuan untuk menyediakan pengalaman klinik yang diilhami

oleh filosofi bidan. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini

dengan melibatkan seluruh unsur terkait termasuk perempuan (dalam

merancang model student caseloading tidak melibatkan perempuan).

6. Sweet & Glover (2008), dalam studi kualitatifnya bertujuan untuk

menganalisis program CoC pada pendidikan bidan di Australia dengan model

pendidikan klinik simbiotik (symbiotic clinical education model). Penelitian


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

19

ini mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta strategi untuk

meningkatkan pendekatan baru pedagogic. Persamaan dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah dari hasil penelitian yang menyoroti beberapa peluang

untuk meningkatkan simbiosis di dalam pengalaman CoC (kerjasama antara

bidan klinik dan pihak institusi pendidikan dalam menyusun kurikulum).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan penelitian

untuk mengembangkan model pembelajaran klinik kebidanan CoC dengan

melibatkan seluruh unsur dalam mendesain model pembelajaran klinik

kebidanan (dosen, siswa, bidan, dan perempuan).

7. Aune at.al. (2011) melakukan studi kualitatif di Norwegia, yang bertujuan

untuk mengetahui bagaimana CoC dapat meningkatkan pemahaman siswa

mengenai filosofi kebidanan dengan menekankan pada upaya meningkatkan

promosi kenormalan kehamilan, persalinan dan periode postnatal. Hasil

penelitian meliputi 3 tema utama: relational continuity, personal development

dan health-promoting perspective. Dengan menyediakan hubungan

berkelanjutan (relational continuity), siswa mengalami saling ketergantungan

kepercayaan dan kemitraan dengan perempuan. Ada persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu memaparkan siswa secara

langsung dengan perempuan untuk memberikan asuhan kebidanan secara

berkelanjutan. Adapun perbedaannya penelitian ini merupakan sebuah pilot

study dengan partisipan siswa bidan program pasca yang sudah memiliki

pengalaman bekerja sebelumnya sebagai perawat. Pada penelitian yang


PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

20

dilakukan partisipan adalah siswa program pendidikan diploma yang masih

aktif.

8. Gray at.al. (2011), dalam studi kualitatifnya juga berusaha menggali

pengalaman siswa dalam menerapkan model asuhan kebidanan CoC selama

mengikuti pendidikan bidan 3 tahun di Australia. Dengan mengikuti

perempuan selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (follow through

experience/FTE), siswa mengenali pengalaman belajar yang diilhami oleh

filosofi bidan secara lebih baik. Siswa juga mengidentifikasi tantangan yang

mereka hadapi saat merekrut perempuan dan mengatur waktu dapat terlibat

dalam FTE secara penuh, dan kurangnya dukungan terkait ketidaksesuaian

dengan sistem pelayanan maternitas. Perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan pada tahapan pengembangan model pembelajaran klinik dengan

menyediakan panduan praktik klinik yang disusun bersama seluruh unsur

terkait.

Dari sejumlah penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan CoC tersebut

maka dapat dibuat ringkasan sebagaimana tampak pada tabel 1.3 berikut:
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

21

Tabel 1.3 Keaslian penelitian


No Judul Persamaan Perbedaan
1 Carmel Seibold, 2002: The Model CoC sama-sama bertujuan - Penelitian sebelumnya merupakan penelitian kualitatif (interview
experiences of a first cohort of untuk membekali lulusan sebagai terhadap pengalaman siswa selama mengikuti perempuan sejak
Bachelor of Midwifery students, praktisi mandiri yang memahami kehamilan sampai bersalin) dengan responden siswa tahun I, II dan
Victoria, Australia. filosofi asuhan kebidanan. III.
- Penelitian ini dengan rancangan “Mixed method” melalui 3 tahapan
penelitian dengan melibatkan siswa, dosen dan bidan dalam
penyusunan modul PKK-CoC.
2 Lyn Passant, Caroline Homer Model CoC sama-sama bertujuan - Penelitian sebelumnya merupakan peneltian kualitatif (Studi evaluasi
and Jo Wills, 2003: From untuk membekali lulusan sebagai prospektif-longitudinal selama 10 bulan) sebagai evaluasi terhadap
student to midwife: the praktisi mandiri yang memahami program pelatihan bagi bidan baru lulus untuk syarat registrasi.
experiences of newly graduated filosofi asuhan kebidanan. - Penelitian ini dilaksanakan pada program pendidikan bidan (siswa
midwives working in an belum lulus) untuk mengembangkan model pembelajaran klinik
innovative model of midwifery kebidanan CoC.
care.
3 Deborah Davis, Carolyn Model CoC sebagai sebuah model - Penelitian sebelumnya merupakan penelitian kualitatif dengan
McIntosh, 2005: Partnership in asuhan kebidanan yang diilhami mendeskripsikan keterlibatan perempuan dalam 4 area
education: The involvement oleh filosofi bidan sama-sama (kontribusinya dalam kurikulum, monitoring program, perencanaan
of service users in one dirancang sebagai bagian dari pengembangan dan strategi rekruitmen siswa dan staf serta
midwifery programme kurikulum pendidikan bidan. partisipasinya dalam memfasilitasi pengalaman klinik dan penilaian
in New Zealand siswa.
- Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan model pembelajaran
klinik kebidanan CoC dengan salah satu tahapannya adalah
menyusun modul PKK-CoC secara adekuat (proses rekrutmen
perempuan, jumlah pengalaman CoC, model bimbingan, model
pendokumentasian laporan, penilaian).
4 Colleen Rolls & Betty Model CoC yang diterapkan - Penelitian sebelumnya merupakan penelitian kualitatif untuk
McGuinness, 2005: Women’s sama-sama dalam program menggali pengalaman perempuan yang terlibat dalam pelaksanaan
experiences of a Follow pendidikan bidan 3 tahun. model FTJ.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Through Journey Program with - Model PKK-CoC pada penelitian ini


Bachelor of Midwifery students. (siswa, dosen, bidan dan perempuan)
5 Paul Lewis, Jane Fry and Stella Sama-sama bertujuan untuk - Penelitian sebelumnya merupakan pe
Rawnson, 2007: Student midwife merancang model pembelajaran kurikulum pendidikan bidan yang dii
caseloading- a new approach to klinik bidan yang bertujuan untuk melalui model target kasus CoC bagi
midwifery education menyediakan pengalaman klinik diberlakukan sejak tahun I studi deng
yang diilhami oleh filosofi asuhan tahun ke-3.
kebidanan. - Pada penelitian ini PKK-CoC dilaksa
(tahun ke-3) selama 6 bulan dengan m
orang ibu hamil per siswa selain mod
sebelumnya.
6 Linda P. Sweet & Pauline Sama-sama mengkaji keefektifan - Penelitian sebelumnya merupakan pe
Glover, 2009: An exploration of CoC dalam pendidikan klinik. mengidentifikasi kekuatan dan kelem
the midwifery continuity of care peningkatan pendekatan pedagogi ya
program at one Australian menggunakan model simbiosis pendi
University as a symbiotic - Penelitian ini bertujuan untuk meliha
clinical education model. terhadap filosofi asuhan kebidanan se
model pembelajaran klinik CoC.
7 Ingvild Aune, Unn Dahlberg, Desain CoC yang diterapkan - Pada penelitian sebelumnya partisipa
Oddbjørn Ingebrigtsen, 2011: sama-sama dengan meminta siswa yg telah memiliki pengalaman bekerj
Relational continuity as a mengikuti perempuan sejak - Pada penelitian ini siswa bidan sebag
modelof care in practical kehamilan, persalinan dan nifas siswa Program DIII Kebidanan jalur
midwifery studies. 2 ibu hamil per siswa.

8 Joanne Gray, Nicky Leap, Sama-sama sebagai upaya untuk - Penelitian sebelumnya merupakan pe
Annabel Sheehy, & Caroline memberikan pengalaman asuhan meminta respon lulusan yang sudah b
S.E. Homer, 2012: Students’ kebidanan yang diilhami oleh masih aktif (studi) melalui Survey da
perceptions of the follow- filosofi bidan dalam pembelajaran - Rancangan penelitian ini adalah mixe
through experience in 3 year klinik. penelitian untuk mengetahui peningk
bachelor of midwifery filosofi asuhan kebidanan melalui pen
programmes in Australia. pembelajaran klinik CoC.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

23

Berdasarkan kajian terhadap penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan

tersebut, maka penelitian untuk mengembangkan model pembelajaran klinik

kebidanan yang menyediakan kesempatan menerapkan model asuhan yang sesuai

dengan filosofi bidan (CoC) melalui metode mixed methods, merupakan penelitian

yang asli.

Pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (setidaknya

ada 8 hingga tahun 2012 di Australia dan UK), fokus penelitian untuk menggali

pengalaman siswa, perempuan dan pembimbing selama pembelajaran klinik

dengan CoC. Perbedaan model PKK-CoC yang dikembangkan melalui penelitian

ini dengan kedua model CoC sebelumnya (FTE dan caseloading) yaitu mulai dari

pendekatan pengembangan, format CoC-nya sendiri dan juga metode dalam

menguji efektifitas CoC. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan model

pembelajaran klinik kebidanan CoC dengan salah satu tahapannya adalah

menyusun modul PKK-CoC secara adekuat (proses rekrutmen perempuan, jumlah

pengalaman CoC, durasi/lama praktik klinik, seting penempatan klinik, model

bimbingan, model pendokumentasian laporan, dan penilaian). PKK-CoC

dilaksanakan siswa pada semester V (tahun ke-3) selama 6 bulan dengan

memberikan target kasus CoC 2 orang ibu hamil per siswa, selain model target

keterampilan yang ada sebelumnya. Model PKK-CoC pada penelitian ini

dievaluasi dari berbagai sumber (siswa, dosen, bidan dan perempuan) yang

terlibat dalam PKK-CoC. Evaluasi terhadap efektifitas model PKK-CoC terutama

dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap filosofi asuhan kebidanan

(women centred care). Nilai tambah (added value) dari penelitian ini adalah
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK : CONTINUITY OF CARE PADA PROGRAM
PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
YANTI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

24

melalui pengembangan model pembelajaran klinik kebidanan yang diilhami oleh

filosofi bidan, dengan mengadaptasikan siswa pada model asuhan kebidanan CoC,

diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan model pembelajaran

klinik dengan asuhan yang terfragmentasi selama ini.

Anda mungkin juga menyukai