Anda di halaman 1dari 3

PENANGANAN DEMAM THYPOID

No.Dok :RPU/SOP-28/2016

SOP No. Revisi : 00


Tanggal Terbit : 01 Agustus 2016
Halaman : 1 dari 3
UPT PUSKESMAS dr. Hadi Saputro
MAYONG I NIP. 19720908 200604 1 009

1. Pengertian Demam thypoid adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi.
Diagnosis demam tifoid ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil
pemeriksaan fisik.
1. Anamnesis:
- Demam turun naik terutama sore dan malam hari (demam
intermiten).
- Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal,
nyeri otot, pegal-pegal, insomnia, anoreksia dan mual muntah.
- Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus
atau diare, nyeri abdomen dan BAB berdarah.
- Dapat terjadi kejang demam.
- Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu)
hingga minggu kedua.
2. Pemeriksaan fisik:
- Suhu tinggi.
- Bau mulut karena demam lama.
- Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
- Kadang ditemukan lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated
tongue)
- Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
- Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
- Hepatosplenomegali.
- Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti
oleh peningkatan frekuensi nadi).
3. Pemeriksaan penunjang:
- Darah perifer lengkap
Hitung lekosit total menunjukkan leukopeni (<5000 per mm3),
limfositosis relatif, monositosis, aneosinofilia dan
trombositopenia ringan. Pada minggu ketiga dan keempat dapat
terjadi penurunan hemaglobin akibat perdarahan hebat dalam
abdomen.
- Pemeriksaan serologi Widal
Dengan titer O 1/320 diduga kuat diagnosisnya adalah demam
tifoid. Reaksi widal negatif tidak menyingkirkan diagnosis tifoid.
Diagnosis demam tifoid dianggap pasti bila didapatkan kenaikan
titer 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari.
4. Diagnosis Banding: demam berdarah dengue, malaria, leptospirosis.
5. Komplikasi: perdarahan, perforasi, sepsis, ensefalopati, dan infeksi
organ lain:
- Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati) : penderita dengan sindrom
demam tifoid dengan panas tinggi yang disertai dengan kekacauan
mental hebat, kesadaran menurun, mulai dari delirium sampai
koma.
- Syok septik: penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta
gejala-gejala toksemia yang berat. Selain itu, terdapat gejala
gangguan hemodinamik seperti tekanan darah turun, nadi halus
dan cepat, keringat dingin dan akral dingin.
- Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis): komplikasi
perdarahan ditandai dengan hematoschezia. Dapat juga diketahui
dengan pemeriksaan feses (occult blood test). Komplikasi ini
ditandai dengan gejala akut abdomen dan peritonitis. Pada foto
polos abdomen 3 posisi dan pemeriksaan klinis bedah didapatkan
gas bebas dalam rongga perut.
- Hepatitis tifosa : kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan
kelainan tes fungsi hati.
- Pankreatitis tifosa: terdapat tanda pankreatitis akut dengan
peningkatan enzim lipase dan amylase. Tanda ini dapat dibantu
dengan USG atau CT Scan.
- Pneumonia: didapatkan tanda pneumonia yang diagnosisnya
dibantu dengan foto polos toraks
6. Penatalaksanaan:
- Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
 Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
 Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
 Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
- Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik:
parasetamol 10-50mg/kgBB/kali) dan mengurangi keluhan
gastrointestinal.
- Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini
pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol (50-
100mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 10-14 hari), ampisilin
atau amoksisilin (50-100mg/kgBB/hari selama 7-10 hari), atau
trimetroprim-sulfametoxazole (TMP 6-9mg/kgBB/hari atau SMX
30-50/kgBB/hari selama 10 hari).
- Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak
efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik
lini kedua yaitu Ceftriaxone (80mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal
selama 5 hari).
2. Tujuan Prosedur ini bertujuan sebagai acuan petugas medis dan paramedis , untuk
melakukan penanganan pada pelanggan dengan diagnosis demam typhoid.
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Mayong I Nomor 40 Tahun 2016 tentang Standar
Puskesmas Mayong I
Dan Kebijakan Pelayanan Ruang Pengobatan Umum.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 296/Menkes/SK/III/2008
tentang Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Alat dan 1. Stetoskop
Bahan 2. Tensimeter
3. Termometer
4. Arloji tangan dengan penunjuk detik atau dengan polsteller
6. Prosedur 1. Petugas melakukan komunikasi dasar
2. Petugas melakukan anamnesa
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
4. Petugas menyiapkan formulir pengantar internal untuk pemeriksaan
Laboratorium yaitu Leukosit dan serologi WIDAL.
5. Setelah pasien dari laboratorium dengan membawa hasil, pasien
menyerahkan hasil laboratorium ke dokter.
6. Petugas merangkum hasil wawancara, pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan laboratorium.
7. Petugas menyiapkan resep :
- Antipiretik: parasetamol 10-50mg/kgBB/kali
- Antibiotik: kloramfenikol 50-100mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
selama 10-14 hari, ampisilin atau amoksisilin (50-100mg/kgBB/hari
selama 7-10 hari), atau trimetroprim-sulfametoxazole (TMP 6-
9mg/kgBB/hari atau SMX 30-50/kgBB/hari selama 10 hari). Bila
tidak efektif, dapat diganti Ceftriaxone (80mg/kgBB/hari dalam
dosis tunggal selama 5 hari).
8. Petugas mencatat kedalam Rekam Medis dan buku register harian, dan
proses selesai.
7. Unit 1. Ruang Pengobatan Umum
Terkait 2. Ruang Pelayanan KIA-KB
3. Ruang Pelayanan Farmasi
8. Dokumen 1. Rekam Medis
2. Buku Register Harian
Terkait
3. Resep (BPU/Form-11/2015)
4. Formulir Rujukan BPJS
5. Formulir Rujukan Jamkesda
6. Formulir Rujukan Umum
9. Catatan
Revisi

Puskesmas Mayong I

Anda mungkin juga menyukai