Anda di halaman 1dari 15

Diare Akut et causa Infeksi Bakteri Enteroinvasif pada Orang Dewasa

Elena Silvia Tara


102014177
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Kampus II, Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
elenasilviat@gmail.com

Abstrak
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Diare
juga dapat disebabkan oleh bakteri enteroinvasif dan bakteri enterotoksik. Ada beberapa
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis diare akut.
Diagnosis banding diare akut et causa bakteri enteroinvasif adalah diare akut et causa
enterotoksik dan disentri.
Kata kunci : diare akut et causa bakteri enteroinvasif, diare akut et causa enterotoksik dan
disentri

Abstract
Diarrhea is excreting liquid or shaped stool with half of the liquid (half-solid), the moisture
content of feces more than usual over 200 grams or 200 ml/24 hours. Diarrhea can also be
dsisebabkan by the enteroinvasif bacteria and bacterial enterotoksik. There are several
physical examinations and examination of supporting that support a diagnosis of acute
diarrhea. Diagnosis of acute diarrhea appeals et causa enteroinvasif acute diarrhea is
bacterial et causa enterotoksik and disentry.
Keyword : acute diarrhea et causa enteroinvasif, acute bacterial diarrhea et causa
enterotoksik and disentry

1
Pendahuluan

Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinj lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lender dan darah.1

Diare merupakan keluhan yang sering diemkan pada dewasa. Diperkirakan pada
orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut sebanyak 99.000.000. Di Amerika
serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien
dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena
diare. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubugan dengan kejadian anak atau usia lanjut,
dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang berat. Frekuensi
kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indoneisa lebih banyak 2-3 kali
dibandingkan negara maju.1

Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan kepada pasien secara langsung apabila kondisinya


memungkinkan (auto-anamnesis), namun dapat ditanyakan pula pada orang terdekat atau
orang yang mengantar pasien ke dokter (allo-anamnesis). Sesuai dengan kasus, pertanyaan
yang diajukan dapat meliputi identitas diri, keluhan utama, sejak kapan keluahan utama
muncul, keluhan lain yang mungkin dirasakan, riwayat penyakit yang diderita saat ini,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan yang sudah
dilakukan dan kondisi sosial ekonomi pasien.2
Identitas meliputi nama pasien, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku bangsa dan agama.2
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien ke
dokter atau mencari pertolongan. Dalam menulis keluhan utama harus disertai dengan waktu ,
berapa lama pasien mengalami keluhan tersebut.Asupan makanannya selama diare, frekuensi
diare, dan kehilangan berat badan untuk melihat adanya dehidrasi. Juga diusahakan
memperoleh informasi mengenai riwayat pajanan terhadap gejala yang serupa, konsumsi
makanan yang terkontaminasi, berada di tempat penitipan anak, baru bepergian ke daeran
endemik diare, adanya hewan peliharaan, dan penggunaan antimikroba.2

2
Riwayat penyakit sekarang merupakan cerita kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaaan kesehatan pasien sejak sebelum mengalami keluhan utama tersebut samapi datang
berobat. Dalam melakukan anamnesis sebaiknya didapatkan data-data ssebagai berikut:
waktu dan frekuensi diare, bentuk tinja, keluhan penyerta, obat yang dikonsumsi serta
makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien.2
Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter
seperti alergi.2
Riwayat kebiasaan dan ekonomi perlu ditanyakan apakah pasien mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari dan apakah pasien memiliki kebiasaan
merokok, minum minuman berakohol dan penyalahgunaan obat-obat terlarang.2

Pemeriksaan Fisik
Prinsip – prinsip pemeriksaan

Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan baring dan
relaks, kedua lengan berada di samping dan pasien bernafas melalui mulut. Pasien diminta
untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya hingga otot abdomen menjadi relaks. Dokter
yang memeriksa harus merasa nyaman, relaks dan oleh sebab itu ranjang harus dinaikkan
atau pemeriksa berlutut di samping tempat tidur. Tangan pemeriksa harus hangat untuk
menghindari terjadinya reflex tahanan otot oleh pasien. Pemeriksaan dimulai dari inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.3
Pemeriksaan tanda vital umumnya didapatkan, suhu badan mengalami
peningkatan(subfebris), kesadaran umum melemah, nadi yang cepat dan lemah, frekuensi
nafas meningkat dan tekanan darah menurun.Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan
tentukan derajat dehidrasi.Berat badan saat datang perlu di ukur sebagai parameter menilai
kehilangan cairan yang terus terjadi dan sekaligus merupakan parameter keberhasilan terapi.
Bila ditemukan nafas cepat dan dalam menunjukkan asidosis metabolik. Perlu dilihat apakah
pada pasien terdapat gejala malnutrisi dan atau gagal tumbuh.3
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan
mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer.
Adanya sakit perut non spesifik non lokal dan kram perut mungkin dijumpai. Nyeri pada
diare biasanya tidak bertambah bila dipalpasi atau ditemukan nyeri tekan, nyeri lepas atau

3
anak menolak diperiksa, waspadai kemungkinan komplikasi atau kemungkinan penyebabnya
adalah non infeksi.3

Pada pernafasan biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak
ditemukan bunyi nafas tambahan. Pada cardiovaskulerBiasanya tidak ditemukan adanya
kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.Dan pada perkmihan volume diuresis menurun.3

Pada kasus ini didapatkan hasi pemeriksaan fisik tekanan darah 110/80 mmHg normal,
380C sedikit demam, respiratory rate 18x/menit norma, heart rate 88x/menit.

Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare yang
berlangsung ebih dari beberapa hari, diperukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit
dana hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan keratin, pemeriksaan tinja dan
pemeriksaan ELIZA (enzyme-linked immunosorbent assay) mendeteksi giardiasis dan test
serologic amebiasis serta foto x-ray abodomen.2

Pasien dengan diare karena virus biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama dengan infeksi bakteri
yang invasive ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda.
Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk
memeriksa adanya kekurangan volum cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan
untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan yang menunjukan adanya infeksi
bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.2

Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya atau
yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin
Clostridium difficile.2

Rektoskopi atau sigmoideoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang


toksik, pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten. Pada pasien
AIDS yang mengalamin diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab
infeksi atau limfoma di daerah kolon. Biopsy mukosa sebaiknya dilakukan jika mukosa
terlihat infeksi berat.2

4
Diagnosis kerja

Salah satu penyebab diare karena infeksi bakteri atau parasit yaitu diare karena
bakteri atau parasit invasif (enteroinvasif) . Bakteri yang merusak (invasif) anatara lain
Entero invasive E.coli(EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfingens tipe C. diare
disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya
sekretorik dan eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lender dana darah. Walau demikian
infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman
Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S. paratyphi B, Styphimurium, S enteriditis
dan S choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E. histolitika dan G. lambia.4

Gejala klinis enteroinvasif yaitu terdapat demam, tinja berdarah, sering di kolon, BAB
sering tapi keluarnya sedikit-sedikit, diawali diare air, sulit dibedakan dengan IBD , banyak
leukosit di tinja dan melakukan kultur tinja untuk Salmonella, Shigella dan Campylobacter.4

Sebagian besar penyakit diare infeksius didapat melalui penularan fecal oral melalui
makanan atau air yang tercemar oleh kotoran manusia sebagai akibat dari system
pembuangan limbah yang jelek atau oleh kotoran hewan peliharaan di dalam air yang
kebersihannya tidak memadai. Daging sapi, babi, unngas dapat menjadi sumber infeksi bila
daging tersebut tidak dimasak dengan baik. Permukaan alat untuk pembuatan makanan dapat
terkontaminasi oleh organisme yang akan mencari makanan yang tidak dimasak. Diare akut
juga dapat mencakup para wisatawan yang bepergian ke negara-negara berkembang.4

Diagnosis Banding

Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)

Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V. cholerae eltor, ETEC dan C.
perfringens. V. cholerae eltor mengeluarkan toksin yang dapat terikat pada mukosa usus
halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enteroksin ini disebabkan kegiatan berlebihan
nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar dalam
sel AMP dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang
diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.5

Gejala klinis diare enterotoksigenik yaitu tidak terdapat demam, tidak berdarah, non
invasif, ada mual, sering pada diare turis (85%). Pada kolera terdapat tinja seperti cucian
beras dan disertai muntah. Sebab lain terjadi diare adalah bahan toksik pada makanan (logam

5
berat misalnya; kaleng, nitrit, peptisida, histamine pada ikan). Pada pemeriksaan lab tidak
terdapat leukosit di tinja. Biasanya defekasi berupa air.5

Disentri

Disentri merupakan salah satu jenis diare akut atau timbul mendadak, umumnya banyak
dialami anak pada usia balita. Disentri juga dikenal sebagai fluks atau fluks berdarah yang
merupakan gangguan peradangan usus terutama usus besas yang menghasilkan diare berat
yang mengandung lender dan berdarah dalam feses. Penyebab disentri yakni infeksi kuman
Shigella (disentri basiler) dan parasite entamoeba histolityca (disentri amuba).5

Selain, disebabkan oleh adanya kuman dan bakteri, disentri juga dapat disebabkan
oleh keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal yang jauh dari kebersihan, konsumsi
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga makanan dan minuman
yang tercemar ketika dikonsumsi dan meninggalkan bakteri diusus yang bercampur dengan
sisa makanan yang belum dibuang. 5

Etiologi

Penyebab diare akut secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis,
keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun
yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya
diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.6

Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut :6


I. Faktor infeksi
 Virus:
Virus merupakan penyebab utama diare akut di negara-negara maju dan negara-
negara berkembang, di mana virus yang paling tinggi prevalensinya (hingga 60%)
dalam menyebabkan diare adalah rotavirus (gambar 2), suatu virus RNA double-
stranded yang mempengaruhi usus halus dan menyebabkan diare cair tanpa leukosit
dan tanpa darah. Virus ini dapat bertahan beberapa jam pada tangan dan beberapa hari
pada permukaan lingkungan.Masa inkubasinya sekitar 24-72 jam. Terdapat juga virus
lain yang meyebabkan diare misalnya, Adenovirus dan Norwalk virus.
 Bakteri :

6
Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium
defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella sp,
Staphylococus aureus, Vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica,
 Parasit :
Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba
hystolitica, Giardia lamblia, Entamoeba hystolica, Isospora billi, Fasiolopsis buski,
Sarcocystis suihominis,Strongiloides stercorlis, dan trichuristrichiura.

II. Faktor Non-infeksi


 Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayidan anak. Disamping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
 Faktor obat-obatan.
Banyak obat yang boleh menyebabkan diare dan obat yang paling sering adalah
antibiotik. Antibiotik dapat menghancurkan kedua bakteri flora normal usus dan
bakteri pathogen sehingga dapat menganggu keseimbangan alami dari usus.
 Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena suatu allergi makanan seperti Cow’s Milk Protein Allergy
(CMPA), susu kedelai dan allergi makanan multiple, mengkonsumsi makanan basi,
beracun (tertelan logam berat seperti Co, Zn, cat) dan defisiensi vitamin.
 Riwayat operasi
Terkadang orang dapat mengalami diare setelah tindakan operasi pada abdomen
seperti operasi appendicitis dll.
 Faktor Psikologis :
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis dan emosi (rasa takut, gelisah dan cemas).

Epidemiologi

Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karena infeksi (gastroentritis) terdapat pada peringkat pertama s/d
keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.7

7
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena istilah
yang disebut terakhir ini memberi kesan seolah – olah penyakit ini hanya disebabkan oleh
infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan
anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar di antara 150 – 430 perseribu
penduduk setahunnya. Dengan upaya yang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit
dapat ditekan menjadi kurang 3%. Frekuensi kejadian diare pada negara – negara berkembang
termasuk Indonesia lebih banyak 2 – 3 kali berbanding negara maju.

Patofisologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:6


1. Gangguan osmotik:
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
4. Malabsorbsi asam empedu, malabsorpsi lemak
Disebabkan oleh gangguan pembentukan/ produksi micelle empedu dan penyakit
saluran bilier dan hati.
5. Diare infeksi
Disebabkan oleh infeksi dinding usus dan infeksi dapat disebabkan oleh faktor kausal
dan penjamu. Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut terdiri dari faktor-faktor daya
tangkis atau lingkungan internal saluran cerna natara lain: keasaman lambung,
motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikrofloran usus. Faktor kausal yaitu
8
daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan produksi toksin yang
mempengaruhi sekersi cairan usus halus serta daya lekat kuman.

Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan diare adalah untuk menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.5

1. Rehidrasi
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, berat dan sedang.
Tabel 1: Derajat dehidrasi.5

JENIS KEHILANGAN TANDA DEHIDRASI


CAIRAN
Dehidrasi ringan 2 – 5% berat badan Turgor kurang, suara serak, belum
presyok
Dehidrasi sedang 5 – 8% berat badan Tugor buruk, suara serak, presyok/syok,
nadi cepat, napas cepat dan dalam
Dehidrasi berat 8 – 10% berat badan Tanda dehidrasi sedang bertambah,
kesedaran menurun, otot kaku, sianosis

Antara metode yang dapat kita gunakan untuk mengukur kebutuhan cairan untuk rehidrasi
adalah menggunakan Metode Daldiyono dengan berdasarkan skor klinis dan formula.

Kebutuhan cairan: (skor dehidrasi/ 15) x 10% x kgBB x 1 liter.

Skor dehidrasi untuk metoda ini adalah:

Tabel 2: Skor dehidrasi.5

Klinis Skor dehidrasi


Rasa haus/ muntah 1
TD sistolik 60 – 90 mmHg 1
TD sistolik < 60 mmHg 2

9
Frekuensi nadi > 120/ menit 1
Kesadaran apati 1
Somnolen, sopor, koma 2
Frekuensi napas > 30 /menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 1
Usia 50 – 60 tahun -1
Usia > 60 tahun -2

Pemberian cairan terbagi kepada beberapa tahap:

 Tahap 1 = rehidrasi inisial (2 jam) sebanyak total kebutuhan cairan.


 Tahap 2 = rehidrasi inisial (1 jam) tergantung kepada kehilangan cairan dalam tahap
1.
 Tahap 3 = berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja berikutnya dan insensible
water loss (IWL).

Apabila pasien dalam keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan adekuat dengan
minuman dan sari buah. Namun, bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi,
penatalaksaan agresif diberikan seperti:

 Cairan rehidrasi oral


Formula lengkap mengandunggi NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa
 Cairan parental
Larutan Darrow ditambah glukosa
Ringer laktat dan ditambah glukosa
Glukosa ditambah NaHCO3 atau NaCl

Jalan pemberian cairan untuk rehidrasi terbagi kepada 3 cara yaitu:

10
 Peroral: untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum
dan kesadarannya baik.
 Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa rehidrasi, tetapi anak tidak
mahu minum atau kesadaran menurun.
 Intravena untuk dehidrasi berat.

2. Diet
 Tidak berpuasa
 Tidak meminum minuman yang bergas
 Hindari kafein dan alcohol (meningkatkan motilitas peristaltik)
 Mengambil makanan yang mudah dicerna
 Hindari susu sapi karena defisiensi lactase transien pada pasien

3. Anti diare

Tabel 3: Jenis obat antidiare.8

JENIS OBAT CONTOH OBAT


Antimotilitas Loperamid
Pengeras tinja Atapulgite (4 x 2 tab/ hari)

Tidak bermanfaat: kaolin, pectin, charcoal,


tabomal
Anti spasmolitik Papaverine

(tidak diperlukan untuk diare akut) Opium

Loperamid

4. Antimikroba

Penggunaan obat ini tidak dianjurkan kepada kasus ringan, virus atau bakteri non invasive.
Antibiotika dapat digunakan apabila penyebab infeksinya jelas.

11
Tabel 4: Jenis bakteri dan pengobatannya.8

PENYEBAB TERAPI
Shigelosis Siprofloksasin
Salmonella paratyphi Siprofloksasin

Amoksisilin
Campylobacter Eritromisin
Disentri ameba Tinidazol
V. cholera Siprofloksasin

Tetrasiklin
Giardia lamblia Tinidazol
Strongiloides Albendazol

Komplikasi

Akibat yang ditimbulkan diare cair :7


 Dehidrasi
 Asidosis metabolic
- Pengeluaran bikarbonat bersama tinja akan menaikkan ion H+ sehingga pH
menurun
- Dehidrasi menimbulkan gejala syok sehingga filtrasi glomeruli berkurang –
konsentrasi asam meningkat, akibatnya pH menurun
- Pada asidosis, HCO3- menurun sehingga perbandingan berubah, untuk
menjadikan perbandingan normal kembali, tubuh harus mengurangi H2CO3
dengan cara mengeluarkan CO2. CO2 dikeluarkan melalui nafas – nafas
meningkat (frekuensi dan amplitudo meningkat = napas Kussmaul)
Hipokalemia: Gejala lemah otot, aritmia, ileus paralitik (kembung)
Hipoglikemia : Timbul terutama pada gizi buruk/kurang, karena cadangan glikogen
kurang, dan gangguan absorbsi glukosa. Gejala lemas, apatis, tremro, berkeringat,
pucat, kejang dan syok. Terapi dengan larutan glukosa 20% intra vena.

12
Gangguan gizi disebabkan :
- Berkurangnya masukan makanan (anoreksia, muntah, memuasakan, memberi
makanan encer)
- Berkurangnya penyerapan zat makanan, terutama unsur lemak dan protein,
disebabkan Kerusakan vili usus, Defisiensi disakaridase/laktase – malabsrorbsi
laktosa, Berkurangnya konsentrasi asam empedu, Transit makanan melalui usus
meningkat, sehingga tidak cukup waktu untuk mencerna dan mengabsorbsi,
Meningkatnya kebutuhan zat makanan dikarenakan meningkat pula metabolisme
dan kebutuhan untuk memperbaiki epitel usus.

Gangguan sirkulasi: Terjadi syok hipovolemik dengan gejala akral dingin, kesadaran
menurun, nadi kecil/sulit teraba dan cepat, tekanan darah menurun, kulit lembab,
berkeringat dingin, pucat dan sianosis.
Kejang disebabkan oleh hipoglikemi, hiperpireksia, hiper atau hiponatremi, atau
penyakit lain mis meningitis atau epilepsi.

Pencegahan

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat


dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus
diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.9

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang
dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus
diperingatkan untuk tidak menelan air.9

Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air
rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging
dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak
dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.9

13
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar terutama pada waktu sebelum makan,
setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa,
kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban
dengan tangki septik.

Prognosis

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal.9

Kesimpulan

Diare yg dialami oleh bapak tersebut adalah diare akut yg dikarenakan oleh infeksi bakteri
enteroinvasif.

14
Daftar Pustaka

1. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL, Harison.
Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC; 2005.h.248-55.
2. Gleadle J. Anamnesis and physical examination of abdomen. History and examination at
a glance. 10th Ed. Blackwell Science Ltd; 2007.
3. Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC; 2006.
4. Chen YA, Christopher T. Acute diarrhea. Gastroenterology in Pediatrics. The Toronto
Notes. 27th ed. Canada: Toronto Notes for Medical Students, Inc. Toronto, Ontario; 2011.
5. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-5. Interna Publishing: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2014.
6. Robbins, Cotran, Kumar. Dasar patologi penyakit. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2007.
7. Geo. F. Brooks, Karen C. Carroll, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, Timothy A.
Mietzner. Adenovirus, Herpesvirus, Rotavirus. Medical Microbiology. 25th ed. Lange: Mc
GrawHill; 2007.
8. Nelwan R H H. Penatalaksanaan diare dewasa di milenium baru. Jakarta: EGC; 2008.
9. Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine. Jakarta:
Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI; 2001.h.56.

15

Anda mungkin juga menyukai