Abstrak
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Diare
juga dapat disebabkan oleh bakteri enteroinvasif dan bakteri enterotoksik. Ada beberapa
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis diare akut.
Diagnosis banding diare akut et causa bakteri enteroinvasif adalah diare akut et causa
enterotoksik dan disentri.
Kata kunci : diare akut et causa bakteri enteroinvasif, diare akut et causa enterotoksik dan
disentri
Abstract
Diarrhea is excreting liquid or shaped stool with half of the liquid (half-solid), the moisture
content of feces more than usual over 200 grams or 200 ml/24 hours. Diarrhea can also be
dsisebabkan by the enteroinvasif bacteria and bacterial enterotoksik. There are several
physical examinations and examination of supporting that support a diagnosis of acute
diarrhea. Diagnosis of acute diarrhea appeals et causa enteroinvasif acute diarrhea is
bacterial et causa enterotoksik and disentry.
Keyword : acute diarrhea et causa enteroinvasif, acute bacterial diarrhea et causa
enterotoksik and disentry
1
Pendahuluan
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinj lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lender dan darah.1
Diare merupakan keluhan yang sering diemkan pada dewasa. Diperkirakan pada
orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut sebanyak 99.000.000. Di Amerika
serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien
dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena
diare. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubugan dengan kejadian anak atau usia lanjut,
dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang berat. Frekuensi
kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indoneisa lebih banyak 2-3 kali
dibandingkan negara maju.1
Anamnesis
2
Riwayat penyakit sekarang merupakan cerita kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaaan kesehatan pasien sejak sebelum mengalami keluhan utama tersebut samapi datang
berobat. Dalam melakukan anamnesis sebaiknya didapatkan data-data ssebagai berikut:
waktu dan frekuensi diare, bentuk tinja, keluhan penyerta, obat yang dikonsumsi serta
makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien.2
Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter
seperti alergi.2
Riwayat kebiasaan dan ekonomi perlu ditanyakan apakah pasien mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari dan apakah pasien memiliki kebiasaan
merokok, minum minuman berakohol dan penyalahgunaan obat-obat terlarang.2
Pemeriksaan Fisik
Prinsip – prinsip pemeriksaan
Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan baring dan
relaks, kedua lengan berada di samping dan pasien bernafas melalui mulut. Pasien diminta
untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya hingga otot abdomen menjadi relaks. Dokter
yang memeriksa harus merasa nyaman, relaks dan oleh sebab itu ranjang harus dinaikkan
atau pemeriksa berlutut di samping tempat tidur. Tangan pemeriksa harus hangat untuk
menghindari terjadinya reflex tahanan otot oleh pasien. Pemeriksaan dimulai dari inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.3
Pemeriksaan tanda vital umumnya didapatkan, suhu badan mengalami
peningkatan(subfebris), kesadaran umum melemah, nadi yang cepat dan lemah, frekuensi
nafas meningkat dan tekanan darah menurun.Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan
tentukan derajat dehidrasi.Berat badan saat datang perlu di ukur sebagai parameter menilai
kehilangan cairan yang terus terjadi dan sekaligus merupakan parameter keberhasilan terapi.
Bila ditemukan nafas cepat dan dalam menunjukkan asidosis metabolik. Perlu dilihat apakah
pada pasien terdapat gejala malnutrisi dan atau gagal tumbuh.3
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan
mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer.
Adanya sakit perut non spesifik non lokal dan kram perut mungkin dijumpai. Nyeri pada
diare biasanya tidak bertambah bila dipalpasi atau ditemukan nyeri tekan, nyeri lepas atau
3
anak menolak diperiksa, waspadai kemungkinan komplikasi atau kemungkinan penyebabnya
adalah non infeksi.3
Pada pernafasan biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak
ditemukan bunyi nafas tambahan. Pada cardiovaskulerBiasanya tidak ditemukan adanya
kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.Dan pada perkmihan volume diuresis menurun.3
Pada kasus ini didapatkan hasi pemeriksaan fisik tekanan darah 110/80 mmHg normal,
380C sedikit demam, respiratory rate 18x/menit norma, heart rate 88x/menit.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare yang
berlangsung ebih dari beberapa hari, diperukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit
dana hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan keratin, pemeriksaan tinja dan
pemeriksaan ELIZA (enzyme-linked immunosorbent assay) mendeteksi giardiasis dan test
serologic amebiasis serta foto x-ray abodomen.2
Pasien dengan diare karena virus biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama dengan infeksi bakteri
yang invasive ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda.
Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk
memeriksa adanya kekurangan volum cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan
untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan yang menunjukan adanya infeksi
bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.2
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya atau
yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin
Clostridium difficile.2
4
Diagnosis kerja
Salah satu penyebab diare karena infeksi bakteri atau parasit yaitu diare karena
bakteri atau parasit invasif (enteroinvasif) . Bakteri yang merusak (invasif) anatara lain
Entero invasive E.coli(EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfingens tipe C. diare
disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya
sekretorik dan eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lender dana darah. Walau demikian
infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman
Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S. paratyphi B, Styphimurium, S enteriditis
dan S choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E. histolitika dan G. lambia.4
Gejala klinis enteroinvasif yaitu terdapat demam, tinja berdarah, sering di kolon, BAB
sering tapi keluarnya sedikit-sedikit, diawali diare air, sulit dibedakan dengan IBD , banyak
leukosit di tinja dan melakukan kultur tinja untuk Salmonella, Shigella dan Campylobacter.4
Sebagian besar penyakit diare infeksius didapat melalui penularan fecal oral melalui
makanan atau air yang tercemar oleh kotoran manusia sebagai akibat dari system
pembuangan limbah yang jelek atau oleh kotoran hewan peliharaan di dalam air yang
kebersihannya tidak memadai. Daging sapi, babi, unngas dapat menjadi sumber infeksi bila
daging tersebut tidak dimasak dengan baik. Permukaan alat untuk pembuatan makanan dapat
terkontaminasi oleh organisme yang akan mencari makanan yang tidak dimasak. Diare akut
juga dapat mencakup para wisatawan yang bepergian ke negara-negara berkembang.4
Diagnosis Banding
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V. cholerae eltor, ETEC dan C.
perfringens. V. cholerae eltor mengeluarkan toksin yang dapat terikat pada mukosa usus
halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enteroksin ini disebabkan kegiatan berlebihan
nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar dalam
sel AMP dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang
diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.5
Gejala klinis diare enterotoksigenik yaitu tidak terdapat demam, tidak berdarah, non
invasif, ada mual, sering pada diare turis (85%). Pada kolera terdapat tinja seperti cucian
beras dan disertai muntah. Sebab lain terjadi diare adalah bahan toksik pada makanan (logam
5
berat misalnya; kaleng, nitrit, peptisida, histamine pada ikan). Pada pemeriksaan lab tidak
terdapat leukosit di tinja. Biasanya defekasi berupa air.5
Disentri
Disentri merupakan salah satu jenis diare akut atau timbul mendadak, umumnya banyak
dialami anak pada usia balita. Disentri juga dikenal sebagai fluks atau fluks berdarah yang
merupakan gangguan peradangan usus terutama usus besas yang menghasilkan diare berat
yang mengandung lender dan berdarah dalam feses. Penyebab disentri yakni infeksi kuman
Shigella (disentri basiler) dan parasite entamoeba histolityca (disentri amuba).5
Selain, disebabkan oleh adanya kuman dan bakteri, disentri juga dapat disebabkan
oleh keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal yang jauh dari kebersihan, konsumsi
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga makanan dan minuman
yang tercemar ketika dikonsumsi dan meninggalkan bakteri diusus yang bercampur dengan
sisa makanan yang belum dibuang. 5
Etiologi
Penyebab diare akut secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis,
keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun
yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya
diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.6
6
Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium
defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella sp,
Staphylococus aureus, Vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica,
Parasit :
Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba
hystolitica, Giardia lamblia, Entamoeba hystolica, Isospora billi, Fasiolopsis buski,
Sarcocystis suihominis,Strongiloides stercorlis, dan trichuristrichiura.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karena infeksi (gastroentritis) terdapat pada peringkat pertama s/d
keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.7
7
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena istilah
yang disebut terakhir ini memberi kesan seolah – olah penyakit ini hanya disebabkan oleh
infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan
anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar di antara 150 – 430 perseribu
penduduk setahunnya. Dengan upaya yang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit
dapat ditekan menjadi kurang 3%. Frekuensi kejadian diare pada negara – negara berkembang
termasuk Indonesia lebih banyak 2 – 3 kali berbanding negara maju.
Patofisologi
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan diare adalah untuk menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.5
1. Rehidrasi
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, berat dan sedang.
Tabel 1: Derajat dehidrasi.5
Antara metode yang dapat kita gunakan untuk mengukur kebutuhan cairan untuk rehidrasi
adalah menggunakan Metode Daldiyono dengan berdasarkan skor klinis dan formula.
9
Frekuensi nadi > 120/ menit 1
Kesadaran apati 1
Somnolen, sopor, koma 2
Frekuensi napas > 30 /menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 1
Usia 50 – 60 tahun -1
Usia > 60 tahun -2
Apabila pasien dalam keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan adekuat dengan
minuman dan sari buah. Namun, bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi,
penatalaksaan agresif diberikan seperti:
10
Peroral: untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum
dan kesadarannya baik.
Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa rehidrasi, tetapi anak tidak
mahu minum atau kesadaran menurun.
Intravena untuk dehidrasi berat.
2. Diet
Tidak berpuasa
Tidak meminum minuman yang bergas
Hindari kafein dan alcohol (meningkatkan motilitas peristaltik)
Mengambil makanan yang mudah dicerna
Hindari susu sapi karena defisiensi lactase transien pada pasien
3. Anti diare
Loperamid
4. Antimikroba
Penggunaan obat ini tidak dianjurkan kepada kasus ringan, virus atau bakteri non invasive.
Antibiotika dapat digunakan apabila penyebab infeksinya jelas.
11
Tabel 4: Jenis bakteri dan pengobatannya.8
PENYEBAB TERAPI
Shigelosis Siprofloksasin
Salmonella paratyphi Siprofloksasin
Amoksisilin
Campylobacter Eritromisin
Disentri ameba Tinidazol
V. cholera Siprofloksasin
Tetrasiklin
Giardia lamblia Tinidazol
Strongiloides Albendazol
Komplikasi
12
Gangguan gizi disebabkan :
- Berkurangnya masukan makanan (anoreksia, muntah, memuasakan, memberi
makanan encer)
- Berkurangnya penyerapan zat makanan, terutama unsur lemak dan protein,
disebabkan Kerusakan vili usus, Defisiensi disakaridase/laktase – malabsrorbsi
laktosa, Berkurangnya konsentrasi asam empedu, Transit makanan melalui usus
meningkat, sehingga tidak cukup waktu untuk mencerna dan mengabsorbsi,
Meningkatnya kebutuhan zat makanan dikarenakan meningkat pula metabolisme
dan kebutuhan untuk memperbaiki epitel usus.
Gangguan sirkulasi: Terjadi syok hipovolemik dengan gejala akral dingin, kesadaran
menurun, nadi kecil/sulit teraba dan cepat, tekanan darah menurun, kulit lembab,
berkeringat dingin, pucat dan sianosis.
Kejang disebabkan oleh hipoglikemi, hiperpireksia, hiper atau hiponatremi, atau
penyakit lain mis meningitis atau epilepsi.
Pencegahan
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang
dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus
diperingatkan untuk tidak menelan air.9
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air
rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging
dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak
dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.9
13
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar terutama pada waktu sebelum makan,
setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa,
kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban
dengan tangki septik.
Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal.9
Kesimpulan
Diare yg dialami oleh bapak tersebut adalah diare akut yg dikarenakan oleh infeksi bakteri
enteroinvasif.
14
Daftar Pustaka
1. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL, Harison.
Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC; 2005.h.248-55.
2. Gleadle J. Anamnesis and physical examination of abdomen. History and examination at
a glance. 10th Ed. Blackwell Science Ltd; 2007.
3. Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC; 2006.
4. Chen YA, Christopher T. Acute diarrhea. Gastroenterology in Pediatrics. The Toronto
Notes. 27th ed. Canada: Toronto Notes for Medical Students, Inc. Toronto, Ontario; 2011.
5. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-5. Interna Publishing: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2014.
6. Robbins, Cotran, Kumar. Dasar patologi penyakit. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2007.
7. Geo. F. Brooks, Karen C. Carroll, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, Timothy A.
Mietzner. Adenovirus, Herpesvirus, Rotavirus. Medical Microbiology. 25th ed. Lange: Mc
GrawHill; 2007.
8. Nelwan R H H. Penatalaksanaan diare dewasa di milenium baru. Jakarta: EGC; 2008.
9. Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine. Jakarta:
Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI; 2001.h.56.
15