Anda di halaman 1dari 9

DEFINISI

Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering
dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten. Hemofilia disebabkan
oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX), dikelompokkan sebagai
hemofolia A dan hemofiliaB. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga
termasuk penyakit resesif terkait-X (Ginsberg,2008). Oleh karena itu, semua anak
perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki-
laki tidak terkena.Anak laki-laki dari perempuan yang karier memiliki kemungkinan 50%
untuk menderita penyakit hemofilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan hemofilia
(ayah hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi.Kira-kira 33% pasien
tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi spontan (Hoffbrand, Pettit,
1993).
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan
faktor pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada
kromosom X (Xh). Meskipun hemofilia merupakan penyakit herediter tetapi sekitar 20-
30% pasien tidak memiliki riwayatkeluarga dengan gangguan pembekuan darah, sehingga
diduga terjadimutasi spontan akibat lingkungan endogen maupun eksogen (Aru et al,
2009).

I. ETIOLOGI
Hemophilia disebabkan oleh factor gen atau keturunan. hemofilia A dan B,kedua gen
tersebut terletak pada kromosom X,sehingga termasuk penyakit resesif terkait –X.oleh
karna itu semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita hemophilia adalah karier
penyakit dan anak laki-laki tidak terkena.anak laki-laki dari perempuan yang kerier
memiliki kemungkinan 50% untuk menderita penyakit hemophilia .dapat terjadi pada
wanita homozigot dengan hemophilia( ayah hemophilia,ibu karier) tetapi keadaan ini
sangat jarang terjadi .kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin
akibat mutasi spontan (Hoffbrand, Pettit,1993).

II. PATOFISIOLOGI
Proses hemostasis tergantung pada faktor koagulasi, trombosit dan pembuluh darah.
Mekanisme hemostasis terdiri dari respons pembuluh darah, adesi trombosit, agregasi
trombosit, pembentukan bekuan darah, stabilisasi bekuan darah, pembatasan bekuan darah
pada tempat cedera oleh regulasi antikoagulan, dan pemulihan aliran darah melalui proses
fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah. Cedera pada pembuluh darah akan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan terpaparnya darah terhadap matriks
subendotelial.
Faktor von Willebrand (vWF) akan teraktifasi dan diikuti adesi trombosit. Setelah
proses ini, adenosine diphosphatase, tromboxane A2 dan protein lain trombosit dilepaskan
granul yang berada di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi trombosit dan
perekrutan trombosit lebih lanjut. Cedera pada pembuluh darah juga melepaskan tissue
factor dan mengubah permukaan pembuluh darah, sehingga memulai kaskade pembekuan
darah dan menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan
distabilkan oleh faktor XIII.
Pada penderita hemofilia dimana terjadi defisit F VIII atau F IX maka pembentukan
bekuan darah terlambat dan tidak stabil. Oleh karena itu penderita hemofilia tidak
berdarah lebih cepat, hanya perdarahan sulit berhenti. Pada perdarahan dalam ruang
tertutup seperti dalam sendi, proses perdarahan terhenti akibat efek tamponade. Namun
pada luka yang terbuka dimana efek tamponade tidak ada, perdarahan masif dapat terjadi.
Bekuan darah yang terbentuk tidak kuat dan perdarahan ulang dapat terjadi akibat proses
fibrinolisis alami atau trauma ringan.
Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen F8
terletak di bagian lengan panjang kromosom X di regio Xq28, sedangkan gen F9 terletak
di regio Xq27. Terdapat lebih dari 2500 jenis mutasi yang dapat terjadi, namun inversi 22
dari gen F8 merupakan mutasi yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 50% penderita
hemofilia A yang berat. Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan secara x-linked resesif
sehingga anak laki-laki atau kaum pria dari pihak ibu yang menderita kelainan ini. Pada
sepertiga kasus mutasi spontan dapat terjadi sehingga tidak dijumpai adanya riwayat
keluarga penderita hemofilia pada kasus demikian.
Wanita pembawa sifat hemofilia dapat juga menderita gejala perdarahan walaupun
biasanya ringan. Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa 5 di antara 55 orang
penderita hemofilia ringan adalah wanita.

III. KLASIFIKASI
1. Hemofilia A
a. Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak
kekurangan faktor pembekuan pada darah.
b. Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor
VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan
darah.
2. Hemofilia B
a. Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang
bernama Steven Christmas asal Kanada.
b. Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX)
protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
IV. MANIFESTASI KLINIK
1. Perdarahan ke dalam otot dapat terjadi ditandai dengan pembentukan hematoma
(compartment syndrome).
2. Pendarahan dari mulut atau mimisan mungkin terjadi. Perdarahan setelah prosedur
dental adalah umum, dan mengeluarkan darah dari gusi dapat terjadi pada anak-anak
ketika gigi baru tumbuh.
3. Perdarahan dalam saluran pencernaan dapat menimbulkan darah dalam tinja.
4. Perdarahan dalam saluran kemih dapat mengakibatkan darah dalam urin(hematuria).
5. Perdarahan intrakranial (perdarahan ke dalam otak atau tengkorak) dapat
menyebabkan gejala seperti mual, muntah, dan / atau kelesuan.
6. Peningkatan perdarahan setelah operasi atau trauma adalah karakteristik dari
hemophilia.

V. GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS


Hemofilia A dan hemofilia B secara klinis tidak dapat dibedakan.
Gejala :
 Hemathrosis * (terutama lutut, siku dan pergelangan kaki)
 Nyeri sendi bengkak dan eritema
 Kehangatan kulit
 Turunnya rentang gerak
 Perdarahan otot
 Bengkak
 Nyeri dengan gerakan otot yang terkena
 Tanda-tanda kompresi saraf
 Potensi kehilangan darah yang mengancam jiwa, terutama dengan
 Paha berdarah
 Mulut berdarah dengan ekstraksi gigi atau trauma
 Pendarahan Genitourinari
 Hematuria
 Intracranial hemorrhage (spontan atau mengikuti Trauma), dengan sakit kepala,
muntah, perubahan mental
 Status, dan tanda neurologis fokal
 Perdarahan yang berlebihan dengan operasi

VI. TATALAKSANA TERAPI


A. Sasaran Terapi
Harapan hidup penderita hemofilia hanya 8 sampai 11 tahun Tahun 1920-an dan
1930-an. Dengan pengembangan pengobatan yang efektif Strategi, harapan hidup saat
ini sekitar 65 tahun, atau Hampir dari populasi normal.
B. Tujuan Terapi
Tujuan terapi jangka pendek :
 Penurunan jumlah episode perdarahan per tahun atau frekuensi pendarahan
 Menormalkan atau memperbaiki tingkat konsentrat faktor pembekuan
Tujuan jangka panjang :
 Menjaga fungsi sendi klinis.
 Menormalkan skor sendi ortopedi.
 Menormalkan skor sendi radiologis.
 mempertahankan kualitas hidup.
C. Terapi Farmakologis
1. Hemofilia A
Terapi primer didasarkan pada tingkat keparahan penyakit dan jenis perdarahan.
 penderita penyakit ringan sampai sedang dan kecil episode perdarahan
dapat diobati dengan 1-desamino-8-D-arginine Vasopressin [desmopressin
acetate (DDAVP)], analog sintetis Dari hormon antidiuretik vasopresin.
DDAVP menyebabkan pelepasan Faktor von Willebrand (vWF) dan faktor
VIII dari endogen. Situs penyimpanan Formulasi ini meningkatkan faktor
plasma VIII Tiap tiga sampai lima kali lipat dalam 30 menit. Yang
direkomendasikan Dosisnya 0,3 mcg / kg intravena (dalam 50 ml normal
garam yang diinfuskan lebih dari 15 sampai 30 menit) atau secara subkutan
atau 300 mcg intranasal melalui semprotan sengatan konsentrat setiap 12
jam. Puncak efek dengan Administrasi intranasal terjadi 60 sampai 90 menit
setelah administrasi, yang agak lebih lambat dari pada pemberian intravena.
Desmopressin infus dapat diberikan setiap hari untuk naik Sampai 2 sampai 3
hari. Adenyphylaxis, sebuah respon dilemahkan dengan diulang
Administrasi, dapat terjadi setelah beberapa dosis.
 hemofilia berat membutuhkan penggantian faktor VIII. Terapinya termasuk
rekombinan (diproduksi melalui transfeksi mamalia Sel dengan gen faktor
manusia VIII) atau plasma yang diturunkan (konsentrat Dari pooled plasma)
faktor VIII (Tabel 64-2). Pilihan produk dan dosis didasarkan pada
keseluruhan klinis Skenario karena tidak ada perbedaan efikasi. Konsentrat
rekombinan faktor VIII dianjurkan untuk : (1) pasien yang sebelumnya tidak
diobati, (2) penderita Immunodeficiency virus (HIV) - dan virus hepatitis C
(HCV) Pasien seronegatif, dan (3) penderita hemofilia ringan sampai sedang
Setelah operasi atau trauma saat DDAVP tidak mencukupi Tingkat
keparahan perdarahan dan lokasinya merupakan faktor penentu utama
Koreksi persen terhadap target, serta durasi Terapi (Tabel 64-3). Faktor VIII
adalah molekul besar itu Tetap berada di ruang intravaskular, dan perkiraan
volume Distribusi, kira-kira 50 mL/kg. Umumnya, Tingkat faktor VIII
meningkat 2% (0,02 unit/mL, atau 2 IU/dL) untuk Setiap 1 unit/kg
konsentrasi faktor VIII diinfuskan. Waktu paruh faktor VIII berkisar antara 8
sampai 15 jam. Dengan demikian, 1.750 unit/kg Faktor VIII bolus
diharapkan bisa memberikan tambahan sekitar 50% (0,5 unit / mL, atau 50
IU / dL) di atas garis dasa (1750 unit / 70 kg × 0,02 unit / mL). Setengah
dosis awal adalah Diberikan setiap setengah hari (setiap 8-15 jam).
(Dipiro, dkk., 2008)
Algoritma pengobatan Untuk manajemen Pasien dengan Hemofilia A dan Faktor VIII
antibodi. BU, unit Bethesda; PCC, protrombin Konsentrat kompleks; APCC, diaktifkan
Protrombin Kompleks konsentrat.

Penanganan nyeri pasca operasi


1. Injeksi intrakuskular analgesia harus dihindari.
2. Post-operasi nyeri harus dikelola dalam koordinasi dengan ahli anestesi.
3. Awalnya, morfin intravena atau analgesik narkotika lainnya dapat diberikan, diikuti
oleh opioid oral seperti tramadol, kodein, hidrokodon, dan lainnya.
4. Bila nyeri berkurang, parasetamol / asetaminofen dapat digunakan.
 TERAPI NON FARMAKOLOGI :
 Mencegah perdarahan dengan menghindari trauma
 Tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan perdarahan (seperti
mencabut gigi atau sirkumsisi tanpa persiapan)
 Menjauhi obat-obatan terutama aspirin dan NSAID (kecuali inhibitor
COX2)
 Mengistirahatkan bagian yang cedera, untuk meminimalkan cedera ataupun
penambahan cedera
 Apabila kaki yang mengalami perdarahan, gunakan alat bantu seperti
tongkat.
 Kompres bagian tubuh yang terluka dan daerah sekitarnya dengan es atau
bahan lain yang lembut dan dingin. Tekan dan ikat, sehingga bagian tubuh
yang mengalami perdarahan tidak dapat bergerak (immobilisasi).
 Gunakan perban elastis dan letakkan bagian tubuh tersebut dalam posisi
lebih tinggi dari posisi dada dan letakkan diatas benda yang lembut seperti
bantal (Rotty, 2009).

Anda mungkin juga menyukai