Anda di halaman 1dari 35

ANALISA

JURNAL NASIONAL
JURNAL INTERNASIONAL

OLEH:

LESTARI LOWINGSKY
( 1514201021 )

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Imelda R. Kartika S.Kep M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TA 2018/2019
ANALISA JURNAL NASIONAL

1. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN


KESEHATAN MENTAL PADA LANSIA: STUDI CROSS SECTIONAL PADA
KELOMPOK JANTUNG SEHAT SURYA GROUP KEDIRI
TAHUN : 2015

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P
( patient / clinical problem) Prevalensi gangguan kesehatan mental
pada lansia cukup tinggi. Oleh karena
itu, perlu mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kesehatan mental
pada lansia sebagai dasar penentuan
intervensi untuk menurunkan prevalensi
gangguan kesehatan mental .
2 I Keluarga yang dapat menjalankan
( intervention) fungsinya dengan baik akan memberikan
dukungan, bantuan dan kasih sayang
kepada lansia sehingga lansia tidak merasa
sendiri. Suatu penelitian di Cina
menyatakan bahwa dukungan keluarga
merupakan faktor protektif terjadinya
depresi pada lansia
3 C  Kesehatan mental yang tidak baik
(comparasion) banyak ditemukan pada lansia yang
tinggal dengan keluarga besarnya
(extended family). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan pada
komunitas di Korea.
 Kesehatan mental yang tidak baik
banyak ditemukan pada lansia yang
mempunyai fungsi keluarga yang tidak
baik. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan di negara China
4 O Gangguan kesehatan mental pada lansia
(outcome) anggota Kelompok Jantung Sehat Surya
Group di Kota Kediri cukup tinggi, yaitu
25%. Jenis kelamin, fungsi keluarga,
kesehatan fisik, dan lingkungan
berhubungan secara signifikan dengan
kesehatan mental lansia.
2. JUDUL : PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA PADA MASYARAKAT
MELALUI IMPLEMENTASI CMHN

TAHUN : 2016

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P Tinggi nya angka gangguan jiwa di dunia
( patient / clinical problem) tersebut dikarenakan karena adanya faktor
tuntutan sosial, ekonomi maupun politik,
yang terus saja berkembang pesat. Inidu
yang tidak mampu beradaptasi, akan
mengalami gangguan jiwa yang nantinya
akan berdampak pada kehidupan
selanjutnya.
2 I  Kegiatan pengabdian masyarakat ini
( intervention) merupakan penerapan hasil penelitian
mengenai pendidikan kesehatan jiwa
pada masyarakat.
 pengabdian masyarakat ini dilakukan
untuk masyarakat dalam menanamkan
kesadaran akan pentingnya sehat jiwa,
sehingga mereka yang sehat bertambah
sehat dengan terpenuhinya tugas
perkembangan, yang kelompok risiko
tidak menjadi gangguan.
3 C Pendidikan kesehatan jiwa bertujuanagar
(comparasion) masyarakat memiliki jiwa yang
sehatsehingga terhindar dari berbagai
macam jenis masalah kejiwaan yang
nantinya akanmerugikan diri sendiri dan
juga orang lain.
4 O Evaluasi dilakukan dengan
(outcome) mengukurpeningkatan pengetahuan, sikap
dan masyarakat dalam menghadapi
masalah kesehatan yangtimbul dan pada
akhirnya meningkatkan kualitas kesehatan
melalui pemberdayaanmasyarakat.
3. JUDUL : ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI STRES STUART

TAHUN : 2016

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Asmedi (2012), mengungkapkan di Indonesia
( patient / clinical problem) gangguan jiwa menimbulkan kerugian
ekonomi mencapai Rp 20 triliun, akibat
hilangnya produktivitas, beban ekonomi dan
biaya perawatan kesehatan yang harus
ditanggung keluarga dan negara
2 I Klien gangguan jiwa tidak hanya
( intervention) membutuhkan dukungan ekonomi saja tetapi
juga memerlukan sistem dukungan sosial
yang mencakup dukungan emosional,
informasional, instrumental dan
penilaian/penghargaan untuk menjalani
program pemulihan (recovery) dan
menghadapi stigma di masyarakat.
3 C Mosanya et al (2014) mengungkapkan
(comparasion) kondisi klien yang tidak produktif, dan tidak
berpenghasilan menimbulkan stigma di
masyarakat bahkan keluarga dan
mempengaruhi stigma diri sehingga klien
cenderung mengalami harga diri rendah dan
mempengaruhi kualitas hidup klien
(Mosanya et al, 2014).
4 O Faktor predisposisi terbanyak pada aspek
(outcome) biologis adalah klien pernah mengalami
gangguan jiwa sebelumnya, pada aspek
psikologis adalah tipe kepribadian dan
penyebab pada aspek sosial adalah klien
tidak bekerja, sedangkan faktor presipitasi,
penyebab pada aspek biologis terbanyak
adalah putus obat, penyebab pada aspek
psikologis terbanyak adalah pengalaman
tidak menyenangkan dan penyebab pada
aspek sosial terbanyak adalah konflik dengan
keluarga atau teman.
4. JUDUL : HUBUNGAN KEBERADAAN PASANGAN HIDUP DENGAN HARGA
DIRI PADA LANSIA

TAHUN: 2014

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Perubahan sosial yang terjadi dan dapat
( patient / clinical problem) berpengaruh dalam kesejahteraan sosial
lansia pada masa tuanya adalah keberadaan
pasangan hidup. Kondisi kehilangan
pasangan hidup merupakan salah satu
tantangan emosional terbesar yang mungkin
dihadapi lansia.
2 I Dukungan sosial dengan kesepian pada
( intervention) lansia. Dukungan sosial dapat berasal dari
berbagai sumber seperti pasangan hidup
(suami atau istri), keluarga, teman, rekan
kerja, dan organisasi komunitas. Dapat
disimpulkan bahwa dukungan sosial bukan
hanya dari pasangan hidup (suami atau istri)
tetapi juga dari keluarga, teman, rekan kerja,
dan organisasi komunitas.
3 C Kehidupan lansia yang tidak memiliki
(comparasion) pasangan hidup akan mempengaruhi aktivitas
sosial serta pola hidup lansia. Lansia yang
tidak siap menghadapi hari tua tanpa
pasangan hidup tidak akan merasakan
kepuasan dan kemaknaan hidup seperti yang
diharapkan, bahkan banyak diantara mereka
yang merasa tidak bahagia, depresi ataupun
juga kesepian (Mandasari, 2007).
4 O Kesimpulan dari hasil penelitian didapatkan
(outcome) bahwa lansia yang memiliki pasangan hidup
maupun yang tidak memiliki pasangan hidup
sebagian besar mempunyai harga diri yang
tinggi. Karena harga diri tidak hanya
ditentukan oleh ada atau tidaknya pasangan
hidup tetapi juga bisa karena faktor lain
seperti dari dukungan sosial dari keluarga,
lingkungan, teman dan juga organisasi
komunitas.
5. JUDUL : KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF DAN MENTAL: STUDI CROSS SECTIONAL DI KELURAHAN
KALIANYAR, JAKARTA BARAT

TAHUN : 2014

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Peningkatan harapan hidup berdampak
( patient / clinical problem) terhadap kesehatan lansia, khususnya
gangguan fungsi kognitif dan mental, seperti
demensia dan depresi. Gangguan fungsi
tersebut berpengaruh terhadap skor kualitas
hidup lansia.
2 I Penelitian ini merupakan studi deskriptif
( intervention) analitik dengan rancangan cross sectional.
Hasil perhitungan jumlah minimal sampel
dengan penambahan 25% untuk mencegah
adanya drop out responden adalah sebanyak
103 sampel dengan pengambilan sampel
secara cluster random sampling pada bulan
Agustus 2011.
Pengambilan data dilakukan dengan
melakukan wawancara pada responden.
3 C Penilaian kualitas hidup menggunakan instru-
(comparasion) men kualitas hidup (Quality of Life).
Instrumen ini telah divalidasi oleh WHO dan
memiliki 4 domain penting, yaitu kesehatan
fisik, psikologis, hu-bungan sosial, dan
lingkungan. Hasil penelitian mendapatkan
hubungan yang bermakna, yaitu lansia
dengan demensia dan depresi mengalami
penurunan kualitas hidupnya
4 O Gangguan kognitif dan mental berpengaruh
(outcome) terhadap kualitas hidup, khususnya pada
seluruh domain kualitas hidup (domain ke-
sehatan fisik, psikologis, hubungan sosial,
dan lingkungan).
6. ANALISIS SITUASI PENDUDUK LANJUT USIA DAN UPAYA PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL DI INDONESIA

TAHUN: 2017

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Hak atas jaminan sosial merupakan salah satu
( patient / clinical problem) hak warga negara, begitupun pada penduduk
lanjut usia (lansia) juga mempunyai hak yang
sama dengan penduduk lain. Penduduk lansia
yang dibiarkan tanpa adanya jaminan sosial,
misalnya tanpa adanya jaminan kesehatan
memang rentan menjadi beban masyarakat.
2 I Pemerintah seharusnya dapat memberikan
( intervention) perhatian lebih banyak bagi para Lansia.
Pemerintah sejak sekarang perlu melakukan
langkah-langkah untuk menghadapi ledakan
jumlah Lansia ini, agar kehidupan lansia
menjadi lebih baik.
3 C Penurunan kondisi dan fungsi fisik lansia
(comparasion) juga dinilai menjadi penyebab terjadinya
multimorbiditas, yaitu suatu keadaan di mana
seseorang menderita dua atau lebih penyakit
kronis. Data Indonesian Family Life Survey
(IFLS 2007)menunjukkan prevalensi
multimorbiditas pada lansia di Indonesia
cukup tinggi sekitar 15,8%. Faktor yang
diduga dapat meningkatkan risiko
multimorbitas pada lansia yaitu perilaku
kesehatan yang buruk dan kondisi sosial
ekonomi yang rendah
4 O Populasi lansia di Indonesia yang cenderung
(outcome) terus meningkat (sekitar 8,2% pada tahun
2014) menimbulkan permasalahan kesehatan
seperti berbagai penyakit tidak menular,
penyakit kronik dan degeneratif. Pada
kondisi ini jika lansia dibiarkan tanpa adanya
jaminan sosial, akan rentan menjadi beban
bagi masyarakat. Diketahui bahwa upaya
peningkatan kesejahteraan sosial bagi lansia
masih terbatas karena fokus
penyelenggaraannya hanya pada lansia
terlantar, dan dianggap belum optimal untuk
menangani semua permasalahan
kesejahteraan penduduk lansia di Indonesia.
7. JUDUL : PELINDUNGAN BAGI KELOMPOK BERISIKO GANGGUAN JIWA

TAHUN: 2013

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Peningkatan jumlah Orang Dengan
( patient / clinical problem) Gangguan Jiwa (ODGJ) menunjukkan
lemahnya pelindungan terhadap masyarakat
dari faktor risiko gangguan jiwa. Sumber
daya kesehatan jiwa belum mampu
menangani lonjakan ODGJ,.
2 I perlu dilakukan langkah preventif untuk
( intervention) mencegah bertambahnya ODGJ baru.
Pelindungan ini perlu dilakukan terutama
bagi mereka yang berisiko mengalami
gangguan jiwa agar tidak menurunkan
kualitas kesehatan jiwanya
3 C 4 kelompok berisiko gangguan jiwa yang
(comparasion) harus dijadikan subjek pelindungan, yaitu
berdasarkan usia, kondisi psikososial, kondisi
ancaman, dan kondisi fisik. Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR
RI) perlu membuat peraturan perundang-
undangan yang berperspektif kesehatan jiwa
dalam rangka melindungi masyarakat dari
risiko gangguan jiwa.
4 O Usaha menurunkan jumlah ODGJ harus
(outcome) dimulai dari akarnya, yaitu pencegahan risiko
gangguan kejiwaan. Pelindungan kelompok
berisiko gangguan jiwa bukan hanya tugas
pemerintah sebagai penanggung jawab
kesejahteraan negara ini, tetapi juga menjadi
kewajiban masyarakat yang menjadi
lingkungan terdekat bagi kelompok risiko.
Oleh karena itu perlu diidentifikasikan
kelompok yang berisiko terhadap gangguan
jiwa sebagai langkah awal pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Kelompok-
kelompok risiko ini dibagi atas 4 kategori
yaitu berdasarkan usia, kondisi psikososial,
kondisi ancaman, dan berdasarkan kondisi
fisik.
8. JUDUL : HUBUNGAN ANTARA IMT DAN KEMANDIRIAN FISIK DENGAN
GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA LANSIA

TAHUN: 2015

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Berdasarkan data global burden of disease
( patient / clinical problem) study, gangguan kesehatan mental khususnya
depresi memberikan kontribusi yang besar
bagi beban penyakit. Fungsi tubuh yang
menurun dapat menimbulkan
berbagaimasalah kesehatan seperti terjadinya
masalah gizi, penyakit kronis, serta ketidak
mandirian dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, di mana masalah tersebut merupakan
faktor risiko terjadinya gangguan mental
emosional
2 I Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
( intervention) dengan menggunakan rancangan penelitian
cross sectional. Wawancara dilakukan
kepada 47 orang dengan cara simple random
sampling. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai variabel-
variabel yang diteliti. Variabel tergantung
pada penelitian ini adalah gangguan mental
emosional. Variabel bebas adalah
karakteristik, IMT, serta Kemandirian fi sik.
3 C Selain itu adanya penyakit kronis,kelemahan
(comparasion) atau kerapuhan, kehilangan kemampuan
untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dan
dikarenakan masalah mental maupun fi sik
yang lainnya juga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan mental emosional pada
lansia. Kesehatan mental memiliki dampak
bagi kesehatan fisik dan sebaliknya. Banyak
penelitian mengaitkan kesehatan mental
dengan penyakit kronis. Gangguan mental
dan penyakit kronis memiliki hubungan
kormobiditas (Keyes, 2005).
4 O Tidak ada hubungan antara indeks masa
(outcome) tubuh (IMT) dengan gangguan mental
emosional pada lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Jombang di Kediri.
Sedangkan antara kemandirian fisik dan
gangguan mental emosional menunjukkan
hubungan yang signifikan.
9. JUDUL : RELIGIOSITAS, KEBERADAAN PASANGAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL (SOCIAL WELL BEING) PADA LANSIA BINAAN
PMI CABANG SEMARANG

TAHUN : 2011

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P perubahan baik yang bersifat fisik, mental,
( patient / clinical problem) maupun sosial. Perubahan-perubahan dalam
kehidupan yang harus dihadapi oleh individu
usia lanjut khususnya berpotensi menjadi
sumber tekanan dalam hidup karena stigma
menjadi tua adalah sesuatu yang berkaitan
dengan kelemahan, ketidakberdayaan, dan
munculnya penyakit-penyakit.
2 I
( intervention) Penelitian merupakan penelitian korelasional
dan komparasi dengan pendekatan kuantitatif
yang menekankan analisisnya pada data-data
numerikal yang diolah dengan metode
statistika. Dalam hal ini adalah hubungan
antara religiositas dan kesejahteraan sosial
pada lansia binaan PMI Semarang dengan
mengkomparasi kelompok lansia yang masih
memiliki pasangan hidup dan tidak memiliki
pasangan hidup
3 C Keberadaan pasangan lebih mempengaruhi
(comparasion) kondisi emosional lansia sesuai dengan
pendapat Atshley (dalam Papalia, 2008,
h.965) bahwa kondisi menjanda merupakan
salah satu tantangan emosional terbesar yang
mungkin dihadapi manusia, karena hidup
rata-rata wanita lebih panjang dibandingkan
pria.
4 O lansia dengan tingkat religiositas yang tinggi
(outcome) dalam semua dimensinya akan membantu
lansia yang bersangkutan untuk lebih adaptif
termasuk dalam segala aktivitas dan bidang-
bidang sosial sehingga akan mencapai
kesejahteraan sosial.
Keberadaan pasangan ternyata berkorelasi
negatif terhadap kesejahteraan sosial lansia,
hal ini ditengarai karena ketiadaan pasangan
hidup menjadikan lansia yang bersangkutan
menjadikan aktivitas dan bidang sosial
sebagai kompensasi dari kejadian tersebut
sehingga secara sosial lansia berada pada
kondisi sejahtera.
10. JUDUL : PRAKTEK SEHAT YANG BERPENGARUH TERHADAP
KESEHATAN MENTAL PADA LANJUT USIA
TAHUN: 2015

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P pengaruh proses ketuaan menimbulkan
( patient / clinical problem) berbagai masalah baik secara fisik biologis,
mental, maupun sosial ekonomi. seseorang
yang telah mencapai usia 60 ( enam puluh)
tahun ke atas. Saat ini sedang terjadi
perubahan demografi (usia lanjut bertambah)
yang akan berpengaruh terhadap berbagai
aspek kehidupan lanjut usia, baik secara
individu maupun dalam kaitannya dengan
keluarga dan masyarakat.
2 I Penelitian ini menggunakann penelitian
( intervention) analitik dengan pendekatan kuantitatif.
Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik multistage random
sampling, dilakukan di daerah urban, sub
urban dan rural dengan jumlah sampel 378
responden.
3 C upaya kesehatan mental berupaya agar daya
(comparasion) ingat ini dapat dipertahakan walaupun relatif
sulit. Demensia atau pikun bukan penyakit,
melainkan gejala yang ditandai dengan
turunnya daya ingat, fungsi kognitif, serta
perubahan perilaku atau kepribadian. Pikun
sering dianggap normal pada orang lanjut
usia seiring dengan proses menuanya otak
(Basudewa, 2012)
4 O Kesejahteraan psikologis dapat digambarkan
(outcome) dari suatu sikap yang mampu mengenali dan
menerima berbagai aspek dalam dirinya baik
yang positif ataupun negatif, saling
mempercayai, dan saling mempedulikan
kebutuhan serta kesejahteraan pihak lain,
tidak menggantungkan diri pada penilaian
orang lain untuk membuat keputusan penting
serta mampu mandiri dan dapat menentukan
yang terbaik untuk dirinya sendiri, memiliki
minat yang kuat terhadap hal-hal di luar diri
dan mampu berpartisipasi dalam berbagai
aktivitas serta mampu mengendalikannya,
memiliki keterarahan dan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai dalam hidupnya, serta
menganggap bahwa hidupnya bermakna dan
berarti, baik di masa lalu, kini, maupun yang
akan datang.
11. PENGATURAN POLA HIDUP DAN AKTIVITAS FISIK MENINGKATKAN
UMUR HARAPAN HIDUP

TAHUN: 2013

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan
( patient / clinical problem) menimbulkan masalah besar bila
kemunduran fisik menimpa kelompok ini dan
tidak disertai pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pada sebagian orang
merasa cemas dan takut memasuki usia
lanjut.
2 I Berdasarkan berbagai laporan penelitian
( intervention) ternyata proses penuaan itu dapat
diperlambat dengan pengaturan pola hidup
yang terdiri dari beberapa unsur dari pola
hidup antara lain pola tidur, bekerja, makan,
olahraga dan rekreasi. Disarankan agar
semua orang melakukan pola hidup sehat
sedini mungkin sejak anak-anak sampai
seumur hidup.
3 C Di Afganistan, bangsa kaukasus di Rusia dan
(comparasion) bangsa Indian di pegunungan es di Amerika
Latin sebagian besar mempunyai umur lebih
dari pada 72 tahun. Ternyata pola hidup yang
mempunyai mobilitas tinggi, tidur cukup,
makan seimbang dan tidak banyak stress.
Pola hidup menentukan proses penuaan dan
pola hidup ini selalu menyesuaikan dengan
dengan kondisi lansia, sehingga lansia sendiri
harus menetukan pola hidup sehat untuk
dirinya sendiri.
4 O Oleh karena itu pengaturan pola hidup sehat
(outcome) untuk menunda proses penuaan harus
dilakukan sedini mungkin agar dapat
memperpanjang umur masyarakat.
Pengaturan ini akan dapat terlaksana bila
masyarakat telah memahami dengan benar
bagaiman proses penuaan terjadi dan
berbagai faktor yang mempengaruhi
sehingga mereka mampu melaakukan
perubahan pola hidupnya untuk menunda
proses penuaan.
12. HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI
DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT

TAHUN: 2017

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Maraknya tingkat depresi yang terjadi
( patient / clinical problem) sebagai salah satu penyakit mental yang
paling sering dialami baik anak-anak, remaja,
dewasa, bahkan lansia, sehingga dapat
mempengaruhi interaksi sosial antar sesama
dilingkungan sekitarnya.
2 I Desain penelitian ini adalah dengan
( intervention) pendekatan cross sectional. Pada penelitian
ini pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive
sampling.Instrumen dalam penelitian ini
adalah lembar kuesioner, dan pengolahan
data melalui tahap editing, coding,
tabulating, dan analisis univariat dan
bivariate dengan menggunakan uji Chi-
Square dengan tingkat kepercayaan
3 C Penelitian yang dilakukan Kusumowardani &
(comparasion) Puspitosari (2014) di desa Sobokerto
Kecamatan Ngemplak Boyolali menunjukan
bahwa adanya hubungan signifikan dengan
tingkat korelasi sedang antara tingkat depresi
lansia dengan interaksi sosial, semakin tinggi
tingkat depresinya maka semakin rendah
tingkat interaksi sosialnya begitu pula
sebaliknya.
4 O Depresi lanjut usia di Desa Tombasian Atas
(outcome) Kecamatan Kawangkoan Barat dengan
presentase terbanyak pada depresi,interaksi
sosial lanjut usia di Desa Tombasian Atas
Kecamatan Kawangkaon Barat dengan
presentase terbanyak pada interaksi sosial
baikdan terdapathubungan yang signifikan
antara depresi dengan interaksi sosial lansia
di Desa Tombasian Atas Kecamatan
Kawangkoan Barat.
13. JUDUL : PERILAKU KELUARGA DALAM PENGASUHAN ORANG
DENGAN GANGGUAN JIWA DI KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN
BLITAR

TAHUN : 2017

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Perilaku keluarga dalam pengasuhan orang
( patient / clinical problem) dengan gangguan jiwa adalah tindakan dari
keluarga dalam mengasuh orang dengan
gangguan jiwa. Tujuan penelitian adalah
menggambarkan perilaku keluarga dalam
pengasuhan orang dengan gangguan jiwa .
2 I Penelitian ini menggunakan desain penelitian
( intervention) deskriptif. Populasi penelitian adalah semua
keluarga dengan anggota keluarga orang
dengan gangguan jiwa di Kecamatan
Kanigoro Kabupaten Blitar.
Keluarga merupakan sistem pendukung
utama yang memberikan perawatan dasar
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit)
pasien, keluarga juga merupakan suatu unit
pelayanan dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien dan masyarakat
3 C Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2003)
(comparasion) menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh
3 faktor utama, yakni: faktor-faktor
predisposisi (predisposing factors), faktor-
faktor pemungkin (enambling factors) dan
faktor-faktor penguat
(reinforcing factors).
4 O Perilaku keluarga dalam pengasuhan orang
(outcome) dengan gangguan. jiwa secara umum dalam
kategori kurang sebesar
49% keluarga 2) Perilaku keluarga dalam
pengasuhan orang dengan gangguan jiwa
tentang pengobatan orang dengan gangguan
jiwa sebagian besar dalam kategori kurang
sebesar 61% keluarga 3) Perilaku keluarga
dalam pengasuhan orang dengan gangguan
jiwa tentang pemenuhan activity daily living
(ADL) orang dengan gangguan jiwa sebagian
besar dalam kategori baik sebesar 64%
keluarga 4) Perilaku keluarga dalam
pengasuhan orang dengan gangguan jiwa
tentang pengontrolan kondisi psikososial
orang dengan gangguan jiwa sebagian besar
dalam kategori baik sebesar 46% keluarga.
14. JUDUL : Komunitas SEHATI (Sehat Jiwa dan Hati) Sebagai Intervensi
Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat

TAHUN: 2016

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Tingginya kasus gangguan kejiwaan di seluruh
( patient / clinical problem) dunia menjadi perhatian khusus para
pemangku kepentingan yang terkait dengan
kebijakan kesehatan mental.
kasus Skizofrenia tidak dapat lagi dilihat
secara individual, namun harus diintervensi
dalam skala makro/sistem. Skizofrenia,
gangguan psikotik, dan gangguan neurotik
umumnya terjadi karena tekanan yang berasal
dari keluarga ataupun masyarakat. Oleh karena
itu, pengetahuan praktis mengenai gangguan
jiwa berat tersebut selayaknya juga dipahami
oleh masyarakat..
2 I Penelitian ini menggunakan pendekatan
( intervention) penelitian tindakan (action research) yang
melibatkan subjek yang diteliti dan mereka
diharapkan dapat meneruskan pengetahuan
dari Pedukuhan X kepada anggota masyarakat
lainnya dalam bentuk tindakan nyata.
Penelitian tindakan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dalam proses asesmen
dan analisis data. Variabel yang diukur dalam
penelitian ini adalah informasi tentang
kesehatan jiwa.
3 C Keterlibatan masyarakat dalam mewujudkan
(comparasion) komunitas sehat mental terbukti efektif
membantu kinerja profesional di bidang
kesehatan mental dan meningkatkan kesadaran
kolektif terhadap pentingnya kesehatan mental.
4 O Penyebab utama gangguan kejiwaan di
(outcome) Pedukuhan X adalah tekanan sosial ekonomi
dan tekanan sosial. Pola komunikasi dalam
keluarga yang tidak cair menyebabkan anggota
keluarga yang terkena masalah enggan berbagi
cerita. Oleh karena itu, pembentukan
komunitas pedukuhan sehat jiwa dan hati
(SEHATI) dapat menjadi wadah promotif,
preventif, dan kuratif terhadap masalah
kesehatan jiwa di skala pedukuhan.
15. JUDUL : Gambaran Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Di Desa Ranjeng Dan Cilopang
Kabupaten Sumedang

TAHUN: 2017

No. Kriteria Pembenaran & Critical Thinkimg


1 P Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa
( patient / clinical problem) hingga saat ini angka insidennya masih
tinggi. Sekitar satu persen penduduk dunia
akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu
dalam hidupnya. Gangguan jiwa di Indonesia
juga telah menjadi suatu masalah yang cukup
serius, Masalah kesehatan jiwa masyarakat
meliputi kecemasan, stress ringan bahkan
sampai gangguan jiwa berat.
2 I Metode penelitian yang digunakan adalah
( intervention) deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitianefek atau hasil yang
bertujuan melakukan deskripsi mengenai
fenomena yang ditemukan , baik yang berupa
faktor resiko maupun efek atau hasil
(sastroasmoro, 2008).
3 C CMHN (2006) menyatakan bahwa tujuan
(comparasion) deteksi dini adalah untuk mengetahui jumlah
keluarga yang sehat, yang bermasalah
masalah psikososial dan yang mengalami
gangguan jiwa.

4 O Tujuan dari CMHN yaitu memberikan


(outcome) pelayanan, konsultasi dan edukasi atau
memberikan informasi mengenai prinsip-
prinsip kesehatan jiwa kepada para agen
komunitas lainnya.
Program kesehatan jiwa ini harus terus
dipantau dan dilakukan pelatihan serta
peningkatan pengetahuan masyarakat dan
juga petugas kesehatan tentang pentingnya
kesehatan jiwa.
ANALISA JURNAL INTERNASIONAL

1. JUDUL : KESEHATAN MENTAL PADA LANSIA


TAHUN: 2014

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P kualitas hidup dan kesehatan mental pada
( patient / clinical problem) orang tua yang tinggal di distrik Betlehem.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan mental
yang paling umum dan bagaimana mereka
mempengaruhi kualitas hidup.
2 I penelitianIni adalah cross-sectional, non-
( intervention) eksperimental jenis penelitian studi empiris.
Ini memiliki karakteristik deskriptif,
korelasional dan jelas dan dimaksudkan untuk
mengevaluasi efektivitas prediksi beberapa
variabel yang diteliti, seperti jenis kelamin,
usia, status perkawinan, kualifikasi akademik,
pekerjaan, apakah mereka aktif, profesi
mereka, seberapa sering mereka mengunjungi
keluarga dokter atau GP, dan persepsi diri
kesehatan.
3 C jika mereka telah memiliki penyakit selama
(comparasion) lebih dari tiga bulan, seperti diabetes, asma,
penyakit jantung, stroke, hipertensi,
penyakitpencernaan, penyakit osteoarticular,
migrain, penyakit kejiwaan, keganasan atau
orang lain, jika mereka mengambil inisiatif
sendiri untuk pergike Puskesmas, alasan
mengapa mereka pergi ke pusat kesehatan,
jika itu adalah kunjungan pertama dalam tiga
bulan terakhir, jika janji telahdilakukan di
muka, cara penunjukan itu dibuat, itu mereka
diberitahu tentang kemungkinan mengubah
waktu dan hari pengangkatan, itu janji itupada
hari dan pada saat yang dimaksudkan,
bagaimana mereka melakukan perjalanan ke
pusat kesehatan, berapa lama waktu
untukmelakukan perjalanan, berapa lama
mereka mengambil di pusat kesehatan
berkaitan dengan kuesioner kesehatan umum
Goldberg ( 1972,1978).
4 O Mengingat hasil kami kita dapat
(outcome) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan secara statistik antara keberadaan
penyakit
kronis dan persepsi status kesehatan mental di
semua sub-skala.
Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara persepsi
diri dari status kesehatan untuk orang tua dan
persepsi status kesehatan mental di semua
subskala kecuali untuk “disfungsi sosial”
subskala.

2. JUDUL : pengaruh positif dan negatif dari partisipasi sosial padakesehatan fisik
dan mental di kalangan masyarakat yangtinggal lansia berusia 65 - 70 tahun:
sebuah studicross-sectional di Jepang

TAHUN : 2017

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P partisipasi sosial (SP) merupakan penentu
( patient / clinical problem) penuaan aktif [1], dan ada banyakbukti bahwa
SP dapat menghasilkan hasil kesehatan yang
positif, baikkesehatan fisik dan kesehatan
mental. Mekanisme orang-orangbagaimana
lansia SP manfaat kesehatan mereka
dianggap sebagai berikut.SP mendorong
aktivitas fisik, yang memungkinkan peserta
untukmempertahankan fungsi fisik
2 I menggunakan data dari Survei Kesehatan
( intervention) Nara Data, survei crosssectional, berdasarkan
populasi baby boomer .Pada 2015, tertuababy
boomer Jepang mencapai usia 65, dan terdiri
sebagian besarpopulasi lanjut usia. Dalam
masyarakat penuaan ultra-super, babyboomer
diharapkan untuk memainkan bagian hidup
dalam partisipasisosial setelah pensiun dari
pekerjaan aktif.
3 C Takeuchi et al. [2] menunjukkan
(comparasion) bahwapartisipasi sering terjadi di kelompok
olahraga dan klub hobi dikaitkandengan
kesehatan gigi yang lebih baik, tapi ada
hubungan yang signifikanantara partisipasi
jarang terjadi dalam asosiasi masyarakat
lingkungan dan\ kesehatan gigi yang lebih
baik. Musick dkk. [17] melaporkan
bahwarelawan yang kuat tidak memiliki efek
perlindungan pada kematian, danrelawan
sedang dikaitkan dengan risiko lebih rendah
untuk kematian.Studi-studi ini menunjukkan
bahwa partisipasi sering terjadi di
jenistertentu SP memiliki potensi untuk
menghasilkan rasa kewajiban untuk
berpartisipasi, yang mungkin tidak memiliki
menguntungkan efek pada kesehatan mereka.
Saran ini menunjukkan bahwa jenis dan
frekuensi SP merupakan indikator evaluasi
penting.
4 O Penelitian ini menunjukkan bahwa SP tidak
(outcome) selalu bermanfaat bagikesehatan orang lanjut
usia. Ketika peserta berpartisipasi dalam
SPbawah secara otonom, dapat bermanfaat
bagi kesehatan mental, tetapi dibawah dasar
wajib, pengaruhnya mungkin negatif. Dalam
rangka untukmenjaga kesehatan mental yang
baik di masyarakat yang tinggal tua,mungkin
penting untuk strategi SP untuk menghormati
otonomi orang tua.studi prospektif di masa
depan diperlukan untuk membangun
hubungansebab-akibat.

3. JUDUL : Asosiasi antara Lifetime Acara Trauma dan Kondisi Fisik kronis
selanjutnya: A CrossNational, Cross-Sectional Study

TAHUN : 2013

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P Sebuah badan pemasangan penelitian telah
( patient / clinical problem) mendokumentasikan hubungan antara
eksposur peristiwa traumatik dan kesehatan
fisik yang buruk. Sampai baru-baru asosiasi
ini telah dianggap dimediasi oleh gangguan
stres pasca trauma (PTSD) .mediasi ini sangat
masuk akal karena PTSD dan gangguan
mental lainnya telah berulang kali dikaitkan
dengan bersamaan dan selanjutnya kesehatan
fisik yang buruk
2 I Penelitian ini menggunakan Cross-sectional,
( intervention) tatap muka survei rumah tangga orang
dewasa & Wawancara Composite
Internasional Diagnostik dinilai LTES seumur
hidup dan gangguan mental DSM-IV. kondisi
fisik kronis dipastikan oleh laporan diri dari
diagnosis dokter dan tahun diagnosis atau
onset.
3 C Null Temuan untuk kankerkonsisten dengan
(comparasion) kurangnya bukti kuat dari studi prospektif
sebelumnya dariasosiasi antara eksposur stres
dan timbulnya kanker meskipun ini
adalahwilayah yang kontroversial dengan
temuan yang bertentangan Berkenaan dengan
stroke, meskipun ada beberapa bukti dari
penelitian sebelumnyadari hubungan antara
stres yang dilaporkan sendiri dan stroke,
tampaknyamenjadi lebih kuat atau lebih
konsisten untuk mematikan daripada non-
fatal strokeyang mungkin menjelaskan
mengapa kita tidak menemukan hubungan
dengan stroke pada studi ini
4 O peristiwa traumatis yang berhubungan dengan
(outcome) efek samping hilir pada kesehatan fisik,
independen dari PTSD dan gangguan mental
lainnya. Meskipunasosiasi sederhana mereka
memiliki implikasi kesehatan masyarakat
karena tingginya prevalensi peristiwa
traumatik dan berbagai kondisi fisik umum
terpengaruh.
Efek stres traumatik menjadi perhatian bagi
semua profesional medis dan peneliti, bukan
hanya spesialis kesehatan mental.

4. JUDUL : Komunitas-Level Modal Sosial dan Distress psikologisantara Lansia di


Jepang: Sebuah Studi Berbasis Kependudukan

TAHUN : 2015

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P Gangguan depresi utama adalah penyebab
( patient / clinical problem) kedua kecacatan di dunia.Selain itu,
kesehatan mental merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting dalam
konteks masyarakat penuaan.
Misalnya, dari total beban penyakit di antara
mereka berusia di atas 60 tahun keatas.
2 I bahkan setelah secara bersamaan disesuaikan
( intervention) untuk modal sosial tingkat individu
dandukungan sosial. Meskipun kita tidak
bisa mengecualikan penyebab terbalik karena
desain cross-sectional, temuan
kamiberkontribusi untuk lebih memahami
hubungan antara modal sosial dan kesehatan
mental dan promosi kebijakan masadepan
kesehatan mental untuk mengatasi populasi
penuaan. Penelitian di masa depan harus
mengeksplorasi kekokohantemuan kami
melalui desain longitudinal..
3 C Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
(comparasion) masyarakat ketidakpercayaan dan kurangnya
timbal balik yang berhubungan dengan
tekananpsikologis antara orang-orang lanjut
usia Jepang. Hasil ini tidak mengubah secara
substansial bahkan setelah secara
bersamaandisesuaikan untuk persepsi
individu-tingkat modal sosial dan dukungan
sosial.
4 O Penelitian ini menunjukkan bahwa
(outcome) kurangnya modal sosial di tingkat
masyarakat dikaitkan dengan tekanan
psikologis di antara penduduk lansia Jepang.

5. JUDUL :Efek dari gangguan kognitif dan keterbatasan fungsionalpada gejala


depresi di kalangan masyarakat yang tinggalimigran Korea yang lebih tua di AS

TAHUN : 2018
No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg
1 P Untuk populasi ini berkembang pesat, depresi
( patient / clinical problem) telah diidentifikasi sebagai masalah kesehatan
mental utama.Studi menunjukkan bahwa
gejala depresi yang sampai empat kali lebih
umum di Korea-Amerika yang lebih tua dari
padapopulasi umum tua .Selain itu, tingkat
depresi di kalangan imigran Korea yang lebih
tua diperkirakan dua kali tingkatdepresi
ditemukan di antara lebih tua Filipina, Cina,
dan Jepang-Amerika, masing-masing
Menanggapi trenmengganggu.
2 I Sampel penelitian diambil dari survei imigran
( intervention) Korea yang lebih tua yang tinggal di
komunitas (usia 65tahun atau lebih tua) di
Los Angeles County pada tahun 2010. Karena
terbatasnya ketersediaan unitsampling untuk
membentuk populasi penelitian, convenience
sampling digunakan untuk perekrutanpeserta.
Data dikumpulkan di gereja-gereja lokal
Korea, pusat kesehatan hari dewasa, pusat
senior, danasosiasi senior. kuesioner survei
disediakan di Korea menggunakan kembali
terjemahan, dengan surveipertama disusun
dalam bahasa Inggris, dan kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Korea
olehpenerjemah profesional. Dilatih pekerja
sosial bilingual melakukan wawancara tatap
muka di Korea dansetiap wawancara
mengambil sekitar 40 menit.
3 C Penellitian sebelumnya telah mengidentifikasi
(comparasion) beberapa faktor risiko (misalnya, status
kesehatan yang buruk, status sosial ekonomi
rendah, stres akulturatifdan sumber daya yang
terbatas pribadi) terkait dengan gejala depresi
pada kelompok berisiko tinggi ini. Temuan
dari studi inimenunjukkan bahwa penurunan
kemampuan kognitif berhubungan erat
dengan gejala depresi di kalangan imigran
Korea yang tinggaldi komunitas yang lebih
tua]. Namun, sedikit yang diketahui tentang
bagaimana gangguan kognitif berhubungan
dengan faktorrisiko fisik lainnya, sehingga
mungkin memperburuk risiko depresi.
4 O Penelitian ini meneliti efek dari gangguan
(outcome) kognitif dan keterbatasan fungsional pada
gejala depresi di
kalangan imigran Korea yang lebih tua,
setelah mengontrol pengaruh variabel
demografis. Penyelidikan inilebih lanjut
meneliti pengaruh efek interaksi keterbatasan
fungsional dalam IADL dan fungsi kognitif
(MMSE)pada gejala depresi. Temuan
mengungkapkan bahwa gejala depresi secara
signifikan terkait dengan keduaketerbatasan
fungsional dan gangguan kognitif dalam
populasi penelitian.

6. JUDUL : Efek dari Perubahan Status Kerja KesehatanOrang Lanjut Usia di


Jepang

TAHUN: 2015

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P Bekerja di usia tua dianggap sebagai cara
( patient / clinical problem) yang baik untuk menjaga satu ' kesehatan
sesuai dengan ide penuaan produktif.
Namun, tidak ada cukup bukti belum apakah
pensiun adalah baik atau buruk, atau jenis
efek itu pada kesehatan orangdewasa berusia
65 dan lebih. Kami diperiksa dengan
menggunakan data terbaru dari kota Wako,
daerah pinggiran kota dekat
Tokyo di Jepang.
2 I Dalam analisis cross-sectional, kami
( intervention) membandingkan ini 3 indikator oleh tiga
kelompok: penuh waktu pekerja,pekerja
paruh waktu, dan non-pekerja. Dalam analisis
longitudinal, kami membandingkan tiga
indikator ini dengan duakelompok: subyek
yang berturut-turut bekerja pada tahun 2008,
2010, 2012, dan mata pelajaran yang bekerja
pada tahun
2008 tapi pensiun sebelum tahun 2010. Kami
menggunakan satu arah dan dua langkah-
langkah cara diulang ANCOVA untuk
analisis ini, masing-masing.
3 C Selain itu, kami telah mengklarifikasi efek
(comparasion) pekerjaan paruh waktu. Meskipun ada banyak
yang lebih tua pencari kerja untuk
pekerjaanpenuh waktu, Tampaknya cukup
untuk menjaga kesehatan mereka dengan
melakukan pekerjaan paruh waktu dan
transisi yang baikketika berhenti dari
pekerjaan penuh-waktu untuk menghindari
kerusakan yang cepat dari kesehatan mereka
berusia di atas 65 tahun.
4 O Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan.
(outcome) Penelitian ini dilakukan hanya 3 kali dalam 4
tahun. Kita harusmemeriksa apakah efek
hanya sementara atau permanen dengan
melakukan penelitian lagi. Interval ini juga 2
tahun, sehingga definisi jangka pendek dan
jangka panjang adalah dengan kenyamanan
operasi statistik. Juga,berbagai pekerjaan
tidak dianggap. Selfemployment, yang
terkandung statistik lebih dalam subjek
penelitian ini,atau bertani, yang lebih di
daerah pedesaan, mungkin berbeda dari
pekerjaan lain. Ukuran sampel dari
ANCOVAsrelatif kecil meskipun mereka
secara statistik signifikan
7. JUDUL : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prevalensi Gangguan KesehatanJiwa
di antara Melayu Lansia yang berada di Masyarakat Pedesaan -Sebuah cross
sectional Study

TAHUN : 2016
No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg
1 P masalah kesehatan mental yang umum di usia
( patient / clinical problem) tua, tetapi sering tidak terdeteksi dan tidak
diobati. masalah kesehatanmental pada orang
tua merupakan hasil dari interaksi yang
kompleks dari faktor-faktor sosial, psikologis
dan biologis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan prevalensi masalah kesehatan
mental (depresi, kecemasan, danstres
emosional) dan faktor terkait di kalangan
orang tua Melayu di komunitas pedesaan
Perak, Malaysia.
2 I Itu adalah studi cross-sectional. Melayu lansia
( intervention) berusia 60 tahun ke atas yang dipilih melalui
pengambilan sampelnyaman untuk
memberikan total 230 responden. Depresi,
Kecemasan, dan Skala Stres (DASS-21)
digunakan untuk menilai gejala depresi,
kecemasan, dan stres. analisis bivariat
dilakukan dengan menggunakan tes chi-
square danbeberapa analisis regresi logistik
dilakukan untuk menentukan hubungan antara
faktor-faktor dan masing-masing
dari status kesehatan mental dinilai.
3 C Satu studi oleh Albright [ 24 ] Telah
(comparasion) menemukan bahwa prevalensi stres di
kalangan imigran tua di California adalah
27%,yang tiga kali lebih tinggi dibandingkan
dengan studi ini. Namun demikian,
tampaknya sulit untuk membandingkan
prevalensi
.
4 O Depresi dan kecemasan di kalangan orang tua
(outcome) Melayu di masyarakat pedesaan yang sangat
mengkhawatirkan. Lebih ekuitas
dalamkesehatan harus dibuat atau diperkuat
untuk mengintensifkan kesempatan untuk
mengidentifikasi, mendiagnosa, dan
mengobatiorang-orang dengan masalah
kesehatan mental. Hidup pengaturan dalam
masyarakat pedesaan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi depresi dan
kecemasan..
8. JUDUL : TANTANGAN CACAT FISIK DAN MENTAL

TAHUN : 2018

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P Menurut Organisasi Kesehatan Dunia,hampir
( patient / clinical problem) semua individu akan mengalami cacatpada
beberapa waktu dalam kehidupanmereka, dan
kemungkinan bahwa mereka yanghidup lebih
lama akan bertahan meningkatkankesulitan-
fungsi fisik dan mental sehari-hari
2 I Temuan menyorotikebutuhan untuk
( intervention) menerapkan strategipencegahan dan
rehabilitasi yang lebihkomprehensif. Strategi
ini akan mendukungorang dewasa tidak hanya
lebih tua sendiritetapi juga peserta angkatan
kerja saat ini.
3 C Tanpa diduga, faktor-faktor seperti
(comparasion) pendapatanyang lebih tinggi rumah tangga,
tempat tinggal didaerah perkotaan, dan
tempat tinggal di negara ini ' s wilayah timur
juga dikaitkan dengan cacatcomorbidmental
riskof lebih tinggi.
4 O Kesimpulannya, penuaan global,
(outcome) sebagaiperwujudan dari kemajuan
masyarakatmanusia dan peradaban,
membawa keduatantangan dan peluang.
China sangatmenyadari tanggung jawab dan
misi dalamkesehatan penduduk dan
pembangunan manusia berkelanjutan,
sebagaimanadibuktikan di Cina Sehat
9. JUDUL : Efek kesehatan terkait Program Perawatan Lansia
TAHUN : 2018

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P Untuk menentukan partisipasi saat ini di
( patient / clinical problem) ECEP dan karakteristik orang tuayang
berpartisipasi dan mendapatkan manfaat,
analisis dilakukan padakarakteristik
demografis dan status prevalensi penyakit
kronis dari 108.803ECEP ticipants par- dari
2007-2013 dan pada 33.932 penerima ECE
2013.
Empat puluh enam penyakit kronis
disarankan oleh Van Den BUSSCHE etal.
[14], seperti kanker, hipertensi,
osteoarthrosis, diabetes mellitus, dandepresi
2 I Untuk mengetahui pengaruh partisipasi dalam
( intervention) program perawatan lansia, analisis
komparatifdilakukan pada biaya pengobatan
dan pemanfaatan perawatan medis oleh
12.412 orang tua yangtelah berpartisipasi
dalam ECEP selama lebih dari tiga bulan
pada 2013 dan oleh 3307 senior yangsiaga
untuk partisipasi program yang ingin
berpartisipasi dalam program kerja senior
yang jeniskesejahteraan pada tahun 2013.
3 C Tidak hanya ECEP memberikan orang
(comparasion) tuadengan pekerjaan, tetapi juga memberikan
pelayanan kesejahteraan kepadapenerima
dengan mencocokkan mereka dengan
penyedia perawatan lansia.
Oleh karena itu, efek dari dukungan
emosional pada hal-hal seperti depresidan
perasaan terasing dapat diharapkan untuk
mewujudkan melaluipertukaran emosional
antara peserta ECEP dan penerima perawatan.
4 O Penelitian ini menunjukkan perbedaan
(outcome) peningkatan biaya pengobatan
danpemanfaatan perawatan medis
berdasarkan partisipasi dalam ECE.
Artipenting dari studi ini adalah evaluasi dari
efek dari ECEP, dengan fokuspada biaya
pengobatan dan pemanfaatan perawatan
medis, sebagaiindikator kesehatan orang tua
10. JUDUL : kesehatan mental dan kualitas hidup orang-orang tua di
distrikBetlehem: studi cross-sectional

TAHUN: 2018
No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg
1 P kualitas hidup dan kesehatan mental pada
( patient / clinical problem) orang tua yang tinggal di distrik Betlehem.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untukmengidentifikasi masalah kesehatan
mental yang paling umum dan bagaimana
mereka mempengaruhi kualitas hidup.
2 I Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada
( intervention) bulan Juni dan Juli, 2010. Kami merekrut
sampel kenyamanan orang tua (berusia 65
tahun danlebih tua) tinggal di distrik
Betlehem di wilayah Palestina yang diduduki.
Menggunakan kuesioner terstruktur, kami
menilai kualitas hidup denganWHOQOL-
BREF dan status psikologis saat ini dan
kesusahan dengan Gejala Inventor Brief.
formulir persetujuan lisan diperoleh dari
semua peserta
sebelum wawancara mereka.
3 C Mengingat tingginya prevalensi penyakit
(comparasion) kronis dan efek negatif terhadap kesehatan
psikologis dan kualitas hidup,
kamimerekomendasikan penyediaan layanan
kesehatan yang lebih baik bagi orang tua,
terutama mereka yang tinggal di daerah
pedesaan. Temuan kamijuga menunjukkan
pentingnya program pendidikan khusus untuk
kesehatan fisik dan psikologis orang tua.
4 O Mengingat tingginya prevalensi penyakit
(outcome) kronis dan efek negatif terhadap kesehatan
psikologis dan kualitas hidup,
kamimerekomendasikan penyediaan layanan
kesehatan yang lebih baik bagi orang tua,
terutama mereka yang tinggal di daerah
pedesaan. Temuan kamijuga menunjukkan
pentingnya program pendidikan khusus untuk
kesehatan fisik dan psikologis orang tua.
11. Partisipasi dalam Fisik, Sosial, dan Kegiatan Keagamaandan Risiko Depresi pada
Lansia: A Berbasis MasyarakatTiga Tahun Longitudinal Study di Korea

TAHUN: 2015
No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg
1 P Depresi pada orang tua adalah masalah
( patient / clinical problem) kesehatan masyarakat menarik perhatian di
seluruh dunia. penelitian yang
sedangberlangsung difokuskan pada faktor
risiko biologis, psikososial, dan lingkungan
yang relevan. Dalam beberapa dekade
terakhir,upaya intensif telah dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor risiko psikososial
untuk depresi yang allowmodification dan
intervensi .

2 I Berbeda dengan sebelumnya studi yang


( intervention) sebagian besar difokuskan pada aspek
fungsional ataukualitatif faktor risiko tunggal,
kami kuantitatif mengevaluasi faktor risiko
tiga dalam kombinasi.Keseimbangan antara
kedua pendekatan ini akan memberikan
landasan teoritis untuk pengembangan
intervensi dibidang pelayanan kesehatan
mental masyarakat, untuk mendorong
perubahan perilaku pada usia lanjut.
3 C Arti penting dari penelitian ini terletak pada
(comparasion) kenyataan bahwa itu adalah pendekatan
komprehensif pertama yang
telahdikembangkan, untuk yang terbaik dari
penulis ' pengetahuan, untuk mengevaluasi
efek protektif dari tiga variabel
yaitu,partisipasi aktivitas fisik, sosial, dan
agama. Efek protektif variabel-variabel ini
telah dibuktikan dalam penelitian ini.
Pengembangan metode untuk mengurangi
risiko depresi pada orang tua sejauh telah
menjadi isu penting di bidangpelayanan
kesehatan mental masyarakat.
4 O Partisipasi dalam aktivitas fisik, sosial, dan
(outcome) keagamaan dikaitkan dengan penurunan
risiko depresi pada orang tua.
Selain itu, risiko depresi jauh lebih rendah
pada orang tua yang berpartisipasi dalam dua
atau tiga dari jenis yangdisebutkan di atas
aktivitas dari itu pada orang tua yang tidak.
12. JUDUL : Mempromosikan Kesehatan Mental dan Partisipasi Masyarakat

TAHUN : 2015
No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg
1 P Menurut Organisasi Kesehatan Dunia,
( patient / clinical problem) mempromosikan kegiatan kesehatan mental
tidak hanya melibatkan mencegah gangguan
mental, tetapi juga menciptakan individu,
kondisi sosial dan lingkungan untuk
memungkinkan perkembangan psikologis dan
psychophysiological optimal, sesuai penuh
dengan Hak
2 I Rencana kerja untuk temuan saat ini telah
( intervention) dalam pembangunan sejak April 2009 sebagai
bagian dari proyek penelitian disetujui dan
didanai oleh School of Psychology dari
Universitas Buenos Aires. Sejalan dengan
penelitian kesehatan kualitatif (Minayo,
2006), penelitian ini memiliki sifat deskriptif
dan eksploratif. Strategi desain buang biji
dalam studi kasus yang unik (Yin, 1994),
mengambil sebagai unit pengamatan dan
analisis kegiatan komunitas promosi
kesehatan mental yang dilakukan oleh
jaringan lembaga di kota Buenos Aires.
3 C Pada tahun 2006, beberapa lembaga dari
(comparasion) lingkungan menciptakan jaringan lembaga
wilayah berbasis. Sejak itu, jaringan ini telah
bekerja untuk kualitas yang lebih baik dari
gambar kehidupan di partisipasi masyarakat
tumbuh, memberikan kontribusi untuk
memulihkan tatanan sosial dan memulihkan
ruang publik untuk regenerasi ikatan dan
integrasi masyarakat. Ada sepuluh sampai
lima belas organisasi yang berpartisipasi aktif
dalam kegiatan bersama: lembaga negara dan
organisasi masyarakat sipil. Kedua institusi
kesehatan yang berpartisipasi adalah: a
Kesehatan Pusat Aksi Komunitas
ditempatkan pada tingkat pertama dari
mengurus daerah program di Rumah Sakit
Umum, dan Pusat Kesehatan Rawat Jalan
Mental di bawah Dinas Kesehatan Mental
dari Pemerintah Kota Buenos Aires.
4 O Penelitian kami lebih lanjut menunjukkan
(outcome) bahwa, di bidang praktek, perlu bekerja
konsep yang lebih luas dari kesehatan dan
kesehatan mental yang mengarah ke
pembangunan praktik sosial yang lebih
mencakup dan yang membuat promosi
kesehatan yang efektif mungkin. Saat ini,
banyak dari diskusi konseptual di bidang ini
berpusat untuk dapat mendefinisikan promosi
kesehatan mental sebagai bagian dari
serangkaian kategori untuk memilah-milah
daerah intervensi (Mrazek & Haggerty,
Sebuah komitmen untuk hidup membela
harus dilakukan, dengan lembaga-lembaga
dan mata pelajaran berpotensi mampu
memberikan kontribusi untuk skenario baru
dari hubungan sosial untuk konformasi dari
masyarakat yang lebih adil dan merata

13. JUDUL : Penelitian tentang masyarakat kualitas lansia hidup dan faktor-faktor
yang mempengaruhi di Kota Changchun, Provinsi Jilin

TAHUN: 2017

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P Untuk memahami status dan faktor-faktor
( patient / clinical problem) yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
lanjut usia dimasyarakat Kota Changchun,
dan memberikan dasar untuk menyusun
intervensi tentang meningkatkan kualitas
hiduppasien lanjut usia di masyarakat.
2 I 498 pasien usia lanjut diselidiki dengan
( intervention) menggunakan metode randomsampling dan
kualitas hidup BREF dan kuesioner yang
dirancang sendiri
3 C penelitian menunjukkanbahwa jenis kelamin,
(comparasion) usia, tingkat pendidikan, situasi perkawinan,
pekerjaan, tingkat pendapatan dapat
mempengaruhiempat aspek kualitas hidup.
Faktor utama mempengaruhi skor QOL
adalah: kesempatan liburan, kepuasan
denganpelayanan kesehatan, kepuasan dengan
tidur, hubungan interpersonal, penghargaan-
diri dalam penampilan dankepuasan dengan
tingkat kemampuan kehidupan sehari-hari
4 O Langkah-langkah yang efektif harus
(outcome) diambiluntuk meningkatkan kualitas pasien
usia lanjut, seperti meningkatkan fungsi
perawatan sehat, membangun
sistempendukung yang besar di masyarakat

14. JUDUL : Penelitian tentang masyarakat kualitas lansia hidup dan faktor-faktor
yangmempengaruhi di Kota Changchun, Provinsi Jilin

TAHUN: 2017

No. Kriteria Pembenaran &Critical Thinkimg


1 P yang paling efektif partisipasi sosial terhadap
( patient / clinical problem) tekanan psikologis pada orang dewasa yang
lebih tua tidakdidokumentasikan dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguji apakah jenis partisipasi sosial yang
terkaitdengan perubahan tingkat tekanan
psikologis pada pria yang lebih tua dan
wanita di Jepang.
2 I Dua ribu tujuh ratus masyarakat yang tinggal
( intervention) dewasa yang lebih tua (usia 65-74 tahun, 50%
wanita) dipilih secara acakdari registri
penduduk tiga kota. Dari jumlah tersebut,
peserta yang melaporkan partisipasi sosial
dan tingkat tekananpsikologis dalam survei
dasar pada tahun 2010 ditindaklanjuti.
tekanan psikologis dievaluasi berdasarkan K6
skala padaawal dan tindak lanjut (pada tahun
2015)
3 C Studi kami mengeksplorasi hubungan antara
(comparasion) berbagai jenis partisipasi sosial dan
perubahan tingkat tekanan psikologis pada
orangdewasa yang lebih tua Jepang yang
tinggal di komunitas. keterlibatan masyarakat
yang lebih tinggi secara independen terkait
dengan risiko yang lebih rendah dari tekanan
psikologis pada wanita yang lebih tua yang
tinggal di komunitas Jepang. Namun, baik
keterlibatan masyarakat dan hubungan
individu tidak terkait dengan risiko tekanan
psikologis pada pria yang lebih tua.
4 O Perubahan tingkat tekanan psikologis itu
(outcome) ditemukan terkait dengan jenis tertentu dari
partisipasi sosial pada orang dewasa yang
lebih tua.
Keterlibatan masyarakat memberikan wanita
yang lebih tua dengan manfaat kesehatan
mental terlepas dari tingkat hubungan
individu.
Mempromosikan keterlibatan masyarakat
mungkin merupakan strategi yang efektif
untuk penuaan mental yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai