Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau
surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut pasal
1 angka 10 UU KUP, Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu
saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Utang Pajak timbul jika
persyaratan hubungan utang pajak antara negara dengan rakyat terpenuhi. Ada dua
macam jenis timbulnya utang pajak, yaitu utang pajak materiil dan utang pajak formal.
Ketika negara mendalilkan bahwa utang pajak sebagai kontribusi warga negara
yang dinyatakan dengan persetujuan wakil rakyat atas UU Pajak, hal ini menandakan
munculnya utang pajak materiil. Dengan kata lain, utang pajak materiil merupakan utang
pajak yang timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai pajak karena
suatu keadaan dan perbuatan yang telah memenuhi persyaratan untuk berhak kena pajak
sesuai UU yang berlaku tanpa bergantung pada perbuatan hukum kantor pajak yang
ditandai dengan adanya Surat Ketetapan Pajak atau SKP. Dalam timbulnya utang pajak
secara materiil, ketetapan pajak hanya berfungsi sebagai sarana formal penentuan besaran
pajak dan dasar penagihan pajak. Utang pajak materiil ini dianut di Indonesia dan
diimplementasikan dengan sistem self assessment. Timbulnya utang pajak materiil dapat
dilihat pada UU KUP Pasal 12 ayat 1 yang berbunyi “Setiap Wajib Pajak wajib membayar
pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.” dengan tidak
menggunakan pada adanya surat ketetapan pajak menunjukkan bahwa timbulnya utang
pajak materiil tidak bergantung pada fiskus dan membuktikan adanya sistem self-
assessment yaitu prinsip pemenuhan kewajiban perpajakan dengan menghitung,
membayar,, dan melaporkan pajak terutang sendiri oleh Wajib Pajak.