Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

NAMA ANGGOTA :

ALBERTUS PUTRA MERDEKA (03051281823024)

FIXTRON HENRICE WIJAYA (03051181823014)

M. KHALIL NUGRAHA (03051281823062)

M. ARSYI FADLI MAULANA (03051281823028)

KELAS : TEKNIK MESIN B

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pancasila
Sebagai Ideologi Nasional” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.

Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pancasila yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi lebih
mengerti dan memahami tentang ideologi, tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara
moril maupun materil.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila
di jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya. Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk
mengubah materi yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding
atau membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Dan semoga bisa
memberi tambahan pengetahuan bagi kita semua.

Ibarat pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka begitu pulalah dengan
halnya makalah ini, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi
penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilapan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini kedepan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terima Kasih.

Indralaya, 22 Maret 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-
ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah tentu perlu memiliki
dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan
negara akan rapuh, maka dari itu peran ideologi sangat penting untuk sebuah negara.

Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah
diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional, menguraikan pengertian
dari ideologi, menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, serta menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat. Pengetahuan yang diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal
keterampilan menganalisis dan bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara negara yang
menyimpang dari cita-cita dan tujuan negara.

B. Tujuan

` Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai pemenuhan tugas mata kuliah pancasila,
juga sebagai media untuk mempraktekkan ilmu yang telah dipelajari dan dengan tujuan
sebagai berikut :

- Mengetahui arti ideologi


- Mengetahui asal mula Pancasila
- Mengetahui Pancasila sebagai ideologi Nasional
BAB II

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. Pengertian Ideologi

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destutt de Tracypada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide“.
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala
sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari
hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan
oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi
adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah
sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap
pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem
berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi Marxisme).

Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu
edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi
secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh
dan sistematis. Dalam arti luas, ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh
seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.

Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan


tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam
pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita. Dalam
perkembangannya terdapat pengertian Ideologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah
Ideologi pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun 1796.
Menurut Tracy ideologi yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat
membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.

1. Ideologi secara fungsional

Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama


atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional ini
digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang doktriner dan Ideologi yang pragmatis.
Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi itu
dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau
aparat pemerintah. Sebagai contohnya adalah komunisme. Sedangkan Ideologi yang
pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi tersebut tidak
dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara umum hanya prinsip-
prinsipnya, dan Ideologi itu disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga,
sistem pendidikan, system ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik. Pelaksanaan
Ideologi yang pragmatis tidak diawasi oleh aparat partai atau aparat pemerintah melainkan
dengan pengaturan pelembagaan (internalization), contohnya individualisme atau liberalisme.
2. Ideologi secara struktural

Ideologi secara struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan
formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa. Dengan
demikian secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa Ideologi adalah kumpulan gagasan-
gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut
berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana dikutip oleh Kaelan
mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang
menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:

1) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan;

2) Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup
yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang
dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa
komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang, maka akan semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen
itu tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang
mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun
masyarakat. Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam
yang dimiliki dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau
pandangan hidup mereka. Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui bagaimana cara
yang paling baik, yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap
dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan, membangun kehidupan duniawi
bersama dengan berbagai dimensinya. Pengertian yang demikian itu juga dapat
dikembangkan untuk masyarakat yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa. Pancasila bagi
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ideologi yang di dalamnya memuat cita-cita,
ide-ide dasar, nilai-nilai, simbol, doktrin, pedoman dan kerangka normatif bagaimana negara
Indonesia akan diselenggarakan. Hal ini diatur dalam Pembukaan UUD RI 1945 alinea 4,
yang menyatakan bahwa bentuk susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat disusun berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Pancisila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa indonesia,


yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila perlu dipahami dari latar belakang
perjuangan bangsa Indonesia. Sebagi dasar negara, pancasila perlu dipahami dengan latar
belakang konstitusi proklamasi atau hukum dasar kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakta, yaitu pembukaan, batang tubuh, , serta penjelasan UUD 1945.
Pancasila berifat integralistik, yaitu paham tentang hakikat negara yang dilandasi
dengan konsep kehidupan bernegara. Berikut teori (paham) mengenai dasar negara yaitu
sebagai berikut:

 Teori perseorangan (individualistik)

Pada intinya negara adalah masyarakat hukum (logal society) yang disusun kontrak
antara seluruh orang dalam masyarakat itu(social contrac), bahwa negara dipandang sebagai
organisasi kesatuan pergaulan hidup manusia yang tertinggi dengan
sangat renaissance, manusia telah menemukan kembali kepribadiannaya. Manusia sebagai
individu hidup bebas dan merdeka, tidaka ada yang dibawah orang lain, semua dalam
kedudukan dan taraf yang sama individu itu selalu hendak menonjolkan diri sebagai aku. Dia
pusat kekuasaan dan selalu berusaha memperbesar kekuasaanya. Oleh karena itu hak
perseorangan ( hak asasi) lebih tinggi kedudukannya dari pada negara yang merupakan hasil
bentukan individu-individu tersebut.

 Teori Golongan (class theory)

Menurut karl marx, negara merupakan penjelmaan bagi pertentangan-pertentangan


kekuatan ekonomi. Negara dipergunakan sebagai alat oleh mereka yang kuat untuk menindas
golongan ekonomi yang kemah. Maksud ekonomi kuat adalah mereka yang memiliki alat-alat
produksi. Negara akan lenyap dengan sendirinya kalau dalam masyarakat tidak ada
lagi perbedaan kelas dan pertentangan ekonomi.menurt marx, negara terjadi dalam sejarah
perkembangan masyarakat yang meliputi tiga fase, yaitu fase borjuis, fase kapitali, dan fase
sosialis-komunis.

 Teori kebersamaan (integralistik)

Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral diantara semua golongan
dan semua bagian dari seluruh anggota masyarakat. Persatuan masyarakat itu merupakan
persatuan masyarakat yang organis.

Dari segi integritas antara pemerintah dan rakyat, negara memikirkan penghidupan
dan kesejah teraan bangsa seluruhnya, negara menyatu dan tidak memihak pada salah satu
golongan dan tidak pula menganggap kepentingan pribadi yang lebih diutamakan, melainkan
kepentingan dan keselamatan bangsaserta negara sebagai satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.

Pancasila bersifat integralistik karena:

 Mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan


 Adanya semangat kerjasama (gotong royong)
 Memelihara persatuan dan kesatuan, dan
 Mengutamakan masyarakat untuk mufakat
KESIMPULAN:

 Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Tujuan utama dibalik ideologi adalah
untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi
merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan
sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan
yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin
mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi pula
komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap
seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat, yang harus
ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun masyarakat.
 Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi
secara fungsional ini digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang doktriner
dan Ideologi yang pragmatis.
 Ideologi secara struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan
dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
 Pancasila berifat integralistik, yaitu paham tentang hakikat negara yang dilandasi
dengan konsep kehidupan bernegara.
 Teori perseorangan (individualistik) adalah masyarakat hukum (logal society) yang
disusun kontrak antara seluruh orang dalam masyarakat itu(social contrac), bahwa
negara dipandang sebagai organisasi kesatuan pergaulan hidup manusia yang
tertinggi dengan sangat renaissance, manusia telah menemukan kembali
kepribadiannaya.
 Teori Golongan (class theory) merupakan penjelmaan bagi pertentangan-
pertentangan kekuatan ekonomi.
 Teori kebersamaan (integralistik) merupakan suatu susunan masyarakat yang
ntegral diantara semua golongan dan semua bagian dari seluruh anggota
masyarakat. Persatuan masyarakat itu merupakan persatuan masyarakat yang
organis.
B. Fase Perkembangan Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Pertama, Fase sebelum penjajahan ditandai dengan belum masuknya bangsa asing
menjajah pada wilayah Indonesia. Kedua, pada fase panjajahan sejak 1511 dengan diawali
portugis menjajah malaka sampai deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Ketiga, fase persiapan kemerdekaan telah dimulai sejak zaman penjajahan Jepang di
Indonesia yang diawali dengan pengumuman jepang akan dibentuknya Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BUPKI). Keempat, pada fase setelah
proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, PPKI dalam sidang tanggal 18 Agustus
1945 menyepakati untuk mengesahkan UUD 1945 yang terdiri dari Pembukaan dan batang
tubuh. Pada UUD 1945 ini, dilakukan peyempurnaan rumusan Pancasila dengan sila pertama
Pancasila .

KESIMPULAN:

Fase Perkembangan Pancasila Sebagai Ideologi Nasional sejak fase sebelum


penjajahan ditandai dengan belum masuknya bangsa asing menjajah pada wilayah
Indonesia. Selanjutnya pada fase panjajahan sejak 1511 sampai deklarasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya fase persiapan kemerdekaan dan
dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BUPKI). Selanjutnya pada fase setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945, pengesahan UUD 1945 yang terdiri dari Pembukaan dan batang tubuh. Pada
UUD 1945 ini, dilakukan peyempurnaan rumusan Pancasila dengan sila pertama
Pancasila .

C. Karakteristik Pancasila sebagai Ideologi negara

Ideologi pada dasarnya merefeleksikan kemampuan manusia untuk menilai


kehidupannya. Kaelan selanjutnya mengerucutkan Indonesia ber-Pancasila dalam ‘Tri
Prakara’, yakni: Unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan secara yuridis sudah dimiliki oleh
bangsa Indonesia sebagai asas adat-istiadat dan kebudayaan (Pancasila asas kebudayaan);
Unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada bangsa sebagai asas dalam agama-agama
(Pancasila asas religius). Unsur-unsur tersebut kemudian diolah, dibahas, dan dirumuskan
oleh pendiri negara yang kemudian disahkan sebagai asas kenegaraan (Pancasila asas
kenegaraan).

Karakteristik ini membedakan ideologi Pancasila dari ideologi lainnya. Pancasila


sebagai Ideologi yang Reformatif, Dinamis dan Terbuka

a. Pancasila sebagai ideologi reformatif

Pancasila dikatakan bersifat reformatif karena implementasi Pancasila bersifat aktual


dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta dinamika yang berkembang pada aspek-aspek sosial kemasyarakatan.
b. Pancasila sebagai ideologi dinamis

Dikatakan bersifat dinamis, karena Pancasila tidak disusun dalam nilai-nilai yang
kaku dan senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dinamika kemasyarakatan. Sifat
dinamis ini memungkin negara Indonesia untuk selalu melakukan penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan kondisi yang ada untuk menemukan praktek implementasi ideologi Pancasila
yang terbaik. Oleh karenanya, meskipun nilai-nilai dasar Pancasila bersifat universal dan
tetap, tapi realisasinya secara dinamis.

c. Pancasila sebagai ideologi terbuka

Pancasila juga merupakan ideologi yang terbuka. Pancasila bukan merupakan cita-cita
sekelompok orang yang kemudian dipaksakan berlaku untuk mengubah masyarakat dengan
tuntutan konkret serta operasional yang keras dan mutlak. Pancasila dikatakan terbuka karena
berisi ide dasar dan tidak dijabarkan dalam konsep operasional yang kaku.

KESIMPULAN:

 Karakteristik ini membedakan ideologi Pancasila dari ideologi lainnya yaitu


Pancasila sebagai Ideologi yang Reformatif, Dinamis dan Terbuka.
 Pancasila dikatakan bersifat reformatif karena implementasi Pancasila bersifat
aktual dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta dinamika yang berkembang pada aspek-aspek
sosial kemasyarakatan.
 Pancasila dikatakan bersifat dinamis, karena Pancasila tidak disusun dalam
nilai-nilai yang kaku dan senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai
dinamika kemasyarakatan. Oleh karenanya, meskipun nilai-nilai dasar
Pancasila bersifat universal dan tetap, tapi realisasinya secara dinamis.
 Pancasila juga merupakan ideologi yang terbuka yaitu pancasila bukan
merupakan cita-cita sekelompok orang yang kemudian dipaksakan berlaku
untuk mengubah masyarakat dengan tuntutan konkret serta operasional yang
keras dan mutlak. Pancasila dikatakan terbuka karena berisi ide dasar dan
tidak dijabarkan dalam konsep operasional yang kaku.

D. Peranan dan Fungsi Ideologi Pancasila bagi Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai ideologi nasional mempunyai peranan penting dalam berbagai


aspek kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Secara umum, peran ideologi Pancasila bagi bangsa Indonesia dapat dikembangkan
sebagai berikut:

 sebagai identitas yang menentukan eksitensi bangsa Indonesia;


 sebagai arah dan tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara;
 sebagai sumber motivasi praktek kehidupan bernegara bangsa Indonesia;
 sebagai sumber kekuatan untuk menjaga integrasi nasional;
 sebagai pedoman untuk menjawab tantangan dan hambatan dalam kehidupan nyata;
 sebagai pokok fundamental dan normatif pada kehidupan bernegara;
 sebagai standar moral martabat bangsa.

Setelah mengetahui pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi dari ideologi
tersebut. Soerjanto Poespowardojo mengemukakan fungsi ideologi sebagai berikut:

- Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan


untuk memahami kejadian dalam keadaan alam sekitarnya.
- Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan masyarakat.
- Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang.
- Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
- Kemampuan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
- Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung didalamnya.
- Berdasarkan kategorisasi fungsi Pancasila yang disampaikan Darji Dharmodiharjo,
sacara umum fungsi Ideologi Pancasila bagi bangsa Indonesia dapat diuraikan sebagai
berikut:
- menjadi dasar negara dan pada hakekatnya merupakan sumber dari segala sumber
hukum;
- mengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya;
- mengatur tingkah laku individu pada relasi sosial kemasyarakatan;
- mempererat hubungan sosial dalam masyarakat;
- menjadi dasar acuan bagi persatuan dalam kehidupan berbangsa;
- sebagai pembentuk moralitas kebangsaan baik pada relasinya dengan Tuhan, sesama
manusia, maupun dengan mahkluk hidup lainnya.

KESIMPULAN:

 Peran ideologi Pancasila bagi bangsa Indonesia dapat dikembangkan sebagai


berikut:
- sebagai identitas yang menentukan eksitensi bangsa Indonesia;
- sebagai arah dan tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara;
- sebagai sumber motivasi praktek kehidupan bernegara bangsa Indonesia;
- sebagai sumber kekuatan untuk menjaga integrasi nasional;
- sebagai pedoman untuk menjawab tantangan dan hambatan dalam kehidupan
nyata;
- sebagai pokok fundamental dan normatif pada kehidupan bernegara;
- sebagai standar moral martabat bangsa.
 Fungsi ideologi menurut Soerjanto Poespowardojo sebagai berikut:
- menjadi dasar negara dan pada hakekatnya merupakan sumber dari segala
sumber hukum;
- mengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya;
- mengatur tingkah laku individu pada relasi sosial kemasyarakatan;
- mempererat hubungan sosial dalam masyarakat;
- menjadi dasar acuan bagi persatuan dalam kehidupan berbangsa;
- sebagai pembentuk moralitas kebangsaan baik pada relasinya dengan Tuhan,
sesama manusia, maupun dengan mahkluk hidup lainnya.

E. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Ideologi Negara (Nasional)

Dua sisi yang terdiri dari sisi idealisme fundamental dan sisi pragmatisme pada
implementasi menjadi dinamika utama aktualisasi Pancasila, yakni bagaimana ideologi
Pancasila tanpa harus menghilangkan konsepsi dasarnya dapat menyerap perubahan dan
perkembangan yang terjadi. Pancasila sebagai ideologi bangsa dapat dibedakan menjadi
tantangan yang berasal dari dalam (tantangan internal) dan tantangan yang berasal dari luar
bangsa Indonesia (tantangan eksternal).

Tantangan internal : Demoralisasi bangsa, ancaman disintegrasi


bangsa,kecenderungan munculnya pemaksaan ehendak, munculnya gerakan untuk merubah
pancasila, rendahnya pengetahuan terhadap pancasila, lemahnya penegakan hukum, belum
meratanya kesejahteraan

Tantangan eksternal: globalisasi, desakan ideologi lain, kepentingan internasional


terhadap SDA Indonesia

KESIMPULAN :

 Dinamika : Dua sisi yang terdiri dari sisi idealisme fundamental dan sisi
pragmatisme pada implementasi menjadi dinamika utama aktualisasi Pancasila,
yakni bagaimana ideologi Pancasila tanpa harus menghilangkan konsepsi
dasarnya dapat menyerap perubahan dan perkembangan yang terjadi.
 Tantangan :
 internal : Demoralisasi bangsa, ancaman disintegrasi
bangsa,kecenderungan munculnya pemaksaan ehendak, munculnya
gerakan untuk merubah pancasila, rendahnya pengetahuan terhadap
pancasila, lemahnya penegakan hukum, belum meratanya kesejahteraan.
 eksternal: globalisasi, desakan ideologi lain, kepentingan internasional
terhadap SDA Indonesia.
F. Klasifikasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diklasifikasikan melalui :

 Dilihat dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi mengandung di


dalamnya sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai-nilai
itu akan merupakan cita-cita yang memberi arah terhadap perjuangan bangsa dan
negara.
 Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya dengan berbagai
pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan menjadi kesepakatan bersama dari
suatu bangsa.
 Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-menerus dan
menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dalam kesepakatan para pendiri
negara (the fouding father).
 Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk melalui
pengalaman bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama, sehingga memberi
kekuatan motivasional untuk tunduk pada cita-cita bersama.
 Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar negara dan
sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.

KESIMPULAN:

Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diklasifikasikan melalui : Dilihat dari


kandungan muatan suatu ideologi, Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk
oleh interaksinya dengan berbagai pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan
menjadi kesepakatan bersama dari suatu bangsa, Sistem nilai itu teruji melalui
perkembangan sejarah secara terus-menerus dan menumbuhkan konsensus dasar yang
tercermin dalam kesepakatan para pendiri negara (the fouding father), Sistem nilai itu
memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk melalui pengalaman bersama
dalam suatu perjalanan sejarah bersama, sehingga memberi kekuatan motivasional
untuk tunduk pada cita-cita bersama, Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan
konstitusional sebagai dasar negara dan sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan
negara.

G. Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Selaku Ideologi Nasional, Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :

 Dimensi Idealitas
Dimensi Idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan cita-
cita di berbagai bidang kehidupan yang ingin dicapai masyarakat.
 Dimensi Realitas
Dimensi Realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber
dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi milik
mereka bersama dan yang tak asing bagi mereka.
 Dimensi normalitas
Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat
masyarakatnya yang berupa norma-norma atauran-aturan yang harus dipatuhi atau
ditaati yang sifatnya positif.
 Dimensi Fleksilibelitas
Dimensi Fleksilibelitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan jaman,
dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman, dapat mengikuti perkembangan ilmu
dan teknologi, bersifat terbuka dan demokratis.

KESIMPULAN :

Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :Dimensi Idealitas, Dimensi Realitas,Dimensi


normalitas,Dimensi Fleksilibelitas.

H. Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,


Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan nilai
dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila
tergolong nilai kerokhanian yang didalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap
dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai
etis maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bersifat objektif dan
subjektif, artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal (berlaku dimanapun),
sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain. Jadi kalau ada suatu negara lain
menggunakan prinsip falsafah, bahwa negara berKetuhanan, berKemanusiaan, berPersatuan,
berKerakyatan, dan berKeadilan, maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar
filsafat dari nilai-nilai Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:

 Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena merupakan
suatu nilai;
 Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan;
 Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.

Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa keberadaan


nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat
dijelaskan, karena:

 Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia sebagai
penyebab adanya nilai-nilai tersebut;
 Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga
merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
 Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang
sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber pada kepribadian
bangsa. Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan subjektif tersebut,
maka nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi dasar
serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat
maupun kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai bagi
manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,
maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku dan bertindak dalam menentukan
dan menyusun tata aturan hidup berbangsa dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila
merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan berkembang dari budaya bangsa
Indonesia yang telah berakar dari keyakinan hidup bangsa Indonesia. Dengan
demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideology yang tidak diciptakan oleh negara
melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia
sendiri. Sebagai nilai-nilai yang digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat Indonesia sendiri, maka nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang
mengikuti perkembangan masyarakat Indonesia.Sebagai ideologi yang tidak
diciptakan oleh negara, menjadikan Pancasila sebagai ideologi juga merupakan
sumber nilai, sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian bagi tertib hukum
Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-
Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar
negara.Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan
 Pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan fungsional
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita
moral rakyat yang luhur.

KESIMPULAN :

 Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:


- Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena
merupakan suatu nilai;
- Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun
dalam kehidupan keagamaan;
- Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum
di Indonesia.
 Nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa keberadaan
nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri.
Hal ini dapat dijelaskan, karena:
- Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia
sebagai penyebab adanya nilai-nilai tersebut;
- Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga
merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara;
- Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi merupakan cerminan
cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu
menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan.
Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan)
untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan
semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu tercermin
dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat,
yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun
masyarakat.
 Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau
tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional ini
digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang doktriner dan Ideologi yang pragmatis.
 Ideologi secara struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan
formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
 Pancasila berifat integralistik, yaitu paham tentang hakikat negara yang dilandasi dengan
konsep kehidupan bernegara.
 Teori perseorangan (individualistik) adalah masyarakat hukum (logal society) yang
disusun kontrak antara seluruh orang dalam masyarakat itu(social contrac), bahwa negara
dipandang sebagai organisasi kesatuan pergaulan hidup manusia yang tertinggi dengan
sangat renaissance, manusia telah menemukan kembali kepribadiannaya.
 Teori Golongan (class theory) merupakan penjelmaan bagi pertentangan-pertentangan
kekuatan ekonomi.
 Teori kebersamaan (integralistik) merupakan suatu susunan masyarakat yang ntegral
diantara semua golongan dan semua bagian dari seluruh anggota masyarakat. Persatuan
masyarakat itu merupakan persatuan masyarakat yang organis.
 Fase Perkembangan Pancasila Sebagai Ideologi Nasional sejak fase sebelum penjajahan
ditandai dengan belum masuknya bangsa asing menjajah pada wilayah Indonesia.
Selanjutnya pada fase panjajahan sejak 1511 sampai deklarasi kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya fase persiapan kemerdekaan dan dibentuknya
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BUPKI). Selanjutnya
pada fase setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, pengesahan UUD
1945 yang terdiri dari Pembukaan dan batang tubuh. Pada UUD 1945 ini, dilakukan
peyempurnaan rumusan Pancasila dengan sila pertama Pancasila .
 Karakteristik ini membedakan ideologi Pancasila dari ideologi lainnya yaitu Pancasila
sebagai Ideologi yang Reformatif, Dinamis dan Terbuka.
 Pancasila dikatakan bersifat reformatif karena implementasi Pancasila bersifat aktual dan
mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta dinamika yang berkembang pada aspek-aspek sosial kemasyarakatan.
 Pancasila dikatakan bersifat dinamis, karena Pancasila tidak disusun dalam nilai-nilai
yang kaku dan senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dinamika kemasyarakatan.
Oleh karenanya, meskipun nilai-nilai dasar Pancasila bersifat universal dan tetap, tapi
realisasinya secara dinamis.
 Pancasila juga merupakan ideologi yang terbuka yaitu pancasila bukan merupakan cita-
cita sekelompok orang yang kemudian dipaksakan berlaku untuk mengubah masyarakat
dengan tuntutan konkret serta operasional yang keras dan mutlak. Pancasila dikatakan
terbuka karena berisi ide dasar dan tidak dijabarkan dalam konsep operasional yang kaku.
 Peran ideologi Pancasila bagi bangsa Indonesia dapat dikembangkan sebagai berikut:
- sebagai identitas yang menentukan eksitensi bangsa Indonesia;
- sebagai arah dan tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara;
- sebagai sumber motivasi praktek kehidupan bernegara bangsa Indonesia;
- sebagai sumber kekuatan untuk menjaga integrasi nasional;
- sebagai pedoman untuk menjawab tantangan dan hambatan dalam kehidupan nyata;
- sebagai pokok fundamental dan normatif pada kehidupan bernegara;
- sebagai standar moral martabat bangsa.
 Fungsi ideologi menurut Soerjanto Poespowardojo sebagai berikut:
- Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan
untuk memahami kejadian dalam keadaan alam sekitarnya.
- Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan masyarakat.
- Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang.
- Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
- Kemampuan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
- Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung didalamnya.
- Berdasarkan kategorisasi fungsi Pancasila yang disampaikan Darji Dharmodiharjo,
sacara umum fungsi Ideologi Pancasila bagi bangsa Indonesia dapat diuraikan sebagai
berikut:
- menjadi dasar negara dan pada hakekatnya merupakan sumber dari segala sumber
hukum;
- mengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya;
- mengatur tingkah laku individu pada relasi sosial kemasyarakatan;
- mempererat hubungan sosial dalam masyarakat;
- menjadi dasar acuan bagi persatuan dalam kehidupan berbangsa;
- sebagai pembentuk moralitas kebangsaan baik pada relasinya dengan Tuhan, sesama
manusia, maupun dengan mahkluk hidup lainnya.
 Dinamika Pancasila : Dua sisi yang terdiri dari sisi idealisme fundamental dan sisi
pragmatisme pada implementasi menjadi dinamika utama aktualisasi Pancasila, yakni
bagaimana ideologi Pancasila tanpa harus menghilangkan konsepsi dasarnya dapat
menyerap perubahan dan perkembangan yang terjadi.
 Tantangan Pancasila :
 Internal : Demoralisasi bangsa, ancaman disintegrasi bangsa,kecenderungan
munculnya pemaksaan ehendak, munculnya gerakan untuk merubah pancasila,
rendahnya pengetahuan terhadap pancasila, lemahnya penegakan hukum,
belum meratanya kesejahteraan.
 Eksternal : globalisasi, desakan ideologi lain, kepentingan internasional
terhadap SDA Indonesia.
 Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diklasifikasikan melalui : Dilihat dari
kandungan muatan suatu ideologi, Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk
oleh interaksinya dengan berbagai pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan
menjadi kesepakatan bersama dari suatu bangsa, Sistem nilai itu teruji melalui
perkembangan sejarah secara terus-menerus dan menumbuhkan konsensus dasar yang
tercermin dalam kesepakatan para pendiri negara (the fouding father), Sistem nilai itu
memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk melalui pengalaman bersama
dalam suatu perjalanan sejarah bersama, sehingga memberi kekuatan motivasional untuk
tunduk pada cita-cita bersama, Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional
sebagai dasar negara dan sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.
 Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :Dimensi Idealitas, Dimensi Realitas,Dimensi
normalitas,Dimensi Fleksilibelitas.
 Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:
- Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena merupakan
suatu nilai;
- Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan;
- Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.
 Nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa keberadaan nilai-nilai
Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat
dijelaskan, karena:
- Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia sebagai
penyebab adanya nilai-nilai tersebut;
- Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga
merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
- Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian.

B. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa
pancasila sangat penting sebagai ideologi nasional dan bagi kehidupan kita, dan agar
pembaca dapat melaksanakan atau bisa menerapkan di kehidupan.

Perlu adanya pembelajaran lebih dalam tentang materi-materi ideologi pada mata
kuliah pancasila pada kampus-kampus di Indonesia. Perlu adanya penelitian atau study
banding kedepannya agar memperlengkap pengetahuan tentang pancasila sebagai ideologi
nasional. Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami
masih dalam proses pembelajaran.Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.
DAFTAR PUSTAKA

Gb,Yuono dan Tata Iryanto. 1998.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Surabaya: Indah

Haryanto,Agus,Alex Suryanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra


Indonesia. Tanggerang:ESIS
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. 2001. Jakarta: Balai Pustaka

Syairbaini, Syahril. Drs.,M.A. 2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

http://wikipedia.com

http://amazoneas.blogspot.com
http://google/kulitpisang
http://id.Wikipedia.org/wiki/ideologi
http://id.Wikipedia.org/wiki/pancasila
http://pikiran-rakyat/cakrawala/sekitarkita.htm

http://www.g-excess.com/id/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai-ideologi-nasional.

http://www.gudangmateri.com/2010/10/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/bab4-
pancasila_sebagai_ideologi.pdf

Anda mungkin juga menyukai