Anda di halaman 1dari 17

METODOLOGI PENELITIAN

KONSEPTUALISASI MASALAH PENELITIAN

Disusun Oleh :

1. Ikhwan Apriadi (41118120142)


2. Tias Permana (41118120155)
3. Andhi Bayu Nugroho (41118120056)
4. Aldeswin Ginting (41118120121)

FAKULTAS TEKNIK
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk semua berkat-Nya telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Program Studi Teknik Sipil
Universitas Mercu Buana.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, bantuan, serta dukungannya :

1. Kedua Orang Tua Kami yang selalu memberi support baik moril maupun materil
2. Dr. Ella Padillah. S. Sos M.Pd, selaku dosen pembimbing mata kuliah Metodologi
Penelitian yang membantu memberikan teori dan penjelasan
3. Teman-teman kelompok, yang membantu selama masa penyelesaian tugas ini

Dan pihak lain yang turut membantu penyusunan tugas makalah ini yang tidak
bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu, dengan dukungan dan doa akhirnya kami
dapat menyelesaikan tugas ini. .

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam Makalah ini.

Karena itu, kami terbuka terhadap semua masukan, saran dan kritik yang akan

membantu kami. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya.

Jakarta, 27 September 2019

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Defenisi Perumusan Masalah 2
1. Rumusan Masalah Deskriptif 2
2. Rumusan Masalah Komparatif 5
3. Rumusan Masalah Asosiatif 7
B. Sumber Masalah Dalam Penelitian 9
1. Observasi 10
2. Dedukasi atau Teori 10
3. Kepustakaan 11
4. Masalah Sosial
5. Pengalaman Pribadi
13
C. Manfaat Perumusan masalah 13
D. Kriteria-kriteria perumusan masalah 14
E. Ciri-ciri dan Model Perumusan Masalah 15
F. Pembatasan dan analisis Perumusan Masalah 16
BAB III PENUTUP 21
A. Kesimpulan 21
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA 22

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap melakukan penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang akan dipecahkan.
Perumusan masalah ini bukanlah pekerjaan yang mudah, termasuk bagi peneliti-peneliti yang
sudah berpengalaman.Padahal masalah selalu ada di lingkungan sekeliling kita.
Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa masalah,
penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan suatu
penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu
disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah
tersebut.
Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian sangat berguna untuk mengatasi
kebingungan kita akan suatu hal, untuk memisahkan kemenduaan, untuk mengatasi rintangan
atau untuk menutup celah antara kegiatan atau fenomena. Karenanya peneliti harus memilih
suatu masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap
masalah tersebut.Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah
yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
Karena pentingnya perumusan masalah dalam sebuah penelitian maka kami membuat
makalah dengan bahasan perumusan masalah penelitian (research question).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, diantaranya :
1. Apakah definisi dari Perumusan Masalah ?
2. Apa Saja Sumber Masalah dalam Penelitian ?
3. Apa manfaat Perumusan Masalah ?
4. Bagaimana Kriteria-kriteria Perumusan Masalah ?
5. Bagaimana Ciri-ciri dan Model Perumusan Masalah ?
6. Bagaimana Pembatasan dan Analisis Perumusan Masalah ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum.
Sedangkan tujuan khusus dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Perumusan Masalah.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja Sumber Masalah dalam Penelitian.
3. Untuk mengetahui dan memahami manfaat Perumusan Masalah.
4. Untuk mengetahui dan memahami Kriteria-kriteria Perumusan Masalah.
5. Untuk mengetahui dan memahami Ciri-ciri Perumusan Masalah yang Baik.
6. Untuk mengetahui dan memahami Pembatasan dan Analisis Perumusan Masalah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem,
diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam
kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena
yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab
maupun sebagai akibat.
Ada beberapa para ahli mendefinisikan tentang perumusan masalah, diantaranya:
1. Menurut Pariata Westra (1981:263) bahwa “Suatu masalah yang terjadi apabila
seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaannya yang pertama untuk
mencapai tujuan itu hingga berhasil.”
2. Menurut Sutrisno Hadi (1973:3) “Masalah adalah kejadian yang menimbulkan
pertanyaan kenapa dan kenapa”.
3. Menurut Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat dicari
apabila apabila terdapat penyimpangan antara apa yang direncanakan dengan
kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
4. Menurut Suryabrata (1994:60) masalah merupakan kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan antara kebutuhan, antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara
yang seharusnya dengan yang ada.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian
yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan
masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan
hasil apa-apa.
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini berdasarkan penelitian
menurut tingkat eksplanasi.Rumusan masalah ini pada hakikatnya adalah deskriptif tentang
ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi, dan analisis variabel yang tercakup didalamnya.
Dengan demikian rumusan masalah tersebut sekaligus menunjukkan fokus pengamatan di
dalam proses penelitian nantinya.

Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan
asosiatif.
1. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuat perbandingan variabel yang satu pada sampel
yang lain, hanya mencari hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Contoh permasalahan deskriptif :
Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di
Indonesia ?
Seberapa besar efektifitas model pembelajaran Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa ?
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh :
Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah SDN Belung 01 dan SDN
Wonmulyo 01 ?
(variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel sekolah SDN Belung 01 dan
SDN Wonomulyo 01).
Adakah perbedaan pemahaman terhadap materi listrik antara siswa di sekolah formal
dengan homeschooling ?
(veriabel penelitian adalah pemahaman terhadap materi listrik pada dua sampel sekolah
formal dengan homeschooling).

3. Rumusan Masalah Asosiatif


Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Bentuk hubungannya :
a. Hubungan Simetris
Yaitu suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya
bersama.
Contoh :
Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin negara?
Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah ?
b. Hubungan Kausal
Yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di sini ada variabel independen
(variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).
Contoh :Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ?
(pendidikan orang tua merupakan variabel independen, dan prestasi belajar
merupakan variabel dependen).
Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan, dan kualitas guru
terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah ?
(kurikulum, media, dan kualitas guru sebagai variabel independen, dan kualitas SDM
merupakan variabel dependen).
c. Hubungan interaktif atau timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam
hubungan ini tidak diketahui mana variabel independen dan mana variabel
dependen.
Contoh :
Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Jakarta.
Hubungan antara makan di pagi hari dengan kecerdasan siswa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:
a. Dirumuskan secara jelas;
b. Menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternaatif tindakan yang akan
dilakukan;
c. Dapat diuji secara empiris;
d. Mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan;
e. Disusun dalam bahasa yang jelas dan singkat;
f. Jelas cakupannya;
g. Memungkinkan untuk dijawab dengan mempergunakan metode atau teknik tertentu.
Bagian rumusan masalah berisi tentang masalah-masalah yang hendak dipecahkan
melalui penelitian.Tentunya masalah-masalah yang dihasilkan itu tidak lepas dari latar
belakang masalah yang dikemukakan pada bagian pendahuluan.

Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut :


1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain
berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah
ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti
sampai di lapangan.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh
peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.
Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat
dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai
data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi
kegiatan penelitiannya.
4. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat
dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel
penelitian.

B. SUMBER MASALAH DALAM PENELITIAN


Permasalahan dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. Mac Millan dan
Schumacher (Hajar, 1996 : 40-42), masalah dapat bersumber dari :
1. Observasi
Masalah dalam penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu
yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara rutin dalam melakukan suatu tindakan
didasarkan atas otiritas atau tradisi.
2. Dedukasi atau Teori
Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsip-prinsip umum yang
penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap
masalah yang dianggap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empris praktik
tentang teori.
3. Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi untuk dilakukan penelitian ulang
(replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil
penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga
menyampaikan rekomendai kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal
ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.
4. Masalah Sosial
Masalah sosial yang ada di sekitar peneliti atau yang baru menjadi berita terhangat dapat
menjadi masalah penelitian. Misalnya :
Adanya tawuran antar sekolah menimbulkan berbagai dampak bagi sekolah dan warga
sekitar.
Penggalakan program 3M (Menguras, Mengubur, Menimbun) sebagai upaya
pencegahan penyakit demam berdarah.
5. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi dapat menimbulkan masalah yang memerlukan jawaban empiris
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam (Purwanto 2010 : 109-111).
Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait
dengan bidang pendidikan.

C. MANFAAT PERUMUSAN MASALAH


Perumusan masalah memiliki fungsi-fungsi diantaranya diuraikan sebagai berikut :
Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau
dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat
dilakukan.
Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah
peneliti sampai di lapangan.
Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data macam apa yang
perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan
oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat
dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang
bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
Fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah
penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan
menjadi populasi dan sampel penelitian.
Kegiatan penelitian yang menggunakan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit semestinya
dapat menghasilkan manfaat.Penelitian harus dilaksanakan dengan tujuan memberikan sumbangsih
bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan peningkatan efektivitas kerja.
D. KRITERIA-KRITERIA PERUMUSAN MASALAH
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan
masalah penelitian yaitu ;
Kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang
bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun
pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau
lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusia.
Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan
upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas,
diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta
teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.
Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya
dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga
pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan
secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.

E. CIRI-CIRI DAN MODEL PERUMUSAN MASALAH


Dalam penelitian diperlukan sebuah masalah yang baik. Terdapat beberapa ciri masalah yang
baik, yaitu:
1. Mempunyai Nilai Penelitian
Dalam sebuah penelitian, masalah yang sedang diteliti hendaknya mempunyai nilai
penelitian. Dikatakan mempunyai nilai penelitian apabila masalah yang akan diteliti pada akhir
penelitian dapat memberikan manfaat dalam sebuah bidang ilmu tertentu atau dapat digunakan
untuk keperluan yang lain. Dalam memilih masalah yang baik peneliti harus memperhatikan
beberapa hal berikut:
2. Masalah harus mempunyai keaslian
Sebuah masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang up to date.
Maksudnya adalah masalah yang diteliti belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti lain.
Masalah juga harus mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah, sehingga penelitian akan
semakin berkualitas. Selain itu, masalah yang diteliti boleh jadi adalah masalah-masalah yang
terlewatkan dari perhatian masyarakat selama ini atau bias juga masalah yang akan
memunculkan sebuah teori baru.
3. Masalah harus menyatakan suatu hubungan
Masalah yang baik adalah masalah yang menyatakan sebuah hubungan antara variabel-
variabel tertentu yang saling berkaitan.Hal ini perlu diperhatikan agar penelitian yang dilakukan
lebih bermakna.Biasanya variabel-variabel yang dipakai untuk mewakili unsur-unsur yang ada
dalam penelitian dilambangkan dengan huruf X, Y, dan Z.
4. Masalah harus merupakan hal yang penting
Masalah yang diteliti haruslah merupakan hal yang penting dan bukan masalah yang sepele
untuk diteliti.Karena diharapkan hasil akhir dari penelitian adalah sebuah fakta dan kesimpulan
yang dapat bermanfaat di sebuah bidang tertentu dan dapat diterbitkan di jurnal ilmu
pengetahuan.Tidak hanya itu, hasil penelitian juga dapat menjadi bahan referensi dalam
menyusun buku-buku teks.
5. Masalah harus dapat diuji
Seorang peneliti harus pandai dalam memilih masalah yang akan diteliti. Masalah yang
akan diteliti hendaknya adalah masalah yang dapat diuji. Sebaiknya masalah yang dipilih
adalah masalah yang dapat memberikan implikasi untuk dilakukan uji empirisnya.Hal ini
dimaksudkan agar penelitian agar penelitian dapat dilihat secara jelas hubungan antar variabel
yang saling berkaitan dalam masalah yang sedang diteliti dan dapat tentu saja dapat diukur.
6. Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
Masalah yang menarik adalah masalah yang dapat menimbulkan pertanyaan.Tapi peneliti
juga harus dapat menggambarkan masalah yang sedang diteliti dengan jelas, sehingga tidak
membingungkan orang yang membacanya dan dapat dilakukan uji untuk menyatakan
jawaban dan kebenarannya.
7. Mempunyai fisibilitas
Masalah yang baik adalah masalah yang mempunyai fisibilitas, yaitu masalah tersebut harus
mempunyai nilai pemecahan dan dapat dipecahkan.Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat
berguna dan tidak sia-sia. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti, yaitu:
a. Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia. Peneliti haruslah
memperhatikan ketersediaan data dan metode terhadap masalah yang akan diteliti.
Hal ini sangatlah penting, karena digunakan untuk memecahkan masalah. Data
dan metode yang akan digunakan hendaknya sudah memiliki standard an ukuran
yang jelas, sehingga dapat diukur dan akan menghasilkan sebuah pemecahan
yang dapat akurat.
b. Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan. Biaya adalah faktor yang diboleh dilupakan oleh seorang peneliti
pada saat akan melakukan penelitian. Seorang peneliti harus bisa memperkirakan
biaya yang akan dikeluarkannya dalam penelitian. Biaya yang terlalu besar dalam
penelitian akan dapat memberatkan peneliti dan dianggap kurang fleksibel.
c. Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar.Seorang peneliti harus dapat
memperkirakan waktu yang akan digunakan dalam penelitiannya. Sebuah
penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak memakan waktu yang terlalu lama
karena akan tidak efektif.
d. Biaya dan hasil harus seimbang. Penelitian yang baik adalah penelitian yang
antara hasil yang diperoleh dengan biaya memiliki porsi yang seimbang.Hal ini
penting karena penelitian harus tetap memperhitungkan efisiensi di dalammya.
e. Administrasi dan sponsor yang kuat. Masalah yang akan diteliti haruslah memiliki
administrasi dan sponsor yang kuat. Hal ini cukup penting karena penelitian tidak
dapat dilakukan tanpa adanya bantuan dari siapa pun dan seorang pembimbing.
f. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat. Masalah yang dipilih untuk diteliti
hendaknya tidak bertentangan dengan hukum dan adat yang berlaku di
masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan oleh peneliti karena akan berpengaruh pada
keberlangsungan proses penelitian.
g. Equipment dan kondisi harus memungkinkan. Seorang peneliti harus
memperhatikan kondisi pada saat akan melakukan penelitian. Penelitian
hendaknya dilakukan pada saat kondisi yang sedang kondusif agar dapat berjalan
lancar.Tidak hanya itu, peralatan yang dibutuhkan pada saat penelitian juga harus
diperhatikan.Sebaiknya penelitian menggunakan alat-alat yang mudah ditemukan
dan diperoleh.
8. Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti
Masalah yang akan diteliti hendaknya dalah masalah yang nantinya akan dapat
dipecahkan oleh peneliti. Mengapa demikian, karena agar penelitian yang telah
dilakukan tidak terhenti di tengah proses pengerjaan karena ketidakmampuan seorang
peneliti untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti sehingga akan sia-sia. Untuk
itu, peneliti harus memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Menarik bagi peneliti
Masalah yang diteliti hendaknya menarik bagi peneliti.Hal ini penting agar
peneliti merasa tertantang untuk melakukan penelitian dan berusaha untuk
memecahkannya.Sehingga penelitian dapat segera diselesaikan.
b. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang diteliti harus sesuai dengan kualifikasi peneliti. Pertimbangan ini
penting karena akan berpengaruh pada kelancaran dan hasil penelitian. Karena
jika peneliti tidak cukup kompeten dalam bidang masalah yang sedang diteliti, maka
hasil yang diteliti tidak akan akurat.

F. PEMBATASAN DAN ANALISIS PERUMUSAN MASALAH


Masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan.
Pertanyaan, lebih lanjut harus dirumuskan dan dibatasi secara spesifik agar tidak menimbulkan
kebingungan dalam mengetahui dengan jelas keterangan dan data apa sebenarnya yang harus
dikumpulkan serta kesimpulan apa yang pada akhirnya dapat diambil pada hasil
penelitian. Masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber. Dalam hal ini tentu peneliti
terlebih dahulu harus melukiskan masalah seluas mungkin yang dapat dijangkau oleh pikirannya
berdasarkan realitas yang ditemukannya.Namun, karena keterbatasan kemampuan, baik
pengetahuan, waktu, tenaga, biaya dan fasilitas lainnya, maka peneliti harus membatasi
masalahnya.
Masalah dalam penelitian dapat dibatasi dengan bertumpu pada sesuatu fokus. Masalah
adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang
menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanya dan dengan sendirinya memerlukan
upaya untuk mencari sesuatu jawaban.Faktor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin
berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsur lainnya. Jika kedua faktor itu diletakkan
secara berpasangan akan menghasilkan sejumlah tanda-tanya, kesukaran yaitu sesuatu yang
tidak dipahami atau tidak dapat dijelaskan pada waktu itu. Sebagai contoh: fokus penelitiannya
adalah ketidakdisiplinan pegawai. Untuk menelaah penyebabnya peneliti mungkin ingin
menelaahnya dari sisi kepemimpinan atasan, tingkat kesejahteraan, lingkungan kerja yang tidak
kondusif.Faktor-faktor tersebut dapatlah dikaitkan untuk menjajaki penyebab terjadinya
ketidakdisiplinan pegawai. Dengan demikian masalah penelitiannya menjadi sebagai berikut:
Apakah ada kaitan antara kepemimpinan atasan dengan dengan ketidakdisiplinan pegawai?
Bagaimanakah pengaruh tingkat kesejahteraan, apakah hal ini menjadi sumber penyebab
ketidakdisiplinan pegawai?, Apakah lingkungan kerja yang tidak kondusif ada kaitannya dengan
etos kerja yang menyebabkan ketidakdisiplinan pegawai?.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor tersebut haruslah dapat diukur dan
dimanage (measurable and managable). Agar dapat diukur maka faktor-faktor tersebut harus
konseptual, artinya faktor tersebut harus didukung oleh teori-teori sehingga akan lebih mudah
mengukurnya karena indikator-indikatornya jelas dideskripsikan dalam teori-teori yang relevan.
Faktor-faktor dapat di-manage artinya data dengan mudah dapat dikumpulkan dan tersedianya
atau bersedianya responden sebagai unit analisis untuk mengisi instrumen penelitian.
Ada dua maksud tertentu yang ingin dicapai dalam merumuskan masalah penelitian
dengan jalan memaanfaatkan fokus.Pertama, penetapan fokus dapat membatasi masalah. Jadi,
dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inquiri. Jika peneliti membatasi diri dengan upaya
menemukan teori dari dasar, maka lapangan penelitian lainnya tidak akan dimanfaatkan
lagi. Pada contoh tersebut diatas, jelas bahwa subjek penelitian adalah pegawai. Jadi, peneliti
tidak perlu kesana kemari untuk mencari subjek penelitian, karena dengan sendirinya telah
dibatasi oleh fokusnya.Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria iklusi-
eksklusi atau kriteri masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria) suatu informasi yang baru
diperoleh dilapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus seorang peneliti tahu persis
data mana dan data tentang apa yang perlu dikumpulkan dan data mana pula, yang walaupun
mungkin menarik, karena tidak terlalu relevan, tidak perlu lagi dimasukkan kedalam sejumlah
data yang sedang dikumpulkan.
Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dengan variable
penelitian, sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai
panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, insrumen, dan teknik
analisis data. Oleh karena itu, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sosial
tertentu. Namun demikian, setiap peneliti baik peneliti kuantitatif mau pun kualitatif tetap harus
membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif di rumuskan dengan maksud
untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context).
Peneliti yang meggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya akan
mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut
“emergent design”. Namun yang jelas, tidak ada keseragaman model rumusan masalah dalam
penyajian, karena para peneliti berasal dari berbagai macam disiplin ilmu dengan beragam
latar belakang metodologi penelitian.
Ada enam patokan dalam melakukan analisi perumusan masalah yaitu :
1. Apakah rumusan masalah tesebut telah menghubungkan dua atau lebih faktor? Jika ya,
apakah dirumuskan secara proporsional ataukah dalam bentuk diskusi atau gabungan
kedua-duanya?
2. Apakah rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian? Jika ya, apakah hanya
terdapat rumusan masalah atau dicampuradukkan dengan memtode penelitian? Jika
disatukan dengan tujuan penelitian, apakah masalah dipandang sama dengan tujuan
penelitian ataukah tujuan penelitian dimaksudkan untuk memecahkan masalah? Apakah
rumusan masalah yang disatukan dengan tujuan penelitian, pada “masalah penelitian”
dibahas juga metode penelitianya?
3. Apakah uraianya dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan
penelitian, ataukah dalam bentuk pertanyaan penelitian saja?
4. Apakah uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi
criteria “inklusi-ekslusi” ataukah masih demikian umumnya sehingga criteria itu tidak
terpenuhi?
5. Apakah kata “hipotesis kerja” dinyatakan secara eksplisit berkaitan dengan masalah
penelitian? Ataukah hanya dinyatakan secara implisit?
6. Apakah secara tegas pembatasan studi dinyatakan dengan istilah ”fokus” secara eksplist
atau tidak, dan apakah fokus itu merupakan masalah?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa point penting, antara lain :
1. Perumusan masalah adalah suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam
kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena
yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab
maupun sebagai akibat.
2. Perumusan masalah mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut :
a. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan
b. Sebagai pedoman/penentu arah atau fokus dari suatu penelitian
c. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, dan
jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti
d. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat
dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel dalam
penelitian
3. Kriteria-kriteria dalam perumusan masalah, antara lain :
a. Berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang
memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban
eksplanatoris.
b. Bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori.
c. Perumusan masalah hendaknya dirumuskan dalam konteks kebijakan pragmatis yang
sedang aktual.
4. Ciri-ciri masalah yang baik, yaitu :
a. Mempunyai nilai penelitian
b. Masalah harus mempunyai keaslian
c. Masalah harus menyatakan suatu hubungan
d. Masalah harus merupakan hal yang penting
e. Masalah harus dapat diuji
f. Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
g. Mempunyai fisibilitas
h. Sesuai dengan kualifikasi peneliti
5. Model perumusan masalah secara umum dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu rumusan
masalah deskriptif, komparatif, dan assosiatif.
6. Ada enam (6) patokan dalam melakukan analisis perumusan masalah, yaitu :
a. Apakah rumusan masalah tersebut telah menghubungkan dua faktor lebih?
b. Apakah rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian?
c. Apakah uraianya dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan
penelitian, ataukah dalam bentuk pertanyaan penelitian saja?
d. Apakah uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi
criteria “inklusi-ekslusi” ataukah masih demikian umumnya sehingga criteria itu tidak
terpenuhi?
e. Apakah kata “hipotesis kerja” dinyatakan secara eksplisit berkaitan dengan masalah
penelitian? Ataukah hanya dinyatakan secara implisit?
f. Apakah secara tegas pembatasan studi dinyatakan dengan istilah ”fokus” secara eksplist
atau tidak, dan apakah fokus itu merupakan masalah?
7. Beberapa prinsip dalam perumusan masalah, diantaranya :
a. Prinsip yang berkaitan dengan teori dari dasar
b. Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
c. Prinsip hubungan faktor
d. Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
e. Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi-eksklusi
f. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
g. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
h. Prinsip yang berkaitan dengan hasil kajian kepustakaan

B. Saran
1. Karena perumusan masalah merupakan hulu dari sebuah penelitian, maka kita harus
menyusunnya dengan baik agar penelitian yang dilakukan dapat maksimal dan bermanfaat.
2. Rumusan masalah sebaiknya dibuat dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan padat.
3. Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah
khazanah pengetahuan khususnya dalam pembuatan perumusan masalah dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Muthalib, Abdul. Metode Penelitian Pendidikan Islam. Banjarmasin : Antasari Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Refisi V. Jakarta :
PT. Rhineka Cipta.
Suprayogo, Imam, dan Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial dan Agama. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Pariata Westra (1981:263) dalam kutipan yang diakses pada tanggal 27 September 2016, Pukul 19.36
WIB.
James H. Mac Millan dan Schumacher (Hajar, 1996 : 40-42) dalam kutipan yang di akses pada tanggal
27 September 2016, Pukul 19.38 WIB.
Sutrisno Hadi (1973:3) dalam kutipan yang di akses pada tanggal 27 September 2016, Pukul 19.43
WIB.
Stonner (1982) dalam kutipan yang di akses pada tanggal 27 September 2016, Pukul
19.47 WIB.
Pariata Westra (1981:263) dalam kutipan yang dikses pada tanggal 27 Serptember 2016, Pukul
20.00 WIB.
Purwanto (2010 : 109-111) dalam kutipan yang di akses pada tanggal 27 September 2016, Pukul
20.05 WIB.

Anda mungkin juga menyukai