Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia pada

hakekatnya untuk meningkatkan angka harapan hidup, meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta kualitas kehidupan guna

meningkatkan kesejahteraan keluarga agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyrakat yang optimal. Kesehatan merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia, sehingga perlu senantiasa diusahakan agar

setiap penduduk makin menyadari pentingnya kesehatan bagi dirinya

sendiri dan lingkungannya, serta makin mampu untuk berprilaku hidup

sehat. Untuk mencapai hal tersebut memerlukan usaha perbaikan dan

peningkatan gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang

menentukan kualitas hidup dan produktifitas (Depkes, 2009)

Untuk mengupayakan tercapainya tujuan dari pembangunan

kesehatan tersebut adalah meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang ditunjukan oleh indikator salah satunya menurunkan

angka kematian ibu dari 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2012 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025

(Depkes,2013). Dari tahun ketahun penurunan Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia masih sangat lambat, dari tahun 2002 AKI sekitar

307/100.000 kelahiran hidup sampai tahun 2010 AKI baru mencapai

sekitar 201/100.000 kelahiran hidup, padahal MDGs menargetkan AKI

sampai 2015 sebesar 102/100.000 kelahiran Hidup. AKI di Sumatra

1
2

Barat tahun 2008 yaitu 226 orang / 100.000 kelahiran hidup selama

tahun 2010 dinas kesehatan hanya mampu mengurangi AKI sebanyak

satu ibu dengan tingkat Rasio 228 orang/100.000 kelahiran hidup.

Kematian ibu dan anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah anemia pada saat hamil (Manuaba, 2007)

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb atau hitung

eritrosit rendah dari harga normal akibat kekurangan zat besi, vitamin

B 12, asam folat, penyakit kronik, perdarahan dan kelainan darah

yang didapat (Mansjoer, 1999). Anemia dalam kehamilan yang paling

sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan zat besi. (Manuaba,

1998) Anemia defisiensi zat besi merupakan gizi yang paling lazim di

dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia, perkiraan

prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51 %, (Arisman, 2010)

Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 %

sampai 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya,

(Manuaba, 2007: 29) sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil di

Indonesia adalah 70 %, ini berarti 7 dari 10 wanita hamil menderita

anemia (Khomsan ,2009). Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung

berlangsung di negara sedang berkembang, ketimbang negara yang

sudah maju. Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu

masalah gizi yang utama di Indonesia (Arisman, 2010).

Anemia dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu hamil

memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu pada saat

melahirkan biasanya darah keluar dalam jumlah banyak sehingga


3

kondisi anemia akan memperburuk keadaan ibu hamil. Kekurangan

darah dan perdarahan akut merupakan penyebab utama kematian ibu

saat melahirkan. Ibu hamil yang menderita anemia tidak mampu

memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam

kandungannya. Oleh karena itu, keguguran, kematian bayi dalam

kandungan, berat bayi lahir rendah, atau kelahiran prematur rawan

terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia (Arisman, 2010).

Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas

dan sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar,

takikardia, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak

tangan, kuku dan konjungtiva palpebra (Arisman, 2010). Asupan gizi

sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang

dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat

sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal.

Peningkatkan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus),

payudara (mamae), volume darah, plasenta, air ketuban, dan

pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan

digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40 % dan sisanya 60%

digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Huliana, 2001: 68).

Menurut Manuaba (2007) banyak faktor terkait dengan anemia

ibu hamil yaitu status gizi buruk, persalinan dengan jarak yang

berdekatan dan ibu hamil dengan pendidikan, pengetahuan dan

tingkat sosial ekonomi rendah. Pada tahun 2013 WHO melaporkan

bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global sebesar 55%


4

dan pada umumnya terjadi pada trimester ketiga. Prevalensi anemia

pada ibu hamil di Indonesia tahun 2013 adalah 70 % atau 7 dari 10

wanita hamil menderita anemia. Berdasarkan profil Kesehatan

Sumatera Barat tahun 2013, jumlah ibu hamil di Sumatera Barat yaitu

sebanyak 106.536 orang dan jumlah ibu dengan anemia dalam

kehamilan sebanyak (14,21 %).

Di Kota Solok, tahun 2013 kejadian anemia adalah 109 orang

(7,7 %) dari 1.402 orang ibu hamil sedangkan pada bulan Januari

sampai Agustus tahun 2014 jumlah anemia ibu hamil adalah 114

orang yang tersebar pada 4 Puskesmas, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1
Jumlah Anemia ibu Hamil Pada 4 Puskesmas Yang ada di Kota Solok
pada bulan Januari sampai Agustus 2014

NO Puskesmas Sasaran Ibu hamil Jumlah Anemia %


Ibu Hamil
1 Tanjung Paku 464 33 7,1
2 Tanah Garam 423 53 12,5
3 Nan Balimo 140 22 15,7
4 KTK 302 6 2,0
Jumlah 1.329 114 8,5
(Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2014)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anemia ibu hamil

terbanyak pada tahun 2014 adalah Puskesmas Nan Balimo sebanyak

22 orang (15,7 %). Dan selama tahun 2013 jumlah bayi BBLR yang

terbanyak adalah di Puskesmas Nan Balimo yaitu 4 orang bayi

(Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2014).

Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas

Nan Balimo pada tanggal 19 September 2014, berdasarkan hasil


5

wawancara pada 10 orang ibu hamil yang memeriksakan

kandungannya ke Puskesmas, 3 orang ibu berpendidikan SD

mengatakan tidak mengetahui tentang pengertian anemia dan

penyebab anemia pada ibu hamil, 4 orang ibu hamil mengatakan

tidak perlu memeriksa darah karena anemia pada ibu hamil dapat

dilihat dari wajah dan penampilan fisik dan 3 orang ibu mengatakan

mual bila mengkonsumsi obat penambah darah dari Puskesmas.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui

“Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia

dengan kejadian Anemia di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yang peneliti ambil

adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu

hamil tentang anemia dengan kejadian Anemia di Kelurahan Nan

Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun

2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

ibu hamil tentang anemia dengan kejadian Anemia di Kelurahan

Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

tahun 2014.
6

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian anemia ibu hamil di

Kelurahan Nan balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota

Solok tahun 2014.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil

tentang anemia di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2014.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap ibu hamil tentang anemia di

Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota

Solok tahun 2014.

d. Diketahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia

dengan kejadian anemia ibu hamil di Kelurahan Nan Balimo

Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2014

e. Diketahui hubungan sikap ibu hamil tentang anemia dengan

kejadian anemia ibu hamil di Kelurahan Nan balimo Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2014

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan ilmiah dan pengetahuan peneliti dalam

mengidentifikasi, mengelola dan menganalisis masalah yang

berhubungan dengan kejadian anemia dan juga pengembangan

kemampuan penelitian sehingga dapat mengaplikasikan ilmu metode

penelitian yang telah didapatkan diperkuliahan.


7

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil data yang diperoleh dari penelitian agar dapat dijadikan

pedoman bagi peneliti selanjutnya serta sebagai bahan bacaan di

perpustakaan STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang mengenai

Proposal Karya Tulis Ilmiah.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai pedoman bagi sarana pelayanan kesehatan khususnya

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok dalam menanggulangi kejadian

anemia pada ibu hamil dan informasi tentang anemia dalam

kehamilan.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia dengan kejadian

Anemia pada ibu hamil. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan

desain Cross Sectional Study. Penelitian telah dilakukan di Kelurahan

Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok pada

bulan September sampai Desember 2014. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kelurahan Nan Balimo

wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo tahun 2014 yang berjumlah 48

orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total

sampling dengan menggunakan kuesioner. Analisa yang digunakan

adalah analisa univariat dan bivariat dan diolah secara komputerisasi

dengan program SPSS.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Anemia Dalam Kehamilan

a. Pengertian

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah

merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa haemoglobin

sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa

oksigen keseluruh jaringan (Wanidar, 2007). Anemia adalah

kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya

kurang dari 11 gr % (Wiknjosastro, 2002). Anemia dalam

kehamilan adalah kondisi kadar hemoglobin di bawah 11 gr %

(Manuaba, 2010).

b. Derajat Anemia

1) Ringan sekali : Hb 11 gr % - batas normal

2) Ringan : Hb 8 gr % - < 11 gr %

3) Sedang : Hb 5 gr % - < 8 gr %

4) Berat : < 5 gr %

(Arisman, 2010).

c. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang malaise, lidah luka,

nafsu makan turun (anokresia), nafas pendek (pada anemia

8
9

parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda

(Winkjosastro, 2002).

d. Dampak Anemia Dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas

1) Saat hamil
a) Abortus
b) Missed abortion
c) Kelainan congenital
d) Persalinan premature
e) Pendarahan ante partum
f) Gangguan pertumbuhan janin dan rahim
g) Asfiksia intra uterine sampai kematian janin
h) Gentosis dan mudah terkena infeksi

2) Saat persalinan

a) Gangguan his primer


b) Pendarahan post partum
c) Persalinan dengan tindakan
d) Ibu cepat lelah
e) Gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif

3) Saat nifas

a) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan HPP


b) Infeksi puerperium
c) ASI yang berkurang
d) Anemia dalam nifas
e) Mudah terjadi infeksi mammae

e. Jenis- Jenis Anemia Dalam Kehamilan

1) Anemia dalam defiensi besi (kekurangan zat besi : 62,3 %)

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai

adalah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat

disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan

makanan, karena gangguan resorbsi, gangguan penggunaan

atau karena terlampau banyanya zat besi keluar dari badan,

misalnya pada perdarahan (Prawihardjo, 2005)


10

a) Penyebab Anemia efisiensi Besi

(1) Kekurangan zat besi

Kekurangan zat besi yaitu tidak cukupnya asuhan zat besi

dalam makanan dan kurangnya gizi yang mengandung

unsur besi seperti pada makanan dari sumber hewani

(daging, telur, hati dan ikan dan juga karena banyaknya zat

besi yang keluar dari tubuh)

(2) Perdarahan

Perdarahan dapat memyebabkan volume dan kuantitas sel

darah merah berkurang sehingga menyebabkan kurangnya

darah seperti perdarahan kronik pada penyakit malaria,

hemoroit, polip dan molahidatidosa

(3) Kurangnya konsumsi tablet Fe

Kurangnya konsumsi tablet Fe selama kehamilan dapat

menimbulkan terjadinya anemia efesiensi besi karena pada

kehamilan kebutuhan akan zat besi semakin meningkat.

Kebutuhan zat besi selama kehamilan sebanyak 900 mg Fe

dan berguna untuk meningkatkan sel darah ibu sebanyk

500 mg Fe, terdapat dalam plasenta sebanyak 300 mg Fe

dan untuk darah janin 100 mg Fe (Manuaba, 2010).

b) Pencegahan Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia defisiensi zat besi dapat dicegah dengan

pemberian tablet tambah darah. Tablet tambah darah adalah

tablet untuk suplementase penanggulangan anemia gizi setiap


11

tablet mengandung 200 mg ferosulfat atau 600 mg zat besi

elemental dan 0,25 mg asam folat. Dengan pertimbangan

bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka

dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet selama

kehamilan (Manuaba, 2010).

2) Anemia megaloblastik (kekurangan vit B 12: 29 %)

Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena

defisiensi asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena

difisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) biasanya karena mal

nutrisi dan infeksi yang kronik (Prawirahardjo, 2005)

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian asam

folik 15 – 30 mg/hari, vitamin B12 3 x1 tablet per hari, sulfas

ferosus 3 x 1 tablet/hari, pada kasus berat dan pengobatan per

oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah

(Mochtar, 2011)

3) Anemia hipoplastik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari

pembentukan: 8,0 %)

Anemia pada ibu hamil diebabkan karena sum-um

tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi

anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui

dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar

rontgen, racun atau obat-obatan.


12

Pengobatan dengan obat-obat penambah darah tidak

memberi hasil, melainkan dengan transfusi darah yang perlu

diulang sampai beberapa kali (Prawihardjo, 2005).

4) Anemia hemolitik (gangguan pembentukan sel-sel darah : 0,7%)

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah

merah lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia

hemolitik sukar untuk hamil. Apabila ia hamil maka anemianya

biasanya lebih berat.

Pengobatan dengan pemberian obat-obat penambah

darah tidak memberi hasil melainkan dengan transfusi darah

yang terkadang perlu diulang sampai beberapa kali pada anemia

berat untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi

bahaya hipoksia janin (Prawihardjo, 2005).

f. Penyebab Anemia Dalam Kehamilan

Menurut Mochtar (2011) penyebab anemia dalam kehamilan

adalah:

1) Kurangnya asupan gizi (mal nutrisi)

2) Kurangnya zat besi dalam diet

3) Malabsorbsi

4) Kehilangan darah yang banyak pada waktu persalinan yang lalu,

haid dan lain-lain

5) Penyakit penyakit kronis: TBC, Paru, Cacing usus, Malaria dan

lain-lain
13

Penyebab utama anemia kurang zat besi tampaknya adalah

karena konsumsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang

sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang beraneka

ragam. kosumsi zat besi dari makanan tersebut sering lebih rendah

dari dua pertiga kecukupan kosumsi zat besi yang dianjurkan, dan

susunan menu makanan yang dikosumsi tergolong pada tipe

makanan yang rendah.

Faktor sosial budaya sangat berperan penting dalam kosumsi

makanan serta tablet tambah darah, keadaan terakhir tadi akan

semakin parah bila masih ditambah oleh adanya patangan terhadap

beberapa jenis makanan, terutama yang kaya zat besi selama masa

kehamilan. Sebaliknya apabila wanita hamil tidak mempunyai

masukan zat besi yang cukup banyak dan tidak mendapatkan

suplemen preparat besi, sedangkan janin mengalami pertumbuhan

terus dan semakin pesat, maka janin dalam hal ini berperan sebagai

perasit. Ibu akan menderita akibatnya, dan janin umumnya

dipertahankan normal, kecuali pada keadaan yang sangat berat,

misalnya kadar hemoglobin yang sangat rendah maka zat besi yang

kurang akan berpengaruh pula terhadap janin.

g. Peningkatan Kebutuhan Zat Besi

Kebutuhan zat besi ibu hamil pada Trimester I yaitu 0,8 mg

sehari, yang kemudian meningkat tajam selama Trimester II dan III,

yaitu 6,3 mg sehari. peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan

zat besi yang terserap melalui saluran cerna. sedangkan kandungan


14

dan sarapan zat besi dalam dari makanan sangat sedikit, pemberian

suplementasi pada masa-masa ini menjadi sangat penting (Arisman,

2004: 172).

h. Pengobatan Anemia

Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan

pemberian tambahan vit zat besi (sulfas ferosus) atau tablet

penembah zat besi lainnya. Anemia jenis ini paling banyak dijumpai

dalam kehamilan (62,3%) pengobatan yang biasa dilakukan pada

kasus ini antara lain:

1) Pemberian zat besi per oral : sulfas ferosus atau glokosa dengan

dosis 3-5x 0,20 mg

2) Pemberian zat besi per parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak

tahan pemberian per oral atau absorbsi disaluran pencernaan

kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau

intravena. Kemasan ini antara lain imferon, jectofer dan ferrigen.

Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral (Arisman, 2010).

i. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Yang Anemia

Gizi yang baik selama hamil akan membantu ibu dan bayi

untuk tetap sehat. Kebutuhan akan nutrisi akan tertentu seperti

kalsium, zat besi dan asam folat meningkatkan pada masa

kehamilan ini, namun hanya perlu sedikit tambahan energi. Wanita

harus didorong dengan makanan yang bergizi dan mengontrol berat

badan selama masa kehamilan, pertambahan berat badan selama


15

kehamilan yang normal adalah sekitar 10-13 kg untuk wanita yang

sebelum kehamilan memiliki berat badan ideal. Pemilihan makanan

yang sangat bervariasi merupakan hal penting untuk mengetahui

kebutuhan gizi baik untuik wanita hamil maupun bagi yang sedang

dikandung. Cobalah untuk mengkomsumsi :

1) Sayur-sayuran, buah-buahan, roti, dari gandum utuh, cereal

dalam jumlah besar, Produk susu rendah lemak, dan daging

tanpa lemak dalam jumlah sedang.


2) Makanan tinggi lemak gula dan garam dalam jumlah kecil.
3) Daging tanpa lemak, ayam dan ikan
4) Kacang-kacangan dan biji-bijian.
5) Susu rendah lemak seperti keju dan yogurt.
6) Sayur-sayuran yang berdaun hijau
7) Suplemen seperti asam folat.

Seperti halnya diet sehat, suplemen asam folat

direkomendasikan untuk dikomsumsi sebelum konsepsi dan pada

trimester pertama untuk membuat menurunkan resiko neural tube

defect (cacat bawaan saraf) seperti spina bifida (Winkjosastro,

2002).

2. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku menurut

Lawrence green dalam (Notoatmodjo, 2010)

a. Pengetahuan

1) Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu, pengindraan terjadi melalui penginderaan manusia,


16

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia dipreoleh dari mata

dan telinga (Notoadmodjo, 2007)

2) Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan yang dicaup di

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat , yaitu :

a) Tahu (Know): tahu diartikan sebgaia mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Tremasuk kedalam

pengetahun tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

ipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah,

b) Memahami (comprehension) memahami diartikan sebagai

suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari,

c) Aplikasi (application) : aplikasi diartikan sebagi kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelejari pada situasi

atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan


17

aplikasi atau penggunakaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebaginya dalam konteks atau seituasi lain.

d) Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen tetapi maih masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya Satu Sama

lain. Kemampuan anlisis ini dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokan, an sebagainya,

e) Sintesis (synthesis) : sintesi menunjukan kepada suatu

kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-

bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru . dengan kata

lain sintesis itu sutau kemampuan untuk menyusun

formuslasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.

Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada,

f) Evaluasi, evaluasi ini berkaitan dnegan kemampaun untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan criteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dnegan

wawancara atau angket serta menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subjek penelitian. (Notoadmodjo, 2007).


18

3) Cara Memperoleh Pengetahuan

a) Metode keteguhan

Dengan metode ini orang menerima suatu kebenaran karena

merasa yakin akan kebenarannya

b) Metode otoritas

Sesuatu diterima sutua kebenaran untuk karena sumbernya

mempunyai otoritas untuk itu, misalnya, bahwa alam

semesta adalah Ciptaan Allah diterima sebagai suatu

kebenaran karena sumbernya adalah Alkitab.

c) Metode Apriori atau intuisi

Sesuatu diterima sebagai kebenaran semata-mata

berdasarkan intuisi

d) Metode tradisi

Seseorang menerima suatu kebenaran dari tradisi yang

berlaku di lingkungannya

e) Metode Trial dan error

Pengetahuan dnegan cara ini diperoleh melalui pengalaman

langsung. Sesuatu yang dianggab benar diperoleh sebagi

hasil dari serangkain percobaan yang tidak sistematis. Mula-

mula dicoba, hasilnya salah, dicoba lagi salah lagi, dicoba

lagi sampai akhirnya ditemukan yang benar.

f) Metode metafisik
19

Suatu pengetahuan yang diangab benar diperoleh secara

metafisik. Jawaban terhadap masalah yang ditemukan dalam

dunia empiris di carai dalam dunia supernatural.

g) Metode ilmiah

Metode ini dilakukan melalui proses deduksi dan induksi.

Permasalahn ditemukan di dunia empiris.

Banyak faktor yang ikut mempengaruhi kejadian anemia,

antara lain pengetahuan tentang gizi khususnys anemia, tingkat

pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, kosumsi zat gizi (protein,

Fe,vit c,vit A, Cu dll ), infeksi, kebiasaan, dan lain-lain.

Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita

anemia karena diet yang berpantang telur, daging, hati, atau ikan.

Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang mudah diserap tubuh.

Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita anemia.

Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak

teratur tanpa kualitas makanan seimbang.

Penyebab lain kurangnya pengetahuan adalah

kecenderungan wanita berdiet karena ingin mempertahankan bentuk

tubuh ideal, tanpa mempertimbangkan jumlah zat gizi penting yang

masuk, terutama zat besi dan makanan yang sebaiknya dikosumsi

selama hamil (Winkjosastro, 2002).

b. Sikap
1) Pengertian
20

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang –tidak senang, setuju-tidak

setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap juga dapat

diartikan sebagai bahwa sikap suatu sindrom atau kumpulan

gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang

lain (Notoatmodjo, 2010). Sikap merupakan konsep paling penting

dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai

individu maupun kelompok (Wawan, 2010)

Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

objek
b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap

suatu objek
c) Kecendrungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap

yang utuh. Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo,

2010)

2) Tingkat Sikap

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang berkaitan. Misalnya sikap orang terhadap gizi


21

dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap

tentang gizi

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila diatanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar /

salah adalah berarti menerima ide itu

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan mendiskusian suatu

masalah adalah sautu sikap tingkat tiga misalnya : seorang

ibu mengajak ibu lain untuk melakukan gotong royong sekitar

lingkungan adalah suatu bukti bahwa si ibu punya sikap

positif.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya

dengan segala resiko, merupakan sikap paling tinggi.

Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun

mendapat tantangan dari mertua atau orang tua sendiri.

(Notoatmodjo, 2010)

3) Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Pada pengukuran sikap ini dapat dipergunakan skala


22

model likert dimana dalam pengolahannya menggunakan skor

dengan pernyataan nilai positif dan negatif (Wawan , 2010).


Positif dapat dinyatakan:
Sangat setuju (SS) :4
Setuju (S) :3
Tidak Setuju (TS) :2
Sangat tidak setuju (STS) : 1
Negatif dapat dinyatakan :
Sangat setuju (SS) :1
Setuju (S) :2
Tidak Setuju (TS) :3
Sangat tidak setuju (STS) : 4
Setelah didapatkan hasil, kemudian data numerik

dikonfersikan menjadi data kategorik, dengan kategori sikap positif

apabila didapatkan nilai responden ≥ mean, dan ketegori sikap

negatif apabila didapatkan nilai responden < mean. Setelah data

dikategorikan kemudian data diinterprestasikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

B. Kerangka Teori

Menurut kerangka teori Lawrence green dalam (Notoatmodjo,

2010) bahwa perilaku kesehatan disebabkan 3 faktor yaitu sebagai

berikut:
Faktor predisposisi

- Pengetahuan
- Sikap
- Tingkat pendidikan
- Sosial ekonomi
- Sistem nilai yang
dianut

Faktor Pemungkin

- Ketersediaan sarana Perilaku


dan prasarana
- Lingkungan
23

Faktor Penguat

- Peran tokoh
masyarakat
- Peran petugas
kesehatan
- Dukungan Keluarga

Gambar 2.1.
Kerangka teori (Green, dalam Notoatmodjo, 2010)

Keterangan
- Yang diteliti
- Yang tidak diteliti

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yaitu sutau hubungan antara konsep-konsep

atau variabel – variabelyang akan diamati (diukur) melalui penelitian,

mengacu pada kerangka teori Lawrence Green (dalam Notoadmodjo,

2007), kerangka konsep pada penelitian ini digambarkan sebagai

berikut dimana yang menjadi variabel independen adalah

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia, sedangkan

variabel dependen adalah kejadian anemia ibu hamil.

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat PengetahuanIbu
Hamil
Kejadian Anemia Ibu
hamil

Sikap

Gambar. 2.2
Kerangka Konsep
HubunganTingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang
24

Anemia dengan Kejadian Anemia di Kelurahan Nan Balimo


Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
Tahun 2014

D. Defenisi Operasional

Tabel 2.1
Defenisi Operasional
HubunganTingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang
Anemia dengan Kejadian Anemia di Kelurahan Nan Balimo
Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
Tahun 2014

N Defenisi Skala
Variable Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
o operasional ukur
1. Kejadian Kadar Hb Sahli Memeriksa (0) Anemia Ordinal
Anemia haemoglobin darah bila Hb <
ibu hamil dengan Hb 11 gr %
yang Sahli (1) Tidak
diperiksa anemia
pada saat bila Hb ≥
penelitian 11 gr%
2. Tingkat Segala Kuesioner Wawancara (0) Rendah Ordinal
pengetahuan sesuatu yang jika nilainya
diketahu ibu < mean
tentang (1) Tinggi
anemia ibu jika nilainya
hamil ≥ mean

3. Sikap Suatu Kuesioner Wawancara (0) Negatif Ordinal


pandangan Mengunaka jika
atau n skala nilainya <
pernyataan likers mean
respons yang dengan (1) Positif
masih pernyataan jika
tertutup dari positif nilainya >
ibu tentang SS=4, S=3, mean
anemia ibu TS=2,
hamil STS=1
25

Untuk
pernyataan
negatif
SS=1, S=2,
TS=3,
STS=4

E. Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

anemia dengan kejadian anemia di Kelurahan Nan Balimo Wilayah

Kerja Puskesmas Nan Balimo tahun 2014

2. Ada hubungan antara sikap ibu hamil tentang anemia dengan

kejadian anemia di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo tahun 2014


26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik

dengan desain penelitian yang digunakan adalah cross sectrional

study yaitu variabel independen dan dependen dikumpulkan pada

waktu bersamaan serta mencari hubungan antara variabel

independen (tingkat pengetahuan dan sikap ) dan variabel dependen

(kejadian anemia) (Notoadmodjo, 2005).

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan September sampai

Desember 2014 di Kelurahan Nan Balimo wilayah kerja Puskesmas

Nan Balimo Kota Solok.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi
27

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karaktaristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005) yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester I (0-12

minggu) dan trimester III (28 -40 minggu) yang ada di kelurahan Nan

balimo berjumlah 48 orang.

2. Sampel

Sampel peneliti adalah sebagian yang diambil dari kseluruhan


2
7
objek yang diteliti dan dianggap mewakili dari seluruh Populasi

(Notoadmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2005) apabila populasi kurang

dari 100 maka diambil keseluruhannya, jadi teknik pengambilan sampel

adalah total sampling dengan jumlah sampel yang diambil adalah

sebanyak 48 orang ibu hamil. Adapun kriteria sampel yang akan diambil

adalah :

a. Kriteria inklusi sampel

1) Bersedia untuk dijadikan responden saat dilakukan penelitian

2) Tidak ada gangguan komunikasi

b. Kriteria eklusi :

1) Responden mengalami emesis

2) Ada gangguan komunikasi

D. Cara Pengambilan Data

1. Data Primer
28

Adapun pengumpulan data yaitu melalui wawancara langsung

dengan berpedoman pada kuisioner yang meliputi pengetahuan ibu

dan sikap hamil tentang anemia dengan kejadian anemia dengan

langkah-langkah:

a. Penjelasan tentang penelitian dan tujuan penelitian pada

responden

b. Penjelasan informed consent

c. Kuesioner dibagikan pada responden dan meminta responden

memahami terlebih dahulu setelah itu responden diharapkan

untuk mengisi kuesioner tersebut

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data dan informasi pendukung yang

sudah ada, diperoleh dari penelitian sebelumnya. Data sekunder

diperoleh dengan cara melihat laporan kejadian anemia di wilayah

kerja Puskesmas yang ada di kota Solok dan kejadian anemia di

Kelurahan Nan Balimo. Kegunaan data sekunder ini adalah sebagai

Cross Check data primer hasil wawancara dari responden, ataupun

sebagai tambahan data untuk melengkapi data-data yang diperlukan.

E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik pengolahan Data

Setelah data diperoleh kemudian dilakuakn pengolahan

dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Data (Editing)


29

Melakukan pengecekan terhadap isian kuisoner apakah jawaban

yang sudah dibuat sudah lengkap, jelas dan jawaban sudah

relevan dengan pertanyaan

b. Pengkodean (Coding)

Mengklasifikasikan jawaban dengan cara memberi tanda dan kode

berbentuk angka.

1) Untuk variabel pengetahuan

Jawaban yang betul diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0

Untuk menginterprestasikan data dilakukan dengan

menggunakan rumus mean yaitu :

(Mean) X = ∑ Xi

Keterangan : X : Nilai rata-rata

∑ : Jumlah alternatife / Jumlah Rata-rata

Xi : Nilai yang di observasi

n : sample

Tinggi bila nilai ≥ mean

Rendah bila nilai < mean

2) Untuk variabel sikap mengunakan skala likers yaitu:


a) Untuk pernyataan positif jika jawaban pernyataan pada

kuesioner sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) = 4

Setuju (S) 3
30

Tidak Setuju (ST) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) =1

b) Untuk pernyataan negatif jika jawaban pernyataan pada

kuesioner sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) = 1

Setuju (S) = 2

Tidak Setuju (ST) = 3

Sangat Tidak Setuju (STS) =4

Untuk menginterprestasikan data dilakukan dengan

menggunakan rumus mean yaitu :

(Mean) X = ∑ Xi

Keterangan : X : Nilai rata-rata

∑ : Jumlah alternatife / Jumlah Rata-rata

Xi : Nilai yang di observasi

n : sample

Positif bila nilai ≥ mean

Negatif bila nilai < mean

c. Memasukan data (Entry)

Setelah semua kuisioner diisi dengan benar maka data dimasukan

kedalam master tabel

d. Tabulasi data (Tabulating)


31

Tabulasi dilakukan dengan memindahkan data, kode kedalam

tabel-tabel, diagram yang teresedia dengan menggunakan tabel

distribusi

e. Membersihkan (Cleaning)

Merupakan pengecekan kembali data yang terkumpul

(Notoatmodjo, 2005)

2. Teknik Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

masing-masing variable yang diteliti, baik variable independen

maupun variable dependen dengan menggunakan perangkat lunak

komputer dengan program SPSS.

b. Analisa Bivariat

Analisa untuk mengetahui adanya hubungan antara variable

independen dengan variable dependen. Untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan kedua variable tersebut peneliti menggunakan uji

chi square dengan menggunakan perangkat lunak komputer dengan

program SPSS. Uji statistic yang digunkan adalah : Chi-Square

dengan tingkat signifikan p≤0,05 hubungan dikatakan bermakna, jika

nilai p> 0,05 maka hasil perhitungan terseut tidak bermakna.


32

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Geografi

Puskesmas Nan Balimo merupakan salah satu dari 4

puskesmas yang ada di Kota Solok yang berada di Kecamatan

Tanjung Harapan dengan luas wilayah 2.348 Km 2. Terdiri dari 2

kelurahan yaitu kelurahan Nan Balimo dan kelurahan Laing. Secara

geografis Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota

Solok ini berbatasan dengan:

a. Di sebelah utara : Kelurahan Tanjung Paku

b. Di sebelah Selatan : Kelurahan Kampung Jawa

c. Di sebelah Barat : Nagari Saok Laweh

d. Di sebelah Timur : Kelurahan Kampung Jawa


33

2. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Nan Balimo adalah

berjumlah 3.867 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.824 orang

dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.043 orang, serta

jumlah kepala keluarga 1.841 KK.

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat
a. Kejadian Anemia
3
3
Tabel 4.1`
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

No Kejadian Anemia f %
1. Anemia 27 56,2
2. Tidak Anemia 21 43,8
Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 48 responden

yaitu 27 (56,2 %) responden yang mengalami anemia.


b. Tingkat Pengetahuan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Anemia Di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

No Tingkat Pengetahuan f %
1. Tinggi 28 58,3
2. Rendah 20 41,7
Jumlah 48 100
34

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 48 responden

yaitu 28 (58,3 %) responden yang memiliki pengetahuan tinggi

tentang anemia.

c. Sikap

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil Tentang Anemia Di Kelurahan
Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
Tahun 2014
No Sikap f %
1. Negatif 18 37,5
2. Positif 30 62,5
Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 48 responden

yaitu 30 (62,5 %) responden yang memiliki sikap positif tentang anemia.

2. Analisa Bivariat

1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian


Anemia

Tabel 4.4
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil Di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Kejadian Anemia
Tingkat Jumlah
Anemia Tidak Anemia
Pengetahuan
f % f % f %
Rendah 16 80 4 20 20 100
Tinggi 11 39,3 17 60,7 28 100
Jumlah 27 56,2 21 43,8 48 100
35

P value=0,012

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 20 responden

yang mempunyai pengetahuan rendah 16 orang (80 %) mengalami

anemia. Dari hasil uji statistik dengan Chi-square derajat kemaknaan

5%, hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia

didapatkan nilai p = 0,012 < 0,05 yang artinya ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia.

2. Hubungan Sikap Dengan Kejadian Anemia

Tabel 4.5
Hubungan Sikap Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di
Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Kejadian Anemia
Jumlah
Sikap Anemia Tidak Anemia
f % f % f %
Negatif 16 88,9 2 11,1 18 100
Positif 11 36,7 19 63,3 30 100
Jumlah 27 56,2 21 43,8 48 100

P value=0,001

Berdasarkan table 4.5 dapat dilihat bahwa dari 18 responden

yang mempunyai sikap negatif, 16 orang (88,9 %) mengalami kejadian

anemia. Dari hasil uji statistik dengan Chi-square derajat kemaknaan

5%, hubungan antara sikap ibu dengan kejadian anemia didapatkan


36

nilai p = 0,001 < 0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna

antara sikap ibu dengan kejadian anemia.

C. Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Distribusi frekuensi kejadian anemia
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 48 responden

yaitu 27 (56,2 %) responden yang mengalami kejadian anemia.


Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Purbadewi

tentang kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Moyudan

Sleman Yogyakarta, dimana sebagian besar responden memiliki kadar

Hb <11 gr% atau menderita anemia yaitu sebanyak 27 orang (64,3%)

dan memiliki kadar Hb ≥11 gr% atau tidak menderita anemia sebanyak

15 orang (35,7%).

Untuk menegakan diagnosis anemia kehamilan dilakukan

pemeriksaan HB dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Ringan sekali : Hb 11 gr % - batas normal

b. Ringan : Hb 8 gr % - < 11 gr %

c. Sedang : Hb 5 gr % - < 8 gr %

d. Berat : < 5 gr % (Arisman, 2010).

Menurut Manuaba (2008) pemeriksaan darah dilakukan

minimal dua kali selama kehamilan yaitu trimester I dan trimester III.

Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami

anemia makan dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet

pada ibu hamil

Menurut peneliti, lebih dari separoh 56,2 % responden

mengalami anemia hal dapat dilihat dari hasil pengukuran Hb


37

responden pada trimester I kurang 11 gr % dimana berdasarkan

wawancara dengan responden pada trimester I responden kurang

mengkonsumsi makanan bergizi dan mengalami mual muntah

sehingga kebutuhan zat besi responden tidak terpenuhi.

b. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang anemia


Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 48

responden, yaitu 28 (58,3 %) responden yang memiliki

pengetahuan tinggi tentang anemia.


Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Purbadewi

tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil di Puskesmas Moyudan Sleman Yogyakarta,

dimana tingkat pengetahuan tentang anemia pada responden, 21

orang (50%) termasuk kategori baik dan 21 orang (50%) lainnya

termasuk kategori kurang.


Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan adalah

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui

panca indera yang meliputi indera penglihatan, penciuman,

pendengaran, rasa dan raba. Tingkat dalam pengetahuan

pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) adalah tahu (know),

memahami (comprehension), menerapkan (aplication), analisa

(analysis), sintesa (syinthesis), evaluasi (evaluation). Tingkat

pengetahuan tentang anemia yang dinilai dalam penelitian ini


38

berada pada tingkat tahu dan memahami, secara garis besarnya

terbatas dari pengalaman responden tentang anemia.


Penyebab lain kurangnya pengetahuan adalah

kecenderungan wanita berdiet karena ingin mempertahankan

bentuk tubuh ideal, tanpa mempertimbangkan jumlah zat gizi

penting yang masuk, terutama zat besi dan makanan yang

sebaiknya dikosumsi selama hamil (Winkjosastro, 2002).


Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang dilakukan

dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian responden mempunyai

pengetahuan tinggi dimana berdasarkan jawaban kuesioner 92 %

responden menjawab kurang mengkonsumsi zat besi dapat

menyebabkan anemia. Dan kurang dari sebagian responden

mempunyai pengetahuan rendah hal ini dapat dilihat dari jawaban

kuesioner dimana 35 % responden yang benar menjawab tentang

cara mencegah anemia pada ibu hamil.


c. Distribusi frekuensi sikap tentang anemia

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 48 responden

yaitu 30 (62,5 %) responden yang memiliki sikap positif tentang

anemia.

Penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh

Nurhayati tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu

hamil trimester III tentang anemia dengan kejadian anemia di

Puskesmas PONED Tanjung Beringin Pesisir Selatan tahun 2012

dimana terdapat sebanyak (60 %) memiliki sikap yang negatif

tentang anemia.
39

Menurut Notoatmodjo (2005) sikap (attitude) merupakan

reaksi atau respon yang masih tertutup ari seseorang terhadap

stimulasi atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku

yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap sosial. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini

terdiri dari berbagai tingkatan (receiving), merespon (responding),

menghargai (valuing) dan bertanggung jawab. Sikap merupakan

konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas

unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok (Wawan,

2010)

Menurut asumsi peneliti, lebih dari separoh 62,5 %

responden mempunyai sikap positif tentang penyakit anemia,

karena responden sudah mengetahui tentang penyakit anemia

sehingga lebih dari separoh responden menyikapi baik dengan

pencegahan anemia, hal dapat dilihat berdasarkan pernyataan

dimana 83 % responden menyatakan anemia pada saat kehamilan

dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah. Dan kurang

dari separoh 37,5 % responden mempunyai sikap negatif tentang

anemia, hal ini disebabkan karena responden tidak mempedulikan

gejala anemia yang dihadapi dan responden takut memeriksakan

Hb ke puskesmas, berdasarkan jawaban kuesioner 65 %


40

responden menyatakan pemeriksaan Hb darah dilakukan setelah

timbul gejala penyakit .

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan

kejadian anemia
Berdasarkan table 4.4 dapat dilihat bahwa dari 20 responden

yang mempunyai pengetahuan rendah 16 orang (80 %) mengalami

anemia. Dari hasil uji statistik dengan Chi-square derajat kemaknaan

5%, hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia

didapatkan nilai p = 0,012 < 0,05 yang artinya ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia.


Hasil penelitian ini diperkuat lagi dengan penelitian yang

dilakukan oleh Purbadewi tentang hubungan tingkat pengetahuan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Moyudan

Sleman Yogyakarta, bahwa ada hubungan antara pengetahuan

dengan kejaian anemia pada ibu hamil.


Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera

yang meliputi indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa

dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tindakan yang didasari

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan bersifat

langgeng, sebaliknya apabila tindakan tersebut tidak didasari oleh


41

pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan berlangsung lama.

Tingkat dalam pengetahuan pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2010) adalah tahu (know), memahami (comprehension),

menerapkan (aplication), analisa (analysis), sintesa (syinthesis),

evaluasi (evaluation). Tingkat pengetahuan tentang anemia yang

dinilai dalam penelitian ini berada pada tingkat tahu dan memahami,

secara garis besarnya terbatas dari pengalaman responden tentang

anemia.
Menurut asumsi peneliti semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang tentang anemia maka semakin besar pula

kemampuannya untuk mencegah terjadinya anemia, tetapi tidak

menutupi juga bahwa pengetahuan tinggi tentang anemia ada juga

yang mengalami anamia begitu juga sebaliknya rendahnya

pengetahuan tidak menutupi juga tidak mengalami anemia.


b. Hubungan sikap tentang anemia dengan kejadian anemia
Berdasarkan table 4.5 dapat dilihat bahwa dari 18 responden

yang mempunyai sikap negatif, 16 orang (88,9 %) mengalami

kejadian anemia. Dari hasil uji statistik dengan Chi-square derajat

kemaknaan 5%, hubungan antara sikap ibu dengan kejadian anemia

didapatkan nilai p = 0,001 < 0,05 yang artinya ada hubungan yang

bermakna antara sikap ibu dengan kejadian anemia.


Hasil penelitian ini diperkuat lagi dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nurhayati tentang hubungan tingkat pengetahuan dan

sikap ibu hamil trimester III tentang anemia dengan kejadian anemia

di Puskesmas PONED Tanjung Beringin Pesisir Selatan tahun 2012,


42

bahwa ada hubungan antara sikap dengan kejaian anemia pada ibu

hamil.
Menurut Notoatmodjo (2005) sikap (attitude) merupakan

reaksi atau respon yang masih tertutup ari seseorang terhadap

stimulasi atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang

tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

sosial. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari

berbagai tingkatan (receiving), merespon (responding), menghargai

(valuing) dan bertanggung jawab.


Menurut asumsi peneliti, sikap responden yang diperoleh

masih pada tingkat menerima dimana responden hanya

memperhatikan stimulasi atau informasi yang diperolehnya namun

belum melakukan pencegahan agar terhindar dari anemia. Hal ini

disebabkan karena banyaknya responden yang bersikap negatif

tentang tidak perlu melakukan pemeriksaan Hb selama kehamilan.

dan sedikit responden yang bersikap positif tentang selama hamil

sebaiknya ibu mengkonsumsi tablet Fe agar ibu tidak mengalami

anemia pada kehamilan maka perlunya adanya perubahan sikap ke

arah yang lebih positif yaitu dengan cara memberikan penyuluhan

atau pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan tentang anemia

pada ibu.

BAB V
43

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Hubungan

tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia dengan

kejadian Anemia di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas

Nan Balimo Kota Solok tahun 2014, dapat ditarik kesimpulan:

1. Lebih dari separoh (56,2 %) responen yang berada di Kelurahan

Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

yang mengalami anemia

2. Kurang dari separoh (41,7 %) responden yang berada di Kelurahan

Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

mempunyai pengetahuan rendah tentang anemia

3. Kurang dari separoh (37,5 %) responden yang berada di Kelurahan

Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

mempunyai sikap negatif tentang anemia

4. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang

anemia dengan kejadian anemia di Kelurahan Nan Balimo Wilayah

Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2014.

5. Ada hubungan yang bermakna antara sikap tentang anemia

dengan kejadian anemia di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2014.


4
4
44

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Nan Balimo


Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang berada di

Puskesmas Nan Balimo dapat lebih meningkatkan penyuluhan,

pendidikan kesehatan tentang pencegahan anemia pada ibu hamil

serta dapat memberikan informasi kepada keluarga manfaat

mengkonsumsi makanan bergizi bagi kehamilan ibu


2. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan perpustakaan untuk menambah buku dan

juga dapat memberikan informasi bagi mahasiswa untuk

melakukan penelitian lebih lanjut.


3. Bagi Peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti berikutnya

serta dapat memperbaiki keterbatasan dalam penelitian ini yang

mengarah kepada pengembangan ilmu pengetahuan yang

bermanfaat
45

Anda mungkin juga menyukai