Oleh
Haqqu Ramdhani
SKRIPSI
HAQQU RAMDHANI
C54061697
RINGKASAN
Oleh
Haqqu Ramdhani
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan
SKRIPSI
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Atas Negeri 6 Bandung. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa
Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Dan
Penulis juga menjadi Asisten Mata Kuliah Selam Ilmiah pada periode 2008-2009
dan periode 2009-2010, serta Asisten Mata Kuliah Teknik Deteksi Bawah Air
III di daerah Paternoster, Doang, dan Spermonde yang terletak di antara Selat
Makassar dan Laut Flores, oleh Pusat Penelitian Geologi Kelautan (P3GL).
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat
1. Bapak Dr. Ir. Henry M. Manik, MT selaku dosen pembimbing utama yang
2. Bapak Dr. Ir Susilo Hadi selaku pembimbing kedua yang telah banyak
3. Ibu, Bapak, Fitria, dan seluruh keluarga yang ada di bandung serta semua
orang yang disayangi dan yang telah memberi dukungan, semangat serta
4. Pak Adrian, Pak Ali, Pak Riza, serta seluruh Cruse Kapal Geomarin III yang
5. Bang Asep dan Keluarga besar Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB serta
Penulis menyadari proposal ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran
dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis
berharap agar proposal ini dapat berguna dan bermanfaat untuk orang lain untuk
penelitian selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
3. METODOLOGI ............................................................................... 21
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 21
3.2 Perangkat dan Peralatan Penelitian ............................................. 24
3.3 Akuisisi Data Seismik ................................................................. 25
3.4 Metoda Pengolahan Data ............................................................ 30
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
25. Hubungan Waktu Dengan Amplitudo dan Hubungan
Spektrum Frekuensi Pada Tarce 2303 Terhadap Amplitudo ............. 40
26. Spektrum Frekuensi Airgun di Permukaan, Dasar Laut, dan
di Bawah Dasar Laut .......................................................................... 42
27. Penampang Seismik dan Posisi Trace 2303 ....................................... 43
28. Hubungan Waktu Dengan Amplitudo dan Hubungan
Spektrum Frekuensi Pada Tarce 2905 Terhadap Amplitudo ............. 44
29. Spektrum Frekuensi Airgun di Permukaan, Dasar Laut, dan
di Bawah Dasar Laut .......................................................................... 46
30. Penampang Seismik dan Posisi Trace 1367 ....................................... 47
31. Hubungan Waktu Dengan Amplitudo dan Hubungan
Spektrum Frekuensi Pada Tarce 3610 Terhadap Amplitudo ............. 48
32. Spektrum Frekuensi Airgun di Permukaan, Dasar Laut, dan
di Bawah Dasar Laut .......................................................................... 50
33. Penampang Seismik dan Posisi Trace 3610 ....................................... 51
34. Hubungan Waktu Dengan Amplitudo dan Hubungan
Spektrum Frekuensi Pada Tarce 2326 Terhadap Amplitudo ............. 52
35. Spektrum Frekuensi Airgun di Permukaan, Dasar Laut, dan
di Bawah Dasar Laut .......................................................................... 54
36. Penampang Seismik dan Posisi Trace 2326 ....................................... 55
37. Hubungan Waktu Dengan Amplitudo dan Hubungan
Spektrum Frekuensi Pada Tarce 2615 Terhadap Amplitudo ............. 56
38. Spektrum Frekuensi Airgun di Permukaan, Dasar Laut, dan
di Bawah Dasar Laut .......................................................................... 58
39. Penampang Seismik dan Posisi Trace 2615 ....................................... 59
40. Hubungan Waktu Dengan Amplitudo dan Hubungan
Spektrum Frekuensi Pada Tarce 5580 Terhadap Amplitudo ............. 60
41. Spektrum Frekuensi Airgun di Permukaan, Dasar Laut, dan
di Bawah Dasar Laut .......................................................................... 62
42. Penampang Seismik dan Posisi Trace 5580 ....................................... 63
43. Hubungan Waktu Dengan Amplitudo dan Hubungan
Spektrum Frekuensi Pada Tarce 10620 Terhadap Amplitudo ........... 64
v
44. Spektrum Frekuensi Airgun di Permukaan, Dasar Laut, dan
di Bawah Dasar Laut .......................................................................... 66
45. Penampang Seismik dan Posisi Trace 10620 ..................................... 67
46. Hubungan Waktu Dengan Amplitudo dan Hubungan
Spektrum Frekuensi Pada Tarce 13090 Terhadap Amplitudo ........... 68
47. Spektrum Frekuensi Airgun di Permukaan, Dasar Laut, dan
di Bawah Dasar Laut .......................................................................... 70
48. Penampang Seismik dan Posisi Trace 13090 ..................................... 71
49. Sedimen Permukaan Dasar Laut pada Lintasan 14 ............................ 72
50. Sedimen Permukaan Dasar Laut pada Lintasan 15 ............................ 73
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vii
1. PENDAHULUAN
dari berbagai disiplin ilmu menemukan berbagai metode serta alat untuk
pesat setelah ditemukannya alat pemerum gema (echosounder). Dengan alat ini,
kita dapat mengetahui kedalaman dasar perairan beserta morfologi dasar lautnya.
Selain echosounder, telah ditemukan pula alat yang dapat digunakan dalam
mempelajari sedimen dasar perairan seperti side scan sonar. Alat ini dapat
material penyusun dasarnya serta dapat pula menampilkan bentuk morfologi dan
energi di laut. Salah satu metode yang cukup handal untuk memenuhi kebutuhan
tersebut adalah metode seismik refleksi. Metode ini memiliki keakuratan yang
tinggi untuk mengetahui karakteristik dasar laut, seperti ketebalan dan volume
endapan sedimen permukaan laut, struktur dasar laut, dan kedalaman suatu
atas tiga bagian penting yaitu pertama adalah akuisisi data seismik yang
1
2
geologi bawah permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan interpretasi data
diawali dengan akuisisi data lapangan dan kemudian menggunakan data tersebut
1.2. Tujuan
adalah airgun yang mempunyai spektrum frekuensi dari 20 Hz hingga 200 Hz.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap
Sistem seismik adalah sistem yang didasari oleh gerakan gelombang yang
seismometer di daratan yang menemukan pola aneh dari batuan yang kemudian
diidentifikasi sebagai minyak (Waters, 1913). Ludger pada tahun 1913, kemudian
bawah tanah dan memakainya untuk mencari minyak. Cara kerjanya sederhana
saja, energi dalam bentuk gelombang seismik dikirimkan ke perut bumi, dan
karena lapisan-lapisan batuan perut bumi memiliki densitas dan karakteristik yang
bumi tadi memantulkan balik dengan kecepatan berbeda-beda sesuai jenis batuan
permukaan. Prinsip kerja dari sistem ini sama dengan sistem akustik yang sering
digunakan dalam pencarian ikan di kolom perairan, hanya saja gelombang yang
3
4
akustik pada bidang batas tersebut di atas. Impedansi akustik adalah kemampuan
z = ρ.c (2.1)
dari kecepatan ramabat gelombang akustik dan berat jenis sedimen, sehingga
persamaan berikut:
5
(2.2)
berubah pula. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kompresibilitas dari
sistem seperti ikatan-ikatan antar partikel yang lebih kuat pada butiran-butiran
sedimen yang kompak adalah sebagai hasil pembebanan yang berlebihan yang
disebabkan oleh air, es, atau sedimen-sedimen lain, pengeringan (dissication) dari
sedimen selama air surut, sedimentasi oleh silika atau kalsium karbonat yang
terdapat di dalam lautan, serta proses diagenetik karena ketidaksamaan kimia dari
batas antara dua sedimen yang berbeda impedansi akustiknya, dinyatakan oleh
(2.3)
melewati bidang batas antar medium yang memiliki kecepatan seismik berbeda
al., 1999).
penurunan hukum Snellius. Posisi sumber gelombang awal dianggap sangat jauh
dengan bidang batas sehingga dua berkas gelombang sangat berdekatan, hampir
paralel saat kedua berkas tersebut akan mencapai bidang batas dan salah satu
muka gelombang sedikit membelok berupa garis lurus. Gelombang awal berjalan
dengan kecepatan V1, dan waktu yang dibutuhkan untuk menjalar dari A ke C
Gelombang menjalar dari titik D ke F pada interval waktu yang sama dengan
B Gelombang pantul
Gelombang awal
A
D E
r i
C F
Gambar 2. Geometri Penjalaran Gelombang Pantul untuk Penurunan
Hukum Snellius (Sumber : Bidang Geofisika Kelautan-PPGL,
1999)
(Lubis et al., 1999). CDF merupakan segitiga siku-siku karena sinar tegak lurus
(2.4)
Sinar yang dipantulkan berinklinasi dari bidang batas pada sudut r. CEF
(2.5)
8
(2.6)
di mana :
i = Sudut datang
r = Sudut bias
Vi = Kecepatan gelombang datang
Vt = Kecepatan gelombang dipantulkan
gelombang seismik, anggapan yang dipakai adalah bahwa bumi bersifat homogen
isotropis dan elastis sempurna, pancaran sumber gelombang berada dalam kondisi
simetris bola (spheric) sehingga muka gelombang (wave front) akan menjalar
dengan kecepatan konstan sepanjang garis lurus dengan konsep rambatan seismik
(Lubis et al., 1999). Gelombang yang dihasilkan dari ledakan di dalam suatu
gelombang pada sisi terluar disebut muka gelombang dan garis yang memancar ke
segala arah adalah perambatannya yang mengikuti hukum Huygen (Lubis et al.,
berada didepan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya
deretan gelombang yang baru. Jumlah energi total deretan gelombang baru
Berkas gelombang (Ray paths) mengikuti hukum Snellius, sin θ1/c1 = sin
θ2/c2. Perambatan waktu dari sinyal bergerak sepanjang jalur minimum, hal ini
sesuai dengan prinsip Fermat yaitu gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain
maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan
menghindari zona-zona kecepatan rendah. Ketika c2>c1 pada sudut kritis (θc),
refraksi ray path bersifat parallel terhadap lapisan di θ1= θ2 dan sin θc=c1/c2.
X
receiver
source
θc θc
C1
c2>c1
L C2
Gambar 4. Sudut Kritis Ray Path. Sinyal menempuh jarak L pada medium 2
dengan kecepatan suara c2. (Sumber: Clay dan Madwin, 1998)
kedalam medium yang paling atas di θc. Dari gambar tersebut disimpulkan bahwa
sinyal tersebut memiliki suatu perambatan yang minimum. Ketika θ1 > θc,
koefisien refleksi mencapai titik kompleks dan nilai absolut yaitu 1. Fase dari
10
perambatan sinyal tergantung pada θ1. Hal inilah yang disebut sebagai total
medium bumi, maka sifat-sifat dari gelombang seismic sama dengan sifat-sifat
batulempung.
Gelombang Transversal ini merupakan arah jalar yang tegak lurus arah
gelombang.
11
baik pula. Parameter akan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada yaitu
meliputi:
travel time dari sumber energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa
bergantung pada jenis sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat
dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator. Sumber impulsif adalah
sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi secara sangat cepat dan
suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif
untuk akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut
perubahan tekanan air yang akan menghasilkan beda potensial listrik. Elemen
piezoelektrik ditempatkan dalam suatu kabel streamer yang terisi oleh kerosin
pada Gambar 2.
Hampir semua data seismik modern direkam secara digital. Karena output
dari hidropon sangat lemah dan output amplitude meluruh dalam waktu yang
sangat singkat, maka sinyal ini harus diperkuat. Amplifier bisa juga dilengkapi
dengan filter untuk meredam frekuensi yang tidak diinginkan (Sanny dalam
Hasanudin, 2004).
perekaman serta hidropon, dan alat untuk penentuan posisi tempat dilakukannya
13
survei seismik seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Menurut Kearn & Boyd
dalam Hasanudin (1963), terdapat dua pola penembakan dalam operasi seismik di
laut yaitu :
daerah yang disurvei dengan kelajuan dan penembakan yang konstan. Jarak
Pada teknik ini kapal melakukan tembakan pada titik-titik tembak yang telah
(a) (b)
Gambar 7. Diagram metode penembakan Refraksi (a) dan Refleksi (b) (Sumber:
Teknologi Seismik Untuk Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi)
Hal ini diperlukan untuk menghasilkan suatu pulse seismik yang kuat,
dalam rangka memperoleh penetrasi di bawah permukaan tanah lebih dari 100 m,
di dalam frekuensi resolusi tinggi ( band pass dipusatkan sekitar 100 Hz).
Sekarang ini ada sejumlah sumber seismik yang sesuai dengan kebutuhan
(Trabant, 1984).
2.4.1 Sparker
Pada beberapa dekade yang lalu sumber sparker, yang beroperasi dengan
beroperasi pada energi 100 sampai 2000 Joule yang menyediakan sumber
2.4.2 AirGuns
Geophysical (HRG) dan masih digunakan sebagai sumber yang utama untuk
2.5 Noise
Noise merupakan komponen penting dari akustik bawah air, yang meliputi
banyak proses yang berbeda, yang semuanya menambah sinyal yang diharapkan
dan menurunkan kinerja sistem akustik bawah air. Penyebab kebisingan dapat
1) Ambient noise. Jenis noise ini dari luar sistem dan berasal dari alam
maritim, industri). Noise ini adalah independen dari sistem sonar atau
kondisi penyebarannya.
2) Self-noise. Apakah kebisingan diderita oleh sistem akustik bawah air itu
3) Gema. Jenis noise ini efek sistem sonar aktif saja, seperti yang disebabkan
oleh kekacauan (yang dihasilkan oleh sinyal sonar). Hal ini dapat begitu
4) Acoustic interference. Jenis noise ini dihasilkan oleh sistem akustik lain
Beberapa sumber berselang dalam keseluruhan noise yang terpancar dari kapal:
• Flow noise. Turbulensi yang dihasilkan oleh aliran air di lambung kapal
Noise mesin. Banyak noise mesin diinstal pada kapal, motor, gear reduksi,
ketika kapal berada pada kecepatan rendah dan kecepatan tinggi tertutup
oleh suara aliran dan kebisingan kavitasi. Suara frekuensi utama mesin
reject, high-pass (low cut), atau low-pass (hight-cut) filter. Semua filter ini
didasarkan pada prinsip konstruksi yang sama dari sebuah wavelet phase nol
dengan spektrum amplitudo yang memenuhi salah satu dari empat spesifikasi.
ground roll, dan beberapa ambient noise frekuensi tinggi. Energi seismik refleksi
dengan sumber suara airgun biasanya terbatas pada bandwidth sekitar 10-70 Hz,
Jika diperlukan, dapat dilakukan sebelum dekonvolusi untuk menekan energi sisa
17
ground-roll dan ambien noise frekuensi tinggi yang tidak akan mencemari
autokorelasi sinyal.
2.7 Multipel
seismik dalam air laut atau terperangkap dalam lapisan batuan lunak. Terdapat
beberapa macam multiple: (a) water-bottom multiple, (b) peg-leg multiple dan (c)
‘morfologi’ reflektor yang sama dengan reflektor primernya akan tetapi waktunya
berbeda.
Untuk model water bottom multiple (model a) jika waktu tempuh ke sea
bottom sebesar 500ms maka multiplenya akan muncul 500 x 2 = 1000 ms. Jika
gelombang tersebut terperangkap tiga kali maka multiple water bottom berikutnya
Untuk model peg leg multiple (model b), multiple akan muncul pada
waktu tempuh gelombang refleksi primer ditambah waktu tempuh sea bottom.
18
Untuk model intra bed multipel, multipel akan muncul pada waktu tempuh
2.8 Atenuasi
dB dan disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu absorpsi, hamburan (scattering) dan
gelombang yang sampai pada penerima menjadi lebih kecil dari pada amplitudo
menghasilkan efek yang lebih lanjut melemahkan suara. Hal ini lebih melemahkan
hasil hamburan dan penyerapan. Hamburan adalah refleksi dari suara di arah yang
19
berbeda dari arah propagasi aslinya. Penyerapan adalah konversi energi suara ke
bentuk energi lainnya. Efek gabungan dari hamburan dan penyerapan disebut
Atenuasi sering diberikan untuk satu frekuensi, atau mungkin nilai redaman
frekuensi rata-rata lebih dari banyak. Juga, nilai riil dari koefisien atenuasi bahan
tertentu sangat tergantung pada cara yang material diproduksi. Dengan demikian,
nilai redaman hanya memberikan indikasi kasar atenuasi dan tidak dapat
dipercaya secara otomatis. Secara umum, nilai yang dapat diandalkan redaman
Kecepatan suara dalam air tidak tergantung pada arah. Oleh karena itu,
Rumus sederhana berikut menurut Medwin, 1975 in Lurton 2002, kurang dari 0,2
m/s kesalahan, dibandingkan dengan Del Grosso untuk 0 <T ° C <32 dan 22
3. METODE PENELITIAN
2010 di daerah Paternoster, Doang, dan Spermonde yang terletak di antara Selat
Makassar dan Laut Flores. Lokasi penelitian dan pemetaan Lembar Peta 1909,
1910, 2009 dan 2010 adalah antara koordinat 05°00’00’ – 07°00’00” LS dan
tahap, yaitu survei pertama tanggal 23 Juli - 5 Agustus 2010 dari Cirebon sampai
Makassar dengan survei seismik dan geologi. Survei kedua tanggal 8 Agustus
sampai 17 Agustus 2010 dari Makassar sampai Cirebon dengan survei geologi
Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
21
22
Gambar 11. Peta Lintasan Penelitian
23
24
Peralatan yang digunakan dalam survei seismik ini terdiri atas sumber
energi udara, pemancar, penerima dan perekam gelombang. Ada pun alat-alat
2 SUMBER SUARA:
Air Gun Sercel-Sodera/ G-Gun 4
Gun Source Control TTS/SC-2008 1
3 PENERIMA:
Streamer Multy Channel (120 Channel): Sercel/Baby seal 1
a) RUM53 dan Lead-in Cable (75 m) Sercel 1
b) HESE (50 m) Sercel 2
c) ALS (150 m, 12 ch, 12.5 m) Sercel 11
d) TES (50 m) Sercel 1
DigiBird Digicourse/5010 6
DigiBird Positioning Control System Digicourse 1
4 PEREKAM:
PRM Ultra 45/CPU-2x1600 2
HCI MHz 2
CMXL2000 Ultra 25/CPU-650MHz 1
DCXU Sercel/408XL 2
AXCU Sercel 1
Sercel
5 PERIPHELAS:
Plotter Isys/V12 1
NAS (Penyimpan data) SNI 2
QC, eSQC-Pro v2.2.10 IBM Z Pro 2
Communication Seismic Gateway Dell 755 1
Streamer tester CMB 1
B PERALATAN SOUNDING:
Sub Bottom Profilles Syqwest inc./Bathy 1
25
gambaran mengenai keadaan geologi bawah dasar laut dalam bentuk penampang
seismik yang bersifat menerus (kontinyu). Metode ini merupakan metode yang
pantul pada bidang batas antara lapisan sedimen yang satu dengan yang lainnya
sumber getar buatan yang berupa ledakan oleh airgun, kemudian mendeteksi
sinyal pantulan dengan hydrophone dan merekamnya pada suatu alat perekam.
Penelitian ini meggunakan sumber energi suara airgun dengan 3 unit kompresor
hasil refleksi dari bidang-bidang pantul akan diterima oleh transducer penerima
atau hydrophone. Kedua peralatan tersebut ditarik dibelakang kapal dengan jarak
aman sehingga nantinya data yang dihasilkan merupakan refleksi murni dari
bidang pantulnya. Selain itu untuk mendapatkan data seismik dengan resolusi
tinggi dan mempunyai kualitas yang baik, maka diperlukan peralatan pemrosesan
Jarak antar airgun ke arah penarikan adalah 1 meter, dan jarak antar airgun
Gambar 12. Konfigurasi dan Susunan Air gun pada Saat Survei
meter dibelakang kapal, dan jarak airgun terhadap streamer dibelakangnya adalah
140 meter. Selama survei berlangsung, peledakan airgun menggunakan jarak per
25 meter dengan interval waktu yaitu 12.5s, karena kecepatan kapal yang sering
berubah-ubah maka pada survei kali ini menggunakan interval jarak. Seharusnya
konstan. Jarak dari pelampung terhadap Gun berkisar sekitar 3 meter. Untuk
dengan perangkat lunak TTs Sc 2000. Perangkat lunak ini dijalankan untuk
meter dan kedalaman airgun dari permukaan sebesar 4 meter, panjangnya gun ke
mengontrol aktifitas kelep (valve) solenoid yang terpasang pada setiap airgun.
Solenoid ini memerlukan arus listrik pada tegangan 60 volt yang dibangkitkan
Peledakan dilakukan untuk setiap jarak tertentu yang dihitung oleh sistem
Di dalam kapal
Pemrosesan
Tanpa Perekam Perekam Seismik
Sinyal
Pulsa Trigger
Unit
Power Supply
Trigger
Pulsa Energi
Muka laut
Transducer Transducer
Pengirim Penerima
Keluaran Masukan
Bunyi Bunyi
Gambar 14. Layar Gun Controller untuk memonitor terjadinya ledakan airgun
(kanan) dan layar DigiCourse untuk mengatur naik-turunnya Digibird
pada streamer (kiri).
TTL port di 2 dan 8 CMXL
To TB
SHOOT Control
airgun
Geonav PC
Gambar 15. Hubungan Gun Controller, sistim navigasi dan perekam seismik.
Shoot control unit mengirim data TTL (RS 232) ke CMXL (Control
Module XL pada sistem perekam seismik) dan juga mengatur
ledakan airgun. To dibangkitkan oleh shot control unit pada sistim
navigasi dan berfungi memicu Gun Controller sedangkan TB adalah
time break yang berfungsi memicu perekam seismik untuk memulai
perekaman.
sebagian akan diteruskan dan sebagian lagi akan dipantulkan kembali oleh
antarmuka antar batuan yang mempunyai masa jenis dan cepat rambat suara
berbeda.
29
Slip ring di bagian
Data di streamer
sebelah kiri terdapat
RUM 53 LR untuk
memperkuat sinyal
Deck Cable Crossing
AXCU CMXL Unit (DXCU) yang
membuat akses ke
konektor
PRM HCI
bertugas memperkuat sinyal yang akan diteruskan ke bagian DXCU (Deck Cable
Data dari DXCU dikirim ke CMXL (Control Module XL) .CMXL merupakan
CMXL terdiri dari 2 bagian yaitu LCI dan LMP. PRM merupakan alat antar muka
antara CMXL dengan alat penyimpan data. PRM menerima data yang berformat
SEG-D pertama tama disimpan di SEG-D repository setelah itu baru dikirimkan
perangkat keras sistem perekaman. Alat perekam akan menghasilkan data berupa
Promax dan Matlab digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisis data serta
Seise digunakan untuk melihat tampilan digital data seismik dan mengekstraknya
dalam Microsoft Exel. Analisis dilakukan terhadap spektrum frekuensi dari trace-
trace seismik yang diolah. Adapun beberapa tahapan pengolahan data seismik
sebagai berikut:
Pertama, data seismik dalam bentuk .segy dibuka dalam perangkat lunak
Seisee. Seisee akan memunculkan data seismik dalam bentuk digital, kemudian
pilihlah trace yang akan diteliti (Gambar 17.a) dan selanjutnya save as dalam
bentuk . text file agar dapat dibuka dalam Ms. Exel. Setelah dalam bentuk . text
file, kemudian buka Ms. Exel untuk membaca data seismik. Pilih trace pada
bagian surface, bottom, dan sub-bottom lalu save as dalam .txt agar ke baca di
Data .text file
Seismik
Buka dalam Buka dalam
Seise Mc. Exel
Pilih trace yang
akan diolah
Pilih trace yang
Save as
dalam .text akan dianalisis
(a)
Surface Bottom Sub‐
(b) Bottom
Gambar 17. (a) Pengolahan Data Seismik Menggunakan Software Seise, dan (b)
Pengolahan Data Menggunakan Ms. Exel.
31
FFT pada perangkat lunak Matlab (Gambar 18) untuk mendapatakan grafik
gelombang seismik.
Data
dalam .txt
Buka
Dalam Matlab
FFT
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Promax, kemudian hasilnya dalam bentuk data digital dapat dibuka menggunakan
perangkat lunak Seisee. Pada perangkat lunak Seisee dapat dilihat data seismik
dalam bentuk digital dan dianalisis salah satu trace untuk mengetahui hubungan
antara spektrum frekuensi (Hz) dengan amplitudo (dB) pada daerah permukaan,
dasar laut, dan dibawah dasar laut dengan cara melakukan analisa FFT pada
perangkat lunak Matlab (Gambar 17). Pada Seisee juga dapat melihat pengaruh
4.1.1 Line 14
1) Trace 280
waktu 142 ms dengan besar amplitudo yaitu -0.0139 mV, sedangkan gelombang
seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 1524 m
atau pada waktu 2032 ms dengan besar amplitudo yaitu -0.1985 mV (Gambar
32
33
(a)
(b)
Gambar 19. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) hubungan
spektrum frekuensi trace 280 terhadap ampltudo(dB)
gelombang airgun dengan dasar perairan yang sedimennya solid dan adanya
atenuasi energi oleh air laut disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 20. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasar laut.
35
2737.5 m) rata-rata nilai amplitudonya diatas 0 mV, nilai amplitudo terbesar yaitu
11.5 mV pada selang frekuensi 20-40 Hz, sedangkan nilai amplitudo terendah
yaitu -11.17 mV (Gambar 20b). Hal ini disebabkan bahwa gelombang seismik
telah mengalami penjalaran panjang dan berefleksi dengan sedimen padat di dasar
(4267.5-5250 m) di bawah dasar laut nilai amplitudonya lebih rendah dari nilai
amplitudo di permukaan dasar laut, hal ini disebabkan karena energi yang sudah
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismik terhadap dasar perairan yaitu pada selang
frekuensi 20-40 Hz dan frekuensi 40-60 Hz. Dari kedua selang frekuensi tersebut
yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 20-40 Hz sedalam 3600 ms atau
2700 m (Gambar 21). Hal ini terbukti bahwa gelombang seismik menggunakan
2) Trace 1367
Trace 1367 berbeda dengan trace 280, dimana pada trace 1367 ini awal
gelombang seismik ditembakkan pada kedalaman 112.5 m atau pada waktu 150
pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 1363.5 m atau pada
waktu 1818 ms dengan besar amplitudo yaitu -0.1371 mV (Gambar 22a). Hal ini
berbeda karena kedalaman trace 1367 lebih dangkal dari trace 280. Gelombang
dengan besar amplitude 2 mV dan pada selang waktu 7000-8000 ms dengan besar
amplitude -1 mV.
37
(a)
(b)
Gambar 22. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b)Hubungan
spectrum frekuensi trace 1367 terhadap ampltudo(dB)
gelombang airgun dengan dasar perairan yang sedimennya solid dan adanya
atenuasi energi oleh air laut disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju
permukaan, dasar laut dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
38
(a)
(b)
(c)
Gambar 23. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar perairan,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di sub-buttom profile.
2250 m) rata-rata nilai amplitudonya diatas 0 mV, nilai amplitudo terbesar yaitu
rata-rata diatas 0 mV. Semakin besar frekuensi nilai amplitudonya semakin kecil
(Gambar 23b).
4087.5 m) di bawah dasar laut nilai amplitudonya tidak berbeda jauh dengan dasar
laut (Gambar 23b), hal ini berbeda dengan trace 280 yang nilai amplitudo di
bawah dasar lautnya lebih rendah dari dasar laut. Hal ini disebabkan karena
energi yang sudah melemah dikombinasi dengan atenuasi frekuensi tinggi yang
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismik terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
frekuensi 20-60 Hz dan spektrum frekuensi 60-80 Hz. Dari kedua selang frekuensi
tersebut yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 20-60 Hz sedalam 2900 ms
atau 2175 m (Gambar 24). Hal ini terbukti bahwa gelombang seismik
3) Trace 2303
gelombang seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman
1363.5 m atau pada waktu 1818 ms dengan besar amplitude yaitu -0.1371 mV
di selang waktu 6000-8000 ms, yaitu sebesar 2.34 mV dan -1.8 mV.
(a)
(b)
Gambar 25. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) Hubungan
spektrum frekuensi trace 2303 terhadap ampltudo(dB)
41
gelombang airgun dengan dasar perairan yang sedimennya solid dan adanya
atenuasi energi oleh air laut disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 26. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasar laut.
2385 m) rata-rata nilai amplitudonya diatas 0 mV, nilai amplitudo terbesar yaitu
17.8 mV pada spektrum frekuensi 20-40 Hz, sedangkan nilai amplitude terendah
rata-rata diatas 0 mV. Semakin besar frekuensi nilai amplitudonya semakin kecil
43
(Gambar 26b).
(4297.5 - 5566.5 m) di bawah dasar laut nilai amplitudonya lebih rendah dari nilai
amplitudo di permukaan dasar laut (Gambar 26c), hal ini disebabkan karena
energi yang sudah melemah dikombinasi dengan atenuasi frekuensi tinggi yang
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismic terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
frekuensi 20-40 Hz dan spektrum frekuensi 60-90 Hz. Dari kedua selang frekuensi
tersebut yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 20-40 Hz sedalam 2900 ms
atau 2175 m (Gambar 27). Hal ini terbukti bahwa gelombang seismik
4) Trace 2905
waktu 168 ms dengan besar amplitudo yaitu -0.00852 mV, sedangkan gelombang
seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 900 m atau
pada waktu 1200 ms dengan besar amplitude yaitu -0.00235 mV (Gambar 28a).
(a)
(b)
Gambar 28. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) hubungan
spektrum frekuensi trace 2905 terhadap ampltudo(dB)
dapat dilihat bahwa nilai amplitude pada trace 2905 tidak begitu jauh berbeda
nilainya, kemungkinan hal ini karena sedimen atau dasar perairan pada trace 2905
homogen (Gambar 28b). Nilai amplitude terbesar terletak pada sektrum frekuensi
80-90 Hz, yaitu 41.97 dB. Akan tetapi dari keseluruhan data, semakin besar
perairan yang sedimennya solid dan adanya atenuasi energi oleh air laut
disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju dasar laut hingga diterima oleh
hidrofon.
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 29. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasar laut.
terbesar yaitu 13.6 mV pada spektrum frekuensi 20-40 Hz, sedangkan nilai
29b). Hal ini disebabkan bahwa gelombang seismik telah mengalami penjalaran
panjang dan berefleksi dengan sedimen padat didasar perairan, sehingga nilai
semakin kecil karena menguatnya atenuasi terhadap frekuensi. Selain itu semakin
47
- 2295 m) di bawah dasar laut nilai amplitudonya lebih rendah dari nilai amplitudo
di permukaan dasar laut (Gambar 29c). Hal ini disebabkan karena energi yang
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismik terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
frekuensi 20-40 Hz dan spektrum frekuensi 110-140 Hz. Dari kedua selang
frekuensi tersebut yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 20-40 Hz
sedalam 2100 ms atau 1575 m (Gambar 30). Hal ini terbukti bahwa gelombang
5) Trace 3610
waktu 160 ms dengan besar amplitudo yaitu -0.00056 mV, sedangkan gelombang
seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 540 m atau
pada waktu 360 ms dengan besar amplitude yaitu -0.014 mV (Gambar 31a).
(a)
(b)
Gambar 31. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) hubungan
spektrum frekuensi trace 3610 terhadap ampltudo(dB)
(Gambar 31b). Nilai amplitude terbesar terletak pada sektrum frekuensi 20-40 Hz,
yaitu 51.98 dB. Trace 3610 merupakan trace dengan kedalaman yang paling
kecil. Hal ini disebabkan karena adanya pantulan gelombang airgun dengan dasar
perairan yang sedimennya solid dan adanya atenuasi energi oleh air laut
49
disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju dasar laut hingga diterima oleh
hidrofon.
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 32. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasr laut.
terendah yaitu -8.6 mV pada spectrum frekuensi 60 - 80 Hz (Gambar 32b). Hal ini
rata-rata diatas 0 mV. Semakin besar frekuensi nilai amplitudonya semakin kecil
51
(Gambar 32b).
(3112.5 – 3697.5 m) di bawah dasar laut nilai amplitudonya lebih rendah dari nilai
amplitudo di permukaan dasar laut (Gambar 32c). Hal ini disebabkan karena
energi yang sudah melemah dikombinasi dengan atenuasi frekuensi tinggi yang
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismic terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
frekuensi 50-70 Hz dan spektrum frekuensi 80-100 Hz. Dari kedua selang
frekuensi tersebut yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 20-40 Hz
sedalam 500 ms atau 375 m (Gambar 33). Hal ini terbukti bahwa gelombang
4.1.2 Line 15
1) Trace 2326
waktu 158 ms dengan besar amplitudo yaitu 0.022 mV, sedangkan gelombang
seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 1348.5 m
atau pada waktu 1798 ms dengan besar amplitude yaitu 0.2179 mV (Gambar 34a).
waktu 1800 - 2000 ms, yaitu sebesar 0.3555 mV dan -0.497 mV.
(a)
(b)
Gambar 34. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) hubungan
spektrum frekuensi trace 2326 terhadap ampltudo(dB)
(Gambar 34b). Nilai amplitude terbesar terletak pada sektrum frekuensi 140 - 160
Hz, yaitu 20.02 dB. . Disebabkan karena adanya pantulan gelombang airgun
dengan dasar perairan yang sedimennya solid dan adanya atenuasi energi oleh air
laut disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju dasar laut hingga diterima
oleh hidrofon.
53
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 35. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasar laut.
seismik telah mengalami penjalaran panjang dan berefleksi dengan sedimen padat
atau lebih rendah dari nilai amplitudo di permukaan dasar laut, hal ini disebabkan
karena energi yang sudah melemah dikombinasi dengan atenuasi frekuensi tinggi
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismik terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
frekuensi 16-20 Hz dan spektrum frekuensi 30-40 Hz. Dari kedua selang frekuensi
tersebut yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 16-20 Hz sedalam 2400 ms
atau 1800 m (Gambar 36). Hal ini terbukti bahwa gelombang seismik
2) Trace 2615
waktu 150 ms dengan besar amplitudo yaitu 0.00562 mV, sedangkan gelombang
seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 1425 m
atau pada waktu 1900 ms dengan besar amplitude yaitu 0.224 mV (Gambar 37a).
waktu 1900 - 2000 ms, yaitu sebesar 0.4456 mV dan -0.7357 mV.
(a)
(b)
Gambar 37. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) hubungan
spektrum frekuensi trace 2615 terhadap ampltudo(dB)
frekuensi 100 - 120 Hz, yaitu 20.02 dB. . Disebabkan karena adanya pantulan
gelombang airgun dengan dasar perairan yang sedimennya solid dan adanya
atenuasi energi oleh air laut disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut, dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 38. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasar laut.
rata-rata diatas 0 mV. Semakin besar frekuensi nilai amplitudonya semakin kecil
(Gambar 38b).
atau lebih rendah dari nilai amplitudo di permukaan dasar laut, hal ini disebabkan
karena energi yang sudah melemah dikombinasi dengan atenuasi frekuensi tinggi
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismik terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
frekuensi 15-23 Hz dan spectrum frekuensi 23-30 Hz. Dari kedua selang frekuensi
tersebut yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 15-23 Hz sedalam 2700 ms
atau 1725 m (Gambar 39). Hal ini terbukti bahwa gelombang seismik
3) Trace 5580
waktu 140 ms dengan besar amplitudo yaitu -0.01124 mV, sedangkan gelombang
seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 1305 m
atau pada waktu 1740 ms dengan besar amplitude yaitu 0.23 mV (Gambar 40a).
waktu 2000 - 3000 ms, yaitu sebesar 0.4182 mV dan -0.4 mV.
(a)
(b)
Gambar 40. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) hubungan
spektrum frekuensi trace 2615 terhadap ampltudo(dB)
(Gambar 40b). Nilai amplitude terbesar terletak pada spektrum frekuensi 100 -
120 Hz, yaitu 21.51 dB. . Disebabkan karena adanya pantulan gelombang airgun
dengan dasar perairan yang sedimennya solid dan adanya atenuasi energi oleh air
laut disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju dasar laut hingga diterima
oleh hidrofon.
61
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut, dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 41. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasar laut.
ini disebabkan bahwa gelombang seismik telah mengalami penjalaran panjang dan
rata-rata diatas 0 mV. Semakin besar frekuensi nilai amplitudonya semakin kecil
63
(Gambar 41b).
atau lebih rendah dari nilai amplitudo di permukaan dasar laut, hal ini disebabkan
karena energi yang sudah melemah dikombinasi dengan atenuasi frekuensi tinggi
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismik terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
frekuensi 15-25 Hz dan spectrum frekuensi 40-60 Hz. Dari kedua selang frekuensi
tersebut yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 15-25 Hz sedalam 2700 ms
atau 1725 m (Gambar 42). Hal ini terbukti bahwa gelombang seismik
4) Trace 10620
waktu 142 ms dengan besar amplitudo yaitu -0.0065 mV, sedangkan gelombang
seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 789 m atau
pada waktu 1052 ms dengan besar amplitude yaitu 0.411 mV (Gambar 43a).
waktu 1000 - 2000 ms, yaitu sebesar 0.56 mV dan -0.5 mV.
(a)
(b)
Gambar 43. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) hubungan
spektrum frekuensi trace 10620terhadap ampltudo(dB)
(Gambar 43b). Nilai amplitude terbesar terletak pada spektrum frekuensi 140 -
160 Hz, yaitu 21.96 dB. . Disebabkan karena adanya pantulan gelombang airgun
dengan dasar perairan yang sedimennya solid dan adanya atenuasi energi oleh air
laut disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju dasar laut hingga diterima
oleh hidrofon.
65
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut, dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 44. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasar laut.
1092 m) rata-rata nilai amplitudonya diatas 0 mV, nilai amplitudo terbesar yaitu
rata-rata diatas 0 mV. Semakin besar frekuensi nilai amplitudonya semakin kecil
67
(Gambar 44b).
atau lebih rendah dari nilai amplitudo di permukaan dasar laut, hal ini disebabkan
karena energi yang sudah melemah dikombinasi dengan atenuasi frekuensi tinggi
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismik terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
frekuensi 16-23 Hz dan spektrum frekuensi 23-32 Hz. Dari kedua selang frekuensi
tersebut yang penetrasi paling dalam yaitu pada selang 16-23 Hz sedalam 1700 ms
atau 1275 m (Gambar 45). Hal ini terbukti bahwa gelombang seismik
5) Trace 13090
waktu 156 ms dengan besar amplitudo yaitu 0.005 mV, sedangkan gelombang
seismik pertama kali berefleksi dengan dasar perairan pada kedalaman 628.5 m
atau pada waktu 838 ms dengan besar amplitude yaitu 0.37 mV (Gambar 46a).
waktu 838 - 1000 ms, yaitu sebesar 0.47 mV dan -0.48 mV.
(a)
(b)
Gambar 46. (a) Hubungan waktu dengan amplitudo (mV), (b) hubungan
spektrum frekuensi trace 13090 terhadap ampltudo(dB)
(Gambar 46b). Nilai amplitude terbesar terletak pada spektrum frekuensi 100 -
120 Hz, yaitu 21.91 dB. . Disebabkan karena adanya pantulan gelombang airgun
dengan dasar perairan yang sedimennya solid dan adanya atenuasi energi oleh air
laut disepanjang perjalanan gelombang seismik menuju dasar laut hingga diterima
oleh hidrofon.
69
gelombang akustik yang dipantulkan adalah sudut datang gelombang akustik pada
permukaan, dasar laut, dan dibawah dasar laut berbeda respon frekuensinya maka
(a)
(b)
(c)
Gambar 47. (a) Spektrum frekuensi airgun di permukaan, (b) dasar laut,
dan (c) Spektrum frekuensi airgun di bawah dasar laut.
1117.5 m) rata-rata nilai amplitudonya diatas 0 mV, nilai amplitudo terbesar yaitu
rata-rata diatas 0 mV. Semakin besar frekuensi nilai amplitudonya semakin kecil
71
(Gambar 47b).
atau lebih rendah dari nilai amplitudo di permukaan dasar laut, hal ini disebabkan
karena energi yang sudah melemah dikombinasi dengan atenuasi frekuensi tinggi
secara signifikan dan konstan untuk melakukan filtering yang berfungsi untuk
melihat penetrasi gelombang seismik terhadap dasar perairan yaitu pada spektrum
sedalam 1700 ms atau 1275 m (Gambar 48). Hal ini terbukti bahwa gelombang
Pantulan suatu sinyal akustik terhadap suatu bidang batas udara-air, air-
akustik pada bidang batas. Pada lintasan 14 dan 15, intensitas amplitudo dari
gelombang akustik yang dipantulkan pada bidang batas antara dua sedimen yang
Pada lintasan 14 data gravity corer yang mendekati yaitu no. contoh GM-3-2010-
Nilai impedansi pasir (Z1) sebesar 3363.75 gr/cm2/det dan nilai impedansi
refleksinya (R12) sebesar -0.3125 gr/cm2/det (Gambar 49). Hal ini menunjukkan
koefisien refleksi yang kecil pada normal incidence (gelombang datang yang
73
sudut datang yang kecil, kemudian meningkat pada sudut datang yang lebih besar.
Data gravity corer dengan sedimen yang homogen yaitu pasir dengan nilai
impedansi pasir (Z) sebesar 3363.75 gr/cm2/det (Gambar 50). Hal ini
3363.75 gr/cm2/det.
pada penerima menjadi lebih kecil dari pada amplitudo yang dikirimkan oleh
frekuens 0.02 kHz sebesar 1.2 dan nilai m terbesar pada frekuensi 0.2 kHz sebesar
2.9. Sedangkan jenis sedimen pasir (Tabel 4) nilai m pada pada frekuensi 0.02
sebesar 0.2, pada spektrum frekuensi 0.04 kHz – 0.06 kHz nilai m sebesar 0.3,
pada spektrum frekuensi 0.08 kHz – 0.12 kHz nilai m sebesar 0.4, pada spektrum
frekuensi 0.14 kHz – 0.18 kHz nilai m sebesar 0.5, dan pada frekuensi 0.2 kHz
maka semakin besar nilai m dan semakin besar pula koefisien atenuasinya. Hal ini
dipengaruhi oleh frekuensi dan nilai koefisien atenuasi dari setiap sedimen. Nilai
reflection loss dari dasar laut dipengarui oleh densitas, kecepatan suara, dan
koefisien atenuasinya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis FFT gelombang seismik dari lima trace pada
line 14 dan line 15 di daerah Paternoster, Doang, dan Spermonde yang terletak di
antara Selat Makassar dan Laut Flores, maka dapat disimpulkan bahwa:
daerah permukaan, dasar laut, dan dibawah dasar laut terhadap respon
3) Koefesien refleksi pada jenis sedimen pasir dan lempung nilainya berbeda
tergantung dari jarak sumber suara dengan dasar periaran, sudut datang,
76
77
semakin besar nilai kuadrat frekuensinya (m) dan semakin besar pula
koefisien atenuasinya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dan nilai koefisien
atenuasi dari setiap sedimen. Nilai reflection loss dari dasar laut dipengarui
oleh tiga faktor yaitu densitas, kecepatan suara, dan koefisien atenuasinya.
5.2 Saran
Hamilton, E.L. 1976. Sediment Sound Velocity Measurements Made In Situ from
The Bathyscape Trieste. J.Geophys. Res.68: 5991-5998.
78
79
Rahardjo, P., I. R. Silaluhi, dan M. Yosi. 1999. Seismik Stratigrafi. In Teori dan
Aplikasi Metoda Seimik Resolusi Tinggi. Bidang Geofisika Kelautan. Pusat
Pengembangan Geologi Kelautan. Direktorat Jendral Geologi dan
Sumberdaya Mineral. Departemen Pertambangan dan Energi. Bandung, Hal:
114-125
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Fisika, Universitas
Sumatera Utara. Medan.
80
Konfigurasi streamer yang dipergunakan selama kegiatan survei seismik multichannel. Empat active section
atau 48 channel dipergunakan untuk akuisisi data. Streamer ditarik pada kedalaman 5 – 7 meter dari
permukaan laut. TES (Tail Elastic Section) dipasang di belakang streamer untuk mengurangi noise dari Tail
Buoy.
81
82
SHIP PARTICULAR
Ship Name : KM. GEOMARIN III
Port of Registry : Jakarta
Flag : Indonesia
IMO No. : 9499565
Call Sign :PMJV
MMSI : 525. 015. 307
Vessel Type : Survey Vessel (Marine Geology & Geophysical)
Classification : NK (Nipon Toikoku Kaiji Kyokai) dan
BKJ (Biro Kalsifikasi Indonesia)
Shipbuilder : PT. PAL – Surabaya
Built in : 2008
Gross Tonnage : 1254
Net Tonnage : 377
Lengt Over All (LOA) : 61,70 Meter
Lengt B. P (LBP) : 55,00 Meter
Breadth (Middle) : 12,00 Meter
Maximum Draft : 3,70 Meter
Maximum Speed : 13,5 Knot
Service Speed : 12,5 Knot
Survey Speed : 4 Knot
Owner : PUSLITBANG GEOLOGI KELAUTAN
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA
MINERAL
Main Engien (ME) : MAN B&W L23/30A (2 x 800 Kw / 825,0 Rpm)
Auxiliary Engine (AE) : MAN D 2840 LE 301 (3 x 443 Kw / 1500 Rpm)
Emergency Diesel Generator : MAN D 2866 TE 20 (177 Kw / 1500 Rpm)
Bow Thruster : Type HRP 4008 TT
Type Propellers & Rudder : 2 x 4 Blades CCP
Fuel Oil Tank Capacity : 267 M3
Lube Oil Tank Capacity : 11 M3
Fresh Water Tank Capacity : 124 M3
Ballast Tank Capacity : 110 M3
Provision Store : 17,0 Ton
Fuel Consumption : 8,5 Ton / 10.000 Liter per Days
Sea Service (12 Knot) : 5.400 Miles
Streaming Range : 30 Days
Life Rafts : 1 Unit
Rubber Boat : 1 Unit
Rescue Boat : 1 Unit
Working Boat : 1 Unit
Ship Crew : 21 Person
Scientist and technicians : 30 Person
Total Component on Board : 51 Person
83
1. Air gun
70
memilih on dan off saja. Air gun dicoba terlebih dahulu sebelum dipakai untuk
survei.
2. Gas
Survei seismik memiliki sumber (air gun) dengan tipe G Gun II 150,
yaitu selang untuk kompresor (angin), (time break) pengaturan waktu yang akan
trigger yang berupa penguat sinyal untuk pemicu peledakan. Gun diisi gas
campuran seperti udara bebas melalui kompresor dengan adanya pengaturan gas
yang dilewati oleh reduktor gas. Untuk mengurangi keluaran gas yang akan
masuk ke selang Air gun. Gas yang keluar dari kompresor akan diatur dengan
85
pengaturan gas yang akan dikeluarkan. Kemudian masuk kedalam kabel gun,
3. Streamer
dalam streamer. Streamer memiliki hidrofon yang dilapisi dengan kain busa/kasa.
Dihubungkan dengan kumparan yang dililit tali. Data yang diterima terlihat
secara real time dalam pengaturan satu channel. Streamer merupakan alat yang
digunakan untuk menerima pulsa suara terpantul oleh struktur perlapisan bumi di
bawah permukaan dasar laut. Streamer Sercel/ baby Seal dipergunakan dalam
kegiatan survei seismik ini dengan panjang maksimal 600 meter atau 4 active
section (ALS) yang terdiri dari 48 active channel, dengan spasi antar channel
12.5 meter. Keseluruhan panjang tersebut terbagi kedalam 4 active section dengan
86
disambungkan secara paralel. Enam unit Field Digitizer Unit (FDU) dipasang di
dalam streamer berfungsi mengubah signal analog yang diterima oleh hidrofon
4. Digibird
Streamer yang digunakan untuk merekam sinyal kembali dari bawah laut
data yang terbaik dan terhindar dari noise (gangguan suara). Pengontrolan
sebelum survey dilakukan yakni dengan digibird control pada software diberikan
nilai -15 artinya fin dapat bergerak ke bawah 15 derajat dan +15 artinya bergerak
naik keatas.
87
dalam mendapatkan data, streamer berada pada kedalaman 5-9 meter. Jika
digibird naik kurang dari angka tersebut maka dapat meningkatkan noise dan data
seismik yang dihasilkan kurang baik. Pada survei kali ini hanya digunakan 3 bird.
Contoh log book data Bird yang ditulis setiap 30 menit disertai dengan
keterangan
88
5. Tail buoy
Tail buoy digunakan untuk memberi tanda sejauh mana akhir dari
streamer dan biasanya juga dapat digunakan untuk memberikan posisi namun
harus dilengkapi dengan sebuah sensor posisi. Lampu Tail buoy sangat berguna
jika dimalam hari karena biasanya saat gelap lampu pada Tail buoy akan menyala
6. Sampling
Gravity Core saat dinaikkan ke kapal dan diambil paralon yang mengandung
sedimen bawah laut
mencapai dasar perairan dengan melihat cabel out. Sampel yang didapat
Grab digunakan sebagai alat pengambil sedimen di bawah laut sama halnya
seperti Gravity core. Botol Nansen yang dimodifikasi diatas digunakan ntuk
7. Navigasi
Data posisi dari C-Nav diperoleh setiap detik dan diproses oleh GeoNav
untuk dapat memberikan pulsa penembakan airgun setiap interval jarak 12.5
meter. Data tersebut juga digunakan untuk memberikan informasi posisi dan arah
maupun anjungan kapal sebagai acuan bagi juru mudi kapal. Walaupun rencana
lintasan sudah ditentukan sedemikian rupa sebelumnya pada prakteknya arah dan
kecepatan kapal dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.
Keterangan gambar :
CMG : Magnetic
91
DCC : Besarnya bergesernya arah kapal terlihat dari warna. Jika berwarna
hijau angkanya bergeser ke kanan dan jika bernilai merah angkanya
bergeser kekiri.
yang disebut sebagai Sercel Seal System, disamping itu juga terdapat deck system
subplot(2,1,1)
load ('de.txt');
time=de(:,1)
amp=de(:,2)
plot (time,amp)
hold on
subplot(2,1,2)
load('de.txt');
y = de(:,2);
Y = fft(y,4000);
Pyy=20*log10(Y);
Pyy=Pyy(1:end/2);
f = 250*(1:4000)/256;
f=f(1:end/2);
plot(f,Pyy)
Lampiran 3. Syntax Hubungan Spektrum Frekuensi dengan Amplitudo
load('bottom.txt');
y = bottom(:,2);
Y = fft(y,70);
Pyy=20*log10(Y);
Pyy=Pyy(1:end/2);
f = 250*(1:70)/256;
f=f(1:end/2);
plot (f,Pyy)
93
menggunakan rumus :
menggunakan rumus Z = ρ.c dengan ρ adalah densitas (Kg/m3) dan c adalah cepat
rambat (m/s).
Clay)
(R) = = ‐0.3125 gr/cm2/det
dasar perairan. Untuk melihat pengaruh nilai absorbsi tersebut dapat dilihat dari
persamaan:
81
Konfigurasi streamer yang dipergunakan selama kegiatan survei seismik multichannel. Empat active section
atau 48 channel dipergunakan untuk akuisisi data. Streamer ditarik pada kedalaman 5 – 7 meter dari
permukaan laut. TES (Tail Elastic Section) dipasang di belakang streamer untuk mengurangi noise dari Tail
Buoy.