PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di
Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok
yaitu: (1) biodiesel untuk mensubstitusi solar yang berasal dari minyak kelapa
sawit dan minyak jarak pagar; dan (2) bioethanol untuk mensubsitusi premium
yang berasal dari ubi kayu, sorgum, dan tebu (Kementrian Pertanian, 2013).
Kendala yang dihadapi para petani ialah belum tepatnya teknologi untuk
meningkatkan produksi ubi kayu. Hal ini dikarenakan sumberdaya alam dan
usaha tani ubi kayu baik di lahan kering maupun lahan sawah, sehingga
produktivitas hasil pertanian masih sangat beragam. Selain itu juga disebabkan
oleh kemampuan masyarakat yang masih beragam dalam menyesuaikan pola yang
pangan baik dari segi intensifikasi dan ekstensifikasi lahan, maupun penggunaan
tersebut. Penggunaan ubi kayu dirasa mampu menjadi alternatif yang sangat
2
Sedangkan daunnya dapat diproses menjadi bahan makanan yang tinggi akan serat
serta mengandung vitamin A, B1, dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak,
tanaman ubi kayu antara ubi kayu karet yang memiliki jumlah dan luasan
permukaan daun yang lebih luas dengan ubi kayu pangan yang memiliki umbi
pertumbuhan tanaman dan hasil yang lebih tinggi yaitu tanaman memiliki stuktur
tanaman lebih tinggi, diameter akar yang tebal dengan bobot yang lebih tinggi
Tujuan Praktikum
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
TINJAUAN PUSTAKA
pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo
jenderal (Jawa), sampeu, huwi jenderal (Sunda), kasbek (Ambon), dan ubi
Umbi ubi kayu berbeda dengan umbi tanaman umbi-umbian lain. Umbi
secara anatomis sama dengan akar, tidak mempunyai mata tunas sehingga tidak
umbi dibedakan menjadi tangkai, umbi, dan bagian ekor pada bagian ujung umbi.
Tangkai ujung bervariasi dari sangat pendek (kurang dari 1 cm) hingga panjang
(lebih dari 6 cm). Ekor umbi ada yang pendek dan ada yang panjang. Bentuk umbi
kulit umbi putih, abu-abu, coklat cerah hingga coklat tua. Warna kulit bagian
dalam umbi terdiri atas putih, kuning, krem, jingga, dan kemerahan hingga ungu.
Warna daging umbi pada umumnya putih, namun ada yang berwarna kekuningan
lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang
terjadi pada bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk
4
tumbuhan yang tinggi. Batang ubi kayu panjang (tingginya sekitar 1-5 m,
tergantung varietas), bulat (diameter bervariasi bedasarkan umur, sekitar 3-6 cm)
dan lurus, serta berbuku, warna batang biasanya bervariasi dari merah kecoklatan
sampai hijau, daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya
menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-11 lembar
(Waluya, 2011).
bunga jantan dan betina terletak pada tanaman yang sama. Bunga ubi kayu
muncul di ujung panikel terdiri dari bunga jantan dan betina. Ukuran bunga betina
lebih besar daripada jantan. Setiap bunga jantan dan betina memiliki sepal dan
tidak memiliki petal. Bunga jantan memiliki 10 stamen dan tersusun dalam 2
lingkaran. Setiap lingkaran terdiri dari 5 stamen. Bunga betina memiliki sebuah
ovari dengan 10 lobe glanular. Ovari mempunyai 3 lokus 6 ridge dan panjangnya
3-4 cm. Bunga betina membuka terlebih dahulu, seminggu kemudian barulah
terjadi penyerbukan, ovari akan membentuk buah muda dan membutuhkan waktu
Ubi kayu termasuk berdaun tunggal karena hanya terdapat satu helai daun
pada setiap tangkai daun. Ujung daun meruncing, susunan tulang daun menjari
dengan cangkap 5–9 helai. Daun ubi kayu dibedakan menjadi: (1). Daun sempit
memanjang dengan 2–3 sudut tajam pada setiap sisi daun, (2). Daun sempit
memanjang dengan tepi rata, (4). Daun lebar memanjang, (5). Daun lebar lonjong,
dan (6). daun lebar membulat pada bagian ujung. Warna helai daun bagian atas
5
dibedakan menjadi (a). hijau gelap, (b). hijau muda, (c). ungu kehijauan, dan (d).
kuning belang-belang. Warna tulang daun bervariasi mulai dari hijau hingga ungu.
Tangkai daun berwarna merah, ungu, hijau, kuning dan kombinasi dari empat
warna tersebut, panjang 10–20 cm. Warna terdapat pada seluruh tangkai, ataupun
pada ujung dan pangkal. Warna tangkai daun dipengaruhi oleh lingkungan
Syarat Tumbuh
Iklim
pada umur 1-3 bulan dan 100-150 mm pada fase menjelang dan saat panen.
Berdasarkan karakter iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubi kayu
maupun kering, sepanjang air tersedia sesuai kebutuhan tanaman tiap fase
pertumbuhan. Serta jenis lahan yang didominasi oleh tanah alkalin dan tanah
masam, kurang subur dan peka terhadap erosi (Wargiono et al., 2006).
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu 10 - 700 m
dpl, sedangkan toleransinya 10 – 1 500 m dpl. Pada ketinggian sampai 300 m dpl
tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan baik, tetapi tidak dapat
berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubi kayu dapat
menghasilkan bunga dan biji. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu 1
500 – 2 500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara
suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu,
tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar
6
matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama
Kebutuhan akan sinar matahari sekitar 10 jam tiap hari. Hidup tanpa
naungan suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman ubi kayu adalah berkisar
18º-35ºC, Suhu udara minimal 10ºC, sedangkan suhu optimalnya adalah 25-27 ºC.
Kelembaban udara yang optimal bagi tanaman ubi kayu berkisar antara RH 60-
65%. Curah hujan yang optimal untuk budidaya ubi kayu adalah 750-1000
mm/thn. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter di atas
Tanah
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur
remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik.
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia, dan mudah diolah. Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai
untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya
tanah di Indonesia berpH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga
Tanah agak masam adalah medium yang optimum, ubi kayu toleran
Tanaman juga toleran terhadap kadar kalsium rendah dan ketersediaan aluminium
dan mangan tinggi, kondisi yang umum di daerah bercurah tinggi dan tanah
tropika masam, yang tidak dapat ditoleransi oleh sebagian besar sayuran
(Prasetiawasti, 2008).
7
ubi kayu sebagian besar ditanam di lahan Ultisol bersifat masam, Al-dd tinggi
dan kandungan hara relatif miskin. Ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada
tanah ultisol dengan pH 6,1. Klon yang umum ditanam petani adalah klon
dengan daun besar yang menjari (palmate) dan memiliki 5 hingga 9 helai daun.
Daunnya bertangkai panjang bersifat cepat gugur (deciduous) dan berumur paling
bergantung pada kultivar. Bagian batang tua memilki duduk daun yang terlihat
Ubi kayu kultivar karet (Manihot glaziovii) merupakan ubi kayu jenis
pahit yang berasal dari Brazil. Pemanfaatan ubi kayu kultivar karet jarang
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari karena rasanya yang pahit. Ubi kayu
8
jenis ini memiliki ukuran umbi yang besar dengan kandungan karbohidrat yang
tinggi sehingga cukup baik sebagai makanan sumber energi. Ubi kayu kultivar
terdapat dekat ujung cabang. Warna bunga bermacam-macam dimulai dari ungu
besar terjadi pada beberapa kultivar dan beberapa kultivar juga terdapat tidak
Syarat Tumbuh
Iklim
Pertumbuhan yang terbaik terjadi pada wilayah antara lintang 15° di utara
dan selatan katulistiwa, yaitu daerah yang suhunya rata-rata 25 – 27°C, namun
pada kisaran suhu 16 – 30°C dan lintang hingga 30° pertumbuhan tanaman pun
cukup baik. Pertumbuhan sangat terhambat pada suhu lebih tinggi dari 35°C
(Waluya, 2011).
Tanaman baik ditanam pada wilayah yang kisaran curah hujannya besar
mulai dari 500 – 5000 mm. Namun sebagian besar wilayah produksi utama
umumnya memiliki curah hujan rata-rata antara 1000 – 2000 mm. Tanaman
toleran terhadap periode kekeringan yang panjang dan keadaan tanpa penyiangan.
Tanaman lebih baik tumbuh pada dataran rendah namun jika suhu memungkinkan
dapat ditanam pada ketinggian 2000 m dan tanaman sangat memerlukan intensitas
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu 1 500 – 2 500 mm/tahun.
suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10OC. Jika suhunya di bawah 100C,
pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil
dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan
Tanah
Tanaman ini menyukai tanah berpasir atau liat bepasir. Tanah yang dalam
tanah dengan tanah yang lebih baik. Tanah dangkal dan padat mempengaruhi
bentuk dan ukuran umbi. Tanah yang beraerasi buruk atau tergenang dapat
(Prasetiawasti, 2008).
pertumbuhan tanaman. Tanaman juga toleran terhadap kadar kalsium rendah dan
Tanaman ubi kayu banyak diusahakan di lahan kering dengan berbagai jenis
ubi kayu sebagian besar ditanam di lahan Ultisol bersifat masam, Al-dd tinggi
dan kandungan hara relatif miskin. Ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada
tanah ultisol dengan pH 6,1. Klon yang umum ditanam petani adalah klon
10
Ubi Mukibat
Ubi kayu mukibat pada dasarnya adalah ubi kayu hasil sambungan dari
ubi kayu karet (Manihot glaziovii). Nama mukibat diambil dari penemu teknologi
tersebut bapak Mukibat, seorang petani yang hidup dan tinggal di daerah
setempat bapak Mukibat mendapatkan ide menyambung ubi karet ke ubi kayu
(Balitkabi, 2010).
daerah dengan cara yang beragam sehingga memberikan hasil yang beragam pula.
Penggunaan bibit stek sambung ubi kayu di tingkat petani memberikan hasil 33-
59 t/ha, lebih tinggi dibanding stek biasa (10,05 t/ha). Hasil analisis usaha tani
menunjukkan bahwa B/C ratio ubi kayu yang diusahakan dengan sistem stek
sambung berkisar antara 2,6-5,97, jauh lebih tinggi dibanding stek biasa
(B/C ratio 1,4). Meskipun ubi kayu sistem stek sambung memberikan hasil yang
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) petani
belum terampil membuat bibit, (2) tanaman ubi kayu karet sebagai batang atas
tidak selalu tersedia di setiap daerah, (3) lubang tanam lebih dalam dan besar, (4)
pada daerah yang anginnya cukup kencang diperlukan penyangga agar tidak
11
patah, dan (5) kesulitan panen karena umbi lebih besar dan panjang
yang dapat dilakukan untuk tanaman yang sulit dibiakkan dengan biji.
mulai dengan yang sederhana sampai yang rumit. Tingkat keberhasilannya juga
tergantung pada beberapa faktor antara lain: cara perbanyakan yang digunakan,
(Suwandi, 2000).
tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada
under stock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang ditempelkan atau
disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas
kemampuan menyatukan diri, Daerah kambium dari batang bawah dan bahan
langsung, Pelaksanaan sambungan harus dilaksanakan pada saat batang dan bahan
sambungan berada dalam kondisi fisiologis yang layak. Umumnya ini diartikan
luka/potongan harus dilindungi dari kekeringan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberi penutup kain, menutup dengan lilin atau meletakkan tanaman di tempat
Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan sambung mata tunas atau
okulasi (Budding) adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada
saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau
daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman.
Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman (Ashari, 2006).
Ubi kayu mukibat merupakan tanaman hasil sambung atau grafting antara
ubi karet sebagai batang atas dan ubi biasa sebagai batang bawah. Pemilihan ubi
karet sebagai batang atas dengan dasar bahwa ubi karet kapasitas sumber besar,
daun besar, dan warna hijau tua, sehingga tanaman mempunyai luas daun lebih
luas dan laju fotosintesis lebih besar. Ubi kayu secara bersama-sama
mengembangkan luas daun dan akar yang secara ekonomi berguna sehingga
13
persediaan fotosintat yang ada dibagi antara pertumbuhan daun dan akar. Hal ini
berarti ada indeks luas daun optimum untuk pertumbuhan akar. Rekayasa
Penggunaan ubi karet sebagai batang atas dengan morfologi daun yang
fotosintesisnya sampai laju maksimum untuk jangka waktu yang panjang. Pada
tanaman ubi kayu penyimpanan dalam akar terjadi apabila daun secara
fotosintesis aktif, bukan pada saat laju fotosintesisnya menurun karena umur
tanaman. Pada tanaman singkong terdapat korelasi yang positif antara luas daun
atau lamanya luas daun terhadap hasil umbi, hal ini mengindikasikan bahwa luas
daun merupakan hal penting yang menentukan laju pertumbuhan tanaman dan laju
(Alves, 2002).
menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda
cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan
suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya (Wudianto, 2002).
Air kelapa merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon
14
sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l. Senyawa lain yang terdapat dalam air kelapa
bahan penyusun tubuh tanaman, dan vitamin C dan B kompleks berperan di dalam
translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman (Dewi, 2008).
sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin
sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama
Jenis bahan alami air kelapa 50% menghasilkan waktu bertunas lebih
cepat, panjang tunas, jumlah daun, panjang, dan bobot basah akar yang tinggi.
Bahan alami air kelapa 50% dapat menggantikan perangsang akar sintetis sebagai
zat pengatur tumbuh pada setek batangtin. Hasil dari penelitian ini akan
Sumatera Utara pada bulan Februari 2019 sampai dengan selesai pada ketinggian
± 25 m dpl.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul untuk
membuat plot dan parit, meteran untuk mengukur pajang lahan, cutter untuk
sorong untuk mengukur diameter tunas, penggaris untuk mengukur panjang tunas,
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebidang tanah/
plot untuk tempat meletakkan media tanam, top soil sebagai media tanam,
polybag sebagai wadah media tanam, ubi kayu dan ubi karetsebagai bahan yang
akan ditanam dilahan, bambu untuk membuat tiang naungan, kayu sebagai tiang
penyangga bambu, plang dan penyangga plang, air kelapa sebagai zat pengatur
tumbuh, tusuk gigi untuk mencegah batang ubi yang di-grafting menjadi goyah,
paranet sebagai naungan, botol sebagai wadah dari air kelapa, plastik es lilin
untuk melilitkan batang ubi sesuai dengan perlakuan dan mencegah air masuk
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan
dibersihkan dari gulma dengan cara mengikis dan mencangkul tanah. Setelah
Pembentukan Plot
2 x 3 m. Antara plot satu dengan plot yang lain dibuat parit selebar 50 cm dengan
Pada masing-masing polybag, diberi label perlakuan, yang terdiri atas 2 polybag
budding kontrol, 2 polybag grafting kontrol, 2 polybag budding 50% air kelapa, 2
polybag grafting 50% air kelapa , 2 polybag budding 100% air kelapa, dan 2
Penyiapan bahan tanam ubi dilakukan dengan cara stek. Setelah di stek, ubi kayu
dapat ditanam untuk perlakuan budding. Ubi kayu dan ubi karet disambungkan
(grafting) dengan cara menusukkan tusuk gigi pada gabus batang ubi, kemudian
Dipotong batang atas yang memiliki satu mata tunas dalam bentuk
tameng, ditempelkan batang atas pada batang bawah yang telah dikupas.
Diikat rapat-rapat dengan pelastik bening yang arah llitannya dari bawah
ke atas. Ini untuk encegah air masuk kedalam sambungan agar tidak busuk
penguapan.
Diikat sambungan antara batang atas dan batang bawah dengan pelastik
penguapan.
Penanaman
Batang ubi yang telah digrafting, ditanamkan ke dalam media tanam. Dan
untuk perlakuan budding, batang ubi ditanam terlebih dahulu sampai tumbuhnya
akar. Setelah akar tumbuh, maka dapat dilakukan penempelan mata tunas ubi
Penyungkupan
tanah terjaga.
Pembuatan Naungan
untunk menyangga bambu agar bambu dapat berdiri kokoh. Setelah itu, dipasang
paranet.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiangan
Dilakukan penyiangan pada saat gulma sudah tumbuh di media tanam dan
disekitaran plot yang dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan.
beberapa cara pengendalian dalam waktu bersamaan ataupun tidak untu menekan
20
Parameter Pengamatan
N1T1+N2T2+N3T3+…+NxTx
Rata-rata Hari :Jumlah Total Bibit Berkecambah
Keterangan:
Tinggi Tunas
Diukur dari pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan penggaris
Diukur pada bagian tunas yang muncul yang dengan jangka sorong digital,
DAFTAR PUSTAKA
Ahit C.A., D.Se and Van Backhuizen dan Brink, R. C. Jr, 2001, Flora of Java
(Spermatophytes only), Vol I, N.V.P. Nort off Gronirgen theNetherlands.
Alves, A,A,C. 2002. Cassava Botany and Fisiology. Crus das Almas, Bahia,
Brazil.
Badan Litbang Pertanian, 2011. Teknologi Budidaya Ubi Kayu untuk Mencapai
Produksi Optimal. Sinar tani.
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Produksi Ubi Kayu Sumatera Utara Tahun
2010-2014. BPS Sumatera Utara, Medan.
Baharsjah, J.S, D. Suardi, dan I.Las, 1985. Kedelai. Bahan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Dewi, A,I,R. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman.
Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.
Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 2002. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hartmann, H,T dan Kester D,E. 2003. Plant Propagation Principle and Practice.
Fourth edition. New Jersey. Pentice Hall. Inc. Englewood.
Kamsina K., Nurmiati N., dan Periadnadi P. 2017. Aplikasi Isolat Bakteri
Indigenous Ubi Kayu Karet (Manihot glaziovii) Pada Fermentasi
Pembuatan Mocaf. Universitas Andalas. Padang
22
Marpaung, A,E dan Hutabarat, R,C. 2015. Respons Jenis Perangsang Tumbuh
Berbahan Alami dan AsalSetek Batang Terhadap Pertumbuhan Bibit Tin
(Ficus carica L.). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. J. Hort 25
(1) : 37-43
Ningsih, E.M.N, Nugroho, Y.A dan Trianitasari. 2010, Pertumbuhan setek nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Pada Berbagai Komposisi Media Tumbuh dan
Dosis Penyiraman limbah Air Kelapa. Agrika, vol. 4 (1). 37-47.
Prasetiaswati N.. 2008. Hasil Umbi dan Kadar Pati Pada Beberapa Varietas
Singkong. J. Agrivigor. Volume 10(2): 185–195.
Purnomo, B.B., 2009. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua. Sagung Seto, 69-83.
Jakarta.
Santoso, B.B. 2010 . Auxin. Universitas Mataram. Nusa Tenggara Barat. Keating,
B.A. and Evenson, J.B. 1979. Effect of soil temperature on sprouting and
sprout elongation of stem cuttings of cassava. Field Crops Res. 2: 241–
252.
Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto. 2006. Teknlogi Produksi Ubi Kayu
Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor. 42 hlm
Wudianto, R. 2002. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. PT. Penebar Swadaya
.Jakarta.
23
Young, J, W,H. Ge, L. Ng, Y,F and Tan, N. 2009. The Chemical Composition and
Biological Properties of Coconut (cocos nucifera L.) Water. Natural
Sciences and Sciences Education Group Nanyang Teknological
University. Singapore.