Anda di halaman 1dari 16

HAK PENGUASAAN TANAH PERTANIAN

YANG MELAMPAUI BATAS DITINJAU DARI PERATURAN


PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN
1960
I MADE HENDRA PUTRA / D 101 12 036

PEMBIMBING I : Abraham Kekka, S.H.,M.H


PEMBIMBING II : Nurul Miqat, S.H.,M.H

Abstrak
Kabupaten Banggai merupakan dataran dengan ketinggian rata-rata ± 84
meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah daratan seluas 9.672,70
km² yang tebagi kedalam 23 Kecamatan, 46 Kelurahan, dan 291 Desa dengan
rata-rata kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Banggai sekitar 36 km²,
sehingga batas maksimum kepemilikan tanah menurut Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas
Maksimum Dan Minimum Tanah Pertanian adalah seluas 15 hektar sawah dan
20 hektar tanah kering. Faktanya masih banyak masyarakat yang memiliki
tanah melebihi batas maksimum sebab kepadatan penduduk di tiap kecamatan
berbeda-beda dan adanya tanah-tanah yang tidak didaftarkan ke kantor
pertanahan. Pelaksanaan penetapan batas luas maksimum dan minimum tanah
pertanian di Kabupaten Banggai belum terlaksana dengan baik disebabkan
beberapa faktor seperti masyarakat yang awam dengan aturan yang ada, dan
tidak adanya sistem untuk mengawasi penguasaan tanah dari Kantor
Pertabahan
Permasalahan: 1. Bagaimana pelaksanaan peraturan pemerintah No 56
Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Maksimum dan Minimum Tanah
Pertanian di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah? Dan 2. Apa saja
hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan peraturan pemerintah No
56 Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Maksimum dan Minimum Tanah
Pertanian di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Metode penelitian dalam penulisan ini adalah metode hukum normatif,
yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan mempelajari buku-buku
literatur, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan tertulis lainnya.
yang dianalisis secara normatif kualitatif

Kata kunci : Tanah Pertanian, Hak Penguasaan, UU No 56/1960

I. PENDAHULUAN Tanah merupakan salah satu


A. Latar Belakang Masalah alat produksi yang sangat vital

1
bagi kehidupan manusia dan bersumber pada hukum adat dan
kemajuan bangsa, tanah agraria barat yang dimana lebih
merupakan faktor yang sangat banyak menguntungkan pihak
penting untuk menunjang asing
kesejahtraan rakyat dan sumber
Negara-negara yang ada
utama bagi kelangsungan hidup
didunia ini dipastikan memiliki
manusia. Semakin pesatnya
suatu tradisi sendiri yang
pembangunan suatu negara makin
merupakan ciri khas bagi negara
mengikis pentingya tanah untuk
tersebut. Ciri khas yang dimiliki
pertaniaan, ditambah lagi makin
oleh seluruh negara dapat
lajunya pertambahan jumlah
berbentuk budaya, kebiasaan,
penduduk yang memerlukan areal
hukum dan seni. Indonesia
luas untuk tempat tinggal,
sebagai negara yang berdaulat
sehingga mengakibatkan makin
telah memiliki pula tradisi
berkurangya persediaan tanah
budaya, seni dan kebiasaan yang
untuk pertaniaan
beraneka ragam sesuai dengan
Situasi dan konidsi
banyaknya suku yang mendiami
pertanahan di Indonesia sebelum
bumi nusantara ini. Oleh karna
tanggal 24 september 1960
itu, setiap suku yang ada di
merupakan warizan zaman
Indonesia dapat dipastikan
penjajahan Belanda yang diliputi
memiliki budayanya masing-
oleh ciri-ciri kapitalis,
masing. Untuk itu, tepatlah
indiviudalistik, feodalistik baik
pemikiran pendiri bangsa ini dan
dalam bidang ekonomi maupun
perancang Hukum Agraria
dibidang hukum tanahnya
menjadikan hukum adat sebagai
(Hukum Tanah Barat, Hukum
dasar hukum agraria nasional
Tanah Adat, Swapraja ) 1.
Indonesia2
Sebelumnya hukum agraria kita
masih bersifat dualistik karena
1
Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan
2
Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UUPA, Supriadi, Hukum Agraria, Sinar
Alumni, Bandung, 1995., hlm. 44. Grafika, Palu, 2010 , hlm. 52.

2
Permasalahan tanah yang Model pembangunan ekonomi
utama adalah menyangkut yang menitik beratkan pada
penyediaan tanah untuk pertumbuhan dan kurang
pembangunan semakin rumit dan memperhatiakan kepentingan
penuh dengan ketidakadilan. golongan menengah kebawah
Misalnya para pemilik tanah tidak yang termasuk kedalam golongan
medapatkan ganti rugi yang tidak ekonomi lemah 3
sesuai walaupun para pemilik
Lahirnya Undang-undang
tanah bersedia melepaskan
Pokok Agraria dapat dikatakan
tanahnya untuk pembangunan
sebagai pioner untuk
bagi proyek pemerintah atau
pembaharuan hukum agraria
yang mengatas namakan
nasional yang ada di negara kita,
pemerintah. Dapat dikatakan
dimana UUPA merupakan dasar
bahwa bagi petani tanah adalah
untuk mengatur dan
satu-satunya harta yang paling
menyelenggrakan kewenangan di
berharga tetapi mereka tidak
bidang ke agrariaan. Sebagaimana
berdaya untuk mempertahankan
telah dimuat dalam penjelasan
apa yang dimilikinya.
umum UUPA, meletakan dasar-
Permasalahan terjadi dasar bagi penyusunan agaria
karena tanah dipandang sebagai nasional yang merupakan alat
komoditi strategis, yang terutama untuk membawakan kemakmuran,
ditujukan untuk persedian tanah kebahagiaan dan keadalian bagi
yang sesuai bagi sektor negara dan rakyat tani dalam
pembangunan sehingga dapat rangka masyarakat adil dan
mendorong investasi yang seluas- makmur, meletakan dasar-dasar
luasnya dan sebesar-besarnya untuk mengadakan kesatuan dan
dalam rangka untuk menunjang kesederhanaan dalam hukum
tercapainya tingkat pertumbuhan pertanahan, meletakan dasar-dasar
ekonomi yang telah ditargetkan 3
Noer Fauzi, Tanah Dan
oleh pejabat daerah tersebut. Pembangunan, Risula Dari Konfrensi INFID
Ke 10, Sinar Harapan, jakarta , 1997, hlm.
97.

3
untuk memberikan kepastian melangsungkan kehidupannya
hukum mengenai hak-hak atas adalah 2 hektar
tanah bagi rakyat seluruhnya.
B. Rumusan Masalah
Pasal 7 dan Pasal 17 ayat 1 Berangkat dari uraian diatas,
Undang-undang Pokok Agraria dengan melihat berbagai aturan
mengenai pembatasan dan berkenaan dengan hak
pemilikan tanah telah dilanjuti penguasaan tanah yang
dan dilaksanakan dengan di melampaui batas tentunya
Undangkanya Undang-undang menimbulkan berbagai
Nomor 56 Tahun 1960 Tentang permasalahan karena kurangnya
Luas Maksimum Dan Minimum pengetahuan masyarakat tentang
Tanah Pertanian , ketentuan yang hak penguasaan tanah tersebut
mulai berlaku efektif sejak dan tentunya tidak semua akan
tanggal 1 januari 1961. Melalui dibahas dalam penulisan ini, maka
Undang-undang tersebut telah penulis merusmuskan masalah
dilaksanakan suatu program sebagai berikut:
dibidang keagrariaan yaitu 1. Bagaimana Pelaksanaan
program landerform yaitu Peraturan Pemerintah No 56
program perombakan pemilikan Tahun 1960 Tentang
dan penguasaan tanah. Dengan Penetapan Luas Maksimum
demikian telah dilaksanakan dan Minimum Tanah
pembatasan luas maksimum dan Pertanian di Kabupaten
minimum tanah-tanah pertanian Banggai Sulawesi Tengah?
yang boleh dimiliki, dengan 2. Apa saja hambatan-hambatan
berlakunya Undang-undang yang timbul dalam
tersebut batas maksimum Pelaksanaan Peraturan
pemilikan tanah adalah 20 Hektar Pemerintah No 56 Tahun
dan minimum tanah yang berhak 1960 Tentang Penetapan
dimiliki petani untuk Luas Maksimum dan
Minimum Tanah Pertanian di

4
Kabupaten Banggai Sulawesi penguasaan atas tanah dalam
Tengah? UUPA misalnya diatur sekaligus
ditetapkan data jenjang atau
II.PEMBAHASAN
hirarki hak-hak penguasaan atas
A. Pengertian Penguasaan,
tanah dijelaskan sebagai berikut:
Menguasai, Dan Dasar Hukum
Pengertian “penguasaan” dan 1. Hak bangsa Indonesia yang
“menguasai” dapat diartikan disebut dalam Pasal 1,
dalam bentuk fisik dan bentuk sebagai hak penguasaan atas
yuridis dan juga beraspek dalam tanah yang tertinggi, beraspek
hukum perdata maupun hukum perdata dan publik;
4
publik . Penguasaan dalam arti 2. Hak menguasai dari negara
yuridis adalah penguasaan yang yang disebut dalam Pasal 2,
dilandasi hak, dan dilindungi oleh semata-mata beraspek publik;
hukum dan pada umumnya 3. Hak ulayat masyarakat
memberikan wewenang kepada hukum adat yang disebut
pemegang hak untuk menguasai dalam Pasal 3, beraspek
tanah yang di miliki. Contohnya perdata dan publik;
pemilik tanah mengerjakan dan 4. Hak-hak
mengusahakan tanahnya perorangan/individual,
mengambil manfaat dari tanah semuanya beraspek perdata
yang dimiliki. terdiri atas;
Sehubungan dengan hal a. Hak-hak atas tanah
terebut, maka dalam penulisan ini sebagai hak individu yang
akan dibedakan antara istilah hak semuanya secara langsung
penguasaan atas tanah dan hak- yang disebut dalam Pasal
hak atas tanah. Dalam hukum 16 dan 53 UUPA
tanah terdapat pengaturan b. Wakaf, Pasal 49 UUPA
mengenai berbagai hak

4
Boedi Harsono, Hukum Agraria
Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2008, hlm.
23.

5
c. Hak jaminan atas tanah pemerasan, feodal dan
dalam Pasal 25, 33, 39, bertentangan dengan jiwa
dan 51 UUPA5 UUPA
5. Hak hak atas tanah dimuat B. Penetepan Luas Tanah
dalam pasal 16 Jo 53 UUPA, Pertanian
yang dikelompokan menjadi Pelaksanaan program
3 bidang, yaitu: landreform merupakan upaya
a. Hak atas tanah yang yang dilakukan oleh setiap negara
bersifat tetap guna melakukan perubahan dalam
Hak-hak atas tanah ini proses pemilikan tanah. Oleh
akan tetap ada selama karena itu, pelaksanaan
UUPA masih berlaku atau landerform ini berkaitan erat
belum. dengan kemauan politik di suatu
b. Hak atas tanah yang akan negara. Oleh karena itu, suatu
ditetapkan dengan negara yang telah beralih dari
undang-undang negara agraris menuju negara
Hak atas tanah yang akan industri, berarti pemerintahnya
lahir kemudian, yang mampu mewujudkan tujuan
akan ditetapkan dengan landreform tersebut. Di Indonesia
undang-undang. sendiri program landrefrom itu
c. Hak atas tanah yang sendiri meliputi Pembatasan luas
bersifat sementara maksimum dan minimum
Hak atas tanah ini penguasaan tanah, larangan
sifatnya sementara, dalam pemilikan tanah secara absente
waktu yang singkat akan atau guntai, redtribusi tanah-tanah
dihapus dikarenakan yang selebihnya dari batas
mengandung sifat-sifat maksimum, tanah-tanah yang
terkena larangan absente, tanah-
5
Boedi Harsono, Hukum Agraria tanah bekas swapraja dan tanah-
Indonesia : Sejarah pembentukan Undang- tanah Negara, pengaturan soal
Undang Pokok Agraria, Pengertian, Isi, dan
Pelaksanaan, edisi revisi, Jakarta, 1999, hlm pengembalian dan penebusan
8.

6
tanah-tanah yang digadaikan, mengakibatkan pemecahan
pengaturan kembali perjanjian pemilikan tanah-tanah itu menjadi
bagi hasil tanah pertanian, bagian yang terlampau kecil,
penetapan luas minimum pengembalian dan penebusan
pemilikan tanah pertanian disertai tanah-tanah pertanian yang
larangan untuk melakukan digadaikan
perbuatan-perbuatan yang Penetapan luas tanah
mengakibatkan pemecahan pertanian yang harus dimiliki oleh
pemilikan tanah –tanah pertanian seseorang diatur dalam Pasal 1
menjadi bagian-bagian yang ayat (1) Pemerintah Pengganti
terlampau kecil. 6 Undang-undang Nomor 56 Tahun
Mengacu pada ketentuan 1960 dinyatakan sebagai berikut:
Pasal 7, Pasal 10, dan Pasal 17 (1) seseorang atau orang-orang
UUPA, pemerintah mengelarkan yang dalam penghidupnya
peraturan pelaksanaannya berupa merupakan satu keluarga
Peraturan Pemerintah Pengganti bersama-sama hanya
Undang-undang Nomor 56 Tahun diperbolehkan menguasai tanah
1960 Tentang Penetapan Luas pertanian, baik miliknya sendiri
Maksimum Dan Minimum Tanah atau kepunyaan orang lain, yang
Pertanian dan Undang-undang ini jumlah luasnya tidak melebihi
merupakan induk pelaksanaan batas maksimum sebagai yang
landrefrom di Indonesia. Didalam ditetapkan dalam ayat (2) Pasal
UU Nomor 56 Tahun 1960 ini. Dengan memperhatikan
terdapat tiga soal yang diatur jumlah penduduk, luas daerah,
yaitu, penetapan luas maksimum, dan faktor-faktor lainnya.7
Penetapan luas minimum
C. Hak-hak Petani
pemilikan tanah pertanian dan
1. Hak atas tanah pertanian
larangan untuk melakukan
Berdasarkan Undang-undang
perbuatan-perbuatan yang
Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5

6
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar
7
Grafika, Jakarta, 2010, hlm 203. Ibid., hlm. 209.

7
Tahun 1960 disebutkan bahwa anggota persekutuan hukum
penguasaan atas tanah terbagi atas mempunyai hak untuk membuka
dua bagian yaitu tanah yang tanah hutan atau berlukar dalam
dikusai oleh negara dan tanah lingkungan persekutuan hukum
yang dimiliki oleh masyrakat dengan izin kepala pesekutuan
secara turun temurun dan terus 4. Hak Kepastian Hukum Dan
menerus. Petani dalam hal ini Keadilan Atas Tanah
sebagai masyarakat mempunyai Konsekwensi pengakuan
hak untuk memiliki lahan yang Negara terhadap hak atas tanah
dapat digunakan untuk pertanian seseorang atau suatu masyarakat
sebagaimana tercantum dalam hukum adat mereka, Negara wajib
ketentuan yang terdapat dalam memberi jaminan kepastian
UUPA hukum terhadap hak atas tanah
2. Hak kepemilikan tanah sehigga lebih mudah untuk
Hak yang paling utama yang mempertahankan haknya terhadap
sebenarnya harus dimiliki petani gangguan pihak lain.
adalah hak kepemilikan tanah. 5. Hak Berorganisasi
Kepemilikan atas tanah Hasil "Konferensi Nasional
merupakan hak asasi petani yang Pembaruan Agraria untuk
harus dipenuhi oleh negara. Perlindungan dan Pemenuhan
Kewajiban negara untuk Hak-hak Asasi Petani, salah satu
menyediakan lahan yang cukup hasil deklarasi tersebut
buat petani, sejalan dengan menyatakan salah satu hak petani
konstitusi yang menyatakan adalah berhak untuk berorganisasi
bahwa kekayaan negeri ini D. Larangan Pemilikan Dan
dipergunakan untuk kepentingan Penguasaan Tanah Pertanian
rakyat Yang Melampaui Batas
3. Hak Atas Lingkungan Pasal 7 dan 17 UUPA berisi
Hidup tentang ketentuan-ketentuan
Hak atas lingkungan hidup tentang larangan pemilikan dan
menurut hukum adat tiap-tiap penguasaan tanah pertanian yang

8
melampaui batas. Ketentuan Kabupaten/Kota yang
pokok ini selanjutnya dijabarkan bersangkutan”. Dalam penjelasan
dalam UU No. 56 Prp Tahun Pasal 4 dijelaskan bahwa
1960 tentang penetapan luas ketentuan tersebut hanya
makasimum dan minimum tanah mengenai pemindahan hak atas
pertanian dan selanjutnya dikenal tanah milik yang melampaui batas
dengan UU landreform Indonesia. maksimum.
Larangan pemilikan tanah yang E. Pelaksanaan Peraturan
melampaui batas terkenal dengan Pemerintah Pengganti Undang-
larangan latifundia, artinya Undang No. 56 Tahun 1960
larangan penguasaan tanah yang Tentang Penetapan Luas
luas sekali sehingga ada batasan Maksimum Dan Minimum
maksimum seseorang boleh Tanah Pertanian Di Kabupaten
mempunyai tanah terutama tanah Banggai
pertanian yang disebut suatu
Penguasaan dan penataan
ceiling atas kepemilikan tanah.8
penguasaan tanah oleh negara
Pencegahan perlu dilakukan
diarahakan pemanfaatanya untuk
agar seseorang tidak
mewujudkan keadilan sosial bagi
menghindarkan diri dari
seluruh rakyat indonesia.
penetapan luas maksimum sesuai
Penguasaan tanah oleh negara,
yang ditentukan dalam Pasal 4
sesuai dengan tujuan
dikatakan bahwa “orang atau
pemanfaatanya, perlu
orang-orang sekeluarga yang
memperhatikan kepentingan
memiliki tanah yang jumlahnya
masyarakat luas dan tidak
melebihi luas maksimum dilarang
menimbulkan sengketa tanah.
untuk memindahkan hak miliknya
Penataan penggunaan tanah
atas seluruh atau sebagian tanah
dilaksanakan berdasarakan
tersebut, kecuali dengan izin
rencana tata ruang wilayah untuk
Kepala Agraria Daerah
mewujudkan kemakmuran rakyat
8
Samun Ismaya, Hukum dengan memperhatikan hak-hak
Administrasi Pertanahan, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2013, hlm. 49.

9
rakyat atas tanah, fungsi sosial ditentukan oleh Undang-Undang
atas tanah, batas maksimum Nomor 56 Tahun 1960
kepemilikan tanah khususnya
Penghitungan penetapan luas
tanah pertanian termasuk upaya
tanah yang dapat dimiliki atau
lain untuk mencegah pemusatan
dikuasai oleh seseorang sesuai
penguasaan tanah dan
dengan ketentuan dalam Pasal 1
penelantaran tanah
ayat (2) adalah dengan
Penggolangan dibedakan menghitung luas maksimum. jika
menjadi dua yaitu daerah antara yang dikuasai merupakan tanah
daerah yang tidak padat dengan sawah dan tanah kering yaitu luas
daerah yang padat. Untuk daerah sawah dijumlahkan dengan luas
yang padat dibedakan lagi tanah kering dengan menilai tanah
menjadi sangat padat, cukup kering sama dengan sawah
padat, dan kurang padat, yang ditambah 30% didaerah-daerah
disertai dengan jenis tanahnya yang tidak padat dan 20%
yaitu antara tanah sawah dan didaerah-daerah yang padat
tanah kering. Pasal 1 ayat (2) dengan ketentuan bahwa tanah
Undang-Undang Nomor 56 Tahun pertanian yang dikuasai
1960 yang menetukan bahwa seluruhnya tidak boleh lebih dari
seseorang atau orang- orang yang 20 hektar
dalam penghidupanya merupakan
satu keluarga, bersama-sama F. Hambatan-Hambatan Yang
haknya diperbolehkan menguasai Timbul Dalam Pelaksanaan
tanah pertnian, baik miliknya Peraturan Pemrintah Pengganti
sendiri ataupun kepunyaan orang Undang-undang No 56 Tahun
lain, ataupun miliknya sendiri 1960 Tentang Penetapan Luas
bersama orang lai, yang jumlah Maksimum Dan Minimum
luasanya tidak boleh melebihi Tanah Pertanian Di Kabupaten
batas maksimum yang telah Banggai

10
Faktor-faktor penghambat harus didaftarkan agar mendapat
dalam pelaksanaan Peraturan jaminan kepastian hokum
Pemerintah Pengganti Undang-
Lemahya sistem untuk
Undang Nomor 56 Tahun 1960
memantau penguasaan tanah oleh
Tentang Penetapan Luas
Kantor Pertanahan. Kantor
Maksimum Dan Minimum Tanah
Pertanahan tidak mempunyai
Pertanian membahas beberapa hal
sistem untuk mengawasi atau
pokok yaitu masalah penetapan
memantau apakah satu keluarga
luas maksimum dan minimum
telah memiliki tanah sesuai
tanah pertanian, disebabkan
dengan batas minimum dua hektar
Pembukaan lahan-lahan pertanian
atau justru sebaliknya sudah
yang tidak terkontrol oleh petani
melebihi batas maksimum yang
dan tidak mendaftarkan tanah-
telah ditetapkan selain belum
tanah pertanian ke Kantor
adanya sistem pengawasan
Pertanahan atau Badan pertanahan
tersebut, masyarakat sendirilah
Nasional (BPN) dilakukan karena
yang tidak mendaftarkan tanahnya
untuk mecapai taraf kehidupan
ke Pihak BPN. Kantor Pertanahan
yang layak.
mempunyai peranan yang sangat
Pihak BPN Kabupaten penting dalam penerapan
Banggai tidak bisa mengkontrol Peraturan Pemerintah Pengganti
jumlah luas tanah pertanian yang Undang-Undang Nomor 56 Tahun
dimiliki oleh setiap kepala 1960 Tentang Penetapan Luas
keluarga di wilayah kabupaten Maksimum Dan Minimum Tanah
Banggai. Sebab ada masyarakat Pertanian. Oleh karena itu Kantor
yang membuka lahan pertanian Pertanahan harus mengetahui
baru untuk ditanami tanpa berapa luas tanah yang dimiliki
mendaftarkan tanah tersebut ke oleh satu keluarga petani suapaya
Kantor Pertanahan, mereka hanya dapat mengetahui apakah petani
tau membuka lahan tanpa tau tersebut telah mempunyai tanah
bahwa setiap lahan pertanian pertanian yang cukup luasnya atau

11
melampaui batas maksimum yang 2. Faktor penghambat
ditetapkan dengan Undang- pelaksanaan penetapan batas
undang ini luas maksimum dan
minimum tanah pertanian
III. PENUTUP
adalah masih adanya tanah-
A. Kesimpulan
tanah pertanian yang tidak
Berdasarkan uraian pembahasan
memiliki sertifikat dan tidak
yang telah dikemukakan dalam
didaftarkan Ke Kantor
bab-bab sebelumnya dapat ditarik
Pertanahan atau Badan
kesimpulan menadasar pada
Pertanahan Nasional (BPN)
kedua pokok permasalahan,
serta tidak adanya sistem
sebagai berikut:
untuk memantau
1. Pelaksanaan penetapan batas
kepemilikan tanah pertanian
luas tanah maksimum dan
dalam satu keluarga oleh
minimum tanah pertanian
Kantor Pertanahan sehingga
belum terlaksana dengan
penetapan batas luas
baik. Hal ini dikarenakan
maksimum dan minimum
batas maksimum di
tanah pertanian belum
Kabupaten Banggai yang
terlaksana dengan baik.
ditetapkan dalam Peraturan
B. SARAN
Pemerintah Pengganti
1) Perlu adanya relevansi
Undang-Undang Nomor 56
mengenai Perpu No 56 Tahun
Tahun 1960 Tentang
1960 Tentang Penetapan Luas
Penetapan Luas Maksimum
Maksimum Dan Minimum
Dan Minimum Tanah
Tanah Pertanian yang
Pertanian sesuai dengan
disesuaikan dengan tingkat
kepadatan penduduk banyak
kepadatan penduduk agar
dilanggar. Masih banyaknya
batas maksimum dan
masyarakat yang memiliki
minimum tanah pertanian
tanah melebihi batas
dapat tercapai dengan baik
maksimum tersebut

12
2) Kantor Pertanahan perlu tanah yang telah ditentukan
mempunyai data yang oleh Undang-undang. Untuk
lengkap untuk dapat mendapatkan data pertanahan
mendeteksi berapa luas tanah yang kuat maka diperlukan
yang dimiliki oleh satu kerjasama yang baik antara
keluarga, apakah sudah Kantor pertanahan dengan
memenuhi batas minimum intasi Masyarakat terdekat
luas tanah atau justru yakni kecamatan dan
melebihi dari batas kelurahan.
maksimum kepemilikan

13
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Pengertian, Isi, dan Pelaksanaan, edisi revisi,
Djambatan, Jakarta, 1999
---------------------, Hukum Agria Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2008
Eddy Ruchiyat, politik pertanahan sebelum dan sesudah berlakunya UUPA,
Alumni Bandung, 1995
Noer Fauzi, Tanah Dan Pembangunan, Risula Dari Konfrensi INFID Ke 10,
Sinar Harapan, jakarta, 1997
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2010
-----------, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Palu, 2010
Samun ismaya, Hukum Administrasi Pertanahan, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2013
B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturam Dasar Pokok


Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 2117).

14
BIODATA MAHASISWA

Nama : I Made Hendra Putra

Tempat/Tanggal Lahir: Bunta, 11 Oktober1994

Alamat Rumah : Btn Tavanjuka Permai Blok A No 5

Alamat e-mail : putrahendra241@gmail.com

No. Telp/HP : 082292835562

15
16

Anda mungkin juga menyukai