Anda di halaman 1dari 11

AUDITING I

RANGKUMAN MATA KULIAH

“BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT, DAN KERTAS KERJA”

NURUL ALIFIAH RISTIANTI

A31116515

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN
1. AUDIT TOP DOWN VS. AUDIT BOTTOM UP
Bukti audit top down berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman
tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen
menggunakan sumberdayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi
dipasaran. Prosedur audit top down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategi yang
dihadapi klien, bagaimana kline menghadapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup
entitas.
Bukti audit bottom up berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo
akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan
saldo akun. Bukti buttom up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel terinci yang
mendukung saldo akun dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian yang
terakumulasi dalam laporan keuangan.

2. KEPUTUSAN PENTING TENTANG BUKTI AUDIT


Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang
lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
a. Sifat Pengujian Audit
Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang akan
dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang
kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin
dicapai auditor. Akhirnya bukti tersebut harus relevan dengan asersi laporan keuangan
manajemen. Auditor juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas
prosedur dalam kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik.
b. Saat Pengujian Audit
Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta menarik
kesimpulan audit. Dalam bukunya Boynton menyatakan bahwa pengujian audit pada
tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang masalah-masalah
signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada akhir tahun buku
(sebagai contoh, transaksi-transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa)
selain itu, banyak perencanaan audit yang meliputi upaya memperoleh pemahaman
tentang pengendalian internal, mengukur risiko pengendalian, dan penerapan
pengujian substantive atas transaksi, dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.
c. Luas pengujian Audit
Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa banyak bukti
audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu
tingkat risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi.
Sebagai contoh, seorang auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi sebanyak
50% dari akun yang ada dalam akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-
akun yang ada.
d. Penetapan Staf Audit
Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi
sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Sehingga
mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang sedang diperiksa. (AU 316.27),
consideration of fraud in a financial statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa
auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
dengan cara penugasan personel.

3. TUJUAN AUDIT SPESIFIK DAN BUKTI AUDIT

Tujuan audit spesifik dikembangkan untuk setiap asersi. Selain itu, tujuan audit juga
dikembangkan untuk (1) transaksi relevan yang memeranguhi piutang usaha, (2) aspek
penting pada saldo akun piutang usaha sebagaimana dilaporkan pada tanggal neraca.
SA seksi 362 paragraf 03menyebutkan berbagai asersi yang terkandung dalam laporan
keuangan. Asersi (assertions) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan. Pernyataan dapat bersifat implisit atau eksplisit.
Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar berikut ini :
1. Keberadaan atau keterjadian
2. Kelengkapan
3. Hak dan kewajiban
4. Penilaian
5. Penyajian dan pengungkapan

Tujuan Keberadaan atau keterjadian

Asersi tentang Keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau
utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi
selam periode tertentu. sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa persediaan
produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual pada tanggal
neraca.

Tujuan Kelengkapan

Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa semua pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan.

Tujuan Hak dan Kewajiban

Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai
contoh, manajemen membuat asers bahwa jumlah sewa guna usaha yang dikapitalisasi
di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak perusahaan atas kekayaan yang disewa-
guna-usahakan, dan utang sewa guna usaha yang bersangkuta mencerminkan suatu
kewajiban perusahaan pada tanggal neraca tersebut.

Tujuan Penilaian Atau Alokasi

Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-


komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi
bahwa aktiva tetap dicatata berdasarkan cost pemerolehannya, dan cot pemerolehan
tersebut secara sistematik dialokasikan kedalam periode-periode akuntansi yang
semestinya.

Tujuan Penyajian dan pengungkapan

Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah kompone-


komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan
semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban yang
diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang d neraca tidak akan jatuh tempuh dalam
waktu satu tahun.

4. BUKTI AUDIT, INFORMASI PENGUAT, DAN PROSEDUR AUDIT


Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
yang layak untuk meyatakan penadapat.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari:
1. Data akuntansi
Salah satu tife bukti audit adalah data akuntansi yaitu seperti: jurnal, buku besar,
dan buku pembantu, serta buku peoman akuntansi, memorandum dan catatan
tidak resmi
2. Semua informasi penguat (corrobating information) yang tersedia bagi auditor.
Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak,
notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui
informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan,
infeksi dan pemerisaan fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau
tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan
berdasarkan alassan yang kuat.
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut:
1. Pertimbangan professional
Yaitu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keseragaman penerapan
mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit.
2. Integritas manajemen
Manajemen juga bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan
keuangan. Manajemen juga berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian
besar bukti dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan.
3. Kepemilikan publik versus terbatas
Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit
atas laporan keungan perusahaan publik (misalnya PT yang go Public)
dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh
kalangan terbatas.
4. Kondisi keuangan
1. Data Akuntansi dan Informasi Penguat
Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur audit
untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang
akan diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data
akuntansi yang mendasari, dan informasi penguat yang tersedia bagi auditor.

Data akuntansi yang mendasari saja dianggap tidak cukup mendukung laporan
keuangan. Auditor harus merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti
penguat guna mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut. Jenis bukti penguat
tersebut adalah (a) bukti analitis; (b) bukti dokumenter; (c) bukti elektronik; (d)
konfirmasi; (e) bukti matematis; (f) bukti fisik; (g) representasi tertulis; (h) bukti lisan.

2. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah metode yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan
dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupidan kompeten.
a. Prosedur Analitis
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis
vertikal dan laporan presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan
data historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik.
b. Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan serta
pemeriksaan sumberdaya berwujud. Melalui inspeksi, auditor dapat menilai
keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau
item-item yang dipertanyakan.
c. Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar
organisasi klien.
d. Permintaan Keterangan
Pemintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tulisan
dari auditor. Permitaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen
atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan
dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.
e. Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah: (1) perhitungan fisik
sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada. Hal ini akan
menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada. (2)
akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yag telah dicetak. Hal ini dapat
meneydiakan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui
bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi.
f. Penelusuran
Dalam penelusuran yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan
(2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah
dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar)
g. Pemeriksaan Bukti Pendukung
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan
sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian
pencatatan akuntansi.
h. Pengamatan
Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Biasanya pengamatan memberikan bukti bottom-
up, dan dengan bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami
konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
i. Pelaksanaan Ulang
Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi
tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan
pengendalian intern yang telah dirumuskan.
j. Teknik Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka
auditor dapat menggunakan teknik berbantuan komputer untuk membantu
melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.

5. PEMROSESAN DATA ELEKTRONIK DAN PROSEDUR AUDIT


1. Pengaruh atas Saldo Akun dan Golongan Transaksi dan Material
Auditor harus mempertimbangkan implikasi pemrosesan data elektronik atass saldo
akun dan golongan transaksi yang material. Apabila klien merupakan perusahaan
yang padat modal, seperti persahaan telekomunikasi yang secara berkesinambungan
melakukan investasi dalam bentuk berbagai peralatan baru dan serat optik, besar
kemungkinannya catatan komputer akan memiliki implikasi audit yang penting.
2. Pengaruh terhadap Sifat Pengujian Audit
Akan terdapat beberapa implikasi terhadap sifat pengujian audit apabila klien
menyelenggarakan dokumentasi dan bukti yang penting dalam bentuk elektronik
untuk suatu saldo akun atau golongan transaksi yang material.
3. Pengaruh terhadap Saat Pengujian Audit
Apabila klien menggunakan image processing system untuk melakukan scanning
terhadap dokumen dan dokumen asli tidak dipakai, auditor akan mempertimbangkan
implikasi saat prosedur tersebut diterapkan berkaitan dengan saldo akun dan siklus
transaksi yang material.
4. Pengaruh terhadap Luasnya Pengujian Audit
Apabila klien menyelenggarakan pencatatan dalam bentuk elektronik, dan auditor
dapat secara langsung mengakses catatan elektronik tersebut, maka keadaan ini dapat
memiliki implikasi signifikan terhadap luasnya prosedur audit.
5. Pengaruh terhadap Penetapan Staf Audit
Apabila klien memiliki masalah yang signifikan tentang sistem pemrosesan data
elektronik, maka bisanya seorang spesialis audit komputer akan ditugaskan untuk
memahami aspek-aspek penting yang terdapat pada klien, melaksanakan pengujian
pengendalian atau melaksanakan pengujian substantif.

6. PROGRAM AUDIT
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit,
auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan
serta harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan
dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa
prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai
tujuan audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan
bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk
dalam program audit meliputi :
a. Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data
non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
b. Prosedur Awal
Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan
industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan
prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai
dengan akun pengendali dalam buku besar.
c. Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
d. Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari
auditor.
e. Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
f. Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item
yang membentuk saldo tersebut.
g. Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh
GAAP.

7. KERTAS KERJA
1. Konsep Kertas Kerja
a. Definisi
kertas kerja sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuhnya, pegujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
b. Manfaat Kertas Kerja Audit
1. Merupakan dasar penyusunan laporan hasil hasil audit.
2. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para
pelaksana audit.
3. Merupakan alat pembuktian dari hasil laporan audit.
4. Menyajikan data untuk keperluan referensi.
5. Merupakan salah satu pedoman untuk tugas audit berikutnya.
c. Tipe Kertas Kerja
Kertas kerja terdir dari bebagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokan
ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini:
1. Program audit
Yaitu merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu.
Program audit Berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan
jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit.
2. Working trial balance
Yaitu suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada akhir tahun
sebelumnya.
3. Ringkasan jurnal Adjustment
Dalam proses audirnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan
keuangan dan catatan akuntansi klien. Untuk membetulkan kekeliruan tesebut,
auditor membuat draf jurnal adjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan
dengan klien.
4. Skedul utama
Adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat
dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan.
5. Skedul pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum
dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja
pendukung yang menguakan informasi keuangan dan operasional yang yang
dikumpulkannya.
2. Jenis Kertas Kerja
Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-jenis tersebut
meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan analisis, (3) memoranda audit
dan dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi.
a. Kertas Kerja Neraca Saldo
Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku
besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit), penyesuaian,
saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit).
Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya akan
mempermudah pelaksanaan proses analitis tertentu.
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam
audit karena :
i. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item
yang dilaporkan dalam laporan keuangan
ii. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
iii. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item
laporan keuangan

Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item laporan keuangan
ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar kas. Dalam kasus seperti
ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat skedul kelompok yang
menunjukkan akun buku besar apa yang telah digabungkan untuk item atau pos
laporan keuangan ini.

b. Skedul dan Analisis


Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja
(working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan
setiap kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas
kerja neraca saldo. Apabila beberapa akun buku besar digabung untuk tujuan
pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul kelompok (group schedule) atau
sering juga disebut sebagai skedul utama (lead schedule). Selain menunjukkan
akun masing-masing buku besar yang adat dalam kelompok tersebut, skedul
utama juga mengindentifikasi skedul atau analisis kertas kerja individu yang
memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing akun dalam kelompok
tersebut.
c. Memoranda Audit dan Informasi Penguat
Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang disusun
oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-komentar atas
pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup pekerjaan, (2)
temuan-temuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai contoh, auditor dapat menulis
sebuah memo yang berisikan ikhtisar dari lingkup konfirmasi, tanggapan
konfirmasi, temuan-temuan, dan kesimpulan audit berdasarkan bukti-bukti yang
diperoleh.
Selain itu, auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk
mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut :
i. Salinan risalah rapat dewan direksi
ii. Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar
organisasi.
iii. Salinan kontrak-kontrak penting
d. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas kesalahan
klien sebagai akibat pengabaian atau salah dalam penerapan GAAP (Prinsip
akuntansi berlaku umum). Oleh karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan dianggap material, dengan harapan
akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku besar dapat disesuaikan. Sebaliknya,
ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar
dengan saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat jurnal reklasifikasi hampir
sama dengan ayat jurnal penyesuaian, namun pengaruh material pada ayat jurnal
reklasifikasi masih harus dibuat terlebih dahulu. Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian
dan ayat jurnal reklasifikasi pada awalnya dirancang sebagai “ayat jurnal yang
diusulkan”, karena pertimbangan akhir yang harus dibuat auditor atas ayat jurnal
tersebut mungkin tidak akan terjadi sampai audit tersebut berakhir. Pada akhirnya
susunan setiap ayat jurnal yang diusulkan tersebut harus dicatat dalam kertas
kerja. Namun, apabila klien menolak untuk membuat ayat jurnal penyesuaian dan
ayat jrunal reklasifikasi yang dianggap penting oleh auditor, maka auditor akan
melakukan modifikasi seperlunya atas laporan auditor.
3. Menyusun kertas Kerja
Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja yang baik
adalah sebagai berikut ini :
a. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif
yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti “Rekonsilisasi
Bank-City Nasional Bank”, serta tanggal neraca atau periode yang menjadi ruang
lingkup audit.
b. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1, dan
seterusnya.
c. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari
kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi
referensi silang.
d. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda
pengecekan yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam auditor telah
melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda pengecekan
tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi tambahan tentang item
tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas kerja tersebut.
e. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan
masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut harus
membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini diperlukan
untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang dilaksanakan.
4. Me-review Kertas Kerja
Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam suatu kantor
CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun, seperti atasan
atau manajernya. Review dilakukan apabila pekerjaan pada segmen tertentu dalam
suatu audit telah diselesaikan. Pihak yang melakukan review terutama menekankan
perhatian pada lingkup pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh,
serta kesimpulan yang tela dicapai oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas
kertas kerja apabila pekerjaan lapangan telah diselesaikan semuanya.
5. Pengarsipan Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut; (1) file
permanen dan (2) file tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat data
yang diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak perikatan dengan klien
di masa mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file) memuat informasi
penguat yang berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.
Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah :

a. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien


b. Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur
c. Struktur organisasi
d. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
e. Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi
f. Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun,
perjanjian pembagian laba dan bonus
g. Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik
h. Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien
6. Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas kerja
Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi auditor.
Namun hak kepemilikikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk pada
pembatasan-pembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu sendiri.
Peraturan 301, code of professional conduct dari AICPA menentukan bahwa seorang
CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh selama
pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin klien, kecuali untuk kondisi tertentu
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.
Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, dimana ia bertanggung jawab
untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang tergolong sebagai file
permanen akan disimpan untuk waktu yang tak terbatas. Sedangkan kertas kerja yang
tergolong sebagai file tahun berjalan akan disimpan selama file tersebut dibuuhkan
oleh auditor untuk melayani klien atau diperlukan untuk memenuhi persyaratan
hukum sebagai retensi catatan. Ketentuan mengenai batasan waktu penyimpanan
jarang yang melampui waktu enam bulan.
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada
pihak lain adalah :
a. Jika klien tersebut menginginkannya,.
b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika
kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan
keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk
me-review kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer
review informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak
lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang
bersangkutan dengan kertas kerja tersebut

Anda mungkin juga menyukai