Anda di halaman 1dari 2

Matinya Kepercayaan Kepercayaan

Lama dan Munculnya


Kepercayaan Kepercayaan Baru

Konon, peradaban kuno mampu mengikat masyarakat dengan suatu kepercayaan yang
sangat lengket dipikiran masyarakat. Masyarkat tidak pernah ingin tau menau perihal kepercayaan
yg mereka anut bersifat politis atau religius. Pada saat itu, keercayaan yang mereka anut seolah
olah adalah dogma, sehingga sikap kritis masyarakat tumpul, padahal semua kepercayaan mereka
adalah irasional dan takhayyul. Seiring berkembangnya zaman, semua kepercayaan yang mereka
percayai tidak lagi mampu dihadapkan dengan zaman transformative ini. Sehingga, kepercayaan
yang usang, perlahan lahan mulai terkikis bahkan mati ditelan zaman.
Pada kodratnya, masyarakat akan percaya atau mengimani sesuatu, apabila sesuatu tersebut
meberikannya seuatu memberikan keimanan dan pembebasan. Oleh karena itu, mereka membabi
buta didalam kepercayaannya. Sudah jelas, yang mereka bela pada saat itu didalam kepercayaanya
adalah tuhan dan kaisar. Siklus matinya kepercayaan itu sekarang disebabkan oleh doktrin doktrin
yang membuat mereka skeptis akan kepercayaannya. Pada zaman ini, munculnya banyak doktrin
yang saling bertentangan antara doktrin yang satu dengan yang lainnya. Doktrin inilah yang
mengambil alih perdaban kuno, sehinggan membuat kepercayaan itu sekarat.
Lantas apa yang terjadi ketika kepercayaan atau keyakinan peradaban kuno hancur?
Akankah dunia ini hancur?
Jawbannya adalah tidak. Perdaban akan terus berjalan maju, hal ini tidak bisa terelakkan
oleh kita. Ia seperti uban yang tetap akan tumbuh walaupun kita menghalanginya untuk tumbuh.
Begitupun juga dengan hukum alam yang tidak bisa kita tentang. Intelektual tidak akan berhenti
untuk menguji kesakralan kepercayaan kepercayaan yang masyarakat anut. Ia akan
menghancurkan kepercayaan atau keyakinan itu ketika sudah tidak relevan lagi dengan kondisi
pada zaman itu. Ini merupakan salah satu fenomena alamiah yang akan terus menerus berlanjut
demi memajukan sebuah peradaban.
Akankah berjalannya suatu perdaban itu berjalan secara evolusi ataukah secara revolusi?
Naguib Mahfouz berpendapat “biarkanlah perdaban ini berjalan secara evolusi tanpa
revolusi, biarkanlah waktu dan evolusi yang menentukan. Revolusi seakan memaksa kita waktu
untuk maju, namun dalam kenyataanya mereka hanya mendatangkan kehancuran dan kekacauan
akibat-akibat yang hanya membawa kita kembali kepada permulaan”. Saya rasa, jalannya suatu
perdaban yaitu dengan sebuah revolusi, karena kalau kita melihat sejarah perdaban masyarakat,
dimana berpindahnya zaman ke zaman selanjutnya seperti masyarakat komunal primitive,
perbudakan, feodalisme dan kapitalisme merupakan sebuah revolusi tidak dengan evolusi.
Kedatangan Islam pada saat itu memberikan sbuah dampak yang begitu besar, dimana
keyakinan mereka juga dibentuk oleh para sastrawan yang bersyair tentang kebijaksanaan. Para
sastrawan membuat syair yang diambil dari agama untuk dijadikan suatu karya sastra. Karya sastra
dijadikan alat doktrin untuk mempengaruhi pikiran mereka dalam kepercayaan ataupun keyakinan
mereka. Mereka kembali menfasirkan teks-teks keagamaan dalam manyairkan syairnya pada saat
itu. Begitu pula yang terjadi dengan politik dan social masyarakat. mereka menggunakan narasi-
narasi buku ataupun asas-asas untuk mendukung suatu doktrin tertentu. Hal ini sudah terbukti,
ketika rasionalitas mampu menyingkap aib dari kepercayaan yang kuno dan mampu
menenggelamkannya dengan menawarkan suatu paham baru, prinsip baru, ideologi baru untuk
mereka anut. Mereka mencoba menghilangkan belenggu dan keterikatan masyarakat terhadap
kepercayaan yang mereka agung agungkan dengan rasio. Ia mencoba menghadirkan paham paham
baru seperti ideologi sosialisme, internasionalisme, dan yang lainnya.
Seiring dengan hadirnya ideologi-ideologi baru. Saya rasa sosialisme lah yang nantinya
akan memenangkan pertarungan-pertarungan dari ideologi yang lain. Sudah jelas bahwasanya
sosialisme menawarkan suatu yang indah seperti, menghilangkan suatu kesenjangan terhadap
masyarakat, dan mampu memberikan jalan tengah dari paham yang sering dikeluhkan oleh orang
religius yaitu individualisme dan komunisme. Tentunya, walaupun sosialisme menghadirkan
sajian yang indah, namun hal itu hanya bersifat duniawi, bukan ukhrawi. Sosialisme bukanlah hal
yang sempurna, namun diantara ideologi-ideologi yang ada, sosialisme lah yang mampu
memberikan kebahagiaan, kenyamanan dan mampu memperbaiki kehidupan kita. Sekali lagi,
tidak ada yang sempurna didunia ini.

Anda mungkin juga menyukai