Anda di halaman 1dari 9

Obesitas pada Wanita dengan Diagnosis Sindroma Ovarium Polikistik

Tengku Uzma Faqihah binti Tengku Mohd Anuar

102016268

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia

Jl. Arjuna Utara No.6, 11510 Jakarta Barat

Alamat korespondensi: tengkuuzmafaqihah@gmail.com

Abstrak

Sindrom ovarium polikistik merupakan salah satu masalah endokrinologi pada wanita masa
reproduksi yang berhubungan dengan kelainan hormonal dan dapat mempengaruhi kesehatan
wanita tersebut secara umum. Alasan yang paling sering menjadi penyebab pasien dengan
sindrom ini datang ke dokter ialah adanya gangguan pada siklus menstruasi dan infertilitas,
masalah obesitas dan pertumbuhan rambut yang berlebihan serta kelainan lainnya seperti
hipertensi, kadar lemak darah dan gula darah yang meningkat. Saat ini sudah terbukti bahwa
sindrom ovarium polikistik tidak hanya menyebabkan kelainan pada bidang ginekologi saja
tetapi juga berkaitan dengan kelainan metabolisme lain, yaitu adanya resistensi insulin yang
berimplikasi pada kesehatan jangka panjang pasien. Wanita dengan kelainan ini mempunyai
risiko lebih besar untuk mendapat penyakit diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan
karsinoma endometrium.

Kata kunci : sindrom ovarium polikistik, hiperandrogenisme, wanita, reproduksi

Abstract

Polycystic ovary syndrome is one of the most common endocrine disorder in women of
reproductive age that is associated with hormonal disturbance and influencing general
health. The reason that cause a patients to see the physician were menstrual cycle
disturbance, infertility, obese, hirsute, and other complication such as hypertension,
hypercholesterolemia and diabetes. The polycystic ovary syndrome is not only caused of
gynaecological problems, but is also related to other metabolic disturbance, such as insulin
resistance with for long – term health implications. Women with this syndrome have an
increased risk of diabetes mellitus, coronary disease and endometrial carcinoma.

Key words : Polycystic ovary syndrome, hyperandrogenism, women, reproductive


Skenario

Seorang perempuan usia 33 tahun dirujuk oleh spesialis kebidanan dan kandungan ke
poliklinik gizi RS FMC dengan keluhan sudah menikah 5 tahun, tetapi belum mempunyai
anak dan didiagnosis sebagai Sindroma Ovarium Polikistik ( SOPK ). Pada Pemeriksaan
Fisik TD : 100/ 70 mmHg TB :155 Cm, BB: 90 kg. Lpe 95 cm Lpa 105 cm

Pendahuluan

Sindrom polikistik ovarium merupakan sekumpulan dari gejala yang dialami oleh
perempuan usia reproduktif yang dapat menyebabkan gangguan berupa infertilitas pada
jangka pendek dan gangguan metabolic seperti resistensi insulin dan menjadi faktor resiko
diabetes melitus tipe 2 dalam jangka panjang. 1

Penyebab sindrom polikistik ovarium ini belum diketahui, namun diduga terdapat
keterkaitan dengan proses pengaturan ovulasi dan ketidakmampuan enzim yang berperan
dalam sintesis estrogen di ovarium. Adanya hubungan antara obesitas dan peningkatan
resiko polikistik ovarium melalui peningkatan resistensi insulin yang menyebabkan sel teka
memproduksi androgen dan menghambat Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) sehingga
androgen bebas meningkat. Keadaan ini menyebabkan androgen banyak di aromatisasi
menjadi estrogen yang akan menghasilkan LH dan memicu pematangan folikel.1

Sindrom ovarium polikistik merupakan salah satu penyebab infertilitas karena kegagalan
terjadinya proses ovulasi, keluarnya sel telur (ovum) dari ovarium. Sindrom ovarium
polikistik didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang ditandai dengan adanya proses
anovulasi (tidak keluarnya ovum) kronis disertai perubahan endokrin seperti hiperinsulinemia
dan hiperandrogenemia. Salah satu kriteria diagnosis untuk sindrom polikistik ovarium ini
adalah didapatkan dua atau lebih kriteria berikut yaitu haid yang tidak teratur , anovulasi
kronik , didapatkan bukti dalam pemeriksaan biokimia adanya hiperandrogenisme dan bukti
adanya gambaran polikistik ovarium dalam pemeriksaan sonografi. Mayoritas wanita dengan
sindrom ovarium polikistik memiliki masalah kegemukan/ obesitas dan mengalami resistensi
insulin yang menyebabkan keadaan hiperandrogen pada ovarium dengan akibat akan
menghambat perkembangan folikel dan memicu terjadinya siklus anovulatorik.2
Identifikasi Istilah

Sindrom ovarian polikistik adalah suatu kelainan pada wanita yang ditandai dengan adanya
hiperandrogenisme dengan anovulasi kronik yang saling berhubungan dan tidak disertai
dengan kelainan pada kelenjar adrenal maupun kelenjar hipofisis.

Rumusan Masalah

Perempuan 33 tahun dirujuk oleh spesialis kebidanan dan kandungan ke poliklinik gizi RS
FMC dengan keluhan sudah menikah 5 tahun, tetapi belum mempunyai anak dan didiagnosis
sebagai Sindroma Ovarium Polikistik ( SOPK ).

Analisis Masalah

1. Apakah yang disebut dengan infertilitas?


2. Apakah faktor-faktor terjadinya infertilitas primer?
3. Apa yang disebut dengan SOPK?
4. Apakah gejala-gejala SOPK?
5. Apakah faktor risiko terjadi SOPK?
6. Bagaimanakah terjadi SOPK?
7. Apakah ada hubungan obesitas dengan SOPK?
8. Bagaimanakah obesitas menyebabkan SOPK?
9. Apakah faktor lain menyebab SOPK?
10. Bagaimanakah mendeteksi pasien menderita obesitas?

Perbahasan

1. Definisi infertilitas
 Infertilitas merupakan keadaan dimana wanita dari suatu pasangan tidak kunjung
hamil atau memiliki anak dalam jangka waktu 1 tahun telah berhubungan seksual
yang regular tanpa menggunakan kontrasepsi apapun. 3

2. Faktor terjadi infertilitas


 Faktor resiko terjadinya infertilitas diantaranya adalah kelainan pada tuba, kelainan
pada uterus ataupun kelainan pada kadar hormone yang dapat juga dapat
menyebabkan gangguan ovulasi. 3
 Antara gangguan ovulasi adalah Sindrom ovarium polikistik (PCOS). PCOS
menyebabkan ketidakseimbangan hormon, yang mempengaruhi ovulasi. PCOS
dikaitkan dengan resistensi insulin dan obesitas, pertumbuhan rambut abnormal pada
wajah atau tubuh, dan jerawat. Ini adalah penyebab paling umum dari infertilitas
wanita.
 Seterusnya, terjadi disfungsi hipotalamus. Dua hormon yang diproduksi oleh kelenjar
hipofisis bertanggung jawab untuk merangsang ovulasi setiap bulan yaitu hormon
perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH). Stres fisik atau emosional
yang berlebihan, berat badan yang sangat tinggi atau sangat rendah, atau kenaikan
atau penurunan berat badan yang besar baru-baru ini dapat mengganggu produksi
hormon-hormon ini dan memengaruhi ovulasi. Menstruasi yang tidak teratur atau
tidak ada adalah tanda yang paling umum. Kegagalan ovarium prematur. Juga disebut
insufisiensi ovarium primer, kelainan ini biasanya disebabkan oleh respons autoimun
atau kehilangan telur prematur dari ovarium. Ovarium tidak lagi menghasilkan telur,
dan menurunkan produksi estrogen pada wanita di bawah usia 40 tahun.4

3. Definisi SOPK
Sindrom ovarium polikistik adalah suatu anovulasi kronik yang menyebabkan
infertilitas dan bersifat hiperandrogenik, di mana terjadi gangguan hubungan umpan
balik antara pusat (hipotalamus hipofisis) dan ovarium sehingga kadar estrogen selalu
tinggi yang mengakibatkan tidak pernah terjadi kenaikan kadar FSH yang cukup
adekuat.5

4. Gejala-gejala SOPK.
Tanda dan gejala PCOS biasanya dimulai pada masa pubertas, meskipun beberapa
wanita timbul gejala saat usia remaja akhir karena perubahan hormon. Tanda-tanda
klinis umum PCOS meliputi:6
 Rambut tubuh berpigmen tebal dalam distribusi pola pria dan umumnya ditemukan
di bibir atas,perut bagian bawah, dan sekitar puting susu.
 Hirsutisme
 Jerawat
 Alopecia
 Ketidakteraturan menstruasi
 Penambahan berat badan dan obesitas
 Kelainan insulin seperti resistensi insulin dan hiperinsulinemia
 Infertilitas
 Sleep apnea
 Penyakit jantung
 Hirsutisme adalah fitur yang paling umum terjadi pada 60% hingga 75% wanita
dengan PCOS.

5. Penyebab sindrom polikistik ovarium


Belum diketahui, namun diduga terkait dengan proses pengaturan ovulasi dan
ketidakmampuan enzim yang berperan dalam sintesis estrogen di ovarium.
 .Peningkatan faktor pertumbuhan menyebabkan peningkatan respon ovarium terhadap
Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH), sehingga
perkembangan folikel ovarium bertambah dan produksi androgen akan meningkat.
Perkembangan folikel yang berlebihan ini akan menyebabkan banyaknya folikel yang
bersifat kistik.
 Adanya hubungan antara obesitas dan peningkatan resiko polikistik ovarium melalui
peningkatan resistensi insulin yang menyebabkan sel teka memproduksi androgen dan
menghambat Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) sehingga androgen bebas
meningkat. Keadaan ini menyebabkan androgen banyak di aromatisasi menjadi
estrogen yang akan menghasilkan LH dan memicu pematangan folikel.
 Hiperandrogen , anovulasi dan polikistik ovarium disebabkan oleh factor genetic
terkait kromosom X. 3

6. Patofisiologi terjadi sindroma polikistik ovari (PCOS)7


Kelainan endokrinologi PCOS dimulai segera setelah menarke. Luteinizing hormone
(LH) dan resistensi insulin adalah 2 dari kelainan endokrin yang paling umum terlihat
pada PCOS. Penyebab genetik LH tinggi tidak diketahui. Baik peningkatan LH
maupun resistensi insulin saja tidak cukup untuk menjelaskan patogenesis PCOS.
Bukti in vitro dan in vivo memberikan dukungan bahwa LH tinggi dan
hiperinsulinemia bekerja secara sinergis, menyebabkan pertumbuhan ovarium,
produksi androgen, dan pembentukan kista ovarium.

7. Hubungan obesitas dengan SOPK


PCOS sangat terkait dengan obesitas, dan tingkat komorbiditas obesitas adalah 32%
menurut sebuah studi populasi terhadap 400 subjek dari Amerika Serikat, 223 di
antaranya berkulit hitam, 166 putih, 11 dari ras lain4. Pasien dengan PCOS juga
memiliki risiko yang signifikan untuk sindrom metabolik dan komplikasi
kardiovaskular, termasuk diabetes tipe 2 dan dislipidemia yang terkait dengan
resistensi insulin. Wanita PCOS yang obesitas cenderung memiliki kemungkinan
lebih tinggi mengalami gangguan metabolisme, dimanifestasikan dengan peningkatan
kadar glukosa puasa, profil lipid dan resistensi insulin.8

8. Bagaimana obesitas menyebabkan SOPK


Obesitas, yang terlihat pada 50% sampai 65% pasien PCOS, dapat
meningkatkan resistensi insulin dan hiperinsulinemia. Korelasi antara
hiperandrogenisme dan resistensi insulin telah diakui pada wanita anovulasi wanita
obesitas dan nonobetis. Pasien nonobese mungkin juga memiliki resistensi insulin.
Namun, kadar insulin pada wanita gemuk lebih tinggi daripada rekan nonobes
mereka. Secara klinis, kedua kelompok tersebut akan memiliki bukti
hiperandrogenisme dan oligo-ovulasi atau anovulasi.
Resistensi insulin dapat ditandai sebagai gangguan kerja insulin dalam
pengambilan dan metabolisme glukosa. Gangguan kerja insulin menyebabkan
peningkatan kadar insulin, yang menyebabkan penurunan sintesis 2 protein pengikat
penting yaitu protein penguat faktor pertumbuhan mirip insulin (IGFBP-I) dan
hormon pengikat hormon seks globulin (SHBG). IGFBP-I mengikat IGFBP-II dan
SHBG mengikat steroid seks, terutama androgen. Tiga serangkai hiperandrogenisme,
resistensi insulin, dan sindrom acanthosis nigricans muncul di subkelompok pasien
dengan PCOS. Acanthosis nigricans, hyperplasia kulit yang gelap dan hiperpigmentasi
pada kulit yang biasanya ditemukan di tengkuk leher dan aksila, merupakan penanda
resistensi insulin. Acanthosis nigricans biasanya ditemukan pada sekitar 30% wanita
hiperandrogenik.9

9. Faktor lain penyebab SOPK.

 Kelebihan insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi di pankreas yang


memungkinkan sel untuk menggunakan gula, energi utama tubuh. Jika sel-sel
menjadi resisten terhadap aksi insulin, maka kadar gula darah dapat naik dan
tubuh mungkin menghasilkan lebih banyak insulin. Kelebihan insulin dapat
meningkatkan produksi androgen, menyebabkan kesulitan dengan ovulasi.
 Tingkat peradangan rendah. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan
produksi zat sel darah putih untuk melawan infeksi. Penelitian telah
menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS memiliki jenis peradangan tingkat
rendah yang merangsang ovarium polikistik untuk menghasilkan androgen,
yang dapat menyebabkan masalah jantung dan pembuluh darah.
 Keturunan. Penelitian menunjukkan bahwa gen tertentu mungkin terkait
dengan PCOS.
 Kelebihan androgen. Ovarium menghasilkan androgen tingkat tinggi yang
abnormal, menghasilkan hirsutisme dan jerawat.4
10. Hitung IMT
IMT pasien dapat dihitung : (BB/ TB 2)= 90 kg/1.55 m2 = 37.5

Tabel 1: IMT menurut asia pasifik.5

Berdasarkan tabel klasifikasi kegemukan (Asia pasifik) diatas diketahui status gizi pasien:
Obesitas II.
Daftar pustaka

1. Saftarina F. Putri I N W. Pengaruh sindrom ovarium polikistik terhadap peningkatan


faktor risiko infertilitas. Majority. 2016:5(2):43-7.
2. Baziad A. Sindroma ovarium polikistik dan penggunaan GnRH. CDK-
196.2012:39(8).273-5.
3. Ika I, Uki R, Yulia L. Journal of Maternal and Child Health. Analysis of Factors
Influencing Female Infertility. 2017. 2(2): 150-161
4. Female infertility. Diunduh dari https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/female-infertility/symptoms-causes/syc-20354308. 23 September 2019.
5. Laksmi M, Raditya W. Sindrom ovarium polikistik: permasalahan dan
penatalaksanaannya. 2002, Vol.21 No.3
6. Maramatha.M. Journal Relationship between obesity and polycystic ovarian
syndrome (PCOS) in today’s life.
7. Rostein A. Polycystic ovarian syndrome (pcos). Diunduh dari
http://www.pathophys.org/pcos/, 25 September 2019.
8. Di-Fei L, Xiao-Hui G. Journal of Rare Disease Research and Treatment. Parameters
of obesity in polycystic ovary syndrome. 2016.
9. Pannill M. Polycystic ovary syndrome. Diunduh dari
http://www.medscape.com/viewarticle/ 438597_2, 24 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai