Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udara merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan
hidup semua mahluk hidup terutama manusia. Seiring dengan meningkatnya
pembangunan infrastruktur mulai dari sektor industri dan sektor transportasi yang
terus meningkat menyebabkan kualitas udara menurun atau mengalami perubahan.
Perubahan penurunan kualitas udara ambien terjadi akibat masuknya zat pencemar
ke dalam udara. Zat pencemar tersebut dapat berupa gas maupun partikulat.

Udara juga merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar


manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan
Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran
udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan. Pencemaran oleh sulfur
oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak
berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya
disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam
dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen
yang tidak reaktif.

Sulfur dioksida (SO2) merupakan zat pencemar berupa gas.


Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Istirokhatun dan Agustini
(2011), jumlah kendaraan sangat mempengaruhi konsentrasi SO2 dimana semakin
banyak jumlah kendaraan yang melintas maka konsentrasi SO2 di udara ambien
semakin tinggi. Faktor meteorologi juga sangat berpengaruh pada tingginya
konsentrasi SO2, dimana semakin tingginya kecepatan angin maka konsentrasi SO2
semakin rendah. Gas SO2 dikenal sebagai gas yang dapat menyebabkan iritasi
pada sistem pernapasan seperti pada selaput lendir hidung, tenggorokan dan
saluran udara di paru-paru

Bahan pencemar udara yang dapat dikeluarkan oleh industri maupun


pembangkit listrik antara lain adalah partikel debu, gas SO2 (sulfur diaoksida), gas
NO2 (nitrogen dioksida), gas CO (karbon monoksida), gas NH3 (amoniak), dan gas
HC (hodro karbon).

1
Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter-parameter
seperti gas SO2, NO2, CO, NH3, O3, H2S, HC, dan partikel debu. Apabila terjadi
peningkatan kadar bahan-bahan tersebut diudara ambien yang melebihi nilai baku
mutu udara ambien yang telah ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya gangguan
disajikan dalam laporan ini

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum uji kualitas udara adalah:
1. Bagaimana mengetahui tata cara analisis tingkat pencemaran udara dengan
metode malkamah?
2. Bagimana mengetahui gas O2, CO, NO, dan NO2, atau O3, CO, NO, dan SO2
di udara ambien?
3. Bagaimana cara mengetahui tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter
yang dianalisis dan dapat memberikan solusi?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum uji kualitas udara adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tata cara analisis tingkat pencemaran udara dengan metode
malkamah.
2. Untuk mengetahui gas O2, CO, NO, dan NO2, atau O3, CO, NO, dan SO2 di
udara ambien.
3. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang
dianalisis dan dapat memberikan solusi
1.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum uji kualitas udara adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui tata cara analisis tingkat pencemaran udara dengan
metode malkamah.
2. Dapat mengetahui gas O2, CO, NO, dan NO2, atau O3, CO, NO, dan SO2
di udara ambien.
3. Dapat mengetahui tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang
dianalisis dan dapat memberikan solusi.

2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


2.1.1 Respon Adaptasi Molekuler Imunitas Tubuh Penduduk Yang Berada di
Lingkungan Terpapar Polusi Udara ( 2018 )
Pada penelitian yang berjudul Respon Adaptasi Molekuler Imunitas Tubuh
penduduk yang berada di Lingkungan Terpapar Polusi Udara yang dilakukan oleh
M.Zulkarnain dan Rastika Flora menjelaskan bahwa pencemaran udara terjad jika
molekul-molekul gas kimia berupa ( NH3 ) dan gas hidrogen Sulfida ( Hs ), yang
akan mengakibatkan timbulnya respon adaptasi molekuler tubuh seperti penurunan
sistem immune. Untuk itu di sarankan agar selalu menyiapkan alat pelindung diri
seperti masker saat berada di luar rumah dan menjaga asupan nutrisi dengan baik agar
kekebalan tubuh terjaga.

2.1.2 Perancangan Prototipe Helm Pengukur Kualitas Udara ( 2017 )


Pada penelitian yang dilakukan oleh Eko Hariyanto, menerangkan bahwa di
akibatkannya ketidaktahuan akan udara yang terkena polusi akan senyawa karbon
olehnya itu untuk mencapai keoptimalan dalam berkendara dan membantu
pengendara sepeda motor untuk mendapatkan informasi kualitas udara, tim peneliti
merancang alat ukur kualitas udara ( output ) yang dilengkapi dengan suara sehingga
pengguna lebih mudah menerima informasi kualitas udara yang terdeteksi
disekitarnya secara realtime dan akurat

2.1.3 Hubungan Konsentrasi NO2 Udara Ambien Terhadap Konsentrasi NO2 Udara
Dalam Ruang di Lampu Merah Simpang Jelutung Kota Jambi ( 2018 )
Pada penelitian yang dilakukan oleh Peppy Herawati dan kawan-kawan
menjelaskan pencemaran udara tidak hanya terjadi diluar ruangan akibat kendaraan
bermotor, namun juga dapat mempengaruhi kualitas udara dalam ruang. Salah satu
gas pencemar hasil pembakaran kendaraan bermotor adalah Nitrogen Dioksida (NO2)

2.1.4 Pengaruh Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar Bensin Terhadap Konsentrasi


Timbal ( Pb ) di Udara Ambien Jalan Raya Kota Padang ( 2016 )
Pada penelitian ini dilakukan analisis pengaruh padatan jumlah kendaraan
berbahan bakar bensin terhadap konsentrasi Pb di udara ambien jalan raya Kota
Padang, penelitian ini dilakukan oleh Yenni Ruslinda dan kawan-kawan.
Pengambilan sampel Pb dalam pipa di udara ambien mengggunakan alat Low Volume

3
Sampler dan analisisnya dengan alat Spektrofometri sarapan atom, sedangkan
pengukuran jumlah berbahan bakar bensin yang secara manual langsung di lapangan.
Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan jumlah kendaraan berbahan
bakar bensin memberikan pengaruuh sebesar 79,97 % terhadap keberadaan Pb di
udara ambien, dengan korelasi sangat kuat. Uji validasi terhadap persamaan yang
dihasilkan memberikan nilai peserta eror ( E ) kecil dari 5 %.

2.1.5 Pengaruh Ejektor Hasil Rancang Bangun Terhadap Pengurangan Gas Karbon
Monoksida dan Debu Total di dalam Ruangan Pengelasan ( 2018 )
Pada penelitain yang dilakukan oleh Saltar Yunus dan kawan-kawann yaitu
menyelidiki apakah ada pengurangan konsentrasi gas-gas dan partikel di udara yang
timbul khususnya karbin monoksida ( CO ) dan debu total ( TSP ) denga metode
ejektor.
Pengurangan dan pemulihan gas pencemar serta debu total adalah diisap dari
udara dengan kondisi kevakuman ke dalam tabung dan selanjutnya gas pencemar dan
partikel tersebut akan dikirim ke dalam fluida air yang terus-menerus bersirkulasi,
semakin besar nilai vakum maka akan semakin tinggi kemampuan pengurangan
konsentrasi gas karbon monoksida dan Total Suspended Partikel.

4
2.2 Udara.

Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandinganya tidak tetap


tergantung pada keadaan suhu, udara, tekanan udara dan lingkungannya.Udara atau
atmosfer merupakan selimut tebal gas yang menutupi seluruh bumi dan berfungsi
untuk melindungi bumi dari pemanasan dan pendinginan yang berlebihan tanpa
adanya atmosfer.

Suhu bumi pada siang hari lebih dari 95 oC dan malam hari akan turun
sampai 134 oC. Massa udara di atmosfer terdiri dari macam – macam gas, yaitu
Nitrogen (N2) sebesar 70,8 % (volume udara kering), oksigen (O2) sebesar 20,94 %,
Argon(Ar) sebesar 0,93 %, karbon dioksida (CO2) sebesar 0,03 %, serta Neon (Ne)
dan uap air (H2O) sebesar 0,02 %. Gas – gas ini dapat bergerak dengan bebas dan
menopang kehidupan di permukaan bumi. Apabila suatu bahan pencemar masuk ke
udara dan mempengaruhi konsentrasi gas – gas tersebut maka udara disebut tercemar.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran udara, pencemaran udara didedifisikan sebagai masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan trofosfir
yang berada di dalam wilayah Yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia dan juga makhluk hidup dan unsur lingkungan
hidup.

Berdasarkan asal dan kelanjutan perkembangan di udara, udara dibedakan


menjadi 2, yaitu :

a. Pencemaran Udara Primer, yaitu semua pencemar di udara yang hamper tidak
berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari suatu
proses tertentu. Pencemar udara primer dapat digolongkan menjadi 5 kelompok
berikut :
1. Karbon Monoksida (CO)
2. Nitrogen Oksida (NOx)
3. Hidrokarbon (Hc)
4. Sulfur Oksida (Sox)
5. Partikel

5
b. Pencemaran udara sekunder, yaitu semua pencemar di udara yang sudah
berubah karena reaksi tertentu antara dua atau lebih kontaminan/ polutan. Umumnya
polutan primer sekunder merupakan hasil antara polutan izin yang berada di udara,
misalnya pembentukan ozon yang terjadi antara molekul Hidrokarbon yang ada di
udara dengan NOx.

2.3 Parameter Pencemar Udara.

Beberapa parameter pencemaran udara setara antara lain sebagai berikut :

1. Oksida Nitrogen (NOx)

Nitrogen Dioksida (NOx) adalah salah satu pencemar yang ditentukan akibat
proses pembakaran. Kapanpun NO muncul, NOx juga selalu ditemukan karena NO
diemisikan pada proses pembakaran, akan segera bereaksi dengan oksigen di udara
membentuk NOx sebagai senyawa oksida nitrogen yang lebih kecil. Terelepas dari
perbedaan fisik dan kimia, dan pada dampak lingkungan, kedua senyawa ini sering
disatukan menjadi NOx. Kebanyakan jenis dari NOx merupakan gas yang tidak
berwarna dan berbau. Tetapi NOx menjadi pengecualian dimana kebebasan di daerah
perkotaan dapat dilihat sebagai lapisan kabut kecoklatan di langit. Sumber NOx
dikategorikan kedalam 2 kelompok, yaitu :

a. Thermal NO

Thermal NO adalah zat yang berbentuk melalui reaksi antara Nitrogen dan
Oksigen di udara suhu yang tinggi.Pada suhu yang tinggi molekul nitrogen dan
oksigen berubah menjadi spigle atom dan kemudian terlipat ke dalam beberapa
reaksi. Jenis NO ini biasanya muncul melalui proses industri yang menggunakan
pembatasan pada suhu yang sangat tinggi.

b. Fuel NO

Fuel NO adalah NO yang terbentuk akibat kebakaran bahan bakar yang


mengandung nitrogen. Selama proses pembakaran, ikatan nitrogen yang terdapat
dalam bahan bakar terlepas sebagai radikal bebas dan kemudian membentuk NO
bebas. NO yang berasal dari bahan bakar ini menjadi penyumbang terbesar emisi
NOx di udara. Fuel NO ini biasa muncul akibat proses pembakaran bahan bakar pada
kendaraan bermotor.

6
2. Karbon Monoksida (CO)

Karbon Monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, berbau maupun
yang berasa akibat pembakaran yang tidak sempurna. Bahan bakar yang mengandung
karbon gas ini juga tergolong kategori terbakar serta beracun. Sumber CO juga
terbagi dua, yaitu sumber alami dan sumber antropagenik. Secara alami CO
dihasilkan melalui aktivitas gunung merapidan juga kebakaran hutan. Sementara CO
juga dihasilkan sebagai produk sampingan akibat aktivitas manusia. Karbon
Monoksida dihasilkan oleh proses pembakaran / oksidasi yang tidak sempurna akibat
pengurangan oksigen yang berkaitan dengan karbon. Pemasok terbesar gas CO adalah
aktivitas kendaraan bermotor.

3. Karbon Dioksida (CO2)

Karbon Dioksida (CO2) merupakan senyawa yang dihasilkan dari


pembakaran sampah sempurna yang tidak beracun. CO2 merupakan komponen yang
secara alamiah banyak terdapat di udara. Pengaruh CO2 adalah efek rumah kaca.

4. Sulfur Oksida (SOx)

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx, terdiri dari gas SO2 dan
gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau sangat tajam dan
tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Konsentrasi gas
SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala
konsentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm. Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang
terdapat di atmosfer merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam
bentuk SO2 . Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di atmosfer berasal dari
sumber-sumber alam seperti volcano, dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida.

Penyebaran polutan udara dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :

1. Suhu Udara

Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga


konsentrasi pencemar semakin rendah, sebaliknya pada suhu rendah keadaan udara
makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara bertambah tinggi

7
2. Tekanan Udara

Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya


suatu reaksi kimia antara pencemar di udara atau zat – zat yang ada di udara,
sehingga pencemar udara dapat bertambah maupun berkurang.

3. Kelembaban

Pada kondisi kelembaban yang tingi kadar uap air di udara dapat bereaksi
dengan pencemar udara, atau menjadi pencemar sekunder.

4. Angin

Angin adalah udara yang bergerak akibat pergerakan udara maka akan terjadi
suatu proses penyebaran yang dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan
pencemar udara. Sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu dari sumbernya
akan mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga dengan arah dan kecepatan
aingin dapat mempengaruhi kadar pencemar setempat

2.4 Sumber-Sumber Pencemaran Udara.

Sumber – sumber pencemar udara dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Pencemaran primer

Pencemaran primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung


dari pencemaran udara primer, karena ia merupakan hasil dari pembakaran sampah.

2. Pencemaran sekunder

Pencemaran sekunder adalah sebuah system yang kompleks, dinamik, dan


rapuh. Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan efek dan emisi polusi udara dalam
kompleks global, perubahan iklim dan deplesi ozon distrahoper semakin meningkat.

Adapun sumber – sumber pencemaran udara adalah :

1. Kegiatan manusia
2. Transportasi
3. Industri
4. Pembangkit listrik
5. Pembakaran
6. Sumber alami

8
7. Gunung berapi
8. Rawa – rawa
9. Kebakaran hutan

2.5 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Standar – standar batas pencemaran udara secara kuantitatif diatur dalam


Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu Udara Emisi. Baku Mutu Udara Ambien
menunjukkan batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terjadi di
udara, tetapi tidak menimbulkan gangguan pada makhluk hidup. Sementara itu, Baku
Mutu Udara Emisi menunjukkan kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikeluarkan dari sumber-sumber pencemar udara ke udara sehingga
tidak mengakibatkan pencemaran yang melampaui batas Baku Mutu Udara Ambien.
Dengan ketentuan tersebut, perusahaan yang mengeluarkan emisi akan berusaha
untuk menjaga agar sesuai dengan ketentuan tersebut. Secara tidak langsung, hal ini
telah mengendalikan laju pencemaran udara. Pengendalian emisi dapat dilakukan
dengan berbagai alat. Pemilihannya dapat dilakukan dengan pertimbangan efisiensi,
sifat kimiawi pencemar, dan lainnya. Berikut ini adalah tabel baku mutu udara
ambient Nasional

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Waktu
No. Parameter Baku Mutu Metode Analisis Peralatan
Pengukuran

1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotomet


(Sulfur 24 Jam 365 ug/Nm3 er
Dioksida) 1 Thn 60 ug/Nm3
2 CO 1 Jam 30.000 NDIR NDIR
(Karbon 24 Jam ug/Nm3 Analyzer
Monoksida) 1 Thn 10.000
ug/Nm3
3 NO2(Nitrogen 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotomet
Dioksida) 24 Jam 150 ug/Nm3 er
1 Thn 100ug/Nm3
4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminesce Spektrofotomet
(Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3 nt er

9
Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
Waktu Metode
No. Parameter Baku Mutu Peralatan
Pengukuran Analisis
HC
Flame Gas
5 (Hidro 3 Jam 160 ug/Nm3
Ionization Chromatogarfi
Karbon)
PM10
6 (Partikel < 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
10 um)
24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
PM 2.5*
1 Jam 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
TSP 24 Jam 230 ug/Nm3
7 Gravimetric Hi – Vol
(Debu) 1 Jam 90 ug/Nm3
Gravimetric
Pb(Timah 24 Jam 2 ug/Nm3 Hi – Vol
8 Ekstraktif
Hitam) 1 Jam 1 ug/Nm3 AAS
Pengabuan
10
Ton/Km2/Bulan
Dustfall
(Pemukiman)
9 (Debu 30 Hari Gravinetric Cannister
20
Jatuh)
Ton/Km2/Bulan
(Industri)
Total Impinger atau
24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific ion
10 Fluorides Continous
90 Hari 0,5 ug/Nm3 Electrode
(as F) Analyzer
40 ug/100
Fluor Limed Filter
11 30 Hari cm2dari kertas Colourimetric
Indeks Paper
limed filter
Khlorine
Impinger atau
dan Spesific ion
12 24 Jam 150 ug/Nm3 Continous
Khlorine Electrode
Analyzer
Dioksida

Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999

10
2.6 Indeks Standar Pencemaran Udara.

Kualitas udara disampaikan ke masyarakat dalam bentuk Indeks Standar


Pencemaran Udara atau disingkat ISPU. ISPU adalah laporan kualitas udara kepada
masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara kita
dan sebagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara
tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan
tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan
nilai estetika.Berdasarkan keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) No.Kep.107 Tahun 1997. Penyampaian ISPU kepada masyarakat dapat
dilakukan melalui media massa dan elektronika serta papan peraga di tempat umum.
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemaran udara, yaitu : CO, SO3, NO2, ozon
(permukaan O3), dan partikel debu (PM10)

Tabel 2.2 Parameter Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Periode
Pengukuannya
PARAMETER WAKTU PENGUKURAN
1 Partikulat (PM10) 24 Jam (periode pengukuran rata-
. rata)
2 Sulfur Diokasida 24 Jam (periode pengukuran rata-
. (SO2) rata)
3 Carbon 8 Jam (periode pengukuran rata-
. Monoksida (CO) rata)
4 Ozon (O3) 1 Jam (periode pengukuran rata-
. rata)
5 Nitrogen Dioksida 1 Jam (periode pengukuran rata-
(NO2) rata)
Sumber : Kep – 107/Kabapedal/21/1997

Tabel 2.3 Angka dan Kategori ISPU


Indeks Kategori Dampak Kesehatan
0 – 50 Baik Tidak memberikan dampak bagi
kesehatan manusia atau hewan

11
51 – 100 Sedang tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia ataupun hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan yang
peka
101 – 199 Tidak Sehat bersifat merugikan pada manusia
ataupun kelompok hewan yang peka
atau dapat menimbulkan kerusakan
pada tumbuhan ataupun nilai estetika
200 – 299 Sangat tidak kualitas udara yang dapat merugikan
sehat kesehatan pada sejumlah segmen
populasi yang terpapar
300 - 500 Berbahaya kualitas udara berbahaya yang secara
umum dapat merugikan kesehatan
yang serius pada populasi (misalnya
iritasi mata, batuk, dahak dan sakit
tenggorokan)
Sumber : Kep – 107/Kabaprdal/21/1997

Dengan ketentuan tersebut, perusahaan yang mengeluarkan emisi akan


berusaha untuk menjaga agar sesuai dengan ketentuan tersebut. Secara tidak
langsung, hal tersebut telah dapat mengendalikan laju pencemaran udara.
Pengendalian emisi dapat dilakukan dengan berbagai alat. Pemilihannya dapat
dilakukan dengan pertimbangan efisiensi, sifat kimiawi pencemar, dan lainnya.
Beberapa alat pengendali emisi, antara lain, sebagai berikut:

1. Filter udara berguna untuk menyaring partikel yang ikut keluar dari cerobong
agar tidak ikut terlepas ke udara sehingga hanya udara yang bersih yang
keluar ke lingkungan.
2. Pengendap siklon, yaitu pengendap partikel yang ikut dalam emisi dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal dari partikel dengan cara partikel diembuskan
ke dinding tabung siklon sehingga partikel yang berat akan mengendap.
3. Pengendap sistem gravitasi, yaitu ruang panjang yang dilalui partikel sehingga
perlahan-lahan dimungkinkan terjadi pengendapan partikel ke bawah akibat
gaya gravitasi.

12
4. Pengendap elektrostatika, berguna untuk mengendapkan partikel di bawah
diameter 5 mikrometer dan paling efektif digunakan pengendap elektrostatik.
Dengan alat ini, volume udara yang dibersihkan dapat dalam jumlah yang
besar.
5. Pengendap elektrostatik Filter basah, scrubber, atau wet collectors, berguna
untuk kan udara bersih dari pencemar nonpartikel. Kerja alat ini adalah
dengan menggunakan larutan penyerap. Pencemar nonpartikel dilewatkan
dalam larutan penyerap sehingga larutan akan menyerap pencemar nonpartikel
tersebut.

Selain itu, ada beberapa pencemar yang dikelola secara khusus, misalnya,
sebagai berikut.

1. Pengendalian sulfur dioksida (SO2)

Pengendalian SO2 dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar


bersulfur tinggi, seperti batu bara dengan bahan bakar yang lebih bersih untuk
lingkungan.

2. Pengendalian oksida nitrogen (NO2)

Cara yang paling tepat untuk menghindari terjadinya pencemaran NO2 adalah
dengan menghindari penggunaan bahan bakar fosil.Secara garis besar, upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya pencemaran udara adalah:

a. mengurangi atau mengganti bahan bakar rumah tangga yang berasal dari fosil
dengan bahan bakar yang ramah lingkungan;
b. tidak menggunakan barang-barang rumah tangga yang mengandung CFC;
c. tidak merokok di dalam ruangan;
d. mencegah terjadinya kebakaran hutan, perusakan hutan, dan penggundulan
hutan;
e. menanam tumbuhan hijau di sekitar rumah dan berpartisipasi dalam
penghijauan dan reboisasi;

2.7 Komposisi Udara Bersih.

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu
berubah dari waktu ke waktu. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi
adalah air yang berupa uap air dan karbon dioksida. Giddings (1973) mengemukakan

13
bahwa atmosfir pada keadaan bersih dan kering akan didominasi oleh 4 gas penyusun
atmosfir, yaitu 78,09% N2; 20,95% O2; 0,93% Ar; dan 0,032% CO2; sedangkan gas-
gas lainnya sangat kecil konsentrasinya. Komposisi udara kering , yaitu semua uap air
telah dihilangkan dan relatif konstan. Komposisi udara bersih dapat dilihat pada tabel
dibawah ini

Tabel 2.4 Komposisi Udara Bersih

Sumber : Giddings, 1973

Sumber : Giddings, 1973

2.8 Efek Bahan Pencemaran Udara


Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan
kelainan pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu
atau masyarakat dapat berupa (Goldsmith & Friberg, 1991)
1. Sakit, baik yang akut maupun kronis
2. Penyakit yang tersembunyi yang dapat memperpendek umur, penghambat
pertumbuhan dan perkembangan
3. Mengganggu fungsi fisiologis dari:
a. Paru
b. Saraf
c. Transpor oksigen oleh hemoglobin
d. Kemampuan sensorik

14
4. Kemunduran penampilan, misalnya pada:
a. Aktivitas atlet
b. Aktivitas motorik
c. Aktivitas belajar
5. Iritasi sensorik
6. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh

2.9 Pemantauan Kualitas Udara Melalui Kinerja Lalu Lintas

Pemantauan kualitas udara melalui kinerja lalulintas diukur melalui kinerja


ruas dan simpang dihitung berdasarkan rumus yang diambil kapasitas jalan Indonesia.

a. Indikator Kinerja Lalu Lintas

Indikator kinerja laulintas yang dimaksud adalah perbandingan volume


berkapasitas (µ/c revio) kecepatan, kepadatan lalu lintas. Tiga karakteristik kemudian
digunakan untuk menjadi cara mencari tingkat pelayanan (Level of Survia),
pengambilan data volume berkapasitas, kecepatan, dan kepadatan diambil atau
dipadatkan dari kegiatan survey lalulintas.

b. Kapasitas Ruas Jalan

Kapasitas ruas jlan adalah maksimum volume yang dapat melewati suatu
potongan jalur jalan pada kondisi jalan dan lalu lintas keluar. Kondisi kleal ini terjadi
apabila:

1. Lahir jalur tidak kurang dari 3,5 m


2. Katahanan lateral tidak kurang dari 1,75 m
3. Standar geometrik baik
4. Hanya kendaraan ringan yang menggunakan jalan, tidak ada batas kecepatan.

Kapasitas merupakan dasar untuk perhitungan kemampuan ruas untuk dapat


menampung lalulintas yang melewatinya. Ini juga akan menjadi ukuran dasar

15
penawaran (supply slide). Kecepatan perjalanan (travel speed) mudah untuk diukur
dan dimengerti. Kecepatan perjalanan adalah kecepatan rata-rata kendaraan melewati
suatu ruas jalan.

𝐿
V= = 3600
𝑇𝑟

Keterangan :

V = kecepatan rata-rata

L = panjang ruas jalan (km)

𝑇𝑟 = waktu perjalanan rata-rata kendaraan melewati ruas (detik)

Sementara itu persamaan yang digunakan untuk menganalisa konsentrasi


polutan yaitu

𝑄 𝑘𝑒𝑛𝑑. 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
(( 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛)
1000
𝑄 𝑘𝑒𝑛𝑑. 𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
+ ( 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛))
1000

16
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu
Adapun waktu praktek pengambilan data pengujian kualitas udara ini adalah :

Hari,tanggal : Sabtu, 16 Maret 2019

Pukul : 05.00 – 01.00 WITA

3.1.2 Tempat
Lokasi praktek uji kualitas udara yaitu di Jalan Ahmad Yani tepatnya di
depan SMAN 4 KENDARI

Gambar : Lokasi pratikum uji kualitas udara.


Sumber : Google Eart 2019.

17
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat.
Adapun alat yang digunakan untuk pengambilan data uji kualitas udara adalah
sebagai berikut :

1. Blanko Survey dan Alat Tulis

Alat tulis berfungsi untuk mencatat data-data hasil pengamatan di lapangan.

Gambar 3.2 Alat Tulis


Sumber : kelompok 2 RPL, 2019

2. Stopwatch

Stopwatch, berfungsi untuk menghitung waktu selama praktikum berlangsung


sekaligus sebagai GPS.

Gambar 3.3 Stopwatch


Sumber : Kelompok 2 RPL,2019

18
3.2.2 Bahan

Adapaun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Motor

Gambar 3.4 Motor


Sumber : Kelompok 2 RPL, 2019

2. Kendaraan ringan

Gambar 3.5 Kendaraan Ringan


Sumber : Kelompok 2 RPL, 2019

19
3. Kendaraan berat

Gambar 3.6 Kendaraan Berat


Sumber : Kelompok 2 RPL , 2019

3.3 Prinsip Percobaan

3.3.1 Survey Volume Lalu Lintas

Pemantauan kinerja lalu lintas dilakukan dengan survey lalu lintas.Untuk


survey volume lalu lintas,surveyor berada disuatu pos pengamatan yang terletak
ditepi jalan dan mencatat setiap jenis kendaraan yang melewati pos pengamatan
(kendaraan ringan,berat dan roda dua).Pencatatan dilakukan sebanyak 7 kali
pengambilan.Dimana setiap kali pengambilan atau pencatatan sampel dilakukan
selama 1 jam.

3.3.2 Survey Kecepatan

Untuk survey kecepatan, surveyor menetapkan suatu jarak sepanjang 50 meter


pada ruas jalan yang terletak di depan pos pengamatan.Pada saat sampel kendaraan
melewati titik pertama,surveyor mulai menjalankan stopwatch kemudian setelah itu
kendaraan melewati titik kedua,surveyor mencatat waktu tempuhnya.

20
3.3.3 Analisa Data

Selanjutnya data – data yang diperoleh dari hasil survey dianalisis dengan
menggunakan metode Siti Malkamah,sehingga dari volume kendaraan yang didapat
dari survey lalu lintas didapat nilai dari parameter – parameter seperti
SO2,CO,NOx,dam NO sebagai nilai dari kadar Polutan

3.4 Prosedur Percobaan.

3.4.1 Survey Lalu Lintas

Adapun prosedur percobaan survey volume lalu lintas adalah sebagai berikut

1. Menentukan survey lokasi


2. Mencatat volume kendaraan yang melewati lokasi survey
(motor,kendaraan berat dan kendaraan ringan) dalam jangka waktu 1 jam (60
menit)
3. Prosedur diatas dilakukan berulang ulang selama selang waktu tertentu
dalam rentang penggukuran selam 10 kali

3.4.2 Survey Kecepatan

Adapun prosedur survey kecepatan adalah :

1. Menetapkan suatu jarak sepanjang 50 meter pada ruas jalan yang


terletak di depan pos pengamatan
2. Mencatat waktu tempuh kendaraan yang dijadikan sebagai contoh
dengan jarak yang sudah ditentukan
3. Prosedur di atas dilakukan berulang – ulang dalam rentang waktu 1
jam sebanyak 7 kali pengambilan

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan.


4.1.1 Survey Lalu Lintas
Adapun hasil pengamatan survey lalu lintas yaitu :

Table 4.1 Data hasil pengamatan jumlah kendaraan


Jumlah Kendaraan
Waktu
Motor Kend.Ringan Kend.Berat
05:00-06:00 132 126 4
06:00-07:00 589 637 0
07:00-08:00 913 933 5
08:00-09:00 1137 757 7
09:00-10:00 1191 903 10
10:00-11:00 1398 968 17
11:00-12:00 1564 1116 12
12:00-13:00 1259 1050 18
13:00-14:00 1173 1139 15
14:00-15:00 1207 1022 11
15:00-16:00 1227 867 10
16:00-17:00 1439 1027 18
17:00-18:00 1459 1024 6
18:00-19:00 1149 888 4
19:00-20:00 397 941 1
20:00-21:00 1010 1059 9
21:00-22:00 921 878 1
22:00-23:00 799 592 0
23:00-00:00 406 360 2
00:00-01:00 219 159 1
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 2, 2019

22
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Kecepatan Kendaraan
Waktu Kecepatan (km/jam)
Motor Kend.Ringan Kend. Berat
05:00-06:00 10,781 11,171 7,9175
06:00-07:00 11,077 10,668 0
07:00-08:00 7,881 9,853 9,21
08:00-09:00 11,786 12,331 9,149
09:00-10:00 12,792 9,628 10,645
10:00-11:00 11,713 10,472 9,776
11:00-12:00 6,343 6,552 6,287
12:00-13:00 10,916 8,696 7,07
13:00-14:00 12,264 9,355 8,256
14:00-15:00 12,283 10,891 7,21
15:00-16:00 11,298 8,693 8,393
16:00-17:00 9,84 8,44 8,95
17:00-18:00 11.38 9,71 9,40
18:00-19:00 10.64 10.87 11.16
19:00-20:00 10,20 9,84 0
20:00-21:00 10,62 10,12 10,10
21:00-22:00 10,42 11,05 8,19
22:00-23:00 10,52 10,32 0
23:00-00:00 12,20 11,20 8,69
00:00-01:00 10,52 9,83 8,96
Sumber : hasil pengamatan kelompok 2 RPL 2019

23
4.2 Analisa Perhitungan.

1. Untuk waktu 06.00-07.00 WITA

a. Perhitungan Volume Lalu Lintas

Diketahui :

Jumlah motor = 589 kend/jam

Jumlah Kendaraan Ringan = 637 kend/jam

Jumlah Kendaraan Berat = 0 kend/jam

Maka

LV = Jumlah motor + Jumlah Kendaraan Ringan

= 589 + 632

= 1,226 kend/jam

HV = 0 kend/jam

b. Perhitungan Kecepatan Kendaraan

1) Untuk motor

Diketahui :

t1 = 6,19 s

t2 = 7,34 s

t3 = 12,13 s

t4 = 8,84 s

t5 = 6,88 s

t6 = 16,5 s

t7 = 12,47 s

t8 = 8,85 s

24
t9 = 6,69 s

t10 = 11,76 s

maka

ṫ = t1 + t2 + t3 + t4 + t5 + t6 + t7 + t8 + t9 + t10

10

= 6,19+7,34+12,13+8,84+6,88+16,5+12,47+8,85+6,69+11,76

10

= 9,365 s

2) Untuk Kendaraan Ringan

Diketahui :

t1 = 8,61 s

t2 = 10,78 s

t3 = 9,5 s

t4 = 9,67 s

t5 = 12,16 s

t6 = 10,2 s

t7 = 11,11 s

t8 = 10,08 s

t9 = 10,81 s

t10 = 7,56 s

maka

ṫ = t1 + t2 + t3 + t4 + t5 + t6 + t7 + t8 + t9 + t10

25
10

= 8,61+10,78+9,5+9,67+12,16+10,2+11,11+10,08+10,08+10,81+7,56

10

= 10,057 s

3) Untuk Kendaraan Berat

Diketahui :

t1- t10 = 0

Ditanyakan :

ṫ = …. ?

Penyelesain :

ṫ= 0

sehingga diperoleh :

ṫ LV = ṫ motor + ṫ kend. Ringan

= 9,365 + 10,057

= 9,711 s

26
ṫ HV = 0

c. Perhitungan faktor koreksi emisi terhadap jarak 50 m

Dari tabel faktor koreksi emisi oleh jarak metode Malkamah diperoleh
nilai untuk

Kendaraan Ringan (LV) :

Co = 3,63 PPm

Hc = 3,069 PPb

Nox = 0,782 PPb

PM = 1,052 g/m3

Kendaraan Berat (HV) :

Co = 1,47 PPm

Hc = 2,004 PPb

Nox = 1,004 PPb

PM = 0,966 g/m3

d. Faktor Koreksi Kadar Polutan oleh Kecepatan

Dari tabel faktor koreksi emisi oleh jarak metode Malkamah diperoleh
nilai untuk

Kendaraan Ringan (LV) :

Co = 0,206 PPm

Hc = 39,54 PPb

Nox = 80,7 PPb

PM = 2,708 g/m3

Kendaraan Berat (HV) :

27
Co = 0,15 PPm

Hc = 18,62 PPb

Nox = 366,26 PPb

PM = 73,36 g/m3

e. Kadar Polutan
𝑄𝐻𝑉 𝑄𝐿𝑉
Untuk CO = (1000 𝑋 𝑓 𝑒 𝑗 𝑥 𝑓 𝑒 𝑘)+(1000 𝑋 𝑓 𝑒 𝑗 𝑥 𝑓 𝑒 𝑘)

0 637
= (1000 𝑋 2,43 𝑥 0,25)+(1000 𝑋 5,95 𝑥 0,35)

= 1,326 ppm ~ 326,552 mg/Nm2

𝑄𝐻𝑉 𝑄𝐿𝑉
Untuk HC = (1000 𝑋 𝑓 𝑒 𝑗 𝑥 𝑓 𝑒 𝑘)+(1000 𝑋 𝑓 𝑒 𝑗 𝑥 𝑓 𝑒 𝑘)

0 637
= ( 𝑋 3,58 𝑥 3,49)+( 𝑋 5,4 𝑥 66,9)
1000 1000

= 230 ppb ~ 230,122 mg/Nm2


𝑄𝐻𝑉 𝑄𝐿𝑉
Untuk NOX = (1000 𝑋 𝑓 𝑒 𝑗 𝑥 𝑓 𝑒 𝑘)+(1000 𝑋 𝑓 𝑒 𝑗 𝑥 𝑓 𝑒 𝑘)

0 637
= (1000 𝑋 266 𝑥 6,49)+(1000 𝑋 1,07 𝑥 35,9)

= 0,244 ppb ~ 244,690 mg/Nm2


𝑄𝐻𝑉 𝑄𝐿𝑉
Untuk PM = (1000 𝑋 𝑓 𝑒 𝑗 𝑥 𝑓 𝑒 𝑘)+(1000 𝑋 𝑓 𝑒 𝑗 𝑥 𝑓 𝑒 𝑘)

0 637
= (1000 𝑋 1,35 𝑥 1,18)+(1000 𝑋 1,34 𝑥 4,34)

= 0,370 ppm ~ 370,453 mg/Nm2

28
4.3 Pembahasan.

Pembahasan dari praktikum ini yaitu melalui survey lalu lintas yang
dilakukan melalui pengukuran jumlah jarak kendaraan yang melewati titik kendaraan
pengukuran yaitu berada di jalan Ahmad Yani didepan SMAN 4 KENDARI dengan
mengambil sampel kendaraan ringan dan kendaraan berat. Untuk kecepatan
kendaraan diambil 10 sampel kendaraan ringan dan 10 sampel kendaraan berat.

Hasil yang diperoleh dari pemantauan analisis untuk mencari konsentrasi


kadar polutan dalam satuan mg/Nm3 dengan menggunakan rumus dari metode
malkamah. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa tinggi parameter-parameter yang
diamati terjadi pada puncak kegiatan manusia.

CO

Dari hasil pengamatan pada pukul 06.00-07.00 WITA yang kami lakukan
diperoleh kadar polutan CO sebesar 326,522 mg/Nm3 dibandingkan dengan baku
mutu udara ambien nasional nilai parameter atau kandungan CO < 30.000 mg/Nm3
menurut PP.RI No.41 Tahun 1999. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan CO di
wilayah mall rabam Kendari masih dalam keadaan sehat

HC

Berdasarkan pemantauan yang kami lakukan pada pukul 06.00-07.00 WITA


diperoleh nilai kadar polutan HC sebesar 230,122 mg/Nm3 sedangkan jika
dibandingkan dengan baku mutu udara ambien nasional yaitu 160 mg/Nm3 sehingga
kandungan HcC pada wilayah yang di ajangkau dalam keadaan buruk.

Nox

Berdasarkan pemantauan yang kami lakukan pada pukul 06.00-07.00 WITA


diperoleh nilai kadar polutan Nox sebesar 244,690 mg/Nm3 dibandingkan dengan
baku mutu udara ambien nasional yaitu 400 mg/Nm3, sehingga kandungan Nox pada
wilayah yang ditinjau berada dalam keadaan baik.

PM

Berdasarkan pemantauan yang kami lakukan pada pukul 06.00-07.00 WITA


diperoleh nilai kadar polutan PM 370,453 mg/Nm3 dibandingkan dengan baku mutu
udara ambien nasional yaitu 150 mg/Nm3, sehingga kandungan PM pada wilayah
yang di tinjau berada dalam keadaan buruk.

29
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum uji kualitas udara yaitu :

Tata cara analisa tingkat pencemaran udara yaitu pengumpulan data volume
lalu lintas yang pada tahap ini dialkukan pada hari sabtu saat pagi, siang, sore serta
malam. Data lau lintas dilakukan dengan cara manual oleh pengamat pada titik yang
ditetapkan. Dilanjutkan dengan pengambilan data kecepatan rata-rata setiap jenis
kendaraan setiap jam diambil 10 sampel dengan jarak 50 meter selanjutkan
menghitung konsentrasi kadar polutan dengan model matematis malkamah untuk
tiap-tiap polutan CO, HC, NOx, dan PM. Lalu lintas polutan yang diperoleh
dibandingkan dengan baku mutu udara ambien nasional

Tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter yang dianalisa dari jam


05.00-01.00 WITA memiliki tingkat pencemaran tertinggi pada pukul 16.00-17.00
WITA

Berdasarkan perhitungan matematis malkamah selama pengamatan dari


pukul 05.00-01.00 WITA kandungan CO rata-rata sesuai baku mutu udara ambien
nasional mulai CO harus < 30.000 sehingga kandungan CO dalam ambang batas
normal untuk HC rata-rata sesaui baku mutu udara ambien nasional nilai HC < 1600
mg/Nm3 sehingga kandungan konsentrasi kadar polutan HC dalam ambang batas
tidak normal, untuk Nox rata-rata sesuai dengan baku mutu udara ambien nasional
harus < 9000 sehingga kandungan NOx dalam ambang batas tidak normal. Untuk PM
sesuai dengan baku mutu udara ambien nasional harus < 1500 sehingga kandungan
PM dalam ambang batas tidak normal.

31
5.2 Saran

Adapun saran saya dari praktikum ini yaitu sebaiknya pada saat praktikum
menggunakan alat bantu hitung pada pengambilan data lapangan misalnya aplikasi
multi counter serta dilakukan pengawasan langsung pada saat praktikum oleh asisten
agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan efektif

32

Anda mungkin juga menyukai