Aszharil Ramadhan
Aszharil Ramadhan
09700357
Batu kandung empedu dapat berpindah ke dalam duktus koledokus melalui duktus sistikus.
Di dalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan
aliran empedu secara parsial ataupun komplit sehingga menimbulkan gejala kolik bilier.
Pasase berulang batu empedu melalui duktus sistikus yang sempit dapat menimbulkan iritasi
dan perlukaan sehingga dapat menimbulkan peradangan dinding duktus dan striktur. Apabila
batu berhenti di dalam duktus sistikus dikarenakan diameter batu yang terlalu besar atau pun
karena adanya striktur, batu akan tetap berada di sana sebagai batu duktus sistikus (3,13).
Kolelitiasis asimtomatis biasanya diketahui secara kebetulan, sewaktu pemeriksaan
ultrasonografi, foto polos abdomen, atau perabaan saat operasi. Pada pemeriksaan fisik atau
laboratorium biasanya tidak ditemukan kelainan (2,3).
— Pembentukan batu empedu dapat dibagi menjadi empat tahap: (1) pembentukan empedu
yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, (3) Klistalisasi / presipitasi dan
(4) berkembang karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah
yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu
dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin)
dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam
media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan
koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari
garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu
rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.(3,12)
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan kolesterol.
Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu
nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin
bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk
dipakai sebagai benih pengkristalan. (3,14)
Admirall & Sand mengemukakan konsep bahwa jika kadar kolesterol relative dalam cairan
empedu melebihi konstanta kelarutannya, maka lemak yang berlebihan itu akan memadat dan
memulai terjadinya pembentukan batu. Pembentukan cairan empedu yang kaya akan
kolesterol secara teoritis dapat berasal dari peningkatan kolesterol ataupun penurunan sekresi
fosfolipid atau garam empedu oleh hepar. Hubungan segitiga antara kadar kolesterol, garam
empedu, dan fosfolipid dalam cairan empedu biasanya digambarkan secara grafis dengan
koordinat segitiga. (3,13,14)
Kelarutan tiga komponen besar cairan empedu (garam empedu, lesitin, dan kolesterol)
ditempatkan dalam koordinat segitiga. Titik P menunjukkan cairan empedu yang terdiri atas
garam empedu 80%, kolesterol 5%, dan lesitin 15%. Garis ABC menunjukkan kelarutan
kolesterol maksimal sebagai fungsi dari konsentrasi lesitin dan garam empedu yang
bervariasi. Bila kombinasi garam empedu, kolesterol dan leseitin turun di bawah garis ABC,
maka cairan empedu akan berwujud sebagai cairan micelle fase tunggal. Bila kandungan di
atas berada garis ABC, terjadi supersaturasi kolesterol dan pembentukan Kristal kolesterol.
(3,13,14,15)