Paper Competition Ekopolin 2018
Paper Competition Ekopolin 2018
I. PENDAHULUAN
1
Langkah lain yang diambil yakni sebagian besar pemerintah negara
ASEAN dan bank sentral juga bergerak cepat mengambil beberapa kebijakan.
Penekanan kebijakan difokuskan pada kebijakan ekonomi makro, termasuk
stimulus fiskal, pelonggaran moneter, akses terhadap kredit termasuk pembiayaan
perdagangan, dan langkah-langkah mendukung sektor swasta, khususnya Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) guna merangsang permintaan domestik
(Tambunan, 2012) .
Small Medium Enterprises (SMEs) atau yang lebih akrab kita ketahui
dengan istilah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) ternyata ikut
menjadi salah satu penyelamat kondisi ekonomi negara-negara di dunia. UMKM
memainkan peran penting dalam perekonomian ASEAN dan bertindak sebagai
pemulih pertumbuhan ekonomi di negara-negara anggota dan di kawasan (Noorsy,
Darmastuti, & Setiawan, 2016). UMKM hadir sebagai sebuah solusi dari sistem
perekonomian yang sehat karena UMKM merupakan sektor industri yang tidak
terkena dampak krisis global yang melanda dunia.
2
Maka dari itu, permasalahan ini penting untuk dikaji lebih lanjut guna
menganalisa faktor-faktor apa saja yang membuat UMKM dapat bertahan
menghadapi terpaan krisis ekonomi global yang melanda dunia agar nantinya
dapat dibuat suatu formula untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu
dilakukan dan diperhatikan guna mengoptimalkan peran UMKM sebagai
penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif resistan terhadap terpaan
krisis ekonomi global.
UMKM harus disiapkan dan dibina sejak dini agar siap masuk ke dalam
persaingan ekonomi kawasan maupun global. Karena pada dasarnya melakukan
peningkatan pemberdayaan UMKM merupakan upaya menyelamatkan kondisi
ekonomi dalam negeri dari terpaan krisis ekonomi global. Dan ketika UMKM
mampu ikut serta menyelamatkan perekonomian dalam negeri maka sama saja
artinya para pelaku UMKM telah melakukan suatu bentuk bela negara dalam
bidang ekonomi yakni dengan melakukan bela negara sesuai dengan profesi
masing-masing.
3
Akademis: Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan baru
tentang faktor apa dan alasan mengapa UMKM bisa bertahan dalam
menghadapi terpaan krisis ekonomi global sehingga dapat memberikan
informasi dan gambaran bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Pelaku UMKM: Hasil penelitian ini dapat mendeskripsikan faktor dan
alasan yang membuat UMKM dapat bertahan walau dalam terpaan badai
krisis ekonomi global sehingga pelaku UMKM dapat menjadikan hal
tersebut sebagai bahan kajian agar mereka dapat mengembangkan
usahanya supaya lebih kokoh dan masif.
Pemerintahan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi pemerintah untuk melakukan peningkatan pemberdayaan
UMKM di Indonesia.
4
Selanjutnya dibuatlah pengertian UMKM melalui UU No. 9 Tahun 1999
dan karena keadaan perkembangan yang semakin dinamis diubah ke Undang-
Undang No. 20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
maka pengertian UMKM adalah sebagai berikut:
5
Menurut Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 tentang kriteria UMKM dalam
bentuk permodalan adalah sebagai berikut:
6
yaitu menyerap lebih dari 99,45% tenaga kerja dan sumbangan terhadap PDB
sekitar 30%. Upaya untuk memajukan dan mengembangkan sektor UMKM akan
dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja yang ada dan tentu saja akan dapat
meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang terlibat di dalamnya sehingga
dapat mengurangi angka pengangguran. Dan pada akhirnya akan dapat digunakan
untuk pengentasan kemiskinan.
7
III. METODOLOGI PENELITIAN
IV. PEMBAHASAN
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, peran UMKM pada tahun 2004
tercatat sebesar 75.490.523 orang atau 96,61 persen dari total penyerapan tenaga
kerja yang ada. Pada tahun 2005, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar
77.678.498 orang atau 96,77 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada,
jumlah ini meningkat sebesar 2,90 persen atau 2.187.975 orang dibandingkan
tahun 2004.
8
Dari uraian data di atas dapat diketahui bahwa eksistensi dan peran
UMKM yang pada tahun 2005 mencapai 44,69 juta unit usaha, dan merupakan
99,9% dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah tidak
diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja dan
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, peran UMKM pada tahun 2008
tercatat sebesar 94.024.278 orang atau 97,15 persen dari total penyerapan tenaga
kerja yang ada. Pada tahun 2009, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar
96.211.332 orang atau 97,30 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada,
jumlah ini meningkat sebesar 2,33 persen atau 2.187.054 orang dibandingkan
tahun 2008.
Dari uraian data di atas dapat diketahui bahwa eksistensi dan peran
UMKM yang pada tahun 2009 mencapai 52,76 juta unit usaha, dan merupakan
99,99 persen dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah
tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja
dan pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.
9
SESUDAH KRISIS EKONOMI 2008
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, peran UMKM pada tahun 2010
tercatat sebesar 99.401.775 orang atau 97,22 persen dari total penyerapan tenaga
kerja yang ada. Pada tahun 2011, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar
101.722.458 orang atau 97,24 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada,
jumlah ini meningkat sebesar 2,33 persen atau 2.320.683 orang dibandingkan
tahun 2010.
Dari uraian data di atas dapat diketahui bahwa eksistensi dan peran
UMKM yang pada tahun 2011 mencapai 55,21 juta unit usaha, dan merupakan
99,99 persen dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah
tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja
dan pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.
10
Misalnya, kenaikan drastis harga minyak mentah di pasar internasional
pada tahun 1974, yang merupakan fenomena embargo ekspor minyak ke negara-
negara maju oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC). Lalu,
begitu pula dengan krisis keuangan Asia (1997-1998) juga masuk ke dalam
kategori ini, walaupun bagi Indonesia sendiri tingkat kedadakannya jauh lebih
rendah dibandingkan krisis tahun 1974. Sedangkan yang kedua, krisis ekonomi
yang sifatnya tidak mendadak melainkan melewati suatu proses akumulasi yang
cukup panjang, yakni krisis ekonomi global yang terjadi pada periode 2008-2009
(Tambunan, 2012)
Krisis Ekonomi Global ini diawali dengan krisis keuangan paling serius
yang pernah terjadi di Amerika Serikat (AS) setelah depresi pada dekade 30-an,
yang akhirnya memberikan dampak lanjutan bagi negara-negara maju lainnya
seperti Jepang dan Uni Eropa (UE) melalui keterikatan keuangan dan investasi
global. Setelah beberapa bulan kemudian, ekonomi dunia mulai mengalami resesi
yang ditandai dengan penurunan pendapatan dan merosotnya permintaan global
yang juga berimbas pada perekonomian Indonesia dan banyak negara lainnya di
dunia yang perekonominya sangat bergantung pada kegiatan ekspor terutama ke
pasar-pasar AS, UE, dan Jepang (Tambunan, 2012).
Krisis ekonomi global yang terjadi ini berpengaruh pada sektor ekspor di
berbagai negara. Bisnis-bisnis besar maupun kecil yang bersentuhan langsung
dengan kegiatan ekspor mengalami kerugian yang cukup signifikan karena adanya
penurunan kegiatan ekspor. Lain halnya dengan UMKM yang memiliki daya
tahan yang relatif baik selama krisis ekonomi global menerpa. UMKM, khususnya
di Indonesia justru mengalami peningkatan jumlah.
11
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESISTANSI UMKM
FAKTOR EKSTERNAL
• CENDERUNG TIDAK BERSENTUHAN LANGSUNG DENGAN
AKTIVITAS EKSPOR
12
• KECIL KETERGANTUNGAN TERHADAP MATA UANG ASING
FAKTOR INTERNAL
13
• FLEKSIBEL DAN MAYORITAS SELF-FUNDED
Eksistensi dan peran UMKM yang pada tahun 2009 mencapai 52,76 juta
unit usaha, dan merupakan 99,99 persen dari pelaku usaha nasional, dalam tata
perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya
dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
Nasional, devisa nasional, dan investasi nasional (Badan Pusat Statistik, 2009).
Maka dari itu, perlu dipahami lebih lanjut lagi mengenai peluang dan tantangan
yang sedang dihadapi oleh UMKM agar UMKM dapat menjadi sumber alternatif
utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
14
Dalam dunia UMKM, pendidikan formal bukanlah aspek utama yang
menjadi syarat untuk bekerja. Keahlian khusus dalam bidang UMKM tertentu
merupakan aspek utama yang diperhatikan. Dengan demikian, hal tersebut
membuat UMKM dapat menyerap tenaga kerja yang memiliki kualitas pendidikan
formal relatif rendah (baik yang sudah memiliki kemampuan khusus ataupun yang
belum memiliki kemampuan khusus) untuk dilatih lagi sesuai dengan bidang
UMKM yang digeluti oleh masing-masing pelaku usaha.
Maka dari itu, berdasarkan sepak terjang UMKM selama beberapa tahun
terakhir, dapat terlihat bahwa UMKM memiliki peran dan kontribusi yang baik
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemberdayaan secara intens perlu
dilakukan guna mempersiapkan UMKM Indonesia yang lebih berkualitas agar
UMKM dapat dijadikan sebagai alternatif nomor satu penyumbang pertumbuhan
ekonomi Indonesia dalam berbagai macam keadaan bahkan dalam keadaan krisis
ekonomi global sekalipun.
Masalah klasik dalam pembahasan sektor UMKM selama ini yaitu tertuju
pada persoalan Permodalan dan Pasar. Kedua faktor tersebut selama ini
menjadi keluhan bagi UMKM dalam berinvestasi. Permodalan bagi UMKM erat
kaitannya dengan perputaran uang untuk berkembang dengan baik pada hari-hari
berikutnya. Modal dan pasar merupakan dua faktor yang memiliki hubungan
sangat erat (Suci, 2017).
15
Keberadaan payung hukum UMKM beserta proses penegakannya pun
masih menjadi tantangan tersendiri bagi kelangsungan hidup UMKM. Walau
UMKM memberikan banyak sumbangan pertumbuhan ekonomi yang cukup
signifikan namun regulasi yang ada harus diperhatikan sehingga tidak ada
kelompok UMKM yang dicurangi oleh kelompok Usaha Besar (UB). Maka dari
itu, perlu adanya penguatan dukungan regulasi (Perda) dan anggaran (APBD)
Provinsi/Kab/Kota) oleh Pemerintah Daerah sebagai aktualisasi sinergitas
Pemerintah Pusat dan Daerah (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2018).
16
Pemberdayaan UMKM harus mampu mendorong peningkatan daya saing
dan kapasitas UMKM agar mampu beradaptasi dalam teknologi serta perubahan
lingkungan bisnis secara global melalui pengembangan kewirausahaan dan
keunggulan UMKM terutama di era industrialisasi 4.0 ini yang mengedepankan
konsep Ekonomi Digital. Dengan meingkatkan pemberdayaan UMKM dan
Koperasi diberbagai daerah, maka akan terwujud pemberdayaan enkonomi
masyarakat karena UMKM ini merupakan ekonomi kerakyatan yang sejalan
dengan prinsip Ekonomi Pancasila (Subagyo, 2015). Koperasi merupakan
karakteristik dari ekonomi pancasila, begitu pula dengan ekonomi kerakyatan
yang tercermin dalam UMKM juga merupakan karakteristik ekonomi pancasila.
Semangat konomi pancasila perlu dibangkitkan kembali mengingat bahwa kita
adalah negara yang berideologi pancasila. Karena dengan menghidupkan kembali
semangat ekonomi pancasila, maka itulah bentuk dari bela negara. Bentuk bela
negara tidaklah hanya angkat senjata semata, namun kita juga bisa melakukan
bela negara sesuai profesi. Sebab, bela negara merupakan hak dan kewajiban tiap-
tiap warga negara.
17
V. SIMPULAN DAN SARAN
UMKM telah menjadi backbone dan buffer zone yang menjadi penyelamat
pertumbuhan ekonomi Indonesia ketika krisis ekonomi global melanda dunia. Hal
tersebut dipengaruhi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal tersebut
ialah: Pertama, fleksibilitas yang dimiliki oleh UMKM dan sumber modal yang
mayoritas bersumber dari dana pribadi. Kedua, UMKM cenderung memanfaatkan
pasar domestik sebagai pangsa pasar sehingga membuat UMKM tetap bisa
melakukan kegiatan ekonomi tanpa terpengaruh krisis ekonomi global. Selain itu,
ada pula faktor eksternal yang menjadi alasan UMKM memiliki daya tahan yang
relatif baik terhadap krisis ekonomi global, yakni: Pertama, UMKM cenderung
tidak bersentuhan secara langsung dengan aktivitas ekspor, melainkan lebih
mengandalkan pasar domestik. Kedua, UMKM memiliki tingkat ketergantungan
18
yang kecil terhadap mata uang asing (misalnya : Dolar AS), sehingga hal tersebut
membuat UMKM tidak terkena dampak yang signifikan dari fenomena krisis
ekonomi global.
Eksistensi UMKM perlu diperhatikan, salah satunya ialah dengan mengkaji
peluang dan tantangannya. Peluang UMKM yang sangat signifikan ialah
penyerapan tenaga kerja dan penyumbang angka PDB Nasional yang cukup besar.
Sementara itu, masalah klasik yang menjadi permasalahan UMKM ialah
permodalan, pasar, serta payung hukum. UMKM merupakan ekonomi kerakyatan
yang juga merupakan karakteristik Ekonomi Pancasila. Semangat konomi
pancasila perlu dibangkitkan kembali mengingat bahwa kita adalah negara yang
berideologi pancasila. Karena dengan menghidupkan kembali semangat ekonomi
pancasila, maka itulah bentuk dari bela negara. Bentuk bela negara tidaklah hanya
angkat senjata semata, namun kita juga bisa melakukan bela negara sesuai profesi.
Sebab, bela negara merupakan hak dan kewajiban tiap-tiap warga negara.
19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2005). Narasi Statistik UMKM 2004-2005. Jakarta: Badan
Pusat Statistik. Retrieved 11 14, 2018, https://www.depkop.go.id (diakses
14/11/2017).
Badan Pusat Statistik. (2009). Narasi Statistik UMKM 2008-2009. Jakarta: Badan
Pusat Statistik. Retrieved 11 14, 2018, https://www.depkop.go.id (diakses
14/11/2017).
Badan Pusat Statistik. (2011). Narasi Statistik UMKM 2010-2011. Jakarta: Badan
Pusat Statistik. Retrieved 11 14, 2018, https://www.depkop.go.id (diakses
14/11/2017).
Darwanto. (2013). Peningkatan Daya Saing UMKM Berbasis Inovasi Dan
Kreativitas(Strategi PEnguatan Property Right Terhadap Inovasi Dan
Kreativitas). Jurnal Bisnis dan Ekonomi(JBE), 20, 142-149.
Kementerian Koperasi dan UMKM. (2018). KESIMPULAN RAPAT
KOORDINASI NASIONAL (RAKORNAS) BIDANG KOPERASI DAN
UMKM TAHUN 2018. Kementerian Koperasi dan UMKM (p. 2).
Yogyakarta: Kementerian Koperasi dan UMKM.
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia dan Bank Indonesia. (2015). Profil
Bisnis UMKM. Jakarta: Kerja Sama Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia dan Bank Indonesia. Retrieved 11 14, 2018, https://bi.go.id
(diakses 14/11/2017).
Noorsy, I., Darmastuti, S., & Setiawan, D. (2016). Ketimpangan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) Siapa Mengorbankan Apa. Jakarta: UI Press.
Subagyo, A. (2015). Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suci, Y. R. (2017). Perkembangan UMKM di Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano
Ekonomos, 6.
Supriyanto. (2006). Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah(UMKM)
Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi
Pendidikan, 3, 1-16.
Tambunan, T. (2012). Memahami Krisis: Siasat Membangun Kebijakan Ekonomi.
LP3ES.
Undang-Undang No.20 Pasal 1 dan Pasal 6 Tahun 2008.
http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/fl56041/node/28029
(diakses 14/11/2017).
20