Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL KEGIATAN KERJA LAPANGAN

STABILITAS GENETIKA APEL (Malus pumila Mill) HASIL BUDIDAYA IN


VITRO MENGGUNAKAN TEKNIK ISSR-PCR
DI BALAI PENELITIAN JERUK DAN TANAMAN SUB-TROPIKA MALANG,
JAWA TIMUR

OLEH
IKA INDRAWATI
17/409544/PN/14932

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019

1
PROPOSAL KEGIATAN KERJA LAPANGAN
STABILITAS GENETIKA APEL (Malus pumila Mill) HASIL BUDIDAYA IN
VITRO MENGGUNAKAN TEKNIK ISSR-PCR
DI BALAI PENELITIAN JERUK DAN TANAMAN SUB-TROPIKA MALANG,
JAWA TIMUR
OLEH
IKA INDRAWATI
17/409544/PN/14932

Proposal ini diterima sebagai persyaratan untuk kegiatan kerja lapangan


dan disetujui untuk dilaksanakan
Menyetujui: Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing Kerja Lapangan

Dr. Ir. Taryono, M.Sc. ...…………….... …………...


NIP. 196012221986031002

Komisi Kerja Lapangan

Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P. ..........…….......... .....................


NIP. 196012241986021001

Ketua Departemen
Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc. ...………………..……………


NIP. 196710271993032001

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
I. PENDAHULUAN .................................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
C. Manfaat ............................................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Sejarah Apel ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
B. Botani Kopi ....................................................................................................................... 5
B. Syarat Tumbuh .................................................................................................................. 6
C. Kandungan Kimia Buah Apel ........................................................................................... 7
D. Konsep Analisis Genetika ................................................................................................. 7
III. METODE PELAKSANAAN ......................................................................................... 10
A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan .................................................................................... 10
B. Metode Pelaksanaan........................................................................................................ 10
C. Rencana Kegiatan ........................................................................................................... 10
IV. RUANG LINGKUP MASALAH ....................................... Error! Bookmark not defined.
A. Masalah Umum ............................................................................................................... 12
B. Masalah Khusus .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. Error! Bookmark not defined.iv

3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan pangan dunia semakin meningkat seiring dengan semakin
pesatnya petumbuhan penduduk dan perkembangan industri pakan dan
pangan. Namun demikian, pada kenyataannya produsen pangan tidak mampu
memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat dan beragam.
Menurut Azrai (2005) upaya yang sedang dilakukan untuk menjawab
permasalahan pangan tersebut adalah mengintensifkan kegiatan pemuliaan
yang merupakan suatu metode yang mengeksploitasi potensi genetik tanaman
untuk memaksimumkan ekspresi dari potensi genetic.
Apel (Malus pumila Mill) menjadi salah satu buah yang digemari oleh
masyarakat Indonesia. Apel digemari karena rasanya yang manis dan
mempunyai kandungan air dan vitamin yang tinggi, serta kalori yang cukup
kecil. Komponen penting buah apel adalah pektin sekitar 24%. Kandungan
pektin pada buah apel terdapat pada sekitar biji, di bawah kulit dan hati
(Yanuparinda dan Estiasih, 2015). Apel banyak tumbuh di Kota Malang dan
Kota Batu. Varietas apel yang tersedia sekarang ini dan cukup berhasil
diusahakan dengan segala kekurangannya adalah Apel Manalagi, Anna,
Wangli/Lali jiwo, Princess Noble dan Romebeauty (Baskara, 2010).
Produktivitas buah apel dalam skala nasional pada tahun 2016 yaitu
108,91 kuintal/ha, sedangkan pada tahun 2017 sebesar 109,18 ku/ha.
Produktivitas buah apel skala nasional mengalami kenaikan meskipun sedikit.
Produktivitas Kabupaten Malang dari tahun 2016 hingga 2017 mengalami
kenaikan yang sangan pesat yaitu dari 205,80 ku/ha meningkat menjadi
1858,76 ku/ha (Data Badan Pusat Statistik, 2019).
Penelitian genetik dan pemuliaan buah apel selalu dibatasi oleh siklus
regenerasi yang lama, ruang, waktu dan biaya yang diperlukan dalam
penyaringan dan pemeliharaan populasi, jumlah komosom yang besar (2n=34)
dan sifat reproduksi menyerbuk silang (Maliepaard et al., 1998) cit Sugiyatno

4
dan Agisimanto, 2013). Menurut penelitian dari Sugiyatno dan Agisimanto
(2013). Primer inter-simple sequence repeat (ISSR) yang mengamplifikasi
urutan di antara mikrosatelit dapat dengan cepat membedakan individu-
individu yang berkerabat dekat (Zietkiewicz et al. 1994). Amplifikasi dengan
primer ISSR dapat memperlihatkan sejumlah lokus per primer (Wolff et al.
1995), sehingga kemungkinan dapat digunakan untuk mengkaji kestabilan
genetik planlet hasil budidaya in vito.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Melatih mahasiswa agar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman
praktik dalam kegiatan analisis genetic apel.
b. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan analisis
genetic apel untuk mengembangkan kepekaan yang bernalar terhadap
berbagai persoalan yang timbul dalam praktik pemuliaan tanaman
dan menganalisis persoalan untuk menemukan solusinya.
c. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara
teori dengan penerapannya di lapangan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui genetika apel hasil budidaya in vitro menggunakan ISSR-
PCR
b. Mengetahui kestabilan genetika apel hasil budidaya in vitro dengan
indukan
C. Manfaat
Memenuhi persyaratan kurikulum tingkat S-1 Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta serta memperluas pengetahuan dan pengalaman
mahasiswa dalam teknik analisis genetika dan uji kestabilan genetik apel yang

5
dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub-Tropika,
Malang, Jawa Timur.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Apel
Apel pertama kali ditanam di Asia Tengah, kemudian berkembang
luas wilayah yang lebih dingin. Apel yang dibudidayakan memiliki nama
ilmiah Malus pumila Mill yang menurut sejarahnya merupakan keturunan dari
Malus sieversii dengan sebagian genom dari Malus sylvestris (apel hutan/apel
liar) yang ditemui hidup secara liar di pegunungan Asia Tengah, di
Kazakhstan, Kirgiztan, Tajikistan, dan Xinjiang, Cina. Tanaman ini masuk ke
Indonesia sekitar tahun 1930-an dibawa oleh orang Belanda dari Australia
kemudian menanamnya di daerah Nongkojajar (Kabupaten Pasuruan).
Selanjutnya, sejak tahun 1960 apel sudah banyak ditanam di Batu untuk
mengganti tanaman jeruk yang mati diserang penyakit. Sejak saat itu apel
terus berkembang hingga sekarang di dataran tinggi Kota Batu, Poncokusumo
(Malang) dan Nongkojajar (Pasuruan) dan masa kejayaannya pada tahun
sekitar 1970-an (Suhariyono, 2014).
Apel pada dasarnya dapat beradaptasi pada bermacam-macam iklim,
tetapi pertumbuhan yang baik pada daerah yang dingin pada latitude 35-50°.
Pada kawasan dengan empat musim, pembungaan serentak (blossom) secara
berurutan terjadi pada terjadi pada musim semi. Apel diketahui sangat
dipengaruhi musim. Saat musim dingin, apple akan dorman dan baru
melakukan pembungaan besar-besaran (blossom) pada musim semi. Apel
mencapai kematangan buah sekitar 120- 150 hari setelah pembungaan, dan
beberapa jenis dapat mencapai kematangan pada umur 180 har. Suhu
diketahui sangat berperan dalam produksi apel. Menurut Warrick et al.,(2001),
suhu mempengaruhi penampakan buah (ukuran, warna), tekstur, dan
ketahanan penyimpanan pasca panen. Kondisi iklim, meliputi panjang hari
dan suhu, serta kesediaan air adalah isyarat penting dalam siklus hidup apel.
Dengan demikian, budidaya apel sangat tergantung dengan kondisi
lingkungan tempat budidaya.

7
Apel dapat tumbuh di Jawa Timur, tepatnya di kawasan Malang dan
sekitarnya, karena wilayah ini mempunyai kemiripan dengan kawasan 4
musim (Notodimedjo, 1997). Kawasan Batu pertama kali dipilih sebagai uji
coba penanaman apel karena wilayah ini mempunyai kondisi yang hampir
mirip dengan habitat asli tumbuhan apel. Batu memiliki suhu udara tahunan
berkisar antara 18-30˚ C, curah hujan rata-rata 875 - 3000 mm per tahun dan
kelembaban udara berkisar antara 75 - 98%

B. Botani Apel
Apel dalam ilmu botani disebut Malus pumila Mill. Apel merupakan
tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub
tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934. Apel mulai
berkembang setelah tahun 1960, terutama jenis Rome Beauty. Dari spesies
Malus pumila Mill ini, terdapat bermacam-macam kultivar yang memiliki
ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa kultivar apel unggulan yaitu Rome
Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.
Pohon apel berasal dari biji dan anakan yang membentuk akar
tunggang, yaitu akar yang arah tumbuhnya lurus atau vertikal ke dalam tanah.
Berfungsi sebagai penegak tanaman, penghisap air dan unsur hara dalam
tanah, untuk menembus lapisan tanah yang keras. Pohon apel berkayu cukup
keras dan kuat. Kulit kayu cukup tebal, warna muda kecoklatan sampai coklat
kuning keabu- abuan (Bambang Soelarso, 1997 ).
Apel memiliki daun berbentuk lonjong (oval), ada yang lebar dan ada
yang kecil. Ujung daun runcing, pangkal daun tumpul dan tepi daunnya
bergerigi teratur. Sebagai alat perkembangbiakan generative, apel memiliki
bunga bertangkai pendek, menghadap keatas, bertandan dan pada tiap tandan
terdapat 7 - 9 bunga. Bunga tumbuh pada ketiak daun, mahkota bunganya
berwarna putih sampai merah jambu berjumlah 5 helai, menyelubungi
benangsari pada daun buah, di tengah – tengah bunga terdapat putik / bakal

8
buah. Hasil utama apel yang dapat dikonsumsi ialah buah yang mempunyai
bentuk bulat sampai lonjong bagian pucuk buah berlekuk - lekuk dangkal,
kulit agak kasar dan tebal, pori- pori buah kasar, renggang tetapi setelah tua
menjadi halus dan mengkilat (Bambang Soelarso, 1997 ).

C. Syarat Tumbuh
Apel menghendaki lingkungan dengan karakteristik suhu rendah,
kelembaban udara rendah dan curah hujan tidak terlalu tinggi. Syarat tumbuh
apel menurut Sularso (1996) meliputi 1) Curah hujan yang ideal adalah
1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun
banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah
hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga
tidak dapat menjadi buah. 2) Apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup
antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan. 3) Suhu yang
sesuai berkisar antara 16-270C . 4) Kelembaban udara yang dikehendaki apel
sekitar 75-85%. 5) Apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-
1200 m dpl dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl Agroklimat dataran
tinggi beriklim kering yang dimiliki, menempatkan daerah wisata agro ini
sebagai sentra produksi utama apel di Indonesia. Potensi usahatani apel
ditunjukkan dengan kehidupan sosial ekonomi dan kesejahteraan pelaku usaha
apel yang relatif tinggi terutama pada era tahun 1980 hingga pertengahan
tahun 1990-an

D. Kandungan Kimia Buah Apel


Beberapa senyawa fitokimia yang ada pada buah apel berfungsi sebagai
antioksidan adalah golongan flavonoid, tokoferol, senyawa fenolik, kumarin,
turunan asam sinamat, dan asam-asam organik polifungsional. Selain itu, apel
mengandung betakaroten yang berfungsi sebagai provitamin A untuk

9
mencegah serangan radikal bebas (Susanto dan Setyohadi, 2011). Seiring
dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat buah Apel bagi
kesehatan merupakan salah satu alasan tingginya kebutuhan buah Apel di
masyarakat (Baskara, 2010).
E. Konsep Analisis Genetika
1. ISSR-PCR
ISSR adalah metode penanda multilokus berbasis mikrosatelit dan
terletak pada salah satu ujung rantai 5’ atau 3’ dengan 1-3 basa
oligonukleotida, yang berguna dan mudah untuk penilaian genetic
keragaman dalam berbagai tanaman tanaman (Mohamad et al., 2017).
Catatan Reddy et al., (2002) menyelidiki ISSR-PCR, yang mempengaruhi,
pemanfaatan urutan mikrosatelit sebagai primer dalam PCR untuk
menghasilkan penanda multilokus. Marka ISSR berguna dan sangat
polimorfik dalam evaluasi pemetaan genom, biologi evolusi, filogeni,
penandaan gen dan keanekaragaman genetik. Teknik dan penerapannya
pada tanaman pemuliaan dan genetika dalam berbagai tanaman tanaman.
Urutan oligonukleotida ini akan menjamin bahwa primer hanya akan
terikat pada satu ujung lokus SSR. Sejumlah besar amplikon dapat
dihasilkan dari daerah antar SSR, seperti halnya penyebaran SSR yang
beragam. Sebagai akibatnya, pola pita DNA yang kompleks yang
diperoleh dari PCR akan sangat beragam diantara genotipe-genotipe
dalam satu spesies (Scarano et al., 2002) cit Sugiyatno dan Agisimanto,
2013). ISSR sangat sederhana sehingga mudah untuk dilakukan, cepat,
membutuhkan kuantitas cetakan DNA rendah (10-30 bp), dapat diulang
meski pola pita DNA-nya kompleks, tanpa memerlukan informasi awal
urutan DNA untuk rancangan primer (Sugiyatno dan Agisimanto, 2013).
2. Budidaya in Vitro
Perbanyakan apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan
yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, karena

10
perbanyakan generative memakan waktu lama dan sering menghasilkan
bibit yang menyimpang dari induknya. Dalam mendapatkan bibit yang
bermutu menurut Juanda dan Bambang (2000), lebih baik dengan cara
vegetatif karena dengan generatif pertumbuhan bibitnya lambat. Selain itu
buah yang dihasilkan beragam, baik dalam hal rasa maupun buah. Macam-
macam cara perbanyakan secara vegetatif yaitu: pencangkokan, stek
batang, okulasi, sambung pucuk dan budidaya jaringan. Menurut Juanda
dan Bambang (2000) sambung pucuk dan budidaya jaringan memberikan
hasil lebih baik. Bahan yang digunakan sebagai bibit untuk perbanyakan
vegetatif berasal dari akar, batang maupun daun (Ashari, 1995). Budidaya
jaringan merupakan salah satu teknik dalam perbanyakan tanaman secara
klonal untuk perbanyakan masal. Salah satu teknik dalam budidaya
jaringan yaitu budidaya in vitro. Budidaya in vitro merupakan teknik
budidaya menggunakan jaringan yang sangat bergantung pada media
yang digunakan (Pramanik & Rachmawati, 2010). Keuntungan pengadaan
bibit melalui budidaya jaringan meliputi dapat diperoleh bahan tanaman
yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh
biakan steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan
untuk perbanyakan selanjutnya, beberapa jenis teknologi budidaya
jaringan yang dapat dimanfaaatkan untuk menyiapkan bibit apel bermutu
diantaranya adalah induksi dan penggandaan embriosomatik (Arditi,
1992).

11
III. METODE PELAKSANAAN
A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Kerja Lapangan dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Sub-Tropika, Malang, Jawa Timur. Pelaksanaan Kerja Lapangan dimulai
tanggal 23 Desember 2019 – 31 Januari 2019 (25 hari kerja).
B. Metode Pelaksanaan
Kegiatan kerja lapangan bertujuan untuk mengetahui, mendapatkan informasi,
dan mempraktikkan secara langsung mengenai analisis genetika apel secara
lengkap serta meningkatkan kemampuan logika dalam menghadapi persoalan
atau masalah yang timbul dalam lapangan. Terdapat dua metode dalam
pengumpulan data dalam kegiatan ini yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung.
1. Metode Langsung
a. Mengikuti praktik kegiatan kestabilan genetik di Balai Penelitian
Tanaman Jeruk dan Buah Sub-Tropika yang meliputi kegiatan
budidaya jaringan, analisis kestabilan genetic.
b. Melakukan wawancara baik dengan pemilik maupun petugas yang
telah ditunjuk untuk mendapatkan data primer.
2. Metode Tidak Langsung
a. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan
menelaah pustaka mengenai uji kestabilan genetic apel untuk
menemukan kesesuaian antara praktik lapangan dengan teori.
b. Melakukan kajian pustaka dan pengumpulan data sekunder yang
diperoleh di lapangan dan pengolahan data secara mandiri.
A. Rencana Kegiatan
Rincian kegiatan kerja lapangan di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Sub-Tropika yang akan dilakukan, ditunjukkan dalam Tabel 1.

12
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kerja Lapangan di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Sub-Tropika

Minggu ke-
No Kegiatan
I II III IV
1 Pengenalan dan orientasi secara umum
mengenai lokasi dan kegiatan kerja lapangan.
2 Pengumpulan data sekunder (sejarah dan latar
belakang, keadaan fisik dan topografi, serta
pengelolaan di Balai Penelitian Tanaman
Jeruk dan Buah Sub-Tropika.
3 Mengikuti serangkaian kegiatan praktik
budidaya jaringan, analisis genetic, dan
pengujian kestabilan genetic apel.
4 Melakukan praktik secara langsung mengenai
analisis genetic dengan ISSR-PCR.
5 Melakukan dokumentasi kegiatan analisis
genetik.
6 Evaluasi kegiatan yang dilakukan selama
kerja lapangan di Balai Penelitian Tanaman
Jeruk dan Buah Sub-Tropika (Balitjestro).
7 Melengkapi data primer dan sekunder serta
penyusunan laporan kerja lapangan

Keterangan :
: waktu pelaksanaan

13
IV. RUANG LINGKUP MASALAH

A. Masalah Umum
1. Keadaan umum Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan buah Sub-Tropika
(Balitjestro) meliputi:
a. sejarah dan latar belakang berdirinya;
b. struktur organisasi;
c. pihak yang bekerjasama dengan Balitjestro;
d. manajemen pengelolaan kebun;
e. kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan
f. koleksi plasma nutfah yang dimiliki Balitjestro
g. jumlah dan status SDM
h. lokasi, batas wilayah, dan luas areal perapel;
i. topografi, keadaan tanah, dan iklim (curah hujan, intensitas sinar
matahari, suhu, kelembaban dan kecepatan angin).
2. Kegiatan uji kestabilan genetik, meliputi:
a. Budidaya jaringan scara in vitro
b. Analisis genetic apel hasil budidaya in vitro
c. Uji kestabilan tanaman indukan dengan anakan hasil budidaya in vitro.
3. Biaya produksi dan pemasaran hasil, meliputi:
a. biaya sarana dan produksi;
b. biaya tenaga kerja;
c. mekanisme pemasaran.

B. Masalah Khusus
1. Masalah khusus yang akan dipelajari di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Sub-Tropika (Balitjestroi) meliputi:
a. Pengaruh budidaya in vitro terhadap kestabilan genetik antara induk
dan anakan.

14
b. Kendala analisis genetika pada hasi budidaya in vitro.

15
DAFTAR PUSTAKA
Arditti, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. John Willey and So Inc. United
States of America. 682 p.
Ashari, 1995. Hortibudidayaa Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta. 141--146 p.
Azrai, Muhammad. 2005. Pemanfaatan markah molekuler dalam proses seleksi
pemuliaan tanaman. Jurnal AgroBiogen. Vol 1(1):26-37
Baskara, Medha. 2010. Pohon apel itu masih (bisa) berbuah lebat. Majalah Ilmiah
Populer Bakosurtanal - Ekspedisi Geografi Indonesia . Jawa Timur, hal 78-82
Juanda, D dan C. Bambang. 2000. Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Jakarta.
Kanisius.
Mohamad, A., A. N. Alhasnawi, A. A. Kadhimi, A. Isahak, W. M. W. Yusoff , C.
Radziah. 2017. DNA isolation and optimization of issr pcr reaction system in
oryza sativa L. International Journal on Advanced Science Engineering
Information Technology. Vol 7(6).
Notodimedjo, S. 1996. Tinjauan dan Dilema Batang Bawah Apel di Indonesia.
Habitat. Vol. 8 (97): 10-12
Pramanik, D. & F. Rachmawati. 2010. Pengaruh jenis media budidaya in vitro dan
jenis eksplan terhadap morfogenesis Lili Oriental. Jurnal Hortibudidayaa. Vol
20(2):111-119
Reddy, M.P., N. Sarla and E.A. Siddiq .202. Inter simple sequence repeat (ISSR)
polymorphism and its application in plant breeding. Euphytica. vol. 128 (1):
9–17.
Soelarso, Bambang. (1997). Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sugiyatno dan Agisimanto. 2013. Analisis keragaman plasmanutfah apel (Malus
pumila Mill) dengan Primer Inter-Simple Sequence Repeat Polymerase Chain
Reaction. http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 24
September 2019.

16
Suhariyono, 2014. Sejarah perkembangan apel di Indonesia.
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 24 September
2019.
Susanto, W. H. dan Setyohadi, B. R. 2011. Pengaruh varietas apel (Malus sylvestris)
dan lama fermentasi oleh khamir Saccharomyces cerivisiae sebagai perlakuan
pra-pengolahan terhadap karakteristik sirup. JTP-UB. Vol 12(3): 135-142.
Warrick, R.A., Kenny, G.J., and Harman, J.J. 2001. The Effects of Climate Change
and Variation in New Zealand: An Assessment Using the CLIMPACTS
System. Chapter 4: Suhue Impacts on Developments of Apple Fruits.
CLIMPACTS Assessment Report, NZ
Yanuparinda,M.D. dan T. Estiasih. 2015. Variasi proses dan grade apel (Malus
sylvestris mill) pada pengolahan minuman sari buah apel: Kajian Pustaka

17

Anda mungkin juga menyukai