Laporan Pendahuluan Ileus
Laporan Pendahuluan Ileus
OLEH :
MYRNA SETYAWATI
201910461011030
OLEH :
MYRNA SETYAWATI
201910461011030
RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
OLEH:
NIM : 20191046101030
(............................................) (............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
ILEUS
A. Definisi
Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan) saluran gastrointestinal
tanpa disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Pada kondisi klinik sering
disebut dengan ileus paralitik.Obstruksi Ileus adalah gangguan aliran normal isi
Dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal
atau suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan
dapat secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan.
abdominal dari kondisi ileus. Setelah 2-3 hari pasca-pembedahan abdomen, ileus
merupakan suatu kondisi fisiologis yang normal sekunder dari anastesia dan efek
beberapa jam. Aktivitas regains lambung dalam 1-2 hari dan usus besar aktivitas
tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko terjadinya
1. Sepsis
chlorpromazine)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala penting dari obstruksi Ileus adalah :
2. Muntah, sering terjadi bila obstruksi pada usus halus bagian atas
isi usus (Sabara, 2007).Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat
diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia
2. Ileus Paralitik
Ileus paralitik adalah ileus yang disebabkan gerakan (peristaltik) usus yang
menghilang, disini tidak ada sumbatan. Ileus paralitik adalah istilah gawat
abdomen atau gawat perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat bergerak (mengalami motilitas)
dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air besar. Obstruksi yang terjadi
karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti
E. Patofisiologi
Menurut beberapa hipotesis, ileus pascabedah dimediasi melalui
penghambatan aktivasi refleks spinal. Secara anatomis, refleks yang terlibat pada
pembunuh alami, dan sel mast, seperti yang ditunjukkan oleh imonohistokimia.
2004).
usus mekanik. Seperti ileus pada pseudo-obstruksi, terjadi dengan tidak adanya
patologi mekanis. Beberapa teks dan artikel cendrung menggunakan ileus disama
artikan dengan pseudo-obstruksi atau merujuk pada ileus kolon. Namun, kondisi
ini jelas merupakan dua entitas yang berbeda. Pseudo-obstruksi jelas terbatas
pada usus besar, sedangkan ileus melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus
besar yang terlibat dalam pseudo-obstruksi klasik, yang biasanya terjadi pada
lanjut usia dengan gambaran penyakit ekstarintestinal serius atau trauma. Agen
terhadap kondisi ini. Obstruksi usus mekanik dapat disebabkan oleh adhesi,
velvulus, hernia, intususepsi, benda asing, atau neoplasma. Klinis obstruksi hadir
dengan kolik abdominal yang hebat atau tanda-tanda obstruksi perforasi yang
6. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, peningkatan kadar Haemoglobin (indikasi dari dehidrasi),
Foto polos abdomen (BOF) dengan posisi tegak atau lateral dekubitus
tampak distensi usus proksimal dari hambatan dan fenomena anak tangga. Pada
volvulus sigmoid tampak sigmoid yang distensi berbentuk U yang terbalik dan
suatu peran terbatas pada klien dengan obstruksi usus halus. Pengujian enema
barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak
mesenteric kronis.
F. Penatalaksanaan
1. Dekompresi dengan pipa lambung.
patologinya.
penyebabnya.
G. Komplikasi
1. Nekrosis usus.
2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada
4. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
(Dermawan,2010).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian ileus terdiri atas pengkajian, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
evaluasi diagnostik. Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah
keluhan kembung dan tidak bisa kentut (flatus). Keluhan adanya kembung dan
tidak bisa flatus bersifat akut disertai mual, muntah, anoreksia, dan nyeri ringan
pada abdomen.
metabolik, penyakit jantung, pneumonia pasca bedah, prosedur bedah saraf, dan
perut kembung dan belum bisa melakukan flatus, serta perlunya pemenuhan
informasi.
survei umum pasien terlihat lemah. TTV biasa didapatkan adanya perubahan.
distensi abdominal.
polos abdominal untuk mendeteksi adanya dilatasi gas berlebihan dari usus kecil
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
kulit buruk.
f. Pernapasan
harus diperiksa dengan studi kontras. Sepsis dan gangguan elektrolit yang
(Mukherjee, 2008).
(misalnya : opiate). Dalam suatu studi, jumlah morfin yang diberikan secara
mengungkapkan resolusi lebih cepat dari yang diberikan pada pasien ileus
Sampai saat ini belum ada suatu variabel yang secara akurat
parameter penting untuk mengevaluasi asupan oral dan fungsi usus yang
baik.Laporan dari pasien bahwa sudah terjadi flatus, harus dinilai ulang
dengan seksama secara pemeriksaan fisik dan diagnostic yang akurat, serta
b. Terapi Diet
Umumnya, menunda intake makan oral sampai tanda klinis ileus
pada fase pemulihan awal dari ileus pasca bedah setelah laparoskopi
acak.10 pasien yang ditetapkan ke grup permen karet dan 9 untuk kelompok
operasi pertama pagi sampai intake oral. Terjadinya flatus lebih cepat dalam
pertama tercatat pada 3,1 hari dalam kelompok permen karet versus 5,8 hari
c. Terapi Aktivitas
Kebijakan konvensional pada praktek klinik memberikan pemahaman
bahwa ambulasi dini merangsang fungsi usus dan meningkatkan ileus pasca
pada pasca operasi hari pertama, dan yang lainnya 24 pasien ditugaskan
untuk ambulasi pada pasca bedah hari keempat.Hasil yang didapat, ternyata
tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil mioelektrik dalam pemulihan
d. Terapi Farmakologi
Sampai saat ini belum terdapat studi yang menilai manfaat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi b.d. hipomotilitas/kelumpuhan intestinal.
misinterpretasi informasi.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana intervensi disususn sesuai dengan tingkat toleransi individu. Pada
diverticulitis.
Kriteria evaluasi :
1. Laporan pasien sudah mampu flatus dan keinginan untuk melakukan BAB.
3. Gambaran foto polos abdomen tidak terdapat adanya akumulasi gas di dalam intestinal.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji factor predisposisi Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pasca bedah
terjadinya ileus. abdomen, tetapi ada factor predisposisi lain yang mendukung
dikoreksi.
Monitoring status cairan. Penurunan volume cairan akan meningkatkan resiko ileus
signifikan.
Evaluasi secara berkala Pemantauan secara rutin dapat memberikan data dasar pada
laporan pasien tentang flatus perawat atau sebagai pera untuk kolaborasi dengan medis
dan periksa kondisi bising tentang kondisi perbaikan ileus. Hasil evaluasi harus
nasogastrik.
Lakukan teknik ambulasi. Walaupun terdapat studi yang tidak berhubungan dengan
pneumonia.
Kolaborasi :
Opioid antagonis selektif. Alvimopan ini ditunjukkan untuk membantu mencegah ileus
2. Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah,
Tujuan : Dalam waktu 5x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria evaluasi :
1. Pasien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembap, turgor kulit normal.
INTERVENSI RASIONAL
Monitoring status cairan (turgor Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan
kulit, membrane mukosa, urine status cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan
Kaji sumber kehilangan cairan. Kehilangan cairan darimuntah dapat disertai dengan
Dokumentasikan intake dan Sebagai data dasar dalam pemberian terapi cairan dan
Monitor TTV secara berkala. Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemi yang memberikan
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan
secara teratur.
Kolaborasi :
Pertahankan pemberian cairan Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan
4. Berat badan pada hari ke 7 pasca bedah meningkat minimal 0,5 kg.
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi secara berkala kondisi Sebagai data dasar teknik pemberian asupan nutrisi.
motilitas usus.
Hindari intake apapun secara Umumnya, menunda intake makanan oral sampai tanda
Berikan nutrisi parenteral. Pemberian enteral diberikan secara hati-hati dan lakukan
Berikan stimulant permen karet. Pada suatu studi pemberian permen karet menunjukkan
seminggu).
Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan resiko infeksi oral.
Kolaborasi dengan ahli gizi Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan jenis
mengenai jenis nitrisi yang akan makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
D. Implementasi
Pelaksanaan asuhan kerawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut:
Asao, T. Et al. “Gum Chewing Enhances Early Recovery from Postoperative Ileus
after Laparoscopic Colectomy”. J Am Coll Surg. 195(1):30-2/Juli 2012
Bauer, A.J. dan Boeckxstaens G.E. “Mechanisms of Postoperative
Ileus”.Neurogastroenterol Motil. 16 Suppl 2:54-60/Oktober 2004
Behm, B. Dan Stollman N. “Postoperative Ileus: Etiologies and Interventions”. Clin
Gastroenterol Hepatol. 1(2):71-80/Maret 2003
Cali, R.L. et al. “Effect of Morphine and Incision Length on Bowel Function after
Colectomy”. Dis Colon Rectum. 43(2):163-8/Februari 2000.
Ferraz, A.A. et al. “Nonopioid Analgesics Shorten The Duration of Postoperative
Ileus.” Am Surg. 61(12):1079-83/Desember 1995
Muttaqin dan Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Penerbit Salemba Medika