Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa bisnis adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh keuntungan. Adapun keuntungan tersebut sangat penting
bagi perusahaan atau pebisnis karena :
1. Keuntungan memungkinkan suatu perusahaan bertahan dalam bisnisnya;
2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia
menanamkan modalnya, karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang
produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran
nasional;
3. Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan, melainkan juga dapat
menghidupi pegawai – pegawainya, bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang
semakin baik.
Disamping itu, ada beberapa argumen yang dapat diajukan untuk menunjukkan
bahwa justru demi memperoleh keuntungan, etika sangat dibutuhkan dan mempunyai
tempat yang strategis dalam bisnis yaitu:
1. Dalam bisnis modern dewasa ini hanya orang profesional yang akan menang dan
berhasil dalam bisnis yang penuh persaingan ketat. Kaum profesional
memperlihatkan kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis yaitu komitmen
moral, integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, sikap
mengutamakan mutu, penghargaan terhadap hak dan kepentingan dengan pihak –
pihak terkait yang berkepentingan (stakeholders), dan sebagainya yang lama
kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan.
2. Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar – benar raja. Oleh karena itu, hal yang paling pokok untuk
bisa untung dan bertahan dalam pasar adalah sejauh mana perusahaan itu bisa
merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral, para
pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin menghindari campur tangan pemerintah,
yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya.
4. Perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa pegawai bukanlah tenaga untuk
dieksploitasi namun dianggap sebagai subjek untuk menentukan berhasil tidaknya
perusahaan.
4.3 Pengertian Etika Bisnis
Menurut Weiss dalam Keraf (1993:66), etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam
menerapkan prinsip – prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan masalah – masalah
moral yang kompleks. Laura Nash (1990) mendefinisikan etika bisnis sebagai studi mengenai
bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan perusahaan.
Sekalipun tidak ada definisi terbaik, namun terdapat konsensus bahwa etika bisnis adalah
studi yang mensyaratkan penalaran dan penilaian, baik yang didasarkan atas prinsip –
prinsip maupun kepercayaan dalam mengambil keputusan guna menyeimbangkan
kepentingan ekonomi diri sendiri terhadap tuntutan sosial dan kesejahteraan.
Terdapat 3 (tiga) sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis (Keraf, 1998:69), yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dalam hal ini, para pelaku
bisnis dihimbau untuk berbinis secara baik dan etis karena menunjang keberhasilan
bisnisnya dalam jangka panjang.
2. Etika bisnis berfungsi menggugah masyarakat agar menuntut para pelaku bisnis agar
berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat.
3. Etika bisnis membahas mengenai etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini,
berbicara mengenai monopoli, oligopoly, monopsoni, kolusi, dan praktek – praktek
semacamnya yang akan sangat mempengaruhi sehat dan baiknya praktek bisnis
dalam sebuah negara.
1. Krisis publik tentang kepercayaan, yang diakibatkan oleh banyaknya skandal yang
terjadi di perusahaan.
2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja, yang diakibatkan oleh meningkatnya
nilai – nilai masyarakat pada mutu kehidupan kerja seperti fleksibilitas waktu kerja,
kebugaran dan kesehatan, pengasuhan anak di perusahaan, dan lain – lain .
3. Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis, dimana akan dikenakan pada
perusahaan – perusahaan yang melakukan tindakan ilegal, seperti diskriminasi
pekerjaan, pelanggaran standar polusi, keamanan dan kesehatan kondisi kerja, dan
lain – lain.
4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus (Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM) yang
bisa menyampaikan kritik di media massa dimana bisa memberikan dampak negatif
pada kepercayaan konsumen apabila ditemukan penyimpangan yang dilakukan
korporasi.
5. Peran media dan publisitas yang sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik
tentang korporasi.
6. Mengubah format organisasi dan etika perusahaan yang dilakukan karena adanya
aliansi, mitra usaha, dan pusat keuntungan yang independen.
4.12 Kendala – Kendala Pelaksanaan Etika Bisnis
Pelaksanaan prinsip – prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kedala, yaitu: