Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, penggunaan bahan polimer di dunia industri berkembang dengan
sangat pesat. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki sifat ringan, murah, tahan
korosi, dan temperatur pemrosesannya yang relatif rendah bila dibandingkan dengan
bahan logam ataupun bahan keramik. Pada umumnya bahan polimer ini dicampurkan
dengan bahan lain untuk memperoleh sifat yang lebih baik, yang dikenal sebagai
bahan komposit.
Untuk meningkatkan suatu sifat yang diinginkan dalam polimer termoplastik,
seperti : kekuatan (strength), kekakuan (stiffness) dan juga ketahanan terhadap api (fire
retardant, ditambahkan ke dalam polimer bahan- bahan pengisi (filler). Bahan – bahan
tersebut adalah bahan yang mampu menyatu secara homogen ke dalam matriksnya dan
yang paling sering ditambahkan adalah talc, mika, kapur, bentonit dan lain-lain. Polimer
yang berasal dari bahan organik dengan pengisinya (filler) yang berasal dari bahan
anorganik tidak mampu menjadi homogen, disebabkan oleh energi permukaan dari
kedua bahan tersebut, untuk menyelesaikan masalah di atas, maka filler dapat
dimodifikasi dengan bahan organik seperti alky ammonium [1].
Mineral clay yang digunakan sebagai fillers dalam komposit clay adalah mineral
clay berlapis silikat. Clay berlapis silikat berupa smectite clay yang umum digunakan
untuk aplikasi komposit adalah bentonit yang sebagian besar mengandung mineral
montmorillonit. Monmorillonit bersifat hidrofilik dimana akan menyebabkan sulitnya
terjadi pengelupasan dalam polimer konvensional [2]. Kemampuan montmorillonit
dalam meningkatkan sifat-sifat polimer sangat ditentukan oleh derajat pendispersian
silikat ini dalam matriks polimer, tetapi sifat hidrofil dari permukaan montmorillonit
menghalangi proses ini. Untuk mengatasi kendala ini maka diperlukan proses yang
dapat menjadikan permukaan montmorillonit bersifat organofil melalui penggantian
kation [3].
Pemodifikasi organik yang dapat digunakan untuk keperluan pemrosesan ini
adalah cairan ionik (Ionic Liquid). Cairan ionik adalah material yang hanya terdiri
atas spesies ionik (kation dan anion), tidak mengandung molekul netral tertentu, dan

Universitas Sumatera Utara


mempunyai titik leleh relatif rendah yaitu terletak pada suhu <100 oC, umumnya
pada suhu kamar [3]. Salah satu pemodifikasi organik yang digunakan adalah
cetyltrimethylammonium bromide (CTAB). Hal ini dikarenakan sifat dari CTAB
yang mampu menurunkan kepolaran dari clay yang akan dijadikan sebagai pengisi
pada komposit ini
Poliester tak jenuh merupakan resin termasuk kelompok termoset polimer dan
biasanya digunakan secara umum dalam bidang otomotif, kelautan, kimia dan
kelistrikan. Poliester tak jenuh banyak digunakan dalam produk-produk komposit karena
biaya relatif rendah, mempunyai daya tahan terhadap lingkungan yang baik dan
mempunyai viskositas rendah pada temperatur ruang namun kurang tahan terhadap alkali
dan menjadi retak bila dimasukkan dalam air mendidih untuk waktu yang lama [2].
Temperatur saat terjadi perubahan signifikan ini dikenal sebagai suhu transisi gelas (Tg).
Di atas temperatur gelas tersebut, struktur molekul dari termoset berubah dari
polimer kristal yang keras menjadi polimer yang lebih fleksibel. Selain itu, modulus
resin juga turun secara drastis sehingga daya tekan dan kekuatannya berkurang. Oleh
sebab itu perlu dilakukan pembuatan komposit dengan cara menyisipkan/melapisi
resin poliester dengan partikel lain, seperti titanium dioksida (TiO2).
Titanium dioksida (TiO2) merupakan salah satu yang menjanjikan dengan
struktur berbentuk tabung. TiO2 stabil secara kimia dan tidak berbahaya karena tidak
menyerap cahaya yang tampak oleh mata. TiO2 dapat digunakan untuk meningkatkan
sifat mekanik dari komposit serta dapat digunakan seperti pada aktivitas fotokatalitik
yang tinggi [4]. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh TiO2 sebagai pengisi terhadap sifat mekanik pada komposit.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang komposit polyester
berpengisi bentonit termodifikasi yaitu:
1. Oleksy dkk (2008) membuat komposit epoksi-bentonit dengan modifikasi
bentonit menggunakan garam amonium quartener dengan fraksi volume 2%. Dari
hasil diperoleh bahwa bentonit yang dimodifikasi dengan garam amonium
quartener menghasilkan sifat ‘thixotropic’ yang bagus dan hampir tidak adanya
sedimentasi selama penyimpanan [4].
2. Syuhada dkk (2009) melakukan modifikasi bentonit (clay) menjadi organoclay
dengan penambahan surfaktan dan didapatkan hasil bahwa pada rantai alkil yang
lebih panjang didapatkan hasil yang lebih baik [5].

Universitas Sumatera Utara


3. Ataiwi dan Abdul-Hamaed (2012) membuat komposit poliester tidak jenuh
berpengisi bentonit dengan fraksi volume 5, 10, 15, dan 20%. Dari hasil diperoleh
bahwa kekerasan komposit poliester meningkat maksimum pada penambahan 5%
fraksi volume bentonit [6].
4. Olesky dan Galina (2013) membuat komposit poliester berpengisi bentonit yang
dimodifikasi dengan silsesquioxane dengan fraksi volume 1, 2, dan 3%. Dari hasil
diperoleh bahwa pada fraksi volume 3% kekuatan tarik meningkat hingga 44%,
modulus young meningkat hingga 33%, dan ketahanan impak meningkat hingga
59% [7].
5. Leha dan Nordin (2014) membuat komposit poliester tidak jenuh berpengisi serat
bambu dengan fraksi volume serbuk 10, 20, 30, dan 40%. Dari hasil diperoleh
bahwa kekuatan tarik dan lentur terbaik terdapat pada fraksi volume serat 25%.
Sedangkan kekuatan impak terbaik terdapat pada fraksi volume serat 20% [8].
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini akan disintesis material
komposit dengan penambahan bentonit yang dimodifikasi dengan TiO2 pada matriks
poliester, dan diharapkan sifat mekanik komposit poliester lebih baik daripada sifat
mekanik dari resin poliester murni.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penambahan
bentonit termodifikasi sebagai pengisi dalam memperbaiki kekurangan sifat resin
poliester tak jenuh yaitu dalam hal kekuatan tarik (tensile strength), kekuatan bentur
(impact strength) dan penyerapan air (water absorption).

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi terbaik antara bentonit
termodifikasi terhadap kekuatan tarik (tensile strength), kekuatan bentur (impact
strength), penyerapan air (water absorption), pada komposit poliester yang
dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberikan informasi tambahan bagi dunia industri tentang pemanfaatan
bentonit termodifikasi sebagai pengisi pada komposit
2. Memberikan informasi terutama dalam bidang penelitian komposit tentang
pengaruh bentonit termodifikasi sebagai bahan pengisi komposit poliester
sehingga dapat diketahui komposisi pengisi yang terbaik diantara kedua jenis
pengisi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Adapun bahan baku
yang digunakan pada penelitian ini yaitu poliester tak jenuh sebagai matriks dan
bentonit sebagai pengisi. Variabel yang digunakan adalah :
Variabel Tetap Variabel Bebas
Komposisi Katalis MEKP sebanyak 1% Kandungan berat pengisi sebesar 5, 10,
dari berat resin poliester tak jenuh 15, dan 20% dari berat komposit

Perbandingan antara bentonit Variasi konsentrasi CTAB pada


termodifikasi dengan TiO2 (Titanium modifikasi bentonit yaitu sebesar 0,05,
Dioksida) sebagai filler sebesar 5 : 4 0,1, dan 0,15 M
Uji yang dilakukan adalah uji tarik (tensile strength) ASTM D 638 - 10, uji
bentur (impact strength) ASTM D 5942 - 96, penyerapan air (water absorption)
ASTM D 2482 - 01, pada komposit poliester tidak jenuh yang dihasilkan serta
didukung oleh analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electon
Microscopy (SEM)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai