Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan Pustaka

Bionomik Anopheles barbirostris Penular Malaria

Esther Sri Majawati

Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran UKRIDA


Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
Email: emajawati @yahoo.com

Abstrak
Malaria masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles.
Salah satu spesiesnya adalah Anopheles barbirostris. Program pemberantasan malaria adalah dengan
pengobatan pasien dan pengendalian vektor untuk memutus rantai penularan. Untuk itu sangat perlu untuk
mengetahui bionomik nyamuk ini untuk mempermudah menentukan strategi pengendalian vektor agar
penularan malaria dapat diatasi. Adapun yang perlu diketahui adalah: habitat, perilaku mencari darah,
perilaku istirahat, kejadian penularan yang berkaitan dengan kepadatan populasi dan umur nyamuk.

Kata kunci: Anopheles barbirostris, vektor malaria

Abstract
Malaria remains a health problem in Indonesia. Malaria is transmitted by the Anopheles mosquito. One
species is Anopheles barbirostris. Malaria eradication program is the treatment of patients and vector
control to break the chains of transmission. For that very need to know is to simplify bionomic mosquito
vector control strategies in order to determine the transmission of malaria can be overcome. As for who
needs to know is: habitats, blood-seeking behavior, resting behavior, incidence of transmission associated
with the mosquito population density and age.

Key words: Anopheles barbirostris, malaria vector

Pendahuluan Pemberantasan penyakit ini masih mendapat


perhatian khusus oleh pemerintah. Dalam
Malaria adalah penyakit yang program pemberantasan malaria, dilakukan
disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh upaya penemuan dan pengobatan penderita serta
nyamuk Anophelini sebagi vektor. Nyamuk pengendalian vektor untuk memutus rantai
Anophelini yang berperan sebagai vektor malaria penularan. Sampai sekarang, kegiatan utama
hanyalah dari genus Anopheles dan 16 spesies upaya pengendalian vektor adalah penyemprotan
telah dibuktikan berperan sebagai vektor malaria, rumah dengan insektisida yang dilengkapi
yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah dengan tindakan anti larva.3
lain tergantung kepada bermacam-macam faktor, Dengan diinformasikannya Anopheles
seperti penyebaran geografik, iklim dan tempat barbirostris sebagai vektor malaria di Sulawesi
perindukan.1 Salah satu spesies vektor tersebut dan Nusa Tenggara Timur (NTT),2 maka sangat
adalah Anopheles barbirostris.2 perlu untuk mengetahui bionomik nyamuk ini.
Penyakit malaria, masih merupakan Tulisan ini akan menyajikan berbagai hasil
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia , penelitian mengenai bionomik Anopheles
terutama di wilayah luar Jawa dan Bali. barbirostris di berbagai daerah di Indonesia.
Dengan diketahunya bionomik nyamuk ini, Pada umumnya tempat perindukan larva
diharapkan akan mempermudah pemerintah atau Anopheles barbirostris adalah sawah dan saluran
badan terkait untuk menentukan strategi irigasi, kolam, rawa, mata air, sumur.2 Habitat
pengendalian vektor agar penularan malaria yang disukai adalah air segar di daerah kolam,
dapat teratasi. terkena sinar matahari langsung atau tidak
langsung, dan adanya vegetasi di daerah kolam,
Bionomik Anopheles barbirostris yaitu tanaman air seperti Pistia stratiotes,
Dalam bionomik nyamuk akan dipelajari Eichornia crassipes, Spyrogyra, Lemna dan
mengenai perilaku nyamuk dan ekologinya. Ceratophyllum.7
Informasi penting yang perlu diketahui adalah Di Cina, biasanya larva An. barbirostris
habitat vektor, perilaku mencari darah, perilaku ditemukan di tepi kolam yang ditumbuhi rumput
istirahat, kejadian penularan yang berkaitan dan terkena sinar matahari secara tidak langsung,
dengan kepadatan populasi dan longivitas (umur seperti savanna dan sawah. Di Malaysia, larva
nyamuk). spesies ini biasanya ditemukan secara luas di
Dari hasil penelitian, maka bionomik Anopheles kolam yang tepinya ditumbuhi rumput, dan pada
barbirostris adalah sebagai berikut: rawa yang airnya mengalir.7
Di Indonesia, di Jawa tempat perindukan
I. Eksistensi dan Penyebaran spesies ini ditemukan di sawah, di Kalimantan
Anopheles barbirostris pertama kali ditemukan paling sering di sawah (pada taraf
berhasil diidentifikasi oleh Van der Wulp, pada awal pertumbuhan padi, dan populasi berkurang
tahun 1884, dari hasil mounting Ardjoeno dari seiring makin tingginya padi), selain itu juga
Jawa Timur, yang disimpan di museum Leyden.4 ditemukan di kolam, sumur, rawa dan sungai
Kemudian temuan dilanjutkan oleh Laveran pada dengan aliran yang tidak deras.7
tahun 1902, 2 ekor nyamuk betina dari Kamboja Di alam, An. barbirostris dapat
yang disimpan di Institut Pasteur, Paris. Setelah mendiami habitat larva seperti kolam kecil, rawa
itu tercatat penyebarannya meliputi India, dan sawah. Secara umum air bersih yang segar
Ceylon, Burma, Siam, Indocina, Cina Selatan, dengan tanaman air yang timbul di permukaan,
Malaysia, Indonesia, Papuanugini, Philipina, dan mengapung atau agak timbul di permukaan untuk
Polynesia.4 meletakkan telur.8 Di Indonesia, populasi
Di Indonesia, pertama kali dilaporkan terbesar dihubungkan dengan penanaman padi
oleh Venhuis pada tahun 1939 bahwa di atau persawahan.7
Sulawesi ada varian subspesifik Anopheles Sedangkan di Padang Cermin, Lampung
barbirostris barbirostris.4 Selanjutnya di Selatan, ditemukan tempat perindukan larva An.
Indonesia penyebarannya terdapat di daerah barbirostris di sawah dengan intensitas sinar
pedalaman dengan lahan pertanian yang luas. Di sedang, dan selokan dengan banyak rumput di
Sikka, Flores, spesies ini ditemukan di daerah tepinya.9 Dan di Manggala, Lampung Utara,
pantai selatan dan pedalaman.5 larva ini ditemukan di sawah, rawa dan parit
Anopheles barbirostris sudah yang banyak ditumbuhi Eichornia sp., Pistia sp.
dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Sulawesi, serta jenis rerumputan dengan pH 4,5 – 7,0.10.10
Irian Jaya, NTT2 karena ditemukannya sporozoit Di Sikka, Flores larva An. barbirostris lebih
pada nyamuk–nyamuk yang dibedah dan diduga sering ditemukan di sungai yang mengalir dan
sebagi vektor sekunder di Nusa Tenggara Barat laguna , namun kepadatan di laguna lebih tinggi
(NTB), dan Irian Jaya.6 daripada air sungai (mengalir). An. barbirostris
Selain sebagai vektor malaria, spesies ini ditemukan bersama-sama dengan An. sundaicus
dikenal juga sebagai vektor filaria Brugia malayi hanya di laguna yang berjarak 0–10 meter dari
periodik nokturna di Sulawesi Tenggara dan pantai saja, sedang laguna yang berjarak lebih
Selatan, dan Brugia timori di Flores. An. jauh dari pantai, spesies ini ditemukan tersendiri.
barbirostris belum pernah terbukti sebagi vektor Kadar garam laguna saat penemuan spesies ini
malaria di pulau Jawa.2 berkisar antara 0,2–10,4 % . Selain jenis-jenis
perindukan tersebut, An. barbirostris juga
II. Stadium Larva memiliki jenis perindukan lain seperti sawah
II. a. Tempat Perindukan dengan padi berumur 1 dan 4 bulan dengan
genangan sehingga spesies ini merupakan salah
satu spesies Anopheles yang paling bervariasi III.b. Waktu Menghisap Darah
tempat perindukannya di daerah itu.5 Waktu menghisap darah nyamuk ini
Di Irian Jaya, ditemukan: tempat terhadap hospes mempunyai pola-pola tertentu.
perindukan larva spesies ini adalah air dengan Aktivitas tersebut biasanya dimulai pukul 20.00
tumbuhan air. Kadang-kadang ditemukan di area sampai 04.00, dengan puncaknya antara pukul
terang (dengan sinar matahari). Kemudian 23.00–02.40 yang terjadi di dalam rumah
ditemukan juga di air bersih (sawah), pada (endofagik), sedangkan aktivitas di luar rumah
sungai dengan aliran yang lambat, parit, dan (eksofilik) dimulai pukul 18.00–04.40 dengan
dalam sumur. Larva ini tidak ditemukan dalam puncak gigitan pukul 23.00–03.40.7 Nyamuk ini
air payau.6 mulai aktif menggigit pukul 21.00–03.00 dengan
Dari penemuan-penemuan di atas puncak gigitan pukul 24.00.1 Di Sikka Flores,
menggambarkan bahwa tempat perindukan nyamuk ini menggigit sepanjang malam, dengan
Anopheles barbirostris beraneka ragam dan puncaknya segera sesudah tengah malam dan
berbeda–beda pada tiap daerah. berangsur-angsur menurun menjelang subuh.5

II.b. Asosiasi Spesies Lain III.c. Tempat Istirahat


Anopheles lain yang biasanya ditemukan Dalam memilih tempat istirahat baik
berasosiasi dengan An. barbirostris adalah An. sebelum menghisap darah maupun sesudah
aitkenii, An. sinensis, An. philippinensis, dan An. menghisap darah hospesnya, biasanya tidak
annularis. Di Sikka Flores, An. barbirostris terlalu jauh dari tempat hospes yang menjadi
ditemukan bersama-sama dengan An. sundaicus sasaran gigitannya, yaitu di luar rumah
di laguna.5 Di lokasi transmigrasi Manggala, (eksofilik) baik pada tanaman semak, rumpun
Lampung Utara, ditemukan Anopheles bambu atau pohon nenas di sekitar kandang
vagus, Anopheles barbirostris, dan hewan atau istirahat sementara pada dinding
Annopheles annularis di persawahan dengan rumah.7
tanaman air.10 Di Sikka, Flores, tempat istirahat An.
barbirostris adalah di dalam rumah dan di sekitar
II.c. Makanan kandang ternak. Dan lebih banyak yang istirahat
Di dalam isi perut nyamuk banyak di dalam rumah pada pagi hari daripada di
ditemukan spora jamur dan bahan diatomik.3 kandang ternak.5
Di Padang Cermin, Lampung Selatan,
III. Nyamuk Dewasa Ditemukan tempat istirahat An.
Mengenai nyamuk dewasa yang perlu barbirostris di daerah Hanura adalah di dalam
dipelajari adalah perilaku mencari darah. rumah dan di luar rumah, tetapi lebih banyak di
Kesenangan vektor menggigit yang berkaitan luar rumah, dan di di Sidodadi hanya di dalam
dengan waktu penting untuk dipelajari. rumah.9
Kesenangan vektor akan sumber darah, dapat
menerangkan potensi menularkan malaria dari III.d. Jarak Terbang
vektor yang bersangkutan. Selain itu perilaku Anopheles barbirostris ini mempunyai
istirahat, yang mempelajari tempat-tempat yang jarak terbang yang tidak terlalu jauh, biasanya
disenangi nyamuk untuk istirahat, karena jarak yang dapat ditempuh hanya berkisar antara
istirahat bagi nyamuk mengandung arti: istirahat 200–300 m dari tempat perindukan dan paling
yang sebenarnya, yaitu waktu menunggu proses jauh nyamuk ini hanya dapat menempuh jarak
perkembangan telur, dan istirahat sementara, antara 1.0 – 1.2 km.7
yaitu istirahat sebelum dan sesudah menggigit.3
III.e. Umur
III.a. Pilihan Hospes Untuk menggambarkan umur relatif
Nyamuk ini cenderung bersifat zoofilik populasi yang ditangkap, adalah dengan
atau lebih menyukai darah hewan.4 Di Sulawesi membedah perut nyamuk dan melihat kandung
dan NTT nyamuk ini cenderung bersifat telurnya. Dari pembedahan tersebut dapat
antropofilik.7 Di daerah Jawa dan Sumatra lebih diketahui nyamuk tersebut sudah pernah bertelur
menyukai hospes hewan daripada manusia.1 atau belum, sehingga dapat diperkirakan panjang
pendeknya umur nyamuk tersebut.12
Sesuai dengan perkembangan bentuk berhenti, meskipun padat populasinya sangat
infektif tiap jenis malaria di dalam tubuh nyamuk tinggi.3
ini diketahui di alam nyamuk ini dapat mencapai
umur 7 hari sampai 16 hari.7 Sedangkan di Anopheles barbirostris di Jawa
laboratorium umur nyamuk betina dapat Di Jawa An. barbirostris ditemukan
mencapai lebih dari 63 hari dengan diberi bersifat zoofilik. Tetapi dengan dipastikannya
makanan darah dan karbohidrat. Semua An. barbirostris sebagai vektor di daerah lain,
Anopheles yang ditemukan di Sikka Flores maka di Jawa dapat dilakukan pencegahan
berumur pendek.5 terhadap berkembangnya sifat nyamuk tersebut,
misalnya dengan memelihara hewan ternak yang
III.f. Kepadatan Musiman dikandangkan secara terpisah dari rumah
Kepadatan populasi An. barbirostris penduduk, terutama ternak kerbau, karena pada
hampir terjadi sepanjang tahun, hal ini berkaitan suatu penelitian di desa Carangpulang, Dramaga,
dengan selalu tersedianya habitat, terutama pada Bogor, nyamuk ini lebih suka menggigit darah
musim hujan populasi akan lebih meningkat dan kerbau daripada kambing atau hewan ternak
mencapai puncaknya pada bulan Desember– lain.3 Selain itu, mengingat tempat
Maret. Populasi akan menurun sampai pada titik perindukannya yaitu sawah, saluran irigasi,
terendah yaitu pada bulan Juli–Oktober.7 kolam dengan tanaman air, maka perlu peran
Di Sikka Flores pada musim kemarau aktif dari masyarakat dalam pengendalian
terlihat bahwa An. barbirostris adalah spesies nyamuk ini, antara lain dengan :3
yang dominan. Namun pada musim penghujan 1. Petani agar memelihara kondisi saluran
spesies yang dominan adalah An. aconitus pengairan tetap bersih tanpa kantong-
sedang An. barbirostris menempati urutan ketiga kantong air pada tepi saluran, sehingga air
setelah An. sundaicus. Perubahan tersebut mengalir dengan lancar.
terjadi karena tersedianya tempat perindukan 2. Petani menanam padi dengan musim tanam
masing-masing spesies. Di daerah tersebut An. serentak pada suatu areal cukup luas.
barbirostris diketahui mempunyai tempat 3. Petani melakukan pengeringan berkala tiap
perindukan segala jenis. Dengan lebih 10 hari sekali.
bervariasinya tempat perindukan An. 4. Petani membudayakan pola tanam selang-
barbirostris, maka dapat dimengerti bahwa pada seling antara tanaman basah (padi) dengan
musim kemarau meskipun sawah atau laguna tanaman kering (palawija).
kering namun masih ada genangan atau sungai 5. Petani menebarkan ikan pemakan jentik di
sebagai tempat perindukan yang tersedia.11 sawah.
Kepadatan populasi ini dipengaruhi juga 6. Membersihkan kolam dari tanaman air.
oleh keadaan alam. Di desa Waiklibang,
Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur, Penutup
menunjukkan bahwa gempa telah berpengaruh
terhadap peningkatan kepadatan populasi Dari informasi mengenai bionomik
nyamuk Anopheles sp. dan penderita malaria. Anopheles barbirostris di atas, maka dapat
Rata-rata penilaian kepadatan An. diketahui bahwa spesies ini di suatu daerah dapat
barbirostris yang menggigit orang sebelum dan berperan sebagai vektor malaria, tetapi di daerah
sesudah gempa adalah 0,10 ekor/orang/jam dan lain tidak sebagai vektor. Hal tersebut
0,14 ekor/org/jam.. Kepadatan tersebut hanya dikarenakan oleh perilaku yang tidak sama dari
sedikit meningkat, meskipun demikian terlihat spesies ini pada tiap daerah. Oleh karena itu
perbedaanya.13 bionomik nyamuk tiap daerah harus tetap diteliti
Kepadatan populasi vektor dan agar menemukan strategi pengendalian nyamuk
longivitas (umur nyamuk) sangat diperlukan tersebut, sehingga penularan malaria dapat
untuk mengetahui status dan musim penularan. diatasi.
Penularan ditentukan oleh padat populasi tinggi
dengan longivitas panjang. Padat populasi
rendah dengan longivitas panjang berarti bahwa
penularan masih berlangsung. Tetapi bila
longivitas pendek (hari), penularan malaria
Daftar Pustaka
8. Soelarto T, Nalim S, Bangs MJ. Operational and
1. Hoedojo, Zukhasril. Vektor penyakit protozoa. scientific notes: colonization of Anopheles
Dalam: Gandahusad S, Ilahude HD, Pribadi W, barbirostris from Central Java, Indonesia.
editor. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Journal of the American Mosquito Controle
Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 1998. P. 235 – 42 Association 1995 ; 11 (1) : 133 – 5
2. Hoedojo. Vector of malaria dan filariasis in 9. Idris-Idram NS, Sudomo M, Sujitno. Fauna
Indonesia. Bul Penelit Kesehat 1989; 17 (2) : Anopheles di daerah pantai bekas hutan
183 – 5. mangrove Kecamatan Padang Cermin
3. Kirnowardoyo S. Penelitian vector malaria yang Kabupaten Lampung Selatan. Bul Penelit
dilakukan oleh institusi keshatan tahun 1975 – Kesehat 1998/1999; 26 (1) : 1 – 14.
1990. Bul Penelit Kesehat 1991; 19 (4) : 24 – 10. Boesri H. Spesies Anopheles dan peranannya
32 sebagai vector malaria di lokasi transmigrasi
4. Reid JA. Anopheline mosquitoes of Malaya and Manggala, lampung Utara. Cermin Dunia
Borneo. Malaysia. Staples Printers. 1968 Kedokteran 1994; 94: 29 -31.
5. Ompusunggu S, Marwoto HA, Sulaksono ST, 11. Ompusunggu S, Marwoto HA, Sulaksono ST,
Atmosoedjono S, Suyitno, Moersiatno. Atmosoedjono S, Suyitno, Moersito. Peneliti
Penelitian pemberantasan malaria di Kabupaten pemberantasan malaria di Kabupaten Sikka,
Sikka, penelitian entomologi-2: tempat penelitian entomologi-2: tempat perindukan
perindukan Anopheles sp. Cermin Dunia Anopheles sp. Cermin Dunia Kedokteran 1996,
Kedokteran 1994; 94: 44 – 8. 106 : 10 -4
6. Church CJ, Atmosoedjono S, Bangs MJ. A 12. Dit. Jen. PPM dan PLP. Depkes RI. Cara-cara
review of Anopheline mosquito and malaria melakukan survai entomologi. Jakarta. 1986.
control strategies in Irian Jaya, Indonesia. Bul 13. Barodji, Widiarti, Nurisa I, Sumardi, Suwarjono
Penelit Kesehat 1995; 23 (3): 3 – 17. T, Sutopo. Penelitian kepadatan vector dan
7. Zulhasril. Diskusi : bionomic Anophelhes penderita malaria di Desa Waiklibang,
sundaicus dab Anopheles barbirostris sebagai Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur
vector malaria di Indonesia. Jakarta. Bagian sebelum dan sesudah gempa bumi. Cermin
Parasitologi FKUI. 2001 Dunia Kedokteran 1996; 106: 15-8.

Anda mungkin juga menyukai