Anda di halaman 1dari 32

MODUL PRAKTIKUM I

ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM

I. Pendahuluan
Untuk memperoleh hasil analisa yang benar maka haruslah diketahui cara-cara pokok dalam
perlakuan-perlakuan umum yang sering dijumpai dalam laboratorium, antara lain mengenai alat-
alat laboratorium dan cara penggunaannya serta bahan-bahan laboratorium dan cara
penangannannya.
Di dalam laboratorium dapat ditemukan berbagai macam alat yang terbuat dari kaca, plastik,
karet, logam, dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang berfungsi sebagai wadah dan pengukuran
volume. Wadah dan pengukuran volume ada yang ditera dengan teliti, seperti alat ukur pipet
volumetrik, pipet mohr, labu takar dan buret. Pengukuran dengan alat-alat tersebut akan
mempengaruhi hasil pengukuran secara kuantitatif.
Selain itu kebersihan dari alat juga dapat mempengaruhi hasil praktikum. Apabila alat yang
digunakan tersebut tidak bersih, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pada
alat tersebut masih tersisa zat kimia, maka zat tersebut dapat saja bereaksi dengan zat yang kita
gunakan sesudahnya dan dapat mengakibatkan kegagalan dalam praktikum.

1.1 Peralatan Dasar


1) Gelas Kimia (beaker) : berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang
dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 oC.
Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L.
Fungsi :
 Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi
 Menampung zat kimia
 Memanaskan cairan
 Media pemanasan cairan
2) Labu Erlenmeyer : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan
skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi :
o Untuk menyimpan dan memanaskan larutan
o Menampung filtrat hasil penyaringan
o Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi
1
3) Gelas ukur : berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca
atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi :
Untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam
jumlah tertentu
4) Pipet : alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas. Jenisnya:
5) Buret : berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Ukurannya mulai dari 5
dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05 mL.
Fungsi :
Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi.
6) Tabung reaksi : berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca
borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran.
Fungsi :
 Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia
 Untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil
7) Kaca arloji : terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter.
Fungsi :
 Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel
 Tempat saat menimbang bahan kimia
 Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator
8) Corong : terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas
bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya
dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.
Fungsi :
Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.
9) Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.
10) Mortar (lumpang) dan pestle (alu) : terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat
digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia.
11) Spatula : berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau
alumunium.
Fungsi :
 Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan
 Dipakai untuk mengaduk larutan

2
12) Batang pengaduk : terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di
dalam gelas kimia.
13) Kawat kasa : kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran
panas yang berasal dari suatu pembakar.
14) Kaki tiga : besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam
pemanasan.
15) Burner / pembakar spiritus : digunakan untuk memanaskan bahan kimia.
16) Bola hisap : digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan. Terbuat dari karet yang
disertai dengan tanda untuk menyedot cairan (suction), mengambil udara (aspirate) dan
mengosongkan (empty).
17) Neraca analisis : digunakan untuk menimbang padatan kimia.

1.2 Peralatan Pendukung


1) Labu ukur : berupa labu dengan leher yang panjang dan bertutup; terbuat dari kaca dan tidak
boleh terkena panas karena dapat memuai. Ukurannya mulai dari 1 mL hingga 2 L.
Fungsi :
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan.
Cara menggunakan :
Mengisikan larutan yang akan diencerkan atau padatan yang akan dilarutkan. Tambahkan
cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok kemudian penuhkan
labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara
membolak-balikkan labu sampai larutan homogen.
2) Labu bundar : berupa labu dengan leher yang panjang, alasnya ada yang bundar, ada yang
rata. Terbuat dari kaca tahan panas pada suhu 120-300 oC.Ukurannya mulai dari 250 mL
sampai 2000 mL.
Fungsi :
Untuk memanaskan larutan dan menyimpan larutan.
3) Corong Buchner : berupa corong yang bagian dasarnya berpori dan berdiameter besar.
Terbuat dari porselen, plastik atau kaca. Berguna untuk menyaring sampel agar lebih cepat
kering. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring yang diameternya sama
dengan diameter corong.
4) Erlenmeyer Buchner : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin mengecil,
ada lubang kecil yang dapat dihubungkan dengan selang ke pompa vakum. Terbuat dari

3
kaca tebal yang dapat menahan tekanan sampai 5 atm. Ukurannya mulai dari 100 mL hingga
2 L. Dipakai untuk menampung cairan hasil filtrasi.
Cara menggunakannya :
Diawali dengan memasang corong Buchner di leher labu, pasang selang yang tersambung
ke pompa vakum pada bagian yang menonjol.
5) Corong pisah : berupa corong yang bagian atasnya bulat dengan lubang pengisi terletak di
sebelah atas, bagian bawahnya berkatup. Terbuat dari kaca.
Fungsi :
Untuk memisahkan campuran larutan yang memiliki kelarutan yang berbeda. Biasanya
digunakan dalam proses ekstraksi.
Cara menggunakannya :
campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang atas, katup dalam keadaan
tertutup. Pegang tutup bagian atas, corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam
posisi horisontal, kocok agar ekstraksi berlangsung dengan baik. Buka tutup bagian atas,
keluarkan larutan bagian bawah melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup jika
larutan lapisan bawah sudah keluar.
6) Desikator : berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan
penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam
desikator : desikator biasa dan vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup
yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang
biasa digunakan adalah silika gel.
Fungsi :
 Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air
 Mengeringkan padatan
Cara menggunakannya :
 Dengan membuka tutup desikator dengan menggesernya ke samping.
 Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama.
Keterangan :
Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah
menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 105 oC sampai warnanya
kembali biru.
7) Cawan petri : berbentuk seperti gelas kimia yang berdinding sangat rendah. Terbuat dari
kaca borosilikat tahan panas. Berfungsi sebagai wadah menimbang dan menyimpan bahan
kimia, mikrobiologi.
4
8) Botol semprot : berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Berfungsi sebagai
tempat menyimpan aquades. Cara menggunakannya dengan menekan badan botol sampai
airnya keluar.

1.3 Bahan-bahan Berbahaya dan Cara-cara Penangannanya


1. Bahan-bahan yang Merusak Kulit, antara lain adalah :
a. Asam-asam kuat (pekat) : H2SO4 (Asam Sulfat) , HNO3 (Asam Nitrat), HCl
(Asam Klorida), HF (Asam Fluorida)
b. Basa-basa kuat : NaOH (Natrium hidroksida), KOH (Kalium hidroksida)
c. Asam/Basa lemah : CH3COOH (Asam asetat), (COOH)2, NH4OH (Amonium)
d. Lain-lain : H2O2 (peroksida pekat), brom cair, persenyawaan krom, persulfat,
kapur klor, (NH4)2S, AgNO3 (perak nitrat)
Bila zat-zat ini perlu diukur dengan tepat, maka gunakanlah pipet volume.
Hindarkan kontak langsung ke kulit atau mata, gunakan masker dan sarung tangan dan pada
saat memgambil bahan jangan sampai ada yang tercecer di luar botol.
Jangan memasukkan NaOH dan KOH ke dalam air yang bukan untuk melarutkan bahan dan
jangan menengok ke dalam cawan atau beker gelas yang sedang dipanaskan.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terkena bahan-bahan di atas adalah segera
mungkin mengguyur dengan air yang mengalir pada bagian yang terkena.
2. Gas – gas Beracun, antara lain adalah : CO (karbon monoksida), H2S (Hidrogen Sulfida),
Uap Hg (Air raksa), HCN (asam sianida), AsH 3 (Arsen hidrida), NO2 (Nitrogen dioksida),
Cl2 dan Br2 (Klor dan Brom), CS2 (Karbon disulfida), C6H6 (benzena), CHCl3 (Kloroform),
dan CCl4 (Karbontetraklorida).
Untuk menghindari kemungkinan termakannya bahan-bahan kimia, maka dilarang
makan/minum dan merokok di dalam laboratorium, karena merokok bukan hanya
menimbulkan kebakaran tetapi juga dapat menyebabkan terisapnya zat-zat racun.
3. Zat-zat yang Meledak, antara lain : Mn 2O7 (campuran KMnO4 dan H2SO4), nitrida-nitrida
logam berat serta hidrogen, endapan hitam yang lambat maun terbentuk dalam larutan perak
beramonia, asam perklorat dengan adanya zat-zat organik, natrium peroksida dengan karbon,
belerang atau zat-zat organik dan serbuk Mg bila dipanaskan dengan zat-zat yang lembab.
gas letus yang mungkin sekali terjadi jika dimulai dengan mengalirkan gas hidrogen ke
dalam suatu alat, peroksida-peroksida eter yang ditinggalkan waktu penyulingan eter asam
pikrat, dsb. Campuran nitrat dan klorat juga sering meledak jika dipanaskan.

5
II. Tujuan
Memperkenalkan alat dan bahan dalam praktikum kimia.

III. Pelaksanaan Praktikum


III.1 Alat
Semua peralatan laboratorium kimia.
III.2 Bahan
Semua bahan-bahan laboratorium kimia.
III.3 Prosedur Kerja
Mencatat semua peralatan kimia beserta fungsinya dan semua bahan-bahan kimia beserta
cara penangannanya.

6
MODUL PRAKTIKUM II
ACARA I
TITRASI ASAM BASA : PEMBUATAN LARUTAN

I. Pendahuluan
Larutan adalah suatu campuran homogeny yang terdiri atas dua komponen, yaitu zat terlarut
(solute) dan zat pelarut (solvent). Konsentrasi dari suatu larutan menunjukkan berapa banyak
jumlah suatu zat terlarut dalam larutan tersebut. Nilai dari konsentrasi suatu larutan dapat
dinyatakan dalam beberapa satuan, antara lain molaritas, normalitas, persen berat, persen
volume, fraksi mol, bagian persejuta (part permillion, ppm).
Untuk membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan cara:
1. Melarutkan zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan
2. Mengencerkan suatu larutan pekat
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan :
1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volume atau
massa larutan yang akan dibuat.
Contoh : berapa gram NaOM (Mr = 40) yang harus ditimbang untuk membuat 2 liter
larutan NaOH 0,1 M?
Jawab : NaOH 0,1 M artinya 0,1 mol NaOH terlarut dalam 1 liter larutan.
mol massa
Dengan memperhatikan rumus mencari M dan mol, M= , mol=
V Mr
Dan mensubstitusikan rumus mencari mol ke dalam rumus mencari M, maka
diperoleh rumus untuk mencari massa :
mol (massa/Mr)
M= =
V V
massa
Mx V = � massa =M x V xMr
Mr
Sehingga massa NaOH yang diperlukan = M x V x Mr = 0,1 M x 2 liter x 40 = 8
gram NaOH.
2. Apabila larutan yang lebih pekat, sesuaikan satuan konsentrasi larutan yang diketahui
dengan satuan yang diinginkan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran
adalah sama, dan memenuhi persamaan : V1 x M1 = V2 x M2
Dimana V1 = volume larutan atau massa sebelum diencerkan
M1 = konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V2 = volume larutan atau massa setelah diencerkan

7
M2 = konsentrasi larutan setelah diencerkan
Biasanya pada larutan asam/basa pekat, pada label kemasannya tidak diberikan informasi
mengenai konsentrasi larutan tersebut, tetapi hanya beberapa informasi penting seperti yang
tertera pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Informasi yang terdapat pada label kemasan larutan asam/basa pekat
Reagen
Jenis Informasi CH3COO
HCl HNO3 H2SO4 H3PO4 NH4OH
H
Mr (g/mol) 36,46 63,02 98,08 60,03 98,00 35,04
Konsentrasi dalam
36,00 69,50 96 – 97 99,50 88,00 58,60
prosen (b/b)
Massa jenis (kg/L) 1,19 1,42 1,84 1,06 1,75 0,90

Dari informasi pada Tabel 1.1, misalnya ingin membuat larutan standar HCl, maka harus
menghitung terlebih dahulu berapa konsentrasi larutan HCl yang akan diencerkan.
Diketahui massa jenis (ρ) HCl = 1,19 kg/L maka dalam 1 liter larutan terdapat berat larutan
1,19 kg atau 1190 gram. Konsentrasi prosen berat bahan sebesar 36%, maka dalam 1 liter
larutan terdapat :
36
1190 x = 428,4 g
100
428,4 g
( )
mol (massa/Mr) 36,46 g/mol
M= = = =11,75M=12M
V V 1L

Sehingga untuk membuat larutan 100 ml HCl 0,1 M, maka ml HCl pekat yang diambil :
V1 x M1 = V2 x M2
V xM 100ml x 0,1M
V = 2 2= =0,83 ml
1 M 12M
1

II. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini diharapkan praktikan dapat membuat dan mengencerkan larutan
dengan konsentrasi tertentu.

III. Pelaksanaan Praktikum

8
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes,
pipet ukur, pipet gondok, labu takar, gelas arloji, dan botol semprot.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam klorida pekat, pelet natrium
hidroksida, dan akuades.
3.3 Prosedur Kerja
Dalam percobaan ini, dibuat larutan HCl dengan cara mengencerkan larutan HCl pekat, dan
larutan NaOH dengan cara melarutkan butiran NaOH dalam akuades.
A. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida
1. Timbang gelas ukur kosong, catat beratnya
2. Ambil 4,15 mL larutan asam klorida pekat dengan menggunakan gelas ukur
3. Perlahan-lahan, masukkan asam klorida pekat yang telah diambil ke dalam labu takar 100
mL. Lakukan dalam lemari asam..
4. Tambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas. Tutup labu takar dan
lakukan pengocokan hingga larutan homogen. Timbang berat labu takar yang telah berisi
larutan. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai larutan A.
5. Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, pindahkan 20 mL larutan asam
klorida yang telah dibuat (larutan A) ke dalam labu takar 100 mL yang baru.
6. Tambahkan akuades ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan HCl yang
telah diencerkan ini disebut sebagai larutan B.
B. Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida
1. Timbang secara teliti 0,4 gram butiran NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca
analitik.
2. Begitu penimbangan selesai dilakukan, segera pindahkan NaOH dari gelas arloji ke
dalam gelas beaker yang telah berisi 20-25 mL akuades .
3. Aduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut sempurna.
4. Pindahkan larutan dari gelas beaker ke dalam labu takar 100 mL.
5. Tambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Tutup labu takar, kemudian
kocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut sebagai larutan C.

MODUL PRAKTIKUM II

9
ACARA II
TITRASI ASAM BASA : PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

I. Pendahuluan
Untuk mengetahui konsentrasi dari suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya dapat
dilakukan melalui analisis kuantitatif dengan menggunakan bantuan suatu larutan standar. Suatu
larutan standar dapat dibuat dari sejumlah contoh yang diinginkan, yang ditimbang secara teliti,
kemudian melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya,
sehingga konsentrasinya telah diketahui. Larutan standar ini disebut sebagai standar primer.
Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan dikenal
sebagai standarisasi. Suatu larutan lebih umum distandarisasi dengan cara titrasi, dimana pada
proses itu larutan yang akan ditentukan konsentrasinya bereaksi dengan standar primer.

II. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menentukan konsentrasi larutan yang tidak diketahui dengan
cara titrasi.

III. Pelaksanaan Praktikum


III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes,
pipet ukur, pipet gondok, labu takar, buret, gelas arloji, dan botol semprot.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan natrium hidroksida 0,1 M,
larutan asam klorida 0,1 M, indikator phenophtalein, dan akuades.
III.3 Prosedur Kerja
A. Pembuatan larutan standar asam oksalat dan penggunaannya untuk standarisasi larutan
NaOH
1. Timbang secara teliti 1,26 g asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dengan
menggunakan gelas arloji dan neraca analitik.
2. Pindahkan asam oksalat ke dalam gelas beker 250 ml, tambahkan 25 ml akuades,
aduk hingga larut. Bilas gelas arloji dengan sedikit akuades, dan masukkan air
bilasan ke dalam gelas beker berisi larutan asam oksalat tersebut.
3. Pindahkan larutan asam oksalat ke dalam labu takar 100 ml, bilas gelas beker dengan
sedikit akuades, masukkan air bilasan ke dalam labu takar.

10
4. Tambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tepat tanda batas. Kocok hingga
homogen.
5. Cuci buret yang akan digunakan dengan akuades, kemudian masukkan larutan asam
oksalat yang telah dibuat ke dalam buret 50 ml.
6. Isi Erlenmeyer dengan 10 ml larutan NaOH (larutan C) yang akan distandarisasi,
tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein.
7. Titrasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat dari buret.
8. Hentikan titrasi tepat pada saat terjadi perubahan warna yang konstan.
9. Catat volume asam oksalat yang digunakan.
10. Ulangi titrasi sebanyak 2 kali lagi. Hitung rata-rata volume asam oksalat yang
digunakan dari tiga kali titrasi yang telah dilakukan.
B. Penentuan Konsentrasi larutan Asam Klorida melalui Titrasi dengan Natrium Hidroksida
a. Titrasi dengan Indikator Phenolftalein (PP)
1. Sebelum digunakan, bilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan
larutan NaOH yang telah dibuat (larutan C).
2. Isi buret dengan larutan tersebut (larutan C).
3. Catat volume awal larutan NaOH dalam buret dengan membaca skala pada
miniskus bawah larutan.
4. Pindahkan 10 mL larutan asam klorida encer (larutan B) ke dalam Erlenmeyer
dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
5. Tambahkan indikator phenolphthalein ke dalam larutan tersebut.
6. Titrasi larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan NaOH dalam buret hingga
terjadi perubahan warna.
7. Begitu terjadi perubahan warna konstan, titrasi dihentikan.
8. Baca volume akhir NaOH yang tersisa dalam buret. Hitung volume NaOH yang
diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam
buret.
9. Lakukan titrasi sebanyak 2 kali.
b. Titrasi dengan Indikator Metil Merah (MM)
1. Bilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan NaOH yang
telah dibuat (larutan C)
2. Isi buret dengan larutan tersebut (larutan C).
3. Pindahkan 10 mL larutan HCl 0,1M ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan
pipet gondok atau pipet ukur.
11
4. Tambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut.
5. Titrasi larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan NaOH encer di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna.
6. Begitu terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.
7. Hitung volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi larutan HCl tersebut.
8. Lakukan titrasi sebanyak 2 kali.
9. Bandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indikator
PP dan indikator MM.
III.4 Perhitungan dan Pengolahan Data
I. Standarisasi Larutan NaOH
Konsentrasi Larutan Asam Oksalat
Massa asam oksalat = 1,26 g
Mr asam oksalat = 126 g/mol
Volume larutan asam oksalat = 100 ml = 0,1 L
mol (massa / Mr) (1,26 g /126 g/mol)
M asamoksalat = = = = 0,1 mol/L
V V 0,1L

N asam oksalat = n x M = 2 ekivalen/mol x 0,1 mol/L = 0,2 ek/L

Penentuan Konsentrasi NaOH (Larutan C)


Volume NaOH untuk titrasi = 10 ml
Volume rata-rata asam oksalat saat titrasi = Vasam oksalat hasil titrai
Normalitas asam oksalat = 0,2 ek/L
Pada saat titik ekivalen : (N x V)asam = (NxV)basa
(N x V)asam oksalat = (N x V)NaOH
0,2 ek/L x Vasamoksalathasiltitrasi
NNaOH=
10ml

II. Penentuan Konsentrasi NaOH (larutan C) melalui perhitungan pengenceran


Massa NaOH = 0,4 g
Volume pengenceran = 100 ml = 0,1 L
Mr NaOH = 40 g/mol
m 0,4 g
MNaOH = = = aM
V x Mr 0,1L x 40g/mol

III. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl pekat


12
(lihat pada bagian pendahuluan modul titrasi asam basa acara I : pembuatan larutan)

IV. Penentuan Konsentrasi HCl encer


Melalui perhitungan pengenceran
a. Konsentrasi Larutan A b. Konsentrasi Larutan B
M HCl pekat = X mol/L MA = a mol/L
V HCl pekat = 4,15 ml VA = 20 ml
V larutan A = 100 ml VB = 100 ml
MA x VA = MHCl x VHCl MA x VA = MB x VB
MHCl x VHCl X mol/L x 4,15ml MA x VA amol/L x 20ml
MA = = MB = =
VA 100ml VB 100ml

=bM =cM

Melalui titrasi
Pada saat titik ekuivalen, jumlah ekuivalen basa dari natrium hidroksida sama dengan
jumlah ekuivalen asam dari larutan asam klorida.
a. Titrasi menggunakan indikator PP
Konsentrasi larutan NaOH = a M
Volume HCl yang dititrasi = 10 ml
Rerata volume NaOH yang digunakan saat titrasi = Vhasil titrasi = V1
MHCl x VHCl = MNaOH x VNaOH
MNaOH x VNaOH aM x V1
MHCl = = = dM
VHCl 10ml

b. Titrasi menggunakan indikator MM


Konsentrasi larutan NaOH = a M
Volume HCl yang dititrasi = 10 ml
Rerata volume NaOH yang digunakan saat titrasi = Vhasil titrasi = V2
MHCl x VHCl = MNaOH x VNaOH
MNaOH x VNaOH aM x V2
MHCl = = = eM
VHCl 10 ml

13
MODUL PRAKTIKUM III
ACARA I
PERBANDINGAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA
ANTARA SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN

14
I. Pendahuluan
Secara umum, ikatan yang menghubungkan atom-atom dalam suatu senyawa dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu ikatan ionik dan ikatan kovalen. Pada ikatan kovalen terjadi
pemakaian bersama pasangan elektron antara dua buah atom yang berbeda. Sedangkan pada
ikatan ionik, interaksi yang menyebabkan terjadinya ikatan antar partikel adalah adanya gaya
tarik elektrostatik antara partikel bermuatan yang memiliki muatan berbeda.
Senyawa-senyawa yang terbentuk melalui ikatan kovalen umumnya memiliki titik didih dan
titik lebur yang relatif rendah, sehingga pada suhu kamar banyak ditemukan dalam bentuk cair.
Sebaliknya, senyawa-senyawa yang terbentuk melalui ikatan ionik umumnya memiliki titik
didih dan titik lebur yang relatif tinggi, sehingga sebagian besar senyawa ionik merupakan suatu
padatan kristal pada suhu kamar. Hal ini dikarenakan interaksi Van der Waals yang terjadi antar
partikel dalam senyawa kovalen tidak begitu kuat dibandingkan interaksi Van der Waals yang
terjadi dalam senyawa ionik.
Senyawa-senyawa kovalen umumnya kurang begitu polar, sehingga hanya sedikit jenis
senyawa kovalen yang larut dalam air. Selain itu, senyawa kovalen bukan merupakan penghantar
listrik yang baik. Adapun senyawa ionik umumnya dapat larut dalam air. Karena dalam air
senyawa ionik dapat terdissosiasi menjadi ion-ionnya, senyawa ionik dapat menghantarkan
listrik.

II. Tujuan
1. Mempelajari sifat fisika dan kimia antara senyawa kovalen dan senyawa ion
2. Menjelaskan pengaruh jenis ikatan dan struktur molekul terhadap sifat fisika dan kimia
senyawa

III. Pelaksanaan Praktikum


III.1 Alat
Tabung reaksi, thermometer, gelas piala, lampu spiritus, sudip kaca, pipet tetes, gelas arloji
III.2 Bahan
NaCl, air, urea, n-heksan, naftalen
III.3 Prosedur Kerja
A. Perbandingan Titik leleh
Senyawa Kovalen
1. Masukkan sejumlah urea ke dalam tabung reaksi, masukkan thermometer di dalamnya

15
2. Panaskan tabung reaksi diatas nyala api spiritus. Catat suhu tepat pada saat urea mulai
meleleh dan suhu saat seluruh contoh urea telah meleleh, ini merupakan kisaran titik
leleh.
3. Ulangi untuk naftalen
4. Ulangi sebanyak 2 kali
5. Bandingkan hasil pengamatan dengan data titik leleh dari buku acuan

Senyawa Ion
Karena titik leleh senyawa ion sangat tinggi, maka tidak mungkin melakukan dengan
percobaan seperti senyawa kovalen. Titik leleh senyawa ion dapat dilihat dari handbook,
missal untuk NaCl 804oC.

B. Perbandingan kelarutan
1. Masukkan urea ke dalam tabung reaksi I, tambahkan air, aduk dan amati. Masukkan
pula urea ke dalam tabung reaksi II, tambahkan n-heksan, aduk dan amati.
2. Ulangi untuk contoh naftalen, NaCl, bagaimana kelarutannya

C. Uji Bau
Coba identifikasi bau dari naftalen dan NaCl, apakah berbau? Jika ya, apakah anda
pernah mencium bau ini sebelumnya?

16
MODUL PRAKTIKUM IV
ACARA I
MASSA JENIS ZAT

I. Pendahuluan
Sifat penting dari suatu zat adalah massa jenisnya. Pengertian massa jenis adalah massa per
satuan volume. Untuk menyatakan massa jenis, seringkali menggunakan simbol huruf Yunani ρ
dibaca "rho". Jika benda homogen yang massa m mempunyai volume V, maka massa jenisnya
dapat kita tentukan dengan menggunakan rumus:

II. ρ=m/V
III.
Dalam sistem SI, satuan massa jenis dinyatakan dengan kilogram per meter kubik
(kg/m^3), sedangkan dalam sistem cgs satuan massa jenis adalah gram per sentimeter kubik
(g/cm^3). Jika dikonversikan, kesetaraan kedua satuan ini adalah:

1 g/cm^3 = 1.000 kg/m^3)

Untuk benda homogen, massa jenisnya tetap di seluruh bagian benda. Sedangkan, untuk
benda tak homogen, massa jenisnya berbeda-beda di setiap bagian. Atmosfer bumi kita
mempunyai massa jenis yang berbeda-beda di setiap bagiannya/lapisannya. Untuk benda-
benda tak homogen, penentuan massa jenisnya menggunakan massa jenis rata-rata. Massa
jenis suatu zat sangat bergantung pada faktor suhu dan tekanannya. Selain itu, jika kita
perbandingkan antara massa jenis zat dengan massa jenis air pada suhu 4 derajat celsius,
maka akan kita dapat massa jenis relatif.
Pengertian Massa jenis relatif suatu zat adalah perbandingan antara massa jenis zat
tersebut dengan massa jenis air pada suhu 4 derajat celsius. Oleh karena itu, massa jenis
relatif adalah bilangan murni tanpa satuan. Karena massa jenis air pada suhu 4 derajat celsius
adalah 1 g/cm^3 atau 1000 kg/m^3, maka massa jenis relatif suatu zat dapat diketahui
dengan mudah.

IV. Tujuan
V. Pelaksanaan Praktikum
V.1 Alat

17
V.2 Bahan
V.3 Prosedur Kerja
Tujuan
Menentukan massa jenis air, minyak, dan CPO
Alat
Neraca analitik, gelas ukur, pipet ukur, gelas piala, pipet tetes, gelas arloji
Bahan
Air, minyak, dan Crude Palm Oil (CPO)
Prosedur Kerja
1. Timbang gelas ukur atau beaker gelas yang digunakan sebagai wadah (m1)
2. Ambil masing-masing bahan sebanyak 10 mL letakkan pada beaker gelas atau tetap pada
gelas ukur (v)
3. Timbang kembali wadah beserta bahan (m2)
4. Tentukan massa jenis masing-masing bahan tersebut

m2 – m1
Massa jenis =
V

18
MODUL PRAKTIKUM V
ACARA I
KOLOID
PRAKTIKUM KOLOID

A. JELIFIKASI
Tujuan : Mengamati proses pembentukan jeli.

Alat dan Bahan :


1. Gelas
2. Sendok makan
3. Panci
4. Kompor
5. Kanji atau agar-agar
6. Air

Langkah Kerja :
a. Sediakan kanji atau agar-agar, kemudian masukkan ke dalam panci berisi air dan aduk.
b. Panaskan campuran sampai mendidih. Pindahkan ke dalam gelas dan biarkan campuran
hingga dingin kembali. Amati perubahan yang terjadi.

Pertanyaan :
 Apakah yang terjadi pada campuran ketika dilarutkan dalam air dingin, pada keadaan
panas, dan setelah dingin kembali?
 Tentukan zat terdispersi, medium pendispersi, dan jenis koloidnya.

B. PRAKTIKUM KIMIA EFEK TYNDALL


Tujuan : Mengamati efek Tyndall.

Alat dan Bahan :


19
1. Gelas kimia
2. Senter
3. Larutan NaOH 0,5 M
4. Alkohol 60%
5. Larutan kanji 0,1%
6. Air teh
7. Air sabun
8. Minuman kaleng bersoda

Langkah Kerja :
a. Masukkan masing-masing larutan berikut ke dalam gelas kimia: larutan NaOH 0,5 M,
alkohol 60%, larutan kanji 0,1%, air teh, air sabun, dan minuman kaleng bersoda.
b. Simpan semua larutan tersebut di tempat yang gelap, kemudian sinari dengan lampu
senter.
c. Amati berkas cahaya lampu senter di dalam larutan.

Pertanyaan :
 Manakah larutan yang tembus cahaya dan yang menghamburkan cahaya?
 Manakah larutan yang tergolong koloid? Mengapa larutan koloid dapat menghamburkan
cahaya senter

C. PRAKTIKUM KIMIA DESTABILISASI KOLOID


Tujuan : Mengamati proses destabilisasi koloid.

Alat dan Bahan :


1. Gelas kimia 500 mL
2. Batang pengaduk
3. Air sumur/kolam/sungai
4. Tawas atau PAC (polialuminium klorida)

Langkah Kerja :
a. Ambil air tanah atau air permukaan lainnya (air sumur, kolam, atau air sungai). Masukkan
ke dalam gelas kimia 500 mL.
b. Tambahkan 0,5 gram tawas atau PAC (polialuminium klorida), kocok sebentar dan amati
perubahan yang terjadi.

Pertanyaan :
 Tuliskan rumus kimia tawas. Ion-ion apakah yang terdapat dalam tawas?
 Apakah yang dapat Anda simpulkan dari percobaan ini?

D. PEMBUATAN EMULSI

Alat dan bahan:


1. tabung reaksi dan rak tabung reaksi
2. minyak
3. air sabun
4. akuades

Langkah Kerja :
20
a. Dalam tabung reaksi yang bersih masukkan 1 mL minyak tanah, tambahkan 10 mL
akuades, lalu kocok keras-keras. Perhatikan hasilnya!
b. Ke dalam campuran zat tersebut, kemudian tambahkan 15 tetes larutan sabun lemak dan
kocok dengan kuat.
c. Diamkan selama 10 – 15 menit. Amati perubahan yang terjadi! Bandingkan dengan hasil
percobaan 1!

E. PEMBUATAN KOLOID SECARA DISPERSI

Alat dan bahan :


1. gelas beker 100 mL
2. pengaduk
3. akuades
4. kertas saring
5. amilum
6. larutan iodin
7. corong gelas
8. lumpang dan alu mortir
9. pipet tetes

Langkah Kerja :
1. Ambil satu sendok amilum, kemudian masukkan ke dalam gelas beker 50 mL yang telah
berisi 10 mL akuades. Aduk campuran kemudian saring. Amati filtratnya (cairan hasil
penyaringan)!
2. Ambil satu sendok amilum, kemudian gerus sampai halus dengan mortir. Tambahkan 10
mL akuades sambil diaduk, kemudian saringlah. Amati filtratnya!
3. Bandingkan filtrat 1 dan filtrat 2, kemudian ke dalam masing-masing filtrat tambahkan
beberapa tetes larutan I2 (iodin) dan amati perubahan yang terjadi.

21
MODUL PRAKTIKUM VI
ACARA I
REKRISTALISASI GARAM
TUJUAN
A. Mengenal cara melakukan rekristalisasi
B. Terampil melakukan rekristalisasi
Rekristalisasi adalah suatu cara memisahkan atau memurnikan zat yang berupa Kristal dari
kotorannya.
Percobaan ini bertujuan untuk mengenal cara melakukan rekristalisasi dan terampil dalam
melakukan rekristalisasi. Prinsip dasar yang dipakai dalam rekristalisasi adalah proses
pemurnian suatu zat berbentuk kristal dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan dalam pelarut
pada suhu tertentu. Proses rekristalisasi meliputi beberapa tahap yaitu pelarutan, penyaringan,
pemanasan dan pendinginan.

Prinsip kerja dari percobaan rekristalisasi adalah pertama-tama mengambil gara dapur
secukupnya lalu melarutkan garam dapur ke dalam 5 ml akuades yang dilakukan di dalam gelas
beker. Kemudian menyaring larutan tersebut, filtrate yang diperoleh tersebut diuapkan dalam
cawan porselin, hingga menguap di atas kompor listrik. Selanjutnya, menyingkirkan kompor
listrik dan mendinginkannya, dan mengamati serta membandingkan kristal garam dapur yang
terbentuk dengan kristal garam dapur semula. Langkah selanjutnya, menimbang CuSO 4
sebanyak 5,05 gram dan melarutkan CuSO4 ke dalam 25 ml akuades, alu larutan tersebut
disaring. Setelah itu, masukkan larutan tersebut ke cawan porselin dan diuapkan hingga volume
tinggal kurang lebih 10 ml. selanjutnya menyingkirkan kompor listrik dan mendinginkan serta
menunggu sampai semua filtratnya berubah menjadi kristal. Kemudian mengamati dan
membandingkan kristal CuSO4 yang terbentuk dengan CuSO4 semula.
Perbandingan garam dapur sebelum dan setelah rekristalisasi yaitu garam dapur yang belum
direkristalisasi berbentuk kristal yang kasar, bentuknya bongkah-bongkahan dan berwarna putih
keruh atau putih kotor. Sedangkan garam dapur setelah direkristalisasi berbentuk kristal yang
halus, lebih lembut, warnanya putih bersih dan massanya len=bih berkurang. Kristal CuSO4
sebelum direkristalisasi yaitu berbentuk kristal yang kasar, berwarna biru tua. Sedangkan kristal
CuSO4 yang sudah direkristalisasi mempunyai bentuk yang lebih halus, berwarna biru muda,
Nampak lebih bersih dan massanya lebih sedikit.
Rendeman CuSO4 = massa akhir X 100%
Massa awal

Reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan rekristalisasi yaitu


a. Reaksi rekristalisasi pada garam dapur (NaCl) :
NaCl (s) + H2O (l) à NaCl (aq)

22
NaCl (aq) à NaCl (s)
b. Reaksi rekristalisasi pada tembaga sulfat (CuSO4):
CuSO4 (aq) + H2O (l) à CuSO4 (aq)
CuSO4 (aq) à CuSO4 (s) (putih)
CuSO4 (aq) à CuSO4 . 5 H2O (s) (biru)

Garam dapur pada keadaan awal berupa kristal kasar dan bewarna putih keruh. Hal ini
disebabkan karena adanya kotoran-kotoran yang masih terkandung di dalamnya. Kemudian
garam dapur dilarutkan dalam akuades, disaring, dipanaskan dan didinginkan. Pada proses ini
diperoleh kristal garam dapur yang putih bersih dan lebih halus. Hal tersebut disesabkan karena
garam dapur sudah dilarutkan dalam akuades dan sudah memalui proses penyaringan. Fungsi
penyaringan tersebut adalah memisahkan larutan dengan kotoran yang ada di dalamnya.
Pemanasan filtrate garam dapur dalam rangkaian proses rekristalisasi menyebabkan
merenggangnya molekul-molekul zat sehingga cairan yang dihasilkan lebih halus dan lembut.
Sedangkan massa dari garam dapur kurang. Hal ini disebabkan karena sebagian filtat menguaap
saat dipanaskan.
Perubahan warna yang terjadi pada saat pemanasan karena kotoran salam tembaga sulfat
tersaring sebelum pemanasan, sehingga warnanya lebih bersih dan dan berwarna biru muda.
Tembaga sulfat sukar larut karena titik jenuhnya lebih tinggi dibandingkan titik jenuh garam
dapur. Pada saat proses pendinginan, filtrat tembaga sulfat sukar mengkristal, hal ini disebabkan
karena kurangnya proses pemanasan/ penguapan maka menyebabkan pelarut tidak sepenuhnya
menguap. Sedangkan massanya berkurang dari 5,05 gram menjadi 4,82 gram, karena pada saat
pemanasan, sebagian filtrate CuSO4 menguap dan dalam prosesnya saat pemanasan, terjadi
percikan-percikan CuSO4 .Hal tersebut yang membuat massa CuSO4 berkurang setelah
rekristalisasi.
Dalam proses kristalisasi diperlukan pelarut yang baik agar hasil kristal yang didapatkan bisa
berkualitas baik pula. Syarat-syarat pelarut yang baik, antara lain :
a. Mempunyai titik didih relative rendah agar mudah terpisah dengan kristal murni
b. Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat
pengotor.
c. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal
d. Bersifat inert ( tidak mudah bereaksi dengan kristal)
e. Mudah dipisahkan dari kristalnya
f. Dapat melarutkan senyawa lain
g. Mempunyai daya larut yang tinggi
h. Berupa pemurni atau dengan kata lain pelarut biasanya berupa pemurni

23
MODUL PRAKTIKUM VII
ACARA I
REAKSI PENYABUNAN

Tujuan
Tujuan percobaan adalah mempelajari reaksi penyabunan

Dasar Teori
Lipid adalah senyawa organic yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non
polar atau semipolar seperti eter dan kloroform. Lemak dan minyak merupakan trigliserida, salah
satu bagian dari lipid. Trigliserida yang bereaksi dengan basa kuat akan membentuk garam asam
lemak seperti reaksi berikut:
Reaksi pembentukan sabun:
kalor
Gliseril tristearat + NaOH Na – stearat + gliserol
NaCl
Alat
Tabung reaksi, thermometer, gelas piala, water bath, hot plate, sudip kaca, gelas arloji,
Bahan
Minyak, natrium klorida (NaCl), air, natrium hidroksida (NaOH)

Prosedur Kerja
Reaksi Penyabunan
1. Buat larutan NaOH 2 M dan larutan NaCl 2M masing-masing sebanyak 100 mL
2. Minyak 2 mL dimasukkan pada tabung reaksi kemudian ditambahkan 8 mL larutan
NaOH 2M, panaskan bersuhu 80-100oC selama 30 menit
3. Tambahkan 4 mL NaCl 2M. Dinginkan sampai terbentuk endapan atau gumpalan dan
pisahkan lapisan airnya.
4. Ambil endapannya dan tambahkan air sampai setengah tabung reaksi.
5. Tutup dan kocok perlahan. Amati perubahan yang terjadi

24
MODUL PRAKTIKUM VIII
ACARA I
PEMBUATAN BIODIESEL

Tujuan
Tujuan percobaan adalah mempelajari pembuatan biodiesel

Dasar Teori
Lipid adalah senyawa organic yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non
polar atau semipolar seperti eter dan kloroform. Lemak dan minyak merupakan trigliserida, salah
satu bagian dari lipid. Trigliserida yang direaksikan dengan metanol membentuk metil ester
seperti reaksi berikut:
Reaksi pembentukan biodiesel:
kalor
Gliseril tristearat + CH3OH CH3 - stearat + H2O
NaOH
Contoh suatu trigliserida:

Alat
Tabung reaksi, thermometer, gelas piala, lampu spiritus, sudip kaca, gelas arloji, corong pisah
Bahan
Minyak, metanol, air, dan natrium hidroksida (NaOH)

Prosedur Kerja
Pembuatan Biodiesel

25
1. Pembuatan biodiesel menggunakan katalis NaOH 1% (w/v) dari minyak (volume
minyak 100 mL)
2. Panaskan minyak sampai suhu 50oC
3. 50 mL metanol dicampurkan dengan katalis NaOH, diaduk sampai homogen, setelah
itu ditambahkan pada minyak perlahan-lahan
4. Semua larutan diaduk kemudian dipanaskan pada suhu 50oC selama 30 menit.
5. Diamkan dan pisahkan
6. Ukur volume biodiesel yang terbentuk. Hitung rendemen terbentuk biodiesel

Volume biodiesel
Rendemen = ____________________ x 100%
Volume minyak

26
MODUL PRAKTIKUM VIII
ACARA 2
UJI BIODIESEL

Meliputi perhitunan rendemen, Uji nyala, densitas dll

27
MODUL PRAKTIKUM IX
ACARA I
LAJU REAKSI

28
MODUL PRAKTIKUM X
ACARA I
PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah membuat kurva baku dan menentukan
konsentrasi larutan zat warna menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis

DASAR TEORI
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya jauhnya pengabsorpsian
energy cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi,
demikian pula pengukuran pengukuran pengabsorpsian yang menyendiri pada suatu
panjang gelombang tertentu. Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur
transmitans (T) atau absorbans (A) suatu sampel sebagai suatu fungsi panjang gelombang
(λ).
Benda bercahaya seperti matahari atau suatu bohlam listrik memancarkan
spectrum yang lebar yang terdiri dari panjang gelombang. Panjang gelombang yang
dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata
manusia dan karenanya menimbulkan kesan subjektif akan ketampakan (vision).
Berbagai satuan digunakan untuk panjang gelombang, bergantung pada daerah spectrum:
untuk radiasi ultraviolet (UV) dan cahaya tampak (Visible), satuan angstrom (Ǻ) dan
nanometer (nm) digunakan secara meluas.

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas arloji,
neraca analitik, pipet ukur, labu takar, spatula, spektrofotometer, dan botol semprot.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah zat warna dan
akuades.

Prosedur Kerja

29
1. Pembuatan larutan standar dan kurva baku zat warna
a. Larutan induk 1000 ppm
Menimbang 0,1 g zat warna kemudian diencerkan sampai volume 100 mL pada
labu takar
b. Larutan baku 100 ppm
c. Mempipet 1 mL larutan induk 1000 ppm ditambahkan 9 mL akuades
d. Larutan baku 200 ppm
e. Mempipet 2 mL larutan induk 1000 ppm ditambahkan 8 mL akuades
f. Larutan baku 600 ppm
g. Mempipet 6 mL larutan induk 1000 ppm ditambahkan 4 mL akuades
h. Larutan baku 800 ppm
i. Mempipet 8 mL larutan induk 1000 ppm ditambahkan 2 mL akuades
j. Mengukur absorbansi masing-masing larutan standar pada panjang gelombang
400 nm dan 500 nm
k. Membuat kurva standar menggunakan persamaan garis lurus y = mx + c dengan
memplotkan, x = konsentrasi dan y = absorbansi.
2. Penentuan konsentrasi larutan sampel X
a. Mengukur absorbansi larutan sampel X pada panjang gelombang 400 nm dan
500 nmMengukur absorbansi masing-masing larutan standar pada panjang
gelombang 400 nm dan 500 nm
b. Menghitung konsentrasi larutan sampel X menggunakan persamaan kurva standar
yang telah didapatkan diatas

HASIL
Absorbansi (A)
Konsentrasi (ppm)
λ = 400 nm λ = 500 nm
100 ……… ……….
200 ……… ………
600 ……… ………
800 ……… ………
1000 ……… ………
Sampel X ? ?
Contoh Perhitungan

30
1. Kurva standar zat warna dan penentuan konsentrasi sampel X pada panjang gelombang
400 nm

Persamaan kurva baku didapatkan y = 0,001x – 0,025


Jika pada pengukuran absorbansi sampel didapatkan 0,24 A, maka konsentrasi sampel
adalah
0,24 = 0,001 x – 0,025
0,001x = 0,24 + 0,025
x = 0,265 / 0,001
= 265 ppm
Jadi konsentrasi sampel X adalah 265 ppm

2. Kurva standar zat warna dan penentuan konsentrasi sampel X pada panjang gelombang
500 nm
Lakukan seperti diatas

31
32

Anda mungkin juga menyukai